Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BIOKIMIA

ASAM AMINO

Oleh : Christin Beama Dewi Kristin M. Sola Resky Megawati Melda Rantelino Asisten : Isella Kalambo

LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI KEBANGSAAN MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Asam amino adalah senyawa organic yang memilki gugus fungsional karboksil (COOH) dan amina (NH2), keduanya terikat pada suatu atom karbon (C) yang sama. Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Walaupun terdapat lebih dari 200 macam asam amino dialam tetapi hanya sekitar 10% dari jumlah yang terdapat pada protein. Yang mungkin menarik perhatian adalah protein pada bentuk semua kehidupan (tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme) hanya

mengandung 20 asam amino yang sama. Jumlah asam amino dalam darah tergantung dari jumlah yang digunakan dan jumlah yang diterima. Proses pencernaan makanan, protein diubah menjadi asam amino oleh beberapa reaksi hidrolisis serta enzim-enzim bersangkutan. Glisin merupakan asam amino yang pertama diisolasi dan dihidrolisis protein. Treonin merupakan yang terakhir diisolasi dan dari hidrolisis fibrin.

I.2.

Maksud dan Tujuan I.2.1. Maksud Percobaan Untuk mengetahui dan memahami beberapa reaksi asam amino. I.2.2. Tujuan Percobaan 1. Untuk melakukan uji reaksi asam amino dengan pereaksi millon. 2. Untuk melakukan uji reaksi asam amino dengan pereaksi ninhydrin. 3. Untuk melakukan uji reaksi asam amino dengan pereaksi cysteina. 4. Untuk melakukan uji reaksi asam amino dengan pereaksi cystein.

I.3.

Prinsip Percobaan Menentukan beberapa jenis asam amino dengan mereaksikan dengan larutan pereaksi tertentu kemudian dipanaskan hingga mendidih dan diamati perubahan yang terjadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teori Umum Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus NH2 pada atom karbon dan posisi gugus COOH.
H R C NH 2 COOH

Dari rumus umum tersebut dapat dilihat atom karbon ialah atom karbon asimetrrik, kecuali bila R ialah atom H. oleh karena itu asam amino juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau aktivitas optic. (1) Asam amino terbentuk sebagai hasil hidrolisis protein ialah -asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang bersebelahan dengan gugus karboksil, atau terletak pada posisi . karbon pada asam amino merupakan pusat kiral kecuali pada glisin yang gugus R-nya adalah atom H. dengan demikian seluruh asam amino yang diturunkan dari protein (kecuali glisin) bersifat optic aktif. Asam amino mempunyai konfigurasi L yang sejenis gliseraldehida

perlu diperhatikan bahwa konvensi fischer yang bisa digunakan pada karbohidrat dapat pula diterapkan pada asam amino (2). Nama-nama 20 jenis asam-asam amino pembentuk protein digambarkan sebagai berikut: (3) 1. Alanin (Ala) 2. Val (Val) 3. Leusin (Leu) 4. Isoleusin (ile) 5. Prolin (Pro) 6. Fenil alanin (Fen) 7. Triptofan (Trp) 8. Metionin (Met) 9. Glisin (Gli) 10. Serin (Ser) 11. Treonin (Tre) 12. Sistein (Sis) 13. Tirosin (Tyr) 14. Asparagin (Asn) 15. Glutamin (Gln) 16. As. Aspartat (Asp) 17. As. Glutamat (Glu) 18. Lisin (Lis) 19. Arginin (Arg) 20. Histidin (His)

Kedua puluh asam amino protein, pada dasarnya hanya berbeda pada gugus R-nya, gugus R inilah yang membedakan sifat kimia dan fisika kedua puluh asam amino tersebut dalam struktur , ukuran, polaritas (muatan listrik), dan kelarutan dalam air.kedua puluh asam amino ini biasa juga disebut asam amino baku atau utama karena sering digunakan untuk menentukan asam amino nonprotein yang belum banyak ditemukan, baik struktur dan fungsi biologisnya (4). Asam amino tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 4 golongan berdasarkan relative gugus R-nya (R=gugus yang terikat pada atom C- pada asam amino). (5) a. Asam amino dengan gugus R non polar (tak mengutub). Asam amino dengan gugus R non polar, adalah gugus yang mempunyai selisih muatan dari daerah yang satu kedaerah yang lain. Golongan ini terdiri dari lima asam amino yang mengandung gugus alifatik (alanin, leusin, isoleusin, valin dan prolin) dua dengan R aromatik (fenil alanin dan triptopan) dan satu mengandung atom sulfur (metionin). Pada umumnya golongan asam amino ini kurang atau tidak larut dalam air. b. Asam amino dengan gugus R mengutub tak bermuatan. Golongan ini lebih mudah larut dalam air dari pada golongan yang tak mengutub, karena gugus R mengutub dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air. Termasuk

