I. Pendahuluan
Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai arti penting bagi kelangsungan pembangunan nasional, hal ini disebabkan karena hutan merupakan salah satu sumber devisa yang potensial. Selain itu, hutan juga memegang peranan penting bagi lingkungan hidup, karena dengan adanya hutan dan terpeliharanya hutan, maka kemungkinan terjadinya banjir, tanah longsor, kepunahan berbagai spesies dan sebagainya dapat diperkecil. Batasan Masalah 1. Ruang Lingkup Wilayah Dalam hal ini, kawasan hutan yang menjadi studi kasus pencegahan kebakaran adalah kawasan hutan di Propinsi Jambi, khususnya hutan budidaya/produksi. Komoditi hasil hutan merupakan sumber penghasilan propinsi ini sehingga pencegahan kebakaran hutan menjadi tugas yang sangat menentukan agar pendapatan asli daerah dari hasil hutan tidak menurun. Lokasi kawasan hutan budidaya di propinsi Jambi yang rawan kebakaran ditentukan dengan cara menentukan terlebih dahulu kawasan hutan budidaya mana yang masuk dalam kategori hutam produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Untuk menentukan bahwa suatu kawasan hutan masuk dalam kategori hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, atau hutan produksi konversi digunakan kriteria fisik antara lain: kemiringan, jenis tanah, intensitas hujan. Kriteria tersebut kemudian diberi bobot yang dijabarkan dalam bentuk skore. Integrasi dari ketiga parameter tersebut (dalam index yang ditetapkan) akan menentukan apakah suatu kawasan hutan masuk daerah hutan produksi terbatas, tetap atau konversi.
Menteri Negara LH
BAPPENAS
BAPPEDAL pusat
BAPPEDA tk.I
Penyedia Data
BAPPEDAL tk.I
Gubernur
USER
BAKOSURTANAL
BMG
Dept. Kehutanan
Peta vegetasi
DATA SIG
BAPPEDAL tk.I
Jenis tanah Peta soil Agroklimat Dept. Pertanian Peta Kawasan Pemukiman BPS Alur data yang diperlukan untuk SIG pencegahan kebakaran hutan Data Populasi Peta jalan Dept. Perhubungan 2
2. Pembuatan SIG
Perancangan Basis Data Perancangan basis data secara umum dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Identifikasi kebutuhan pengguna 2. Perancangan model konseptual 3. Perancangan model logikal 4. Perancangan model fisik (implementasi)
Peta vegetasi
Data populasi
Data iklim
Data polusi
Kemiringan
Jenis tanah
Intensitas hujan
KRITERIA
1. Perancangan Model Logikal Model logikal dapat dirancang dengan dasar model
OUTPUT Informasi grafis dan atribut data mengenai kawasan hutan dan relasional, hirarki, yang rawan kebakaran
jaringan. Model logikal ini mengubungkan model data yang telah dibuat ke dalam suatu sistem pengelolaan basis data (DBMS=Data Base Management System). Hasil model ini
Kawasan Hutan
dilalui
DAS 3
Kawasan Hutan
mempuny ai
Iklim
Sebuah kawasan hutan bisa mempunyai banyak Iklim Satu Iklim yang sama bisa terdapat di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Iklim (Iklim_ID, suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin) mempunyai (Hutan_ID, Iklim_ID, )
Kawasan Hutan
memilik i
Jenis Tanah
Sebuah kawasan hutan bisa memiliki banyak jenis tanah Satu jenis tanah bisa dimiliki/terdapat di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Jenis_tanah (Tanah_ID, jenis_tanah, tingkat_erosi) memiliki (Hutan_ID, Tanah_ID, )
Kawasan Hutan
dilalui
Kecepatan angin
Sebuah kawasan hutan bisa dilalui banyak kecepatan angin yang berbeda Satu kecepatan angin bisa melalui banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas)
Kawasan Hutan
terdapat
Kontur
