Anda di halaman 1dari 4

Responsible Travel. A Deeper Travel.

Source: www.responsibletravel.com There is something romantic about the traveller. Whether it's the bleached blond surfer or the retired couple travelling in France, the traveller belongs, and ebbs and flows with the rhythm of a place. They are enriched by a journey of discovery. Most of us prefer to think of ourselves as travellers rather than tourists. But did the warm smile of the local people we met on our last holiday mask a horror at our mangled franglais and clumsy attempts to 'fit in' by playing boule with the locals? To them are our holidays simply a necessary intrusion?

Take every opportunity to experience new things. Be in your world rather than on it and live in the moment. What a wonderful feeling it is when we can't remember what day it is and have no idea of the time or concrete plans for tomorrow. Avoid the Western habit of knowing all the answers, and cultivate the habit of asking questions. Recognise that there is often more that we can learn from the poorest people than we can teach them. Realise that when you have formed a set opinion about a place or a culture you cease to be a real traveller. The way to real discovery - is to remain curious and to go on experiencing and learning. As soon as you've made up your mind about a place or local culture you become an observer viewing the world through your beliefs rather than a participant creating new experiences with local people. Having researched a little information leave the guide book with its off the shelf answers in your hotel room. You will learn more from the lady in the bread shop or the beach trader than from any book. Put the camera away for a few minutes and try capturing a few special images in your mind where they will last forever. Try sitting in a caf or by a water hole for a while and watching the world or the wildlife drift by. You'll observe more rather than less this way. The tourist's habit of trying to see everything ends in disappointment, and in learning and experiencing very little.

To travel from travail, a journey or a circle Tourists stick out like sore thumbs (or a sunburnt nose). They are separate from the people and the places that they visit. Over eager for their annual 2-week dose of happiness, determined to record it on film, and ill at ease with local people they hide behind their cameras. Travellers on the other hand immerse themselves in places and cultures. Like the first ever travellers - the pilgrims - there is a reason and a purpose for their trip. They make new friends and laugh and argue about life with local people. The traveller broadens his or her mind, sees their lives through others eyes, and gains new perspectives. They return home with experiences that have shaped their values. The tourist reinforces their existing preconceptions, gets a tan, and comes home a little poorer. So how do we become travellers? Travellers fully experience places, rather than merely observing them. To do this they must first accept them. Accept that Africa is hot, that there are bugs, that life operates at a different pace, and that local people are fascinated by us and sometimes stare. Stop making comparisons with home comforts or other holidays. It's OK to be angry about the service or the hot water in your room but realise that it says more about you than about the hotel, and resist the Western habit of wanting to change everything. Just be. Only then can you truly observe new people and places. Fully accepted a place and genuinely observing will mean we can truly experience it. Get off the beach, roll up your trousers, and explore that rock pool. Watch how people interact, learn some words of the local language and join the older men in the fish market for a glass of wine. Ask in the shop where local people go to swim, abandon the hotel pool, borrow a bike and take off with a towel and a bottle of water. Responsible Traveling - Indonesia Responsible Traveling - Indonesia When you are really experiencing a place something very strange will happen. You will find that it enables you to make a contribution. A contribution to local conversation, a contribution to sharing knowledge and humour, a financial contribution to the local markets and restaurants where you eat and to the local guides that you prefer to use. In a small way you will start to belong in the local community. Deep down all of us seek belonging and to make some kind of a difference. It - rather than material wealth or fame is what makes us truly happy. Achieving this far from home is a magical experience. Although you might not want to think it at this point you have become a more responsible traveller. You are having a more real experience, and you are putting something back. Responsible is derived from the Greek word to respond or react - the responsible traveller has become part of the place and is making a difference. However, in case we get too excited about becoming travellers let us remember that on the same trip we are sometimes tourists and at other times - depending on our ability to accept a place and truly experience it - we are travellers.

See the world differently. Lets travel responsibly.

Follow

Responsible Travel di Indonesia


Apa Mengurangi efek negatif perjalanan. Kenapa Karena travelling itu menyenangkan dan perlu. Karena tempat tujuan perjalanan perlu dijaga agar tetap layak dikunjungi. Karena jalan-jalan cuma untuk bersenang-senang sudah kuno, saatnya membantu berbuat positif. Kapan Sebelum, selama dan sesudah travelling. Bagaimana Stop. Think. Act. Mulai dari diri sendiri. Sebarkan ke orang lain. Sepuluh Tips jadi Responsible Traveler: start small! Dahulukan jalan-jalan ke tempat terdekat dari rumah kita. Selain mengurangi jejak karbon, kita bisa jadi lebih kenal dan pede jadi tuan rumah di daerah sendiri. 2. Gunakan transportasi umum atau jika bepergian dalam kelompok menyewa alat transportasi bersama. 3. Menginap di penginapan milik penduduk lokal. Selain membantu ekonomi mereka, lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan kebiasaan dan budaya setempat. 4. Membeli makanan lokal atau, jika memungkinkan, masak dan makan bersama penduduk lokal. Selain menambah pemasukan, kita bisa belajar kehidupan mereka melalui pengalaman kulinernya. 5. Minimalkan kerusakan alam. Bawa kembali sampah kita ketika naik gunung atau pergi ke pulau-pulau kecil. Asah kemampuan berenang sebelum snorkelling di daerah berterumbu karang. Dan seterusnya. 6. Menawar seperlunya. Penduduk lokal punya kesempatan cari uang yang lebih sedikit dibandingkan kita penduduk kota. Seribu rupiah yang kita hemat bisa jadi berkurangnya lauk makan mereka. 7. Tidak mengkritik atau mencela kebiasaan setempat. Bisa jadi mereka sudah hidup dengan kebiasaan tersebut jauh sebelum kita berkunjung. 8. Selalu minta ijin sebelum mengambil gambar penduduk lokal dan katakan sebenarnya jika memang sulit untuk menjanjikan mengirimkan foto. 9. Membawa oleh-oleh untuk penduduk lokal. Selama berguna dan tidak berlebihan, mereka akan semakin menghargai wisatawan yang datang. 10. Sebarkan pengalaman yang baik. Perbuatan yang baik bisa jadi virus yang baik pula. Bicarakan dengan teman dan keluarga. Buatlah blog dan pastikan banyak orang yang membaca. 1.

Sebelum Perjalanan
1. Pilih tempat perjalanan yang tidak terancam kelangsungannya. Misalnya, pergi ke pantai yang tidak banyak pengunjungnya. Semakin banyak pengunjung, semakin besar beban ekologis yang ditanggung tempat itu. Contoh lain, idak pergi ke situs sejarah yang masih rentan atau memang belum siap menerima wisatawan. 2. Pilih tempat perjalanan yang berkontribusi langsung ke masyarakat sekitar. Misalnya, menjelajah sungai yang dikelola oleh anak-anak muda dari kampung setempat. Contoh lain, mengunjungi desa wisata yang dikelola warga desa setempat. 3. Pilih rute perjalanan dengan transportasi darat atau laut. Pesawat mengkonsumsi energi paling besar. Jika memungkinkan, pilih tempat perjalanan yang tidak perlu pesawat untuk mencapainya. Atur rute agar perjalanan darat menyenangkan dengan berhenti/transit di tempat-tempat yang bisa dinikmati. 4. Jika naik pesawat, pilih rute sesingkat mungkin. Hindari transit. Pesawat mengkonsumsi bahan bakar terbesar saat landing dan take-off. Masuk akal kan? 5. Pilih operator wisata yang bertanggungjawab dan ramah lingkungan. Ini mungkin agak tricky karena susah membuktikannya. Misalnya, maskapai penerbangan yang peduli dengan kesejahteraan karyawannya. Penginapan yang mengelola sampahnya dengan baik. Perusahaan otobus yang mengoperasikan kendaraan terbaru. Dan lain-lain. 6. Pelajari secukupnya tentang tempat perjalanan. Sumber bisa dari buku panduan atau catatan perjalanan orang lain. Tanpa mengurangi sisi avonturir-nya, ada baiknya kita tahu kondisi tempat yang akan dikunjungi, termasuk kebiasaan penduduk setempat. Pelajari bahasa setempat. Mereka akans angat menghargai jika kita bisa menyapa, Halo atau Apa kabar? dalam bahasa mereka. 7. Bawa barang keperluan secukupnya. Jika ada barang yang bisa kita dapatkan di tempat tujuan, tidak usah dibawa. Misalnya, makanan, pakaian, keperluan pribadi (personal care). Selain mengurangi beban bawaan juga membantu ekonomi penduduk setempat. 8. Jika bisa memakai ulang (re-use), kenapa tidak? Menggunakan jaket lebih dari satu hari. Mencuci pakaian selama perjalanan. Memindahkan makanan ke dalam wadah pakai-ulang. Dan seterusnya. Responsible Traveling - Indonesia

Responsible Traveling - Indonesia

9.

Gunakan barang keperluan pribadi (personal care) yang ramah lingkungan. Inipun agak tricky. Lihat saja ingredients-nya. Kalau kita tidak mau merusak lingkungan rumah kita, kenapa kita mesti merusak lingkungan tempat perjalanan kita? 6.

Ini juga berlaku untuk benda konsumtif lain seperti perlengkapan pribadi hingga oleholeh. Menawar seperlunya. Penduduk lokal punya kesempatan cari uang yang lebih sedikit dibandingkan kita penduduk kota. Seribu rupiah yang kita hemat bisa jadi berkurangnya lauk makan mereka. 7. Minimalkan sampah. Bawa kembali sampah. Gunakan barang-barang yang minim sampah. Sisihkan kemasan yang tidak perlu. Gunakan kemasan yang bisa dipakai ulang. Kumpulkan sampah sendiri dan bawa pulang atau bawa ke tempat yang bisa mengelola sampah dengan baik. 8. Bersahabat dengan alam. Setiap aktifitas yang kita lakukan berpengaruh negatif kepada alam. Minimalkan dengan cara menghormati dan mengerti ekosistem tempat yang kita kunjungi. Pelajari bagian mana yang terancam dan hindarkan kegiatan dan perilaku yang malah memperparah keadaan. Menginjak apalagi berdiri di atas karang yang rusak tidak membantu karang itu tumbuh lebih cepat, misalnya. 9. Gunakan air seperlunya. Di beberapa tempat, air didapat dengan mengangkutnya dari mata air berkilometer jauhnya. Kadang, satu ember air untuk kita mandi sama dengan air minum satu hari untuk satu keluarga. Jika bisa berhemat mandi, kenapa tidak. Jika bisa mandi di sungai atau mata air, lebih seru. 10. Bijaksana dalam penggunaan energi (listrik, bahan-bakar, dll). Faktanya, banyak penduduk lokal tidak perlu listrik sebelum kita - traveller - datang ke tempat mereka. Membangun instalasi listrik menambah beban mereka untuk memeliharanya. Bijaksana dalam menggunakan listrik dan sumber energi. Pikirkan: apa saya perlu hair dryer kalau nanti akan nyemplung ke laut? Apa saya perlu menyetrika baju kalau nanti akan basah karena rafting? 11. Sensitif dengan barang mewah. Banyak penduduk lokal yang berpikir sangat sederhana. Barang-barang mewah kamera, handphone, perhiasan, dan lain-lain - membebani mereka dengan tuntutan untuk memiliki padahal daya beli mereka rendah. Konon, komersialisme bermula dari sini. 12. Gunakan transportasi (lebih) ramah lingkungan Transportasi darat dan laut lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan udara. Angkutan umum lebih mudah - dan meriah - dibanding berkendara sendiri. Jika tidak memungkinkan, maksimalkan jumlah penumpang dalam satu kendaraan. Jika memungkinkan, gunakan transportasi lokal; lebih baik untuk ekonomi setempat. Responsible Traveling - Indonesia

10. Sumbangkan barang produktif yang membantu penduduk setempat. Selama tidak menimbulkan ketergantungan, kita bisa gunakan tempat kosong dalam tas untuk bawa barang yang memang mereka perlukan. Buku cerita anak-anak, alatalat tulis, sarung tangan untuk bekerja, dan lain-lain. Walau kecil, tapi berarti buat mereka.

Selama Perjalanan
1. Berinteraksi dengan penduduk lokal. Sebagai tamu, sangat wajar untuk kenal tuan rumah kita. Banyak hal bisa didapat dari sekedar ngobrol: spot snorkelling yang bagus, jalur trekking yang paling singkat, atau sesederhana bagaimana cara terbaik makan buah kecapi. 2. Pasang mata dan telinga. Sebagai tamu, banyak yang bisa dan perlu kita pelajari tentang penduduk setempat supaya perjalanan kita lancar. Jadwal sehari-hari, berkomunikasi, berpakaian, bergaul dengan lawan jenis, makanan, dan kebiasaan sehari-hari mereka lainnya. Kita mungkin tidak bisa dan memang tidak perlu jadi seperti mereka, apalagi dalam waktu singkat. Pelajari selama berada di sana, tanyakan jika perlu, apresiasi, adaptasi dan ikuti beberapa yang memungkinkan. 3. Berpakaian sesuai kondisi dan keperluan. Sesuaikan pakaian dengan tujuan perjalanan dan kebiasaan penduduk setempat. Pakaian lebih sopan akan lebih mudah diterima dibanding pakaian seronok. Jika penduduk setempat tidak nyaman dengan pakaian renang minim, sesuaikan atau cari saja pantai lain. Ingat: kita adalah tamu! 4. Kenali cara bergaul dan berkomunikasi penduduk setempat. Beberapa tempat punya batas tegas dalam pergaulan lawan jenis, seperti tidak memandang langsung bahkan tidak berada dalam satu ruangan tertutup. Ikuti saja. Penduduk di beberapa tempat lain berbicara dengan suara lantang dan tegas cenderung kasar. Tenang saja, bisa jadi itu malah menunjukkan keterbukaan mereka. 5. Membeli sama dengan membantu ekonomi setempat.

Selama tidak ada masalah dengan kebersihan dan kesehatan, perjalanan lebih lengkap dengan mencoba makanan yang dijual penduduk setempat. Selain membantu ekonomi mereka, banyak cerita yang di balik makanan yang kita makan. Responsible Traveling - Indonesia

13. Pilih penginapan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh penduduk setempat. Selain membantu ekonomi lokal, banyak hal yang bisa didapat dari interaksi dengan penduduks etempat. Jika memungkinkan, tinggal lah di rumah mereka. Jika mereka tidak minta bayaran, hormati keramahan mereka dengan memberikan bingkisan berupa benda-benda kecil tapi produktif, misalnya buku cerita anak, peralatan sekolah, atau peralatan untuk membantu pekerjaan tuan rumah. 14. Prioritaskan makanan setempat. Sebelum mengkonsumsi, ada baiknya pelajari dan cari tahu bahan dan proses pemembuatannya. Jika tidak berkenan, bilang saja. Selalu siapkan makanan darurat jika kondisi seperti ini terjadi seperti biskuit atau mi instan. Untuk berikutnya, tanyakan apakah makanan bisa disesuaikan agar bisa dimakan bersama. 15. Membeli oleh-oleh sebagai ucapan terimakasih. Beli secukupnya. Seberapapun menarik atau berharga oleh-oleh yang kita beli, sebaiknya kita gunakan untuk mengungkapkan terimakasih pada tuan rumah atau penduduk setempat yang telah membantu perjalanan kita. Hindari membeli oleh-oleh yang berkontribusi pada kerusakan lingkungan. 16. Minta ijin sebelum mengambil foto. Walau untuk keperluan non-komersial, tak ada salahnya mengungkapkan maksud dan tujuan kita mengambil foto. Tak cuma foto penduduk setempat, tapi juga tempat yang disucikan, seperti makam, bangunan ibadah, dan lain-lain. Walau kadang terlihat remeh, kepercayaan dan kebiasaan penduduk setempat tidak bisa diremehkan.

Responsible Traveling
See the world differently. Lets travel responsibly.

Follow

Sesudah Perjalanan
1. Penuhi janji kepada penduduk setempat. Foto, souvenir atau apapun yang dijanjikan (dan kita kirimkan), jangan sampe lalai kita penuhi. Selain menimbulkan citra negatif pada traveller, bisa jadi penduduk setempat berubah sikapnya ketika dikunjungi traveller berikutnya. Janji paling baik adalah untuk menceritakan hal positif dari perjalanan kita ke orang banyak. 2. Dokumentasikan foto dan cerita. Biarkan orang lain tahu. Buatlah blog, galeri foto atau e-book menceritkan hal positif dari perjalanan. Promosikan. Hal yang baik tidak untuk disimpan, tapi untuk disebarkan. 3. Jalin hubungan yang baik dengan penduduk setempat.

Secara berkala berkomunikasi dengan mereka. Sekedar menanyakan kabar, menginformasikan teman yang akan berkunjung atau mencari tahu bagaimana kondisi terakhir tempat mereka. Responsible Traveling - Indonesia

Created by: Endro Catur (http://endrocn.wordpress.com) Responsible Traveling - Indonesia

Anda mungkin juga menyukai