68
aliran airtanah dapat didefinisikan dengan cara menarik garis yang memotong
kontur airtanah dari hydraulic head tinggi ke rendah pada sudut 90o seperti
Gambar 2.1. Jika garis kontur dan arah aliran dibuat pada interval-interval tertentu
maka akan terlihat jaring-jaring airtanah atau dikenal sebagai flownets.
Keuntungan flownets ini dapat digunakan untuk menentukan daerah tangkapan
(recharge) dan daerah penurapan airtanah (discharge), menentukan tipe sungai
influent atau effluent, menentukan besarnya debit dinamis, sehingga dapat
diketahui besarnya ketersediaan airtanah, dan menentukan arah pencemaran
airtanah.
Faktor penentu arah aliran airtanah bebas yaitu kondisi topografi di suatu
wilayah. Arah aliran airtanah bebas selalu mengikuti bentuk topografi permukaan
bumi. Berdasarkan topografi di daerah penelitian memiliki kondisi topografi datar
hingga perbukitan. Umumnya airtanah di daerah penelitian mengalir menuju
daerah yang memiliki morfologi datar ke dalam satuan bentuklahan dataran
aluvial, dataran koluvial dan lembah antar perbukitan. Arah aliran yang demikian
menentukan tipe pola aliran sungai effluent, dimana airtanah bergerak menuju
sungai yang mengakibatkan kondisi sungai selalu mengalir sepanjang tahun
(perenial). Pada Gambar 4.1. di bawah menunjukkan bahwa kedudukan muka
airtanah di daerah penelitian lebih tinggi dibandingkan kedudukan muka air
Sungai Opak dan Oyo di daerah penelitian.
Menurut Santosa dan Adji (2006); Sungai di daerah penelitian alirannya
bersifat effluent. Berdasarkan arah aliran airtanah, dan jika dikaitkan dengan
keberadaan sungai-sungainya, maka sungai Opak, Oyo dan anak-anak sungainya
merupakan sungai-sungai yang bersifat perennial (mengalir sepanjang tahun). Hal
ini disebabkan oleh karena kondisi geomorfologi sungai-sungai tersebut berada
pada suatu cekungan dan kedudukan muka air sungai lebih rendah dari muka
airtanah.
Sistem arah aliran airtanah berasal dari sebelah timur-barat dan utara-
selatan. Sistem arah aliran airtanah timur-barat ini termasuk Satuan Airtanah
Perbukitan Baturagung yang berakumulasi pada lembah antar perbukitan dan
satuan bentuklahan dengan morfologi datar. Sistem arah aliran airtanah ini
69
mendominasi arah aliran airtanah di daerah penelitian. Akumulasi airtanah dari
sistem tersebut mengisi cekungan-cekungan pada daerah penelitian yang terlihat
dari pola garis kontur airtanah tertutup. Hal ini menyebabkan daerah-daerah yang
demikian merupakan tempat terkonsentrasinya airtanah. Sistem arah aliran
airtanah lokal juga dijumpai pada lerengkaki dari Perbukitan Baturagung dan
langsung menuju sungai dan anak sungai.
Menurut Suyono (2000); Satuan Airtanah Baturagung berada pada lapisan
batuan tersusun oleh endapan volkanik yang berupa breksi volkanik, batupasir,
serpih tuff, aglomerat, andesit basaltik, batulempung, dan aliran lava yang bersifat
kompak. Aliran airtanah melalui celah-celah batuan, oleh karena itu tingkat
kelulusan airnya kecil. Sifat batuan dan topografinya, maka sebagian besar hujan
menjadi aliran permukaan atau resapan di daerah ini kecil. Airtanah di daerah ini
terdapat setempat-tempat pada lembah-lembah dan kanan kiri sungai. Satuan
Airtanah Gunungapi Merapi dalam Mac Donald (1983) dalam Suyono (2000),
mengemukakan bahwa airtanah di lereng merapi menuju ke arah selatan. Alur-
alur sungai yang lembahnya dalam berpengaruh pada pola aliran, airtanah masuk
ke alur sungai sebagai baseflow, sehingga aliran airtanah di atas dasar lembah
sungai dan aliran airtanah di bawah dasar sungai.
Data lokasi sumur gali didapatkan dari data sekunder, berasal dari laporan
penelitian terdahulu, dan terdapat pula data primer yang dilakukan pada saat
pengambilan sampel airtanah di sekitar sumur gali tersebut. Lampiran 4.
merupakan data lokasi pengambilan sumur gali di daerah penelitian.
70
430000 mT 435000 mT
INSET KABUPATE N
KECAMATAN
SLEMAN
9139086 m U
9139 086
55 50
KOTAMADYA
D.I . YOGYAKARTA
PLERET
KECAMATAN
65
70
JETIS
91290 87m U
9129087
75
KABUPATEN
BA NTUL
KABUPATEN
KULON PROGO
60
85
40
9119088 m U
9119 088
40
#D
S
KABU PATEN
GUNU NGKIDUL
SAM
UDR
AH
IND
Da erah Penelitian
WUKIRSARI
IA
9125000 mU
9125000
5
10
IMOGIRI
#D
S
1 00
SD
# YC
#
95
KARANGTALUN 110
105
D#
S SD
#
KEBON AGUNG
GIRIREJO KECAMATAN
#D
S 65
60
DLINGO
65
KABUPATEN
15
BANTUL
10
KARANG TENGAH
25
20
D SRIHARJO
S
# 30
15
35
o 45 55
Oy
Sung ai O pak
65
i
ga
20
un
S D
S
#
0
35 3
40
65
20
45 70
15
10
25
30
9120000 mU
9120000
5
23 145
11
5 5
17
5
27
SELOPAMIORO
KECAMATAN
PUNDONG KABUPATEN
GUNUNGKIDUL
75
430000 435000
LEGEN DA
C
#
Y Camat Transportasi
D Jalan Kolektor
S
# Desa
Jalan Lokal
Arah Aliran Airtanah Jalan Setapak
Kontur Airtanah
Kontur Topografi
Sungai
Gambar 4.1. Peta Kontur dan Arah Aliran Airtanah Bebas Daerah Penelitian
71
4.2. Hidrostratigrafi Akuifer
Analisis ini didasarkan pada model stratigrafi yang dikorelasikan dengan
kondisi geomorfologi dan geologi wilayah kajian. Pendugaan geolistrik
merupakan suatu cara pendugaan geofisika dari permukaan tanah untuk
mengetahui besarnya tahanan jenis yang diukur dengan mengalirkan arus listrik
ke dalam bumi dan memperlakukan lapisan batuan sebagai media penghantar
arus. Tahanan jenis batuan dapat ditafsirkan sebagai suatu hambatan dalam ohm
meter di antara permukaan yang bertegangan suatu satuan bahan seperti pada
Gambar 4.2.