Sebuah kawasan hutan bisa terdapati banyak kontur yang berbeda Satu kontur yang sama bisa didapati di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Kontur (Kontur_ID, ketinggian) terdapat (Hutan_ID, Kontur_ID, )
Kawasan Hutan
terdapat
Pemukiman
Sebuah kawasan hutan bisa terdapat banyak pemukiman Satu pemukiman bisa didapati di banyak kawasan hutan Tabel skeleton: Kawasan_hutan (Hutan_ID, jenis_hutan, jenis_tanaman, jenis_lahan, luas, batas) Pemukiman (Kampung_ID, populasi, luas, mata_pencaharian) terdapat (Hutan_ID, Kampung_ID, )
Pemukiman
dicemar i
Polusi
Sebuah pemukiman bisa dicemari oleh banyak polusi Satu polusi bisa mencemari banyak pemukiman
Tabel skeleton: Pemukiman (Kampung_ID, populasi, luas, mata_pencaharian) Polusi (Polusi_ID, jenis_polusi, tingkat_polusi) dicemari (Pemukiman_ID, Polusi_ID, )
Basis Data Spasial dan non-Spasial Kriteria Penentuan kawasan hutan produksi yang rawan kebakaran
Query 1
Query 2
Query 3
Query n
Model fungsional untuk penentuan lokasi hutan produksi yang rawan kebakaran
Tahap implementasi pada Arc/Info : 1. Pengumpulan data Data yang diperlukan untuk SIG harus berformat digital, untuk itu data yang masih berupa data grafis harus didigitasi atau di-scan. 2. Konversi data Peta tematik yang telah didigitasi (format AutoCAd, .DWG) harus dikonversi kedalam format yang bisa dibaca oleh Arc/Info.
.DWG .DXF (ASCII) Format Arc/Info
3. Pembentukan Topologi Topologi adalah suatu prosedur matematika yang secara eksplisit menggambarkan hubungan spasial antar objek. Pembentukan topologi ini berfungsi untuk membentuk hubungan spasial antara unsur-unsur geografis yang ada pada coverage. Proses ini juga dapat mengidentifikasi kesalahan-kesalahan digitasi yang mungkin timbul pada suatu
coverage.
Pada
Arc/Info,
pembentukan
topologi
menggunakan
perintah
BUILD/CLEAN. 4. Identifikasi kesalahan Identifikasi kesalahan dapat dilakukan secara otomatis pada Arc/Info dengan menggunakan perintah LABELERROS dan NODEERRORS. 5. Editing Data Pada tahap ini, semua kesalahan-kesalahan yang terdeteksi diperbaiki. 6. Pembentukan kembali topologi 7. Pemasukan data atribut Supaya unsur-unsur geografis pada tabel atribut juga berisi informasi tematik, maka perlu dilakukan penambahan data atribut. Data atribut tersebut dihubungkan ke masing-masing unsur geografis yang sesuai berdasarkan suatu identifier yang unik. Pada Arc/Info, hal tersebut dilakukan dengan menggunakan fasilitas TABLES. 8. Overlay Dengan meng-overlay-kan 2 coverage yang mempunyai karakteristik sama (sistem proyeksi dan skala yang sama) dengan tema yang berbeda maka akan diperoleh suatu coverage baru yang unsur-unusur geografisnya merupakan perpotongan dari unsurunsur pada 2 coverage sebelumnya, sedangkan data atributnya merupakan gabungan dari 2 coverage sebelumnya. 9. Query Tujuan proses ini adalah mencari lokasi-lokasi di kawasan hutan yang rawan kebakaran. Lokasi-lokasi tersebut adalah lokasi yang memenuhi kriteria: potensi kebakaran tinggi bila: musimnya musim kering kecepatan angin rata-rata > 100 km/jam
polusi CO2 > 60 % ada 10 kampung di satu kawasan dengan kepadatan 100 orang/ha
potensi kebakaran sedang bila: musimnya musim hujan kecepatan angin rata-rata antara 50 - 100 km/jam
potensi kebakaran rendah bila: musimnya musim hujan kecepatan angin rata-rata < 50 km/jam
b. Peripheral/Perangkat tambahan
Peralatan output : monitor, printer, plotter, film recorder, dll. Memori tambahan : floppy disk, cd-rom, magnetik tape.