golongan

ini

adalah

serin,

treonin

dan

tirosin

yang

kekutubannya disebabkan oleh adanya gugus hidroksil (-OH). Asparagin dan glutamine yang kekutubanya disebabkan oleh gugus amida (-CONH2) serta sistin oleh gugus sulfidrin (-SH). c. Asam amino dengan gugus R bermuatan negative Golongan asam amino ini bermuatan negative pada pH 6,0 7,0 dan terdiri dari aspartat dan glutamate yang masing-masing mempunyai dua gugus karboksil (-COOH) d. Asam amino dengan gugus R bermuatan positif. Golongan asam amino ini bermuatan positif pada pH 7,0 terdiri dari lisin, histidin, dan arginin. Kehadiran gugus-gugus bermuatan banyak pada asam amino mengharuskan bahwa gugus-gugus ini mudah dibentuk dan larut dalam pelarut nonpolar seperti benzene, heksana dan eter. Titik leburnya tinggi (di atas 200oC) mencerminkan kehadiran gugus yang bermuatan, yaituenergi tinggi yang diperlukan untuk memecah kekuatan ionik yng mempertahankan kisi-kisi Kristal. (6) Gugus karboksil dan amino dari asam amino

memperlihatkan semua reaksi yang diharapkan dari fungsi-fungsi ini, misalnya pembentukan garam, esterifikasi dan asilasi. Berikut reaksi umum dari asam amino ; (6)

1. Reaksi warna meliputi Ninhidrin secara oksidatif mendekarboksilasi asam -

amino menjadi CO2, NH3, dan aldehid dengan satu asam amino induk. Ninhidrin yang tereduksi selanjutnya bereaksi dengan ammonia yang dibebaskan membentuk kompleks biru yang secara maksimal menyerap sinar panjang gelombang 570 nm. Warna biru ini membentuk dasar tes kwantitatif untuk asam amino dan dapat mendeteksi sekecil g asam amino. Amina-amina selain asam -amino juga bereaksi dengan ninhidrin membentuk warna biru tapi tanpa membebaskan CO2. Dengan demikian pembebasan hCO2 merupakan petunjuk adanya asam amino. Prolin dan 4hidroksiprolin menghasilkan warna kuning dengan ninhidrin. Fluoreskamin, reagen yang bahkan lebih sensitif,

dapat mendeteksi asam amino dalam jumlah nanogram, seperti ninhidrin, fluoreskamin membentuk kompleks dengan amina-amina yang bukan asam amino. 2. Pembentukan ikatan peptide Reaksi terpenting asam amino adalah pembentukan ikatan peptide. Pada pokoknya, pembentukan ikatan peptida ini memerlukan pembuangan 1 mol air antara gugus -amino dari satu asam amino dan gugus -karboksil dari asam amino kedua.

II.2.Uraian Bahan 1. Air suling (5:96) Nama Resmi Nama lain RM/BM Pemerian : Aqua destillata : Aquadest : H2O/18,02 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau tidak mempunyai rasa. Penyimpanan Kegunaan 2. NaOH (5:412) Nama Resmi Nama lain RM/BM Pemerian : Natrium hydroxydum : Natrium hidroksida : NaOH/40,00 : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau kepingan, keras, kering, rapuh dan menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh basah sangat alkalis dan korosif segera menyerap CO2. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol 95% P. Penyimpanan Kegunaan : Dalam wadah tertutup rapat. : Sebagai pereaksi. : Dalam wadah tertutup baik : Sebagai pelarut

3.

(CH3COO)2Pb (5:503) : Plumbat asetat : Timbal (II) asetat : (CH3COO)2Pb : Prisma monoklinik, kecil, tembus

Nama Resmi Nama lain RM Pemerian

cahaya, atau massa hablur, berat, putih,bau asetat merapuh di udara hangat, bereaksialkalis. Kelarutan : Larut dalam dua bagian air dan dalam 63 bagian etanol (95%) P; sangat mudah larut dalam gliserol P. Penyimpanan 4. CuSO4 (5:731) Nama Resmi Nama lain RM Pemerian : Cuprii Sulfat : Tembaga (II) sulfat : CuSO4 : Prisma triklinik atau serbuk hablur biru. Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. : Dalam wadah tertutup rapat. jika dipanaskan

5.