72
software ini, maka dapat direkonstruksi stratigrafi akuifernya, sehingga dapat
digambarkan susunan atau struktur material atau batuan secara vertikal, baik
kedalaman maupun ketebalan setiap perlapisan batuan. Di samping itu dapat pula
diketahui kedalaman muka airtanah dan keberadaan airtanah tawar, payau maupun
asin di bawah permukaan tanah. Dengan demikian akan dapat diketahui tipe dan
ketebalan akuifer penyusunannya. Klasifikasi besaran nilai tahanan jenis
(resistivity) menggunakan klasifikasi menurut Looke (2000), dapat dilihat pada
Tabel 4.1. berikut.
73
lokasi dan letak jalur pendugan geolistrik tersaji dalam Tabel 4.2. dan Gambar
4.3.
74
430000 mT 435000 mT
INSET KA BUPATEN
SLEMAN
913908 6 m U
KECAMATAN
9139086
KOT AMADY A
D.I. YOGYA KAR TA
PLERET S3b
D
U
D
U S20
91 29087 mU
9 129087
KABU PATEN
KECAMATAN
KABU PATEN
BAN TUL
JETIS
KULONPROGO
S17
F1 S3b
# G - 10
9119088 m U
9119088
S17 SD
#
KABUPATEN
GUNUNGKI DUL
WUKIRSARI
# G - 5 S17
SAM
U DR
AHI
ND
Da er ah Penelit ian
IA
S15 S3b
9125000 mU
9125000
IMOGIRI
U
# D
G-4 S3b
#D
S
#D
S YC
#
G - 11
KARANGTALUN # S3b
#G - 7 F1
D#S G-3 #D
S
# S15
GIRIREJO
KEBON AGUNG
KECAMATAN
D #D
S DLINGO
U
S3a
KABUPATEN S3b
#G - 8 KECAMATAN
BANTUL IMOGIRI
S3a
S3b
i
ga
n
# Su
G-2 SD
#
#
G-1 S3b
F1
9120000 mU
9120000
S3b S3b
S3b
S17 SELOPAMIORO
S3b
KECAMATAN
PUNDONG KABUPATEN
S17
GUNUNGKIDUL
430000 435000
LEGENDA
G- 1
# Lokasi Pendugaan Geolistrik Transportasi Lembah Antar Perbukitan Baturagung
S17
Jalan Kolektor Tmse & Tmn : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit,
Jalur Pendugaan Geolistrik serta batulempung tuffan, breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat,
Jalan Lokal lava dan tuff
C
#
Y Camat S3a Lerengkaki Perbukitan Baturagung
Jalan Setapak Tmn : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuff
D
S
# Desa
S3b
Perbukitan Struktural Baturagung
Tmn, Tmse & Tmwl : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava, tuff,
perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, batulempung tuffan,
Kontur Topografi batugamping terumbu, kalkarenit, dan kalkarenit tuffan
U
Sesar (U, bagian yang naik; D, bagian yang turun)
D
Sesar yang Direka, berdasarkan data gaya berat
Sungai
F1
Dataran Aluvial
Batas Administrasi Qa & Qmi : Pasir, lempung, kerikil, kerakal, breksi, aglomerat, dan
leleran lava tak terpisahkan. Sumber :
1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999
Desa Dataran Koluvial 2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri, Tahun 1999
S20 Tmse : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit, serta 3. Laporan Penelitian Penyelidikan Potensi Airtanah Bantul, 2006
Kecamatan batulempung tuffan 4. Laporan Penelitian Ketersediaan Airtanah, 2007
5. Survei lapangan, 2008
Kabupaten S15 Kipas Koluvial Dibuat Oleh :
Tmn : breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat, lava dan tuff
Pandji Riesdiyanto
03/ 167954/ GE/ 05450
75
430000 mT 435000 mT
INSET KA BUPATEN
SLEMAN
913908 6m U
KECAMATAN
9139086
KOT AMADYA
D.I. YOGYA KARTA
PLERET
3
1
KECAMATAN
91 29087 mU
9 129087
JETIS
KABU PATEN
KABUPATEN
BAN TUL 2
KU LONPR OGO
2
2
9119088 m U
9119088
#D
S
KABUPA TEN
GUNUN GKI DUL
SAM
U DR
AHI
ND
IA
Da er ah Penelit ian 1
WUKIRSARI
419958 429957 4 39956
3
1
9125000 mU
9125000
IMOGIRI 2
#D
S
SD
# YC
#
KARANGTALUN 2
3
D#
S #D
S
1
KEBON AGUNG 1
GIRIREJO 3
KECAMATAN
#D
S DLINGO
KABUPATEN KECAMATAN
BANTUL 1 IMOGIRI 2
KARANG TENGAH
3
D SRIHARJO
S
#
1
3
1 o
Oy
Sung a i Opak
i
ga
n
Su D
S
# 3
1 2 1
2
1
9120000 mU
9120000
2
3
3
1
SELOPAMIORO
2
KECAMATAN
PUNDONG 1 KABUPATEN
GUNUNGKIDUL
430000 435000
76
4.2.1. Model Penampang Hidrostratigrafi
Hasil kondisi hidrostratigrafi di daerah penelitian dilakukan berdasarkan
model hidrostatigrafi dalam bentuk 2 dimensi, yang bertujuan untuk mengetahui
kondisi akuifer, tebal akuifer, material penyusun berdasarkan interpretasi nilai
tahanan jenis batuan, dan deskriptif potensi airtanah di daerah penelitian. Analisis
model hidrostratigrafi yang telah dilakukan pembuatan cross-section berdasarkan
kondisi geomorfologi dan geologi daerah penelitian. Interpretasi material
penyusun ditentukan dengan menggunakan Tabel 4.1. dan menggunakan data bor
pada satuan bentuklahan yang sama. Ketebalan rerata ditentukan dengan
interpretasi menggunakan peta zonasi kedalaman muka freatik daerah penelitian
yang tersaji pada Gambar 4.4. Secara detil penampang model hidrostratigrafi
disajikan sebagai berikut:
77
material lempung, gamping tufan, dan batugamping, sehingga lapisan ini disebut
sebagai akuiklud.
78
rerata lapisan ini + 58 meter, lapisan tersebut cukup potensial dalam memiliki
ketersediaan airtanah.
79
Koluvial
80
Gambar 4.8. Interpretasi Model Penampang Hidrostratigrafi G1-G2
81
Lanjutan Tabel 4.3.
Jalur Tebal
Jenis Tipe Satuan
No Pendugaan Stratum Akuifer
Akuifer Akuifer Bentuklahan
Geolistrik (meter)
Dataran
Stratum 3 Akuifer Bebas 72 meter aluvial dan
G11 – G3 – G9 – Kipas koluvial
3.
G2 Kipas koluvial
Stratum 4 Akuifer Bebas 67 meter dan Dataran
aluvial
15 m
Stratum 1
(timur) Dataran
(timur) dan Akuitard Melayang
dan 3 m aluvial
(barat)
(barat)
4. G 1 – G2 Dataran
Stratum 2 Akuifer Bebas 79 meter
aluvial
Semi
Dataran
Stratum 3 Akuifug tertekan, 93 meter
aluvial
Tertekan
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
82
Sistem akuifer pada daerah dengan topografi dataran memiliki lapisan
akuitard sebagai lensa airtanah, dimana material penyusun ini terpengaruh dari
proses fluvial, akibat proses aliran sungai di sekitar derah penelitian. Lensa
airtanah atau akuifer melayang tersisipkan diantara akuifer bebas, hal ini dapat
terlihat dari model penampang hidrostratigrafi daerah penelitian. Sistem akuifer
perbukitan tidak dapat dikatakan sebagai akuifer, karena material penyusun
bersifat akuifer sekunder, dan kondisi material penyusunnya yang relatif tidak
mampu menyimpan airtanah dengan baik, sehingga airtanah terdapat pada sistem
percelahan atau retakan.
Satuan akuifer perbukitan relatif miskin airtanah dan akan mengalami
kekeringan pada musim kemarau. Selama musim penghujan, airtanah akan
mengalir melalui sistem percelahan atau perlapisan batuan, yang keluar berupa
rembesan (seepage). Pada struktur patahan yang terdapat pada suatu tekuk lereng
perbukitan, kemungkinan dapat dijumpai pemunculan mata air, yang merupakan
konsentrasi aliran airtanah yang muncul ke permukaan bumi. Pada umumnya
airtanah berasa tawar, jernih, dan berkualitas baik sebagai sumber air minum,
khusunya pada satuan Perbukitan Baturagung. Hal ini dikarenakan batuan
penyusunnya berupa batuan-batuan volkan tua, seperti: breksi, batupasir, dan
andesitis (Santosa dan Adji, 2006).
Pada daerah penelitian terdapat sub sistem akuifer lembah antar perbukitan
atau cekungan, hal ini terlihat dari model penampang hidrostratigrafi di atas pada
Gambar 4.6. sistem akuifer ini terlihat pada bentuk kontur topografi di sebelah
utara daerah penelitian, dimana terjadi akumulasi airtanah pada daerah tersebut.
Sistem akuifer ini terjadi bersifat lokal dengan material penyusun berasala dari
rombakan material perbukitan di sekitarnya, sehingga sistem akuifer ini memiliki
lapisan akuitard pada titik pengukuran G5 dan akuifer pada titik pengukuran G4.
Lapisan sistem akufer merapi memiliki airtanah potensial dengan ketebalan
rerata akuifer yang cukup tebal dalam menyimpan airtanah, begitupula pada
sistem akuifer perbukitan semakin tebal, akan tetapi pada sistem akuifer ini
bersifat akuifer sekunder. Kondisi keberadaan airtanah pada lapisan akuifer, salah
satunya dipengaruhi oleh tenaga endogen yang bekerja pada saat ini dan masa
83
lampau. Secara struktur daerah penelitian merupakan bagian dari bidang patahan
yang berada di sebelah timur dari Graben Bantul. Perbedaan sistem akuifer di
setiap bentuklahan, mempengaruhi karakteristik airtanah bebas daerah penelitian.
Karakteristik airtanah bebas dalam sistem akuifer di daerah penelitian disajikan
pada Tabel 4.4. berikut.
84
Lanjutan Tabel 4.4.
Sistem Karakteristik
No Karakteristik Airtanah Bebas
Akuifer Akuifer
• Jenis akuifer: akuifer, Kualitas airtanah tawar, DHL rendah-
akuitard sedang
• Tipe akuifer: bebas, Lapisan akuifer cukup tebal
semi tertekan Berdasarkan materialnya memiliki
• Memiliki ketebalan nilai K (permeabilitas) sedang-buruk.
4. Kipas koluvial lapisan akuifer sedang Airtanah potensial cukup untuk
• Material penyusun: diturap
pasir, lempung, breksi, Sifat fisik airtanah (rasa,warna, dan
gamping tufan bau) dominan baik
Faktor penghambat: lensa airtanah
menyebabkan airtanah payau-asin
• Jenis akuifer: akuifer, Kualitas airtanah tawar, DHL rendah
akuitard Lapisan akuifer cukup tebal
• Tipe akuifer: bebas, Berdasarkan materialnya memiliki
semi tertekan nilai K (permeabilitas) yang sedang-
• Memiliki ketebalan buruk.
lapisan akuifer sedang Airtanah potensial sedang untuk
Lerengkaki
• Material penyusun: diturap
5. Perbukitan
pasir, lempung, breksi, Sifat fisik airtanah (rasa,warna, dan
Baturagung
gamping tufan, bau) dominan baik
batugamping Faktor penghambat: lensa airtanah
menyebabkan airtanah payau-asin,
keterdapatan material penyusun
porositas sekunder yang bersifat
melarutkan airtanah.
• Jenis akuifer: Akuitard, Kualitas airtanah tawar, DHL rendah
akuifug Lapisan non akuifer tebal
• Tipe akuifer: non Berdasarkan materialnya memiliki
akuifer nilai K (permeabilitas) yang buruk.
• Memiliki ketebalan Airtanah tidak potensial untuk diturap
Perbukitan Sifat fisik airtanah (rasa,warna, dan
6. Struktural lapisan akuifer rendah
(non akuifer) bau) dominan baik
Baturagung Faktor penghambat: keterdapatan
• Material penyusun:
batugamping, tuff material penyusun porositas sekunder
napalan, breksi yang bersifat melarutkan airtanah.
gunungapi, gamping
tufan
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
85
4.3. Hidrogeokimia Airtanah
4.3.1 Kualitas Airtanah
Kualitas air sangat penting artinya bagi kehidupan saat ini karena makhluk
hidup tidak akan dapat hidup tanpa adanya air. Kualitas air dalam hal ini
mencakup keadaan fisik, kimia, dan biologi yang dapat mempengaruhi
ketersediaan air untuk kebutuhan manusia, pertanian, industri rekreasi, dan
pemanfaatan lainnya (Asdak, 1995). Paramater kualitas airtanah dalam penentuan
analisis kimia airtanah daerah penelitian berupa BOD, COD, DO, Nitrat (NO3),
Nitrit (NO2), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Potasium (K), Natrium (Na), Besi
(Fe), Sianida (SiO2), Sulfat (SO4), Klorida (Cl), HCO3, CO3, dan Coliform.
Menurut Hem (1971); Siklus hidrologi yang terjadi di alam mempengaruhi
konsentrasi asal-usul usur kimia air terhadap evaluasi analisis kualitas air. (Hem,
1971).
Komposisi kimia airtanah tidak dibahas secara lanjut karena digunakan
sebagai perhitungan indeks kejenuhan airtanah dan tipe kimia airtanah, kualitas air
daerah penelitian menekankan pada daya hantar listrik airtanah. Sifat fisik dan
kimia airtanah dapat diukur secara kuantitatif dengan menggunakan alat ukur
tersendiri dan dilakukan pada tubuh air (sumur gali), sehingga data yang didapat
belum mengalami perubahan. Kualitas airtanah di daerah penelitian banyak
digunakan sebagai sumber air minum, dimana daya hantar listrik merupakan
tingkatan akumulasi ion-ion terlarut yang terdapat dalam suatu wadah akuifer
yang dinyatakan dalam satuan μmhos/cm atau μS/cm, semakin tinggi konsentrasi
jumlah ion-ion terlarut, maka kadar nilai konduktivitas untuk menentukan sifat
fisik airtanah (tawar, payau, dan asin) dari daya hantar listrik airtanah tersebut.
Akumulasi ion-ion terlarut tersebut disajikan pada Gambar 4.9.
Dusun Siluk I, Desa Selopamioro terdapat nilai daya hantar listrik sedang,
dengan tipe/kondisi kualitas airtanah payau-asin dengan skala lokal. Hal ini dapat
dilihat dari material penyusun batuan berupa material lempung seperti jalur
pendugaan geolistrik pada Gambar 4.8. diatas. Material tersebut merupakan hasil
dari sedimentasi sungai serta akumulasi ion terlarut dari perbukitan yang terbawa
oleh aliran airtanah menuju ke daerah tersebut. Lempung yang padat dan serpihan
86
batuan (shales) dapat menjadi lapisan yang semi kedap air, dimana molekul-
molekul air akan mengalir meninggalkan ion-ion kimia, sehingga hal ini
meningkatkan konsentrasi garam pada suatu lapisan formasi geologi (Kodoatie,
1996).
Profil penampang sampel airtanah di daerah penelitian pada berbagai
kedalaman akuifer disajikan dalam bentuk grafik plot kedalaman dengan bantuan
perangkat lunak aquachem 4.0, sehingga dapat diketahui gambaran nilai
konduktivitas airtanah daerah penelitian. Kekurangan dari model tersebut adalah
minimalnya informasi secara detil, dikarenakan minimalnya pengambilan jumlah
sampel airtanah. Profil sampel airtanah dari akumulasi ion terlarut atau daya
hantar listrik terhadap kedalaman sumur gali daerah penelitian disajikan pada
Gambar 4.10. dan persebaran pengambilan lokasi sampel airtanah pada Tabel 4.5.
87
430000 mT 435000 mT
91 39086 mU
SLEMA N
9 139086
KOTAMADYA
PLERET
D.I. YOGYAKARTA
KECAMATAN
JETIS
912908 7m U
9129087
KABUPATE N
B ANTUL
KABUPATEN
KULONPROGO
91 19088 mU
SD
#
9 119088
KABUPATEN
GUNUNGKIDU L
SAMU
DR Daerah Penelitian
WUKIRSARI
A HIN
DIA
9125000 mU
9125000
IMOGIRI
#D
S
#D
S YC
#
KARANGTALUN
D#
S #D
S
KEBON AGUNG
GIRIREJO KECAMATAN
#D
S DLINGO
KABUPATEN
BANTUL
KARANG TENGAH
D SRIHARJO
S
#
o
Oy
Sung a i Opak
i
ga
n
Su D
S
#
9120000 mU
9120000
SELOPAMIORO
KECAMATAN
PUNDONG KABUPATEN
GUNUNGKIDUL
430000 435000
LEGENDA
C Zonasi Daya Hantar Listrik
#
Y Camat
D Airtanah Tawar ( < 1250 mmhos/cm)
S
# Desa
Airtanah Payau ( 1250 - 2500 mmhos/cm )
Kontur Topografi
Sungai
Batas Administrasi
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Transportasi
Sumber :
Jalan Kolektor 1. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Bantul, Tahun 1999
2. Peta RBI Digital skala 1 : 25.000, Lembar Imogiri,Tahun 1999
Jalan Lokal 3. Data Sekunder Survei Lapangan, 2006
4. Survei Lapangan, 2008
Jalan Setapak Dibuat Oleh :
Pandji Riesdiyanto
03/ 167954/ GE/ 05450
88
Gambar 4.10. Model Profil Plot Sampel Airtanah vs Kedalaman Sumur Gali Daerah Penelitian
(Sumber: Hasil Perhitungan dan Pemodelan, 2008)
89
4.3.2 Variasi Indeks Kejenuhan Airtanah dan Tipe Kimia Airtanah
Kondisi pH (aktivitas ion hidrogen) dan Eh (potensial redoks) airtanah
daerah penelitian tersajikan pada Tabel 4.5. kondisi pH airtanah di daerah
penelitian berkisar 6,33-6,85 bersifat asam dengan kondisi pH airtanah normal.
Air yang bersifat asam (pH < 7) terdapat pada daerah-daerah dengan endapan
vulkanik, sedangkan air yang bersifat basa (pH > 7) terdapat pada daerah-daerah
dengan batuan ultramafik (Hem, 1971). Kisaran nilai Eh di daerah penelitian
berkisar antara (-) 55 - (+) 49, nilai negatif dan positif menunujukkan terjadinya
reaksi kimia antara anion dan kation yang dilepas dan elektron yang diikat.
Potensial redoks dinyatakan dalam satuan milivolt (mV). Nilai potensial hidrogen
dianggap sebagai nilai nol (baseline). Jika nilai Eh air lebih besar dari nilai Eh
hidrogen, maka potensial redoksnya positif. Potensial redoks yang positif
menunjukkan kondisi oksidasi, sedangkan nilai negatif menunjukkan kondisi
reduksi.
Parameter-paramater penentu komposisi kimia airtanah ditentukan
berdasarkan kondisi satuan bentuklahan dan salah satu sumber airtanah adalah air
hujan. Komposisi kimia di dalam air hujan umumnya terdiri atas: SiO2, Ca, Mg,
Na, K, NH4, HCO3, Cl, NO3, sedangkan Fe berasal dari batuan beku gunungapi
(Hem, 1971). Menurut Toth (1984), dalam Kodoatie (1996), proses reaksi kimia
dibagi menjadi dua, yaitu proses reaksi kimia primer dan proses reaksi kimia
sekunder. Proses reaksi kimia primer merupakan proses yang menyebabkan
bertambahnya unusur-unsur mineral yang larut dalam airtanah akibat kontak
langsung antara air dan batuan, sedangkan proses reaksi kimia sekunder
merupakan proses modifikasi dan perubahan-perubahan sifat-sifat kimia airtanah
pada waktu air melakukan kontak dengan bahan mineral padat.
Penentuan variasi indeks kejenuhan airtanah diambil dari sampel kualitas
airtanah sumur gali daerah penelitian dengan jumlah 10 sampel airtanah.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana pengambilan
sampel berdasarkan satuan bentuklahan dan penggunaan lahan yang berada di
daerah penelitian dengan bantuan perangkat lunak aquachem 4.0. Penggunaan
perangkat lunak tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan
90
perhitungan, sehingga proses indeks kejenuhan reaksi kimia airtanah menuju
kesetimbangan di daerah penelitian dapat diketahui.
Hasil uji kualitas air sampel airtanah dikoreksi tingkat penyimpangan
kesalahan (charge balance error) dari hasil analisis laboratorium. Tingkat
persentase penyimpangan yang masih bisa diterima adalah 5 %, proses indeks
kejenuhan yang terjadi dalam airtanah SI = 1 kondisi setimbang/stabil, SI > 1
terjadi pengendapan, dan SI < 1 terjadi disolusi/pelarutan (Jankowski, 2001).
Komposisi kimia airtanah daerah penelitian yang telah dilakukan analisis
laboratorium menunjukkan bahwa tingkat penyimpangan kesalahan masih di
bawah 5 %, sehingga dapat dilakukan perhitungan nilai indeks kejenuhan airtanah
yang disajikan dalam Tabel 4.6.
Ca + Mg
2. Ca + Mg (%) = × 100%
( Na + K ) + (Ca + Mg )
3. Anion yang sejajar dengan sumbu Y (Cl- + SO42- dan CO3- + HCO32-)
91
Cl + SO4
4. Cl + SO4 (%) = − 2−
× 100%
(Cl + SO4 ) + (CO3 + HCO3 )
92
430000 mT 435000 mT
ù(ù ù ù(ù (
ù(ù ù ù (ù ù ù ù( ù ù(
41 99 58 mT 42 99 57 m T 4 39 95 6 mT
ùù (ù ù (ù ù(ù (ù
INSET KA BUPATEN
SLEMAN
91 39 08 6m U
KECAMATAN
91 390 86
KOT AMADY A
D.I. YOGYA KAR TA
PLERET S3b
D
U
ù
KECAMATAN SAI - 10
KABU PATEN
KABU PATEN
BAN TUL
JETIS
ù ù(ù
KU LON PR OGO
S17 ù ù ù(ù ù ù (ù ù ù(ù(
F1 S3b
SAI - 9
9 119 08 8 m U
911 90 88
S17 SD#
#
KABUPA TEN
GUNUN GKI DUL
SAM
U DR
AHI
ND
IA
Da er ah Penelit ian S17
WUKIRSARI
ù (ù ù ù (ù ù ù
41 99 58 42 99 57 4 39 95 6
S15 S3b
9125000 mU
9125000
U
IMOGIRI
D
ù(ù ù
S3b
#D
S
(ù ù ù (ù ù
#D
S YC
#
S3b
(ù ù ù(ù ù
KARANGTALUN
SAI - 8 F1 #
S#
D#
SAI - 7 #D
S
S15
KEBON AGUNG
GIRIREJO KECAMATAN
#
D #D
S SAI - 6 DLINGO
U
S3a
KECAMATAN S3b
KABUPATEN
IMOGIRI
ù ù (ù ù ù ù (ù ù
(ù ù ù ù ù(ù ù ù ù(ù ù (ù ù ù(
BANTUL
ù ù (ù ù ù (ù ù(
ù ù ù (ù ù ù ù (ù ù ù ù (ù ù ù ù(ù (ù ù (ù ù ù
ù ù (ù
ù ù ù(ù ù ù (ù ù ù (ù ù ù ù ù(ù ù ù (ù ù
F1 KARANG TENGAH
S15
#
ù ù ù(ù ù (ù ù ù(ù ù ù ù(ù ù (
ù ù(
SAI - 5 S3a
ù ù(
D SRIHARJO F1
S
# S3a SAI - 3
ù (ù ù ù(ù ù ù (ù ù
n
Su ù ù(
ù (ù
SD
#
#
ù ù ù (ù
ù(ù ù ù ù(ù ù ù (ù ù ù (ù ù ù ù(ù ù(ù ù ù ù(ù (
SAI - 1 S3b
ù
#
ù ù ù ù( (ù ù ù ù
ù( ù ù(ù ù ù ù( ù(
SAI - 2 F1
ù ù (ù
9120000 mU
9120000
ù
S3b S3b
ù ù(ù
ù ù(
S3b
S17 SELOPAMIORO
S3b
KECAMATAN
PUNDONG KABUPATEN
S17
GUNUNGKIDUL
430000 435000
LEGENDA
SAI 1 Transportasi Lembah Antar Perbukitan Baturagung
# Sampel Airtanah Jalan Kolektor
S17
Tmse & Tmn : perselingan antara breksi - tuff, tuff dasit, tuff andesit,
serta batulempung tuffan, breksi gunungapi, breksi aliran, aglomerat,
C
#
Y Camat Jalan Lokal lava dan tuff
93
Tabel 4.7. Penentuan Tipe Kimia Airtanah Daerah Penelitian
Kode Sampel SAI 1 Kode Sampel SAI 2
Unsur mg/L BA mmol/L meq/L % Unsur mg/L BA mmol/L meq/L %
2+ 2+
Ca 283,00 40,08 7,06 14,12 76,35 Ca 25,60 40,08 0,64 1,28 22,84
Mg2+ 6,01 24,31 0,25 0,49 2,67 Mg2+ 13,48 24,31 0,55 1,11 19,83
Na+ 85,00 22,99 3,70 3,70 19,99 Na+ 72,10 22,99 3,14 3,14 56,06
K+ 7,10 39,10 0,18 0,18 0,98 K +
2,80 39,10 0,07 0,07 1,28
18,50 100,00 5,59 100,00
Cl- 16,40 35,45 0,46 0,46 2,61 Cl- 16,40 35,45 0,46 0,46 8,95
SO42- 314,00 96,06 3,27 6,54 36,86 SO42- 0,10 96,06 0,00 0,00 0,04
CO32- 0,00 60,00 0,00 0,00 0,00 CO32- 0,00 60,00 0,00 0,00 0,00
HCO3- 655,00 61,02 10,73 10,73 60,53 HCO3- 287,00 61,02 4,70 4,70 91,01
17,73 100,00 5,17 100,00
Kelompok Airtanah = II Kelompok Airtanah = Va
Tipe = Ca - (HCO3)²¯ - SO4 CBE 2,10 Tipe = Na - Ca - (HCO3)²¯ CBE 3,96
94
Lanjutan Tabel 4.7.
Kode Sampel SAI 7 Kode Sampel SAI 8
Unsur mg/L BA mmol/L meq/L % Unsur mg/L BA mmol/L meq/L %
Ca2+ 74,90 40,08 1,87 3,74 54,04 Ca2+ 75,10 40,08 1,87 3,75 47,82
Mg2+ 14,41 24,31 0,59 1,19 17,15 Mg2+ 32,43 24,31 1,33 2,67 34,05
Na+ 23,70 22,99 1,03 1,03 14,91 Na+ 21,30 22,99 0,93 0,93 11,82
K+ 37,60 39,10 0,96 0,96 13,91 K+ 19,30 39,10 0,49 0,49 6,30
6,92 100,00 7,84 100,00
Cl- 20,50 35,45 0,58 0,58 9,10 Cl- 22,60 35,45 0,64 0,64 8,90
SO42- 16,20 96,06 0,17 0,34 5,31 SO42- 10,33 96,06 0,11 0,22 3,00
CO32- 0,00 60,00 0,00 0,00 0,00 CO32- 0,00 60,00 0,00 0,00 0,00
HCO3- 332,00 61,02 5,44 5,44 85,60 HCO3- 385,00 61,02 6,31 6,31 88,10
6,36 100,00 7,16 100,00
Kelompok Airtanah = Va Kelompok Airtanah = Va
Tipe = Ca - (HCO3)²¯ CBE 4,22 Tipe = Ca - Mg - (HCO3)²¯ CBE 4,50
HCO3- 280,00 61,02 4,59 4,59 77,77 HCO3- 275,00 61,02 4,51 4,51 79,74
5,90 100,00 5,65 100,00
Kelompok Airtanah = II Kelompok Airtanah = Va
Tipe = Ca - Mg - (HCO3)²¯ CBE 4,89 Tipe = Ca - Mg - (HCO3)²¯ CBE 4,30
96
Lanjutan Tabel 4.8.
Satuan Karakteristik Karakteristik Karakteristik
No
Bentuklahan Akuifer Airtanah Bebas Hidrogeokimia
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah tawar, Tipe kimia airtanah
akuitard akuifer DHL rendah-sedang II
melayang, akuifer Lapisan akuifer cukup tebal Terjadi proses
• Tipe akuifer: semi Berdasarkan materialnya pelarutan mineral
tertekan, bebas memiliki nilai K kalsit, dolomit,
• Memiliki lapisan (permeabilitas) sedang- gipsum, dan dolomit
Lembah antar akuifer sedang buruk. Terjadi proses redoks
3. Perbukitan Material Airtanah potensial sedang
Baturagung penyusun: pasir, untuk diturap
lempung, breksi, Sifat fisik airtanah
tuff, aglomerat, (rasa,warna, dan bau)
batugamping dominan baik
Faktor penghambat: lensa
airtanah menyebabkan
airtanah payau-asin
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah tawar, Tipe kimia airtanah
akuifer, akuitard DHL rendah-sedang Va
• Tipe akuifer: Lapisan akuifer cukup tebal Terjadi proses
bebas, semi Berdasarkan materialnya pelarutan mineral
tertekan memiliki nilai K kalsit, dolomit,
• Memiliki lapisan (permeabilitas) sedang- gipsum, dan dolomit
akuifer sedang buruk. Terjadi proses redoks
4. Kipas koluvial Material penyusun: Airtanah potensial cukup dan pertukaran
pasir, lempung, untuk diturap kation
breksi, gamping tufan Sifat fisik airtanah
(rasa,warna, dan bau)
dominan baik
Faktor penghambat: lensa
airtanah menyebabkan
airtanah payau-asin
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah tawar, Tipe kimia airtanah I
akuifer, akuitard DHL rendah Terjadi proses
• Tipe akuifer: Lapisan akuifer cukup tebal pelarutan mineral
bebas, semi Berdasarkan materialnya kalsit dan dolomit
tertekan memiliki nilai K Terjadi proses redoks
• Memiliki lapisan (permeabilitas) yang
akuifer sedang sedang-buruk.
• Material Airtanah potensial sedang
Lerengkaki penyusun: pasir, untuk diturap
5. Perbukitan lempung, breksi, Sifat fisik airtanah
Baturagung gamping tufan, (rasa,warna, dan bau)
batugamping dominan baik
Faktor penghambat: lensa
airtanah menyebabkan
airtanah payau-asin,
keterdapatan material
penyusun porositas
sekunder yang bersifat
melarutkan airtanah.
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
97
Lanjutan Tabel 4.8.
Satuan Karakteristik Karakteristik Karakteristik
No
Bentuklahan Akuifer Airtanah Bebas Hidrogeokimia
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah tawar, Tipe kimia airtanah
Akuitard, akuifug DHL rendah Va
• Tipe akuifer: non Lapisan non akuifer tebal Terjadi proses
akuifer Berdasarkan materialnya pelarutan mineral
• Memiliki lapisan memiliki nilai K kalsit, dolomit,
akuifer rendah (permeabilitas) yang buruk. gipsum, dan dolomit
(non akuifer) Airtanah tidak potensial Terjadi proses redoks
Perbukitan
• Material untuk diturap dan pertukaran
6. Struktural
penyusun: Sifat fisik airtanah kation
Baturagung
batugamping, tuff (rasa,warna, dan bau)
napalan, breksi dominan baik
gunungapi, Faktor penghambat:
gamping tufan keterdapatan material
penyusun porositas
sekunder yang bersifat
melarutkan airtanah.
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
98
terjadi proses oksidasi dari material penyusun sebagai reduktor. Material tersebut
berasal dari proses fluvial dan rombakan material perbukitan sekitar, mengandung
airtanah bikarbonat dengan tipe kimia II. Indeks kejenuhan airtanah daerah ini
terjadi pelarutan mineral kalsit, dolomit, gipsum dan kuarsit.
Kualitas airtanah di dalam akuifer sebagai sumber air minum banyak
memiliki keunggulan daripada air permukaan, sehingga upaya pemeliharaan
airtanah sesuai pemanfaatannya harus tetap terjaga dengan baik, untuk menjamin
kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air. Pemanfaatan airtanah di daerah
resapan dan penurapan airtanah dikontrol oleh adanya kebijakan dari suatu
lembaga pemerintah. Secara umum tata lingkungan airtanah daerah penelitian
masih berada jauh dalam batas baku mutu air kelas I, hal ini diketahui dari
kualitas airtanah dan tipe kimia airtanah yang didominasi oleh tipe kimia air
kelompok Va, sedangkan I dan II secara lokal.
Pemanfaatan atau penurapan airtanah untuk memenuhi kebutuhan air
minum, seharusnya mengacu pada ketersediaan airtanah dan hidrogeokimia
airtanah, sehingga arahan pemanfaatan airtanah sesuai dengan rencana
pendayagunan airtanah. Mutu kualitas airtanah yang bersifat tawar dari nilai daya
hantar listrik airtanahnya dapat menjadi salah satu acuan dalam penyusunan
pendayagunaan airtanah untuk kebutuhan air minum di daerah pemukiman.
Akumulasi ion-ion terlarut airtanah yang bersifat payau di daerah penelitian dapat
digunakan sebagai pengairan sawah, perkebunan, dan tegalan.
Menurut Santosa dan Adji (2006); Arahan dan zonasi tataguna airtanah
daerah penelitian termasuk daerah zona penurapan I (daerah dengan penurapan
tinggi), zona penurapan airtanah III (daerah dengan penurapan airtanah rendah),
dan zona daerah tangkapan hujan dan resapan. Pertimbangan ini berdasarkan
potensi airtanah bebas serta faktor pembatas airtanah, seperti material penyusun
akuifer, kualitas airtanah, penyebaran akuifer, dan ketersediaan airtanah yang
terdapat di daerah penelitian. Kenampakan penggunaan dari pemanfaatan airtanah
di daerah penelitian disajikan pada Gambar 4.13.
99
Gambar 4.13. Penggunaan Pemanfaatan Airtanah Daerah Penelitian
(Sumber: Foto Lapangan, 2008)
Hal yang menjadi dasar untuk pemenuhan kebutuhan segala macam air
adalah baku mutu air kelas I (air minum), sehingga batas baku mutu toleransi
yang diperbolehkan dalam pemanfaatan airtanah lainnya seperti irigasi lebih
rendah, terkecuali airtanah fosil. Arahan pemanfaatan airtanah untuk air minum
daerah penelitian yang mengacu kepada karakteristik akuifer, karakteristik
airtanah bebas, dan karakteristik hidrogeokimia airtanah disajikan pada Tabel 4.9.
100
Tabel 4.9. Arahan Pemanfaatan Airtanah di Setiap Satuan Bentuklahan di Daerah Penelitian
Arahan
Satuan Karakteristik Karakteristik Karakteristik
No Pemanfaatan
Bentuklahan Akuifer Airtanah Bebas Hidrogeokimia
Airtanah
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah Tipe kimia ¾ Daerah
akuifer tawar, DHL rendah airtanah Va dan penurapan
melayang, Lapisan akuifer tipe kimia airtanah tinggi
akuitard relatif tebal airtanah I dan II ¾ Peruntukan
• Tipe akuifer: Berdasarkan lokal airtanah untuk
bebas, semi materialnya Terjadi proses air minum
tertekan memiliki nilai K pelarutan mineral ¾ Lokasi
• Memiliki lapisan (permeabilitas) baik. kalsit dan dolomit permukiman
1. Dataran aluvial akuifer yang Airtanah potensial Terjadi proses
tebal tinggi untuk diturap redoks dan
• Material Sifat fisik airtanah pertukaran kation
penyusun (rasa,warna, dan
akuifer: pasir, bau) dominan baik
kerikil, kerakal, Faktor penghambat:
aluvium lensa airtanah
menyebabkan
airtanah payau-asin
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah Tipe kimia ¾ Daerah
akuifer tawar, DHL airtanah Va penurapan
melayang, rendah Terjadi proses airtanah sedang
akuitard Lapisan akuifer pelarutan mineral ¾ Peruntukan
• Tipe akuifer: relatif cukup tebal kalsit, dolomit, airtanah untuk
semi tertekan, Berdasarkan gipsum, dan air minum
tertekan materialnya dolomit ¾ Lokasi
• Memiliki lapisan memiliki nilai K Terjadi proses permukiman
akuifer sedang (permeabilitas) yang redoks
2. Dataran koluvial • Material baik-sedang.
penyusun: breksi Airtanah potensial
tuff, tuff dasit, cukup untuk diturap
tuff andesit, dan Sifat fisik airtanah
batulempung (rasa,warna, dan
tufan bau) dominan baik
Faktor penghambat:
lensa airtanah
menyebabkan
airtanah payau-asin
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah Tipe kimia ¾ Daerah
akuitard akuifer tawar, DHL rendah- airtanah II penurapan
melayang, sedang Terjadi proses airtanah sedang
akuifer Lapisan akuifer pelarutan mineral ¾ Peruntukan
• Tipe akuifer: cukup tebal kalsit, dolomit, airtanah untuk
semi tertekan, Berdasarkan gipsum, dan air minum
bebas materialnya dolomit ¾ Lokasi
• Memiliki lapisan memiliki nilai K Terjadi proses permukiman
Lembah antar akuifer sedang (permeabilitas) redoks
3. Perbukitan • Material sedang-buruk.
Baturagung penyusun: pasir, Airtanah potensial
lempung, breksi, sedang untuk diturap
tuff, aglomerat, Sifat fisik airtanah
batugamping (rasa,warna, dan
bau) dominan baik
Faktor penghambat:
lensa airtanah
menyebabkan
airtanah payau-asin
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
101
Lanjutan Tabel 4.9.
Arahan
Satuan Karakteristik Karakteristik Karakteristik
No Pemanfaatan
Bentuklahan Akuifer Airtanah Bebas Hidrogeokimia
Airtanah
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah Tipe kimia ¾ Daerah
akuifer, akuitard tawar, DHL rendah- airtanah Va penurapan
• Tipe akuifer: sedang Terjadi proses airtanah sedang
bebas, semi Lapisan akuifer pelarutan mineral dan resapan
tertekan cukup tebal kalsit, dolomit, airtanah
• Memiliki lapisan Berdasarkan gipsum, dan ¾ Peruntukan
akuifer sedang materialnya dolomit airtanah untuk
• Material memiliki nilai K Terjadi proses air minum
penyusun: pasir, (permeabilitas) redoks dan ¾ Lokasi
4. Kipas koluvial lempung, breksi, sedang-buruk. pertukaran kation permukiman
gamping tufan Airtanah potensial
cukup untuk diturap
Sifat fisik airtanah
(rasa,warna, dan
bau) dominan baik
Faktor penghambat:
lensa airtanah
menyebabkan
airtanah payau-asin
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah Tipe kimia ¾ Daerah
akuifer, akuitard tawar, DHL rendah airtanah I penurapan
• Tipe akuifer: Lapisan akuifer Terjadi proses airtanah sedang-
bebas, semi cukup tebal pelarutan mineral tinggi
tertekan Berdasarkan kalsit dan dolomit ¾ Peruntukan
• Memiliki lapisan materialnya Terjadi proses airtanah untuk
akuifer sedang memiliki nilai K redoks air minum
• Material (permeabilitas) yang ¾ Lokasi
penyusun: pasir, sedang-buruk. permukiman
lempung, breksi, Airtanah potensial
Lerengkaki gamping tufan, sedang untuk diturap
5. Perbukitan batugamping Sifat fisik airtanah
Baturagung (rasa,warna, dan
bau) dominan baik
Faktor penghambat:
lensa airtanah
menyebabkan
airtanah payau-asin,
keterdapatan
material penyusun
porositas sekunder
yang bersifat
melarutkan airtanah.
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
102
Lanjutan Tabel 4.9.
Arahan
Satuan Karakteristik Karakteristik Karakteristik
No Pemanfaatan
Bentuklahan Akuifer Airtanah Bebas Hidrogeokimia
Airtanah
• Jenis akuifer: Kualitas airtanah Tipe kimia ¾ Daerah resapan
Akuitard, tawar, DHL rendah airtanah Va airtanah dan
akuifug Lapisan non akuifer Terjadi proses tangkapan hujan
• Tipe akuifer: non tebal pelarutan mineral ¾ Peruntukan
akuifer Berdasarkan kalsit, dolomit, airtanah untuk
• Memiliki lapisan materialnya gipsum, dan air minum dan
akuifer rendah memiliki nilai K dolomit koservasi
(non akuifer) (permeabilitas) yang Terjadi proses sumberdaya
• Material buruk. redoks dan airtanah
Perbukitan penyusun: Airtanah tidak pertukaran kation
6. Struktural batugamping, potensial untuk
Baturagung tuff napalan, diturap
breksi Sifat fisik airtanah
gunungapi, (rasa,warna, dan
gamping tufan bau) dominan baik
Faktor penghambat:
keterdapatan
material penyusun
porositas sekunder
yang bersifat
melarutkan airtanah.
Sumber: Hasil Analisis dan Perumusan, 2008
103