Untuk lebih memudahkan dalam penentuan kategori hutan produksi dilakukan analisis overlay dalam bentuk matriks. - Overlay antara jenis lahan (soil) dan kemiringan (slope)
Bobot Soil 15 30 45 60 75 20 35 50 65 80 95 40 55 70 85 100 115 Slope 60 75 90 105 120 135 80 95 110 125 140 155 100 115 130 145 160 175
10
11
Pengumpulan Data
Data Atribut Data Spasial Data curah hujan Peta topografi Peta vegetasi Peta jalan Peta kawasan pemukiman Peta jenis tanah Data populasi penduduk Data iklim Data arah dan kecepatan angin Data tingkat polusi
Identifikasi Kesalahan
Proses Editing
Pembentukan KembaliTopologi
YA
12
Koverage Kemiringan
Overlay Kriteria Coverage Jalan Coverage polusi Coverage vegetasi Coverage iklim
Coverage Jenis Hutan Produksi Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi
Coverage DAS
Kriteria
Query
Informasi Grafis dan Atribut Mengenai Lokasi Hutan Produksi yang Rawan Kebakaran
END
13
Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi terbatas ? Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi tetap ? Tampilkan kawasan hutan yang termasuk hutan produksi konversi ? Tampilkan daerah yang mempunyai iklim musim kering pada bulan April ? Tampilkan daerah yang dilalui angin dengan kecepatan > 100 km/jam ? Tampilkan kawasan hutan yang mempunyai tingkat polusi CO2 > 60 % ? Tampilkan semua kampung yang terdapat di sekitar hutan ?
Saran-saran Perbaikan
Secara umum, fungsi SIG adalah untuk meningkatkan kemampuan analisis informasi spasial secara terintegrasi ( terpadu ). Integrasi ini diperlukan karena dalam proses analisis kita akan bekerja dengan beberapa kumpulan data dan lapisan informasi. Oleh karena itu dalam aplikasi SIG untuk pencegahan kebakaran hutan di Propinsi Jambi mesti dilakukan : Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pembuat sistem, operator, penganalisis aplikasi aplikasi SIG. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan berbagai pelatihan pelatihan yang berhubungan dengan SIG. Untuk memperoleh hasil analisis yang baik, data yang digunakan harus selalu up-todate, teritama untuk data iklim, karena iklim selalu berubah-ubah tiap bulan. Membudayakan aplikasi SIG di Indonesia sehingga penanganan kebakaran hutan oleh instansi terkait lebih efisien dan efektif. Standardisasi format data untuk keperluan pencegahan kebakaran hutan sangat diperlukan. Karena hal ini akan memudahkan pekerjaan SIG di dalam proses analisis. Pemerintah sebagai pihak yang melaksanakan proyek SIG untuk pencegahan kebakaran hutan harus konsisten karena proyek SIG ini mencakup waktu yang lama dan berkelanjutan.
Secara fisik bumi mengalami perubahan perubahan. Artinya data yang mewakili gambaran yang berkaitan dengan muka bumi akan berubah pula. Tentunya data tersebut perlu di up date. Dengan kata lain, pemeliharaan data dalam basis data pun harus dilakukan.
14
REFERENSI : Aziz, T. Lukman (1998) : Membangun Basis Data Spasial SIG, Survey dan Pemetaan, edisi Juni 1998, ISI. Howe, D.R (1991) : Data Analysis for Data Base Design, Edward Arnold, 2nd edition, London. Sulistyo, Budi (1997) : Pengantar Sistem Informasi Geografis, Diktat Teori : Pelatihan Remote Sensing Dan Kartografi, BAPPEDA Jabar dan Lab. FKI Geodesi ITB. Wijaya, Fandi (1999) : Pemanfaatan SIG Untuk Analisa Lokasi dan Investasi Gedung Perpakiran Baru Di Kotamadya Bandung, Tugas Akhir, Teknik Geodesi ITB.
15