Albumin (5:75) Nama Resmi Nama lain Pemerian : ALBUMINUM : Albumin : Cairan jernih warna coklat merah sampai coklat jingga tua tergantung dari kadar. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, pada suhu 2o dan 25o, terlindung dari cahaya.

6. Ninhidrin (7:717) Nama Resmi Nama lain Pemerian : Ninhidrida : Ninhidrin : Serbuk hablur putih atau kuning

sangat pucat. Kelarutan Penyimpanan Kegunaan 7. Glisin (7:642) : AMINO ASETAT : Asam Amino Asetat, Glisin : serbuk hablur, putih. : Larut dalam suhu 60oC : Dalam wadah tertutup dengan baik. : Sebagai pereaksi.

Nama resmi Sinonim Pemerian

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan dalam eter P.

Penyimpanan 8. Ammonium (FI III; 1979) Nama Resmi Nama lain RM Pemerian

: Dalam wadah tertutup baik.

: Ammonia : Ammonia : NH3 : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas.

Kelarutan Penyimpanan Kegunaan 9. Asam nitrat (FI III;1979) Nama Resmi Nama lain RM Pemerian

: Mudah larut dalam air. : Dalam wadah tertutup rapat. : Sebagai pereaksi.

: Acidum nitricum : Asam nitrat : HNO3 : Cairan berwarna. berasap, jernih, tidak

Penyimpanan Kegunaan 10. Glisin (7:642)

: Dalam wadah tertutup baik : Sebagai pereaksi

Nama resmi

: AMINO ASETAT

Sinonim Pemerian Kelarutan

: Asam Amino Asetat, Glisin : serbuk hablur, putih. : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol mutlak P dan dalam eter P.

Penyimpanan 11.

: Dalam wadah tertutup baik.

Ammonium (FI III; 1979) : Ammonia : Ammonia : NH3 : Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas.

Nama Resmi Nama lain RM Pemerian

Kelarutan Penyimpanan Kegunaan

: Mudah larut dalam air. : Dalam wadah tertutup rapat. : Sebagai pereaksi.

BAB III METODE KERJA

III.1.

Alat dan Bahan III.1.1. Alat yang digunakan 1. Bunsen 2. Gelas ukur 3. Kawat kasa 4. Kaki tiga 5. Pipet tetes 6. Rak tabung 7. Tabung reaksi

III.1.2. Bahan yang digunakan 1. Air suling 2. Cystine 3. Kristal Cysteina hidroklorida 4. Larutan Asam amino (Glisin) 5. Larutan Natrium nitroprusida 1% 6. Larutan Ninhydrin 0,1% 7. Larutan protein 8. NaOH
9. NH3

10. Pereaksi Millon 11. Timbal asetat

III.2.

Cara Kerja A. Tes Millon 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Dimasukkan 3 mL larutan protein kedalam tabung reaksi. 3. Lalu ditambahkan 5 tetes pereaksi Millon. 4. Kemudian dipanaskan. 5. Diamati perubahan yang terjadi. 6. Jika pereaksi yang digunakan terlalu banyak maka warna akan hilang pada pemanasan. B. Tes Ninhydrin 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Dimasukkan 3 mL larutan protein kedalam tabung reaksi. 3. Lalu ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhydrin 0,1%. 4. Kemudian dipanaskan hingga mendidih. 5. Diamati perubahan yang terjadi. 6. Ulangi percobaan diatas menggunakan asam amino (glisin). C. Cysteina 1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilarutkan beberapa kristal Cystein hidroklorida dalam 5 mL

air suling.

3. Ditambahkan 0,5 mL larutan Natrium nitroprusida 1%.


4. Ditambahkan 0,5 mL NH3, dikocok.

5. Diamati perubahan yang terjadi. D. Cystina 1. Disiapkan alat dan bahan. 2. Dilarutkan sedikit Cysteine kedalam 5 mL NaOH 1M. 3. Ditambahkan beberapa kristal Pb-asetat, dikocok. 4. Dipanaskan hingga mendidih. 5. Diamati perubahan yang terjadi.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1. Data Pengamatan A. Tes Millon Larutan Protein dan Larutan Asam Amino Telur Glisin As. Aspartat B. Tes Ninhydrin Larutan Protein dan Larutan Asam Amino Warna Dengan Ninhydrin Setelah pemanasan Warna Pereaksi dgn Millon Kuning Bening Bening Setelah pemanasan Koagulan kuning Bening Bening

Protein Gliserin

Kuning Bening

Merah muda Ungu muda

C. Cystein Larutan contoh + larutan Na. Nitroprosida Putih keruh + Ammonium Hidroksida D. Cystine Larutan contoh + larutan NaOH Bening + Pb. Asetat IV. 2 Reaksi
a. 2HSCH2CHCOOH

putih keruh

coklat kemerahan

S CH2CHCOOH

b. Pb 2+ + H2S

Pb S + 2 H +

BAB V PEMBAHASAN Dalam uji reaksi asam amino dapat ditentukan dengan beberapa tes uji diantaranya tes millon, tes ninhydrin, tes cysteina, tes cystine dengan menggunakan pereaksi tertentu. Pada tes millon ini, pertama dibuat pereaksi Millon dengan cara melarutkan 10 g merkuri kedalam 20 ml asam nitrat pekat. Apabila telah melarut semua dan uap coklat tak kelihatan, maka encerkan dengan 60 ml air. Pada uji larutan protein yang ditambahkan glisin, ditambahkan 5 tetes pereaksi Millon berwarna bening dan setelah dipanaskan tetap pereaksi Millon

berwarna bening. Asam aspartat ditambahkan 5 tetes

berwarna bening dan setelah dipanaskan tetap berwarna bening. Putih telur ditambahkan 5 tetes pereaksi Millon berwarna kuning dan setelah dipanaskan terbentuk koagulan kuning. Hal tersebut tidak sesuai dengan literatur karena asam amino dapat terhidrolisis dengan asam nitrat yang terdapat pada pereaksi Millon sehingga terjadi perubahan warna. Pada uji Ninhydrin, dimana larutan protein ditambahkan

glisin,kemudian ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhydrin menghasilkan larutan berwarna bening dan setelah dipanaskan larutan berubah menjadi berwarna ungu tua. Asam aspartat ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhydrin larutan berwarna bening dan setelah dipanaskan larutan berubah menjadi

berwarna ungu muda/violet. Putih telur ditambahkan 0,5 mL larutan Ninhydrin berwarna kuning dan setelah dipanaskan terbentuk endapan berwarna pink. Hal ini disebabkan terbentuk kompleks berwarna. Kompleks yang terbentuk adalah mengandung dua molekul kompleks ninhydrin bereaksi dengan ammonia setelah asam amino dioksidasi. Ninhydrin merupakan oksidator kuat yang dapat menyebabkan terjadinya dekarboksilasi oksidatif asam -amino untuk menghasilkan CO2. NH3 dan suatu aldehid dengan satu atom karbon kurang dari pada asam amino induknya.

Ninhydrin yang tereduksi, kemudian bereaksi dengan asam amino yang lepas. Pada uji cysteina, dimana asam amino (larutan contoh)

ditambahkan pereaksi natrium nitroprusida akan terbentuk endapan larutan berwarna putih setelah ditambahkan ammonium hidroksida berwarna hijau. Reaksi antara gugus sulfuhidryl dan asam amino peptida atau protein dengan nitroprusida dan amoniak berlebih. Pada uji cystine, dimana asam amino (larutan contoh) ditambahkan larutan NaOH berwarna bening kemudian ditambahkan Pb-asetat terbentuk endapan putih susu. Hal ini dapat terjadi karena pada saat dipanaskan reaksi belum sempurna, sehingga setelah didinginkan warnanya berubah.

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada saat praktikum, yaitu: 1. Sampel maupun pereaksi yang digunakan sdah tidak bagus. 2. Kelebihan atau kekurangan jumlah zat pereaksi yang ditambahkan sehingga mempengaruhi hasil. 3. Ketidak telitian praktikan saat melakukan praktikum.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Sistem merupakan salah satu jenis asam amino 2. Gugus sulfuhidrid dan cystena mudah dioksida

menggabungkan dua cysteina menjadi cysteina gugus disulfide 3. Cystine merupakan turunan asam amino yang berasal dari oksidasi cysteina VI.2. Saran Sebaiknya dilakukan asistensi khusus sebelum praktikum untuk menunjang kelancaran praktikum yang akan dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Poedjiadi, Anna. 1944. Dasar-dasar biokimia . Jakarta. Universitas Indonesia Press (UIP). Hart-suminar.1983. Kimia Organik. Edisi keenam . Jakarta. Erangga.

3. Tim Dosen, 2006. Kimia Organik , UNHAS: Makassar. 4. Wahab. H. M. 2004. Pengantar biokimia , Penerbit Bayumedia: Malang-Jawa Timur 5. Tim Dosen, 2005. Kimia Dasar , UNHAS: Makassar. 6. Mayes.A.P.1987. Biokimia Harper . Penerbit ITB: Bandung.

7. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III , Depkes RI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai