Anda di halaman 1dari 28

31

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Koefisien Tekstur Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan 4.1.1 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran seragam Koefisien tekstur ( KT ) adalah suatu indikator yang menunjukkan tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan. Fragmentasi yang dimaksudkan disini adalah butiran yang dihasilkan dari suatu kegiatan peledakan. Koefisien tekstur ini biasa dinyatakan dalam suatu angka. Pengertian tingkat keseragaman butiran atau fragmentasi batuan hasil peledakan yang dimaksudkan di sini bukanlah berdasarkan pada besar kecilnya ukuran suatu fragmen batuan hasil peledakan tetapi lebih kepada keseragaman ukuran antar butiran yang dihasilkan dari kegiatan peledakan. Jadi yang ditekankan disini bukan ukuran fragmentasi batuan secara individu tetapi derajat keseragamannya. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kelereng sebagai spesimen diketahui bahwa suatu fragmentasi batuan hasil peledakan yang berukuran seragam diindikasikan dengan nilai KT = 1. Penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat diamati pada gambar dan hasil analisis perhitungan nilai KT kelereng pada lampiran A. Bila mengamati Lampiran A, dapat dilihat bahwa kelereng yang digunakan sebagai spesimen penelitian berukuran 15 mm dan 12 mm. Alasan pemilihan

31

32

kelereng sebagai spesimen penelitian adalah karena kelereng memiliki bentuk dan ukuran yang sama sehingga dapat disimpulkan kelereng memiliki tingkat keseragaman yang paling baik. Kemudian nilai KT kelereng tersebut akan dihitung dengan menggunakan metode analisis KT yang terdapat pada persamaan 2.5. Berdasarkan hasil perhitungan KT untuk kedua spesimen ini dapat dilihat bahwa nilai koefisien tekstur yang dimiliki oleh kedua kelereng ini hampir sama, yaitu 1.03 untuk kelereng berukuran 15 mm dan 1.02 untuk kelereng yang berukuran 12 mm. Seharusnya kedua kelereng ini menghasilkan nilai KT yang sama yaitu satu. Akan tetapi karena proses digitasi yang dilakukan pada fragmen batuan kurang akurat, sehingga nilai KT yang dihasilkan tidak tepat satu. Jadi dapat dilihat bahwa KT tidak memperhatikan besar ukuran fragmentasi yang dihasilkan tetapi derajat keseragaman ukuran antar fragmentasi yang dihasilkan. Jadi secara lebih jauh dapat dilihat bahwa sebenarnya KT menjelaskan tentang hubungan yang rumit antar fragmentasi batuan hasil peledakan dalam arti menjelaskan derajat keseragaman ukuran antarfragmentasi batuan yang dihasilkan tanpa terlalu memperhatikan besar atau kecilnya ukuran fragmentasi batuan yang dihasilkan. Lebih lanjut yang harus diketahui lebih mendalam tentang nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan yang seragam sama dengan satu adalah faktor faktor yang mempengaruhinya. Bila diamati lebih jauh pada hasil perhitungan analisis koefien tekstur ( Lampiran A ), maka dapat dilihat bahwa sebenarnya nilai KT menjelaskan tentang hubungan yang rumit antarfragmentasi batuan hasil

33

peledakan. Hubungan yang rumit ini menyangkut 4 faktor utama, yaitu derajat pemadatan butir (AW), bentuk bulat dari butir yang digambarkan dengan nilai FFo, bentuk lonjong butir yang digambarkan dengan nilai AR dan orientasi sudut butir yang digambarkan dengan nilai AF. Berdasarkan hasil analisis koefisien tekstur tersebut dapat diketahui bahwa KT akan bernilai satu jika yang berpengaruh pada fragmentasi batuan hasil peledakan hanya 1 atau 2 parameter saja, yaitu derajat pemadatan butir (AW) dan faktor bentuk (FFo) yang mewakili bentuk butir yang bulat. Hal ini dikarenakan jika dimasukkan ke dalam persamaan 2.5, maka parameter AR, AF dan N/(N+N) akan bernilai 0 karena kelereng yang dianalisis di dalam daerah acuan memiliki bentuk dan ukuran yang sama serta tidak memiliki arah orientasi. Secara lebih jauh dapat diamati bahwa jika hanya 1 atau 2 parameter yang mempengaruhi fragmentasi hasil peledakan maka tentu saja hubungan antarfragmentasi batuan yang dihasilkan tidaklah serumit seperti ketika 4 faktor yang mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Oleh karena itu nilai koefisien yang dihasilkan akan bernilai satu yang menggambarkan bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan seragam baik dalam bentuk maupun ukurannya. 4.1.2 Koefisien tekstur fragmentasi batuan berukuran tidak seragam Setelah diketahui bahwa koefisien tekstur fragmentasi batuan hasil peledakan yang berukuran seragam diindikasikan dengan nilai KT = 1, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam memilki nilai KT < 1 dan KT >1. Penjelasan lebih lanjut untuk KT fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam ini seperti yang tercantum di bawah ini ;

34

Nilai KT > 1 Nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan lebih besar satu menunjukkan ketidak seragaman fragmentasi batuan. Ketidak seragaman ini terjadi pada fragmentasi batuan yang berukuran besar yang dianalisis dalam suatu daerah acuan Hal ini dikarenakan keempat parameter langsung mengontrol atau mempengaruhi fragmentasi batuan tersebut. Secara lebih jauh dapat diamati bahwa terjadi hubungan yang rumit di antara fragmentasi batuan hasil peledakan yang diakibatkan oleh keempat faktor tersebut. Untuk nilai KT lebih besar satu, dibedakan lagi atas 2, yaitu nilai KT lebih besar satu mendekati nilai satu ( misalnya 1.06 1.1) dan nilai KT lebih besar satu menjauhi nilai satu ( misalnya 1.16 1.60 ). Untuk nilai KT lebih besar satu mendekati nilai satu dapat terjadi jika 4 parameter bekerja atau mempengaruhi secara langsung fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain itu fragmen yang dihasilkan cenderung berukuran besar tetapi banyak yang memiliki ukuran dan bentuk sama dan sedikit yang memiliki ukuran dan bentuk yang beda. Sedangkan untuk nilai KT lebih besar satu menjauhi satu dapat terjadi jika fragmentasi batuan yang dihasilkan banyak yang memiliki ukuran dan bentuk yang beda dan sedikit yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama.

Nilai KT < 1 Nilai KT fragmentasi batuan hasil peledakan lebih kecil satu menunjukkan ketidak seragaman fragmentasi batuan. Ketidak seragaman ini terjadi pada fragmentasi batuan yang berukuran kecil yang dianalisis dalam suatu daerah

35

acuan Hal ini dikarenakan keempat parameter langsung mengontrol atau mempengaruhi fragmentasi batuan tersebut. Secara lebih jauh dapat dilihat bahwa terjadi hubungan yang rumit di antara fragmentasi batuan hasil peledakan yang diakibatkan oleh keempat faktor tersebut. Untuk nilai KT lebih kecil satu, dibedakan lagi atas 2, yaitu nilai KT lebih kecil satu mendekati nilai satu ( misalnya 0.8 0.9) dan nilai KT lebih kecil satu menjauhi nilai satu ( misalnya 0.5 0.7 ). Untuk nilai KT lebih kecil satu mendekati nilai satu dapat terjadi jika 4 parameter bekerja atau mempengaruhi secara langsung fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain itu fragmentasi yang dihasilkan