Anda di halaman 1dari 16

BAB II PEMBAHASAN

1. A.

Definisi

Trauma thorak atau trauma dada adalah semua ruda paksa pada thorak dan dinding thorak, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994) Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks, hematompneumothoraks (FKUI, 1995) Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999). Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

1. B.

Jenis-Jenis Trauma Thorak

Ada beberapa jenis trauma thorak, antara lain : 1. Trauma Tembus (Tajam)

Hemothoraks Pada cedera dada hebat, darah sering kali terkumpul dalam rongga dada (hemothoraks). Penyebab utama dari hemothoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi.

Pneumothoraks terbuka Pnemothoraks terbuka terjadi bila lubang dalam dinding dada cukup besar untuk memugkinkan udara mengalir dengan bebas masuk keluar rongga thoraks bersama setiap upaya pernapasan. Karena dorongan udara melalui lubang dalam dinding dada menghasilkan bunyi menghisap, cedera demikian disebut sucking wounds dada. Pada pasien ini, bukan hanya paru yang kolaps, tetapi struktur mediastinum (jantung dan pembuluh darah besar ) bergeser ke arah sisi yang tidak cedera bersama setiap kali inspirasi dan pada arah yang berlawanan dengan setiap kali ekspirasi. Ini disebut mediastinal flutter, dan kondisi ini mengakibatkan masalah sirkulasi yang serius. Tekanan di dalam rongga pleura akan segera menjadi sama dengan tekanan atmosfir. Jika defek pada dinding dada mendekati 2/3 dari diameter trakea maka udara akan cenderung mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih kecil dibandingkan dengan trakea. Akibatnya ventilasi terganggu sehingga menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia.

Temponade Jantung Temponade jantung adalah kompresi pada jantung sebagai akibat terdapatnya cairan di dalam sakus perikardial. Kondisi ini biasanya disebabkan baik oleh trauma tumpul maupun trauma tembus. Temponade jantung dapat juga terjadi setelah kateterisasi jantung, prosedur angiografi, dan pemasangan pacu jantung, yang dapat menyebabkan perforasi jantung dan pembuluh darah besar. Efusi perikardial dapat juga terjadi akibat metastase ke perikardium dari tumor maligna payudara dan paru dan dapat terjadi dengan limfoma dan leukimia, gagal ginjal, tuberkulosis, dan radiasi dosis tinggi pada dada. Jika pembentukan cairan lambat, perikardium akan mengembang tanpa menyebabkan gejala klinis yang terlihat sampai cukup cairan pi hj;l.terkumpul untuk meningkatkan tekanan intraperikardial. Efusi yang terjadi dengan cepat mengganggu pengisian ventrikular dan menyebabkan kerusakan sirkulasi dengan menurunkan curah jantung, dan insufisien arus balik vena ke jantung, sehingga dapat terjadi kolaps sirkulasi

Luka Tembak dan Tusuk Luka tembak (GSW) dan luka tusuk adalah jenis trauma dada tembus yang paling umum. Luka tersebut dikelompokkan berdasarkan pada kecepatannya.

Luka tusuk umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata menghancurkan area kecil di sekitar luka. Kebanyakan luka tusuk disebabkan oleh pisau dan pisau lipat. Luka ini sering kali berkaitan dengan pecandu alkohol dan obat-obat terlarang. Penampilan luka eksternal mungkin sangat deseptif, karena pneumothorak, hemothorak, dan temponade jantung disertai dengan hemoragi kontinu dapat terjadi dari sembarang luka kecil, bahkan luka yang disebabkan oleh instrumen berdiameter kecil seperti alat pengambil es Luka tembak pada dada dapat dikelompokkan sebagai kecepatan rendah, sedang, atau tinggi. Faktor yang menentuksan kecepatan dan mengakibatkan keluasan kerusakan termasuk jarak dari mana senjata ditembakkan, kaliber senjata, dan kondtruksi serta ukuran peluru. GSW dapat menyebabkan beragam perubahan patofisiologi. Peluru dapat menyebabkan kerusakan pada tempat penetrasi dan sepamjang jalur peluru tersebut, dan dapat memantul dari struktur tulang, yang dapat merusak organ-organ dada dan pembuluh besar. Jika diafragma terkena baik pada GSW maupun pada luka tusuk, cedera pada rongga dada harus dipertimbangkan.

Trauma tracheobronkial Cedera ini jarang tetapi mungkin disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tembus, manifestasi klinisnya yaitu yang biasanya timbul dramatis, dengan hemoptisis bermakna, hemopneumothorax, krepitasi subkutan dan gawat nafas. Empisema mediastinal dan servical dalam atau pneumothorax dengan kebocoran udara masif.

Kontusi Paru Kontusio paru adalah kerusakan jaringan paru yang terjadi pada hemoragi dan edema setempat. Kontusio paru berhubungan dengan trauma dada ketika terjadi kompresi dan dekompresi cepat pada dinding dada. Kontusio paru mungkin saja tidak terbukti pada pemeriksaan awal. 1. Trauma Tumpul

Tension pneumothoraks

Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan : - Paru sebelahnya akan tertekan akibatnya akan sesak yang berat - Mediastinum akan terdorong akibatnya dapat timbul syok Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan pada auskultasi bunyi vesikuler menurun. Tension Pneumothorak berkembang ketika terjadi one-way-valve (fenomena ventil), kebocoran udara yang berasal dari paru-paru atau melalui dinding dada masuk ke dalam rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one-way-valve). Akibat udara yang masuk ke dalam rongga pleura yang tidak dapat keluar lagi, maka tekanan di intrapleural akan meninggi, paru-paru menjadi kolaps, mediastinum terdorong ke sisi berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke jantung (venous return), serta akan menekan paru kontralateral. Penyebab tersering dari tension pneumothorax adalah komplikasi penggunaan ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi tekanan positif pada penderita dengan kerusakan pada pleura viseral. Tension pneumothorax dapat timbul sebagai komplikasi dari penumotoraks sederhana akibat trauma toraks tembus atau tajam dengan perlukaan parenkim paru tanpa robekan atau setelah salah arah pada pemasangan kateter subklavia atau vnea jugularis interna. Kadangkala defek atau perlukaan pada dinding dada juga dapat menyebabkan tension pneumothorax, jika salah cara menutup defek atau luka tersebut dengan pembalut (occhusive dressings) yang kemudian akan menimbulkan mekanisme flap-valve. Tension pneumothorax jug adapat terjadi pada fraktur tulang belakang toraks yang mengalami pergeseran (displaced thoracic spine fractures). Tension pneumothorax ditandai dengan gejala nyeri dada, sesak, distres pernafasan, takikardi, hipotensi, deviasi trakes, hilangnya suara nafas pada satu sisi dan distensi vena leher. Sianosisi merupakan manifestasi lanjut. Karena ada kesamaan gejala antara tension pneumothorax dan tamponade jantung maka sering membingungkan pada awalnya tetapi perkusi yang hipersonor dan hilangnya suara nafas pada hemitoraks yang terkena pada tension pneumothorax dapat membedakan keduanya.

Flail Chest

Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya semen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan Flail Chest yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Penyebab timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma jaringan parunya. Flail Chest mungkin tidak terlihat pada awalnya, karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan pernafasan menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak terkoordinasi. Palpasi gerakan pernafasan yang abnormal dan krepitasi iga atau fraktur tulang rawan membantu diagnosis.

Ruptur diafragma Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada daerah toraks inferior atau abdomen atas. Trauma tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi bila diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut. Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada daerah toraks inferior. Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai organ-organ lain (intratoraks ata intraabdominal). Ruptur umumnya terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral). Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada diafragma kanan. Akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke toraks. Dapat terjadi ruptur ke intra perikardial

Fraktur kosta

Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena). Perlu diperiksa adanya kerusakan pada organ-organ intra-toraks dan intra abdomen.

Kecurigaan adanya kerusakan organ intra abdomen (hepar atau spleen) bila terdapat fraktur pada iga VIII-XII. Kecurigaan adanya trauma traktus neurovaskular utama ekstremitas atas dan kepala (pleksus brakhialis, a/v subklavia, dsb.), bila terdapat fraktur pada iga I-III atau fraktur klavikula.

1. C.

Pemeriksaan Primary Survey

Open Pnemothorak Dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa sehingga ada hubungan udara luar dengan rongga pleura, sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi (sucking chest wound) Apabila lubang ini lebih besar daripada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi udara mungkin lebih mudah melewati lubang pada dinding dada disbanding melewati mulut, sehingga terjadi sesak yang hebat. Dengan demikian maka pada open pneumothorak, usaha pertama adalah menutup lubang pada dinding dada ini sehinggaopen pneumothorak menjadi close pneumothorak (tertutup). Harus segara ditambahkan bahwa apabila selain lubangpada dinding dada, juga ada lubang pada paru, maka usaha menutup lbang ini secara total (occlusive dressing) dapat mengakibatkan terjadinya tension pneumothorak. Dengan demikian maka yang harus dilakukan adalah: 1. Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plester pada 3 sisinya, sedangkan pada sisi atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi zalf/soffratule pada sisi dalamnya supaya kedap udara 2. Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila diakukan cara ini maka harus sering dilakukan evaluasi paru. Apabila ternyata timbu tanda tension pnneumothorak maka kasa harus dibuka 3. Pada luka yang sangat besar maka dapat dipakai plastik infus yang diguntingsesuai ukuran

Tension Pnemothorak

Tension pneumothorak dapat timbul dari komplikasi pneumothorak sederhana akibat trauma tembus atau tajam. Penggunaan yang salah dari pembalut occlusive yang akan menimbulkan mekanisme flap-valve, penggunaan ventilator mekanik yang tidak tepat dan pada fraktur tulang belakang thorak yang mengalami pergeseran. Apabila ada mekanisme ventil karena kebocoran pada paru, maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, akibatnya adalah: 1. Paru menjadi kolap 2. Paru sebelahnya akan tertekan dengan akibat sesak berat 3. Mediastinum akan terdorong ke sisi yang berlawanan dengan akibat timbul syok akibat penekanan pada vena sehingga menghambat pengembalian darah ke jantung. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya hipersonor dan hilangnya suara napas pada sisi paru yang terkena. Diagnosis tension pneumothorak harus segera ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan terapi tidak boleh terlambat oleh karena menunggu konfirmasi radiologis. Diagnosis tension pneumothorak harus segera ditegakkan berdasarkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan terapi tidak boleh terlambat karena menunggu konfirmasi radiologis. Apabila diagnosis ditegakkan maka harus diambil tindakan dengan melakukan dekompresi needle thorakosintesis, yakni menusuk dengan jarum besar pada ruang intercostal 2 pada garis midclavicularis. Terapi definif dengan pemasangan selang dada (chest tube) pada sela iga ke 5 di antara garis axillaris anterior dan midaxillaris.

Hematothorak Masif Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada (lebih 1500 cc). Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus/tumpul yang merusak pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Diagnosis hematothorak ditegakkan dengan adanya syok yang disertai dengan suara napas yang menghilang dan perkusi pekak pada sisi dada yang mengalami trauma. Perdarahan yang banyak dan cepat akan lebih mempercepat timbulnya hipotensi dan syok. Terkumpulnya darah dan cairan di slah satu henithorak dapat menyebabkan gangguan usaha bernafas akibat penekanan paru-paru dan menghambat ventilasi yang adekuat. Tidak banyak yang dapat dilakukan pra rumah sakit pada keadaan ini. Satu-satunya cara adalah membawa penderita secepat mungkin ke rumah sakit dengan harapan masih dapat

terselamatkan dengan tindakan operatif. Terapi awal adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersama dengan dekompresi rongga pleura dan keputusan torakotomi diambil bila didapatkan kehilangan darah awal lebih dari 1500 ml atau kehilangan terusmenerus 200 cc/jam dalam waktu 2-4 jam.

Flail Chest Tulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih dari 2 iga, sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernapasan. Pada ekspirasi, segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru akan masuk ke dalam. Ini dikenal sebagai pernapasan paradoksal. Kelainan ini akan mengganggu ventilasi, namun lebih diwaspadai adalah adanya kontusio paru. Sesak berat yang mungkin terjadi harus dibantu dengan oksigenasi dan mungkin diperluka ventilasi tambahan. Di rumaha sakit penderita akan dipasang pada respirator, apabila analisis gas darah menunjukkan pO2 yang rendah atau pCO2 yang tinggi.

Temponade Jantung Diagnosis temponade jantung cukup sulit dan terkadang sulit dibedakan dengan tension pneumothorak, yaitu adanya Trias Beck yang terdiri dari peningkatan tekanan vena, penurunan tekanan arteri dan suara jantung yang menjauh. Pemasangan CVP dan USG abdomen dapat membantu diagnosis tetapai tidak boleh menghambat untuk dilakukannya resusitasi. Pada infuse guyur, tidak ada atau hanya sedikit respon. Metode yang cepat untuk menyelamatkan penderita yaitu dilakukan pericardiosintesis (penusukan rongga pericardium) dengan jarum besar untuk mengeluarkan darah tersebut. Tindakan definitive ialah dengan perikardiotomi yang dilakukan oleh ahli bedah.

1. D.

Pemeriksaan Secondary Survey

Fraktur Iga Trauma pada iga akan cenderung menyebabkan pendorongan ujung-ujung fraktur ke dalam rongga pleura yang dapat menyebabkan pneumothorak. Fraktur iga dicurigai apabila terdapat deformitas, nyeri, tekan pada palpasi dan krepitas. Plester iga, pengikat iga, dan bidai eksternal merupakan kontraindikasi, yang terpenting adalah menghilangkan rasa sakit agar penderita dapat bernapas dengan baik.terkadang hal ini memerlukan blok anastesi

interkostal, ataupun menggunakan analgesia sistemik. Patah tulang iga sendiri tidak berbahaya dan pada pra rumah sakit tidak memerlukan tindakan apa-apa. Yang harus lebih diwaspadai adalah timbulnya pneumothorak atau hematothorak.

Kontusio Paru Pemadatan paru karena trauma timbulnya agak lambat sehingga fase pra rumah sakit tidak menimbulkan masalah. Kegagalan bernafas dapat timbul perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung terjadi setelah kejadian, sehingga penanganan definitive dapat berubah berdasarkan perubahan waktu. Monitoring harus dilakukan ketat dan berhati-hati, juga diperlukan evaluasi penderita yang berulang-ulang.

Ruptur Aorta Rupture aorta traumatic sering menyebabkan kematian segera setelah kecelakaan mobil, tabrakan frontal, atau jatuh dari ketinggian. Untuk penderita yang selamat, sesampai di rumah sakit kemungkinan sering dapat diselamatkan bila rupture aorta dapat diidentifikasi dan secepatnyadioperasi. Banyak penderita yang sempat sampai di rumah sakit dalam keadaan hidup, tapi meninggal di rumah sakit bila tidak segera di terapi. Seringkali gejala ataupun tanda spesifik tidak ada, namun adanya kecurigaan yang besar atas riwayat trauma, adanya gaya deselerasi dan temuan radiologis yang khas dan arteriografi merupakan dasar dalam penetapan diagnosis.

Ruptur Diafragma Ruptur diafragma traumatic sering terdiagnosis pada sisi kiri, karena obliterasihepar pada sisi kiri, karea obliterasi hepar pada sisi kanan atau adanya hepar pada sisi kanan sehingga mengurangi kemungkinan terdiagnosis ataupun terjadinya rupture diafragma kanan. Trauma tumpul dapat menghasilkan robekan besar yang menyebabkan timbulnya herniasi organ abdomen. Sedangkan trauma tajam dapat menghasilkan perforasi kecil yang memerlukan waktu untuk berkembang menjadi hernia diafragmatik

Perforasi Eosofagus Trauma esophagus lebih sering disebabkan oleh trauma tembus. Trauma tumpul esophagus walaupun jarang tetapi mematikan bila tidak teridentifikasi. Trauma tumpul esophagus

disebabkan oleh gaya kompresi dari isi gaster yang masuk ke dalam esofagus akibat trauma berat pada abdomen bagian atas

1. E.

Penatalaksanaan Trauma Thorak 1. Penatalaksanaan secara umum

Prinsip dari penatalaksanaan ini adalah : 1. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey secondary survey). v Airway Assessment 1. Perhatikan patensi airway 2. Dengar suara napas 3. Perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan dinding dada Management 1. Inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan napas 2. Reposisi kepala, pasang collar-neck 3. Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral/nasal) v Breathing Assesment 1. 2. 3. 4. Periksa frekwensi napas Perhatikan gerakan respirasi Palpasi toraks Auskultasi dan dengarkan bunyi napas

Management 1. Lakukan bantuan ventilasi bila perlu 2. Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest.

v Circulation Assesment 1. 2. 3. 4. Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi Periksa tekanan darah Pemeriksaan pulse oxymetri Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis)

Management 1. 2. 3. 4. Resusitasi cairan dengan memasang 2 IV lines Torakotomi emergency bila diperlukan Operasi Eksplorasi vaskular emergency Tindakan Bedah Emergency

Krikotiroidotomi Trakheostomi Tube Torakostomi Torakotomi Eksplorasi vaskular 1. Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah : anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan). 2. Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency. 3. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa. 4. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma. 1. Penatalaksanaan Secara Khusus

Pneumotorak terbuka. Peneumotorak terbuka membutuhkan intervensi kedaruratan segera. Seperti menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dada , merupakan tindakan menyelamatkan jiwa.

Pada situasi darurat tersebut,apa saja dapat digunakan untuk mengisi luka dada seperti handuk,saput tangan atau punggung tangan. Jika sadar pasien diinstrusikan untuk menhirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu mengembangkan kembali paruparu dan mengeluarkan udara dari thorak. Di rumah sakit ,lubang ditutup dengan kassa yang dibasahi dengan petroleum. Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan lilitan melingkar. Biasanya,selang dada yang dihubungkan dengan drainase water seal dipasang untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. antibiotik biasanya diresepkan untuk melawan infeksi akibat kontaminasi.

Luka tembak dan tusuk Sasaran langsung penalaksanaan adalah untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru. Setelah jalan adekuat dan ventilasi ditegakkan,pasien diperiksa terhadap syok dan cedera intrathorak dan intra abdomen. Jika terdapat syok,syok diatasi secara simultan dengan larutan koloid,kristaloid atau darah sesuai dengan respon kondisi klien. Rontgen dada prosedur diagnostic lain dilakukan ( esofagogram,flat plate abdomen,arteriogram) sesuai dengan yang diindikasikan oleh kebutuhan klien. Selang dada dipasang kedalam ruang pleura pada kebanyakan pasien dengan luka dada tembus untuk mencapai reekpansi paru dengan cepat dan kintinu. Dengan selang dada memungkinkan pengalan secara dini bila ada perdarahan intrathotak yang kontinu yang mungkin membutuhkan pembedahan.

Kontusio Paru Tujuan pengobatan adalah untuk mempertahankan jalan nafas, memberikan oksigenasi yang adekuat dan mengendalikan nyeri.

Kontusio paru ringan Diberikan nebulasi kabut ultrasonic untuk menjaga sekresi tetap cair. Sekresi dibuang dengan drainase postural,fisioterapi dan penghisapan endotrakel. Nyeri ditangani dengan memberikan opioid.

Kontusio paru sedang

Pasien ini mempunyai mucus yang banyak. Sehingga pasien ini membutuhkan intubasi dan memakai ventilator dengan oksigen konsentrasi rendah dan peep untuk m,empertahankan tekanan dan menjaga paru tetap mengembang. Diuretic diberikan untuk mengurangi edema. Distensi gastrointestinal dihilangkan dengan memasang nasogastrik.

Kontusio paru berat Pasien ini mempunyai tanda dan gejala ARDS,yang termasuk pernafasan cepat,tachykardi,sianosis,agitasi dan batuk kontinu yang mengeluarkan darah . pasien ini ditanggani secara agresif dengan intubasi endotrakeal dengan dukungan ventilator,diuretic,pembatasan cairan dan pemberian antimikrobal profilatik . Pemberian cairan koloid dan kristaloid dapat digunakan untuk mengatasi hipovolemia.

Temponade Jantung Pengobatan temponade jantung adalah thoraktomi untuk cedera jantung tembus dimana kardiorafi (penjahitan otot jantung) dilakukan untuk menghentikan hemoragi, melepas temponade, dan memperbaiki laserasi dan lesi. Perikardiosentesis (aspirasi jarum terhadap cairan dari perikardium) mungkin dilakukan untuk membeli waktu sebelum pasien dilakukan pembedahan. Dekompresi sakus pericardial ini memungkinkan jantung untuk menjalankan aksinya secara efektif.

Fail Chest Penatalaksanaan mencakup pemberian dukungan ventilator, pembersihan paru dari sekresi, dan pengendalian nyeri. Penatalaksanaan spesifik tergantung pada tingkat disfungsi pernapasan. Jika hanya segmen kecil dari dada yang terkena, sasarannya adalah untuk membersihkan jalan napas ( batuk, napas dalam, penghisapan ringan) untuk membantu ekspansi paru, dan untuk menghilangkan nyeri dengan blok saraf interkosa, blok epidural toraks tinggi, atau penggunaan narkotik intravena dengan hati-hati. Untuk cedera failt chest ringan sampai sedang, kontusio paru yang mendasari diatasi dengan membatasi masukan cairan dan meresepkan diuretic, kortikosteroid, dan albumin, sambil meredakan nyeri dada. Fisioterapi paru dilakukan dan pasien dipantau dengan ketat.

Jika dihadapi cedera failt chest berat, intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik dengan ventilator siklus volume dan kadang PEEP digunakan untuk membebebat dinding dada dan untuk memperbaiki abnormalitas pertukaran gas. Hal ini membantu mengatasi kontusio paru yang mendasari, berfungsi untuk menstabilkan sangkar toraks untuk memungkinkan fraktur menyembuh, dan memperbaiki ventilasi alveolar serta volume intratoraks dengan mengurangi kerja pernapasan. Modalitas pengobatan ini membutuhkan intubasi endotrakeal dan dukungan ventilator jangka panjang. Dengan mengesampingkan jenis pengobatan, pasien akan dipantau dengan cermat menggunakan serangkaian rontgen dada, gas darah arteri, oksimetri nadi, dan pemeriksaan fungsi paru. Penatalaksanaan nyeri adalah kunci untuk keberhasilan pengobatan. Analgesia yang dikontrol pasien, penyekat saraf interkosta, analgesia epidural dan pemberian narkotik intrapleura dapat digunakan untuk mengontrol nyeri toraks.

Hemotoraks Tujuan pengobatan adalah untuk mengevakuasi udara atau darah dari ruang pleura. Untuk hemotoraks, selang dada dengan diameter besar (sampai no 40F) dipasang biasanya melalui ruang inter-kosta keempat sampai keenam antara garis anterior dan posterior. Untuk pneumotoraks, selang dada yang kecil (28F) dipasang dekat ruang intercostal kedua. Ruang ini digunakan karena merupakan bagian tertipis dari dinding dada, meminimalkan bahaya menyentuh saraf toraks, dan akan meninggalkan jaringan parut lebih sedikit. Sekali selang dada terpasang, dekompresi ruang pleura yang cepat dan efektif (drainase darah atau udara) biasanya terjadi. Jika terdapat jumlah darah yang berlebihan dalam selang dada dalam waktu yang relative singkat, mungkin diperlukan autotransfusi. Teknik ini mencakup mengambil darah pasien sendiri yang telah dialirkan dari dada, disaring, dan kemudian ditransfusikan kembali ke dalam system vaskuler pasien.

Pneumotoraks tegangan Jika diduga pneumotoraks tegangan, pasien harus segera diberikan oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksia. Dalam keadaan darurat, pneumotoraks tegangan dapat diubah dengan cepat menjadi pneumotoraks dengan memasangkan jarum berdiameter besar pada garis midklavikular ruang intercostal kedua pada sisi yang sakit. Tindakan ini akan

menghilangkan tekanan dan mengalirkan udara intratoraks ke luar. Selang dada kemudian dipasang dan dihubungkan dengan pengisap untuk membuang udara dan cairan sisanya dan mengembangkan kembali paru. Jika paru mengembang dan kebocoran dari paru berhenti, drainase lebih lanjut mungkin tidak diperlukan lagi. Jika paru terus bocor, seperti yang ditunjukan dengan penumpukan kembali volume udara yang tidak dapat dikeluarkan selama torasentesis, udara harus dikeluarkan dengan selang dada menggunakan drainase water-seal.

BAB III PENUTUP

1. A.

Kesimpulan

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan. Didalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam system pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjad imasalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan. Akibat trauma dada disebabkan karena:Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara (tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontra lateral demikian juga penurunan aliran baik venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif menyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio paru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas, sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok. 1. B. Saran

Trauma thorak merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan yang banyak terjadi. Oleh karena itu sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk mempelajari dan memahami tentang trauma thorak dan bagaimana penatalaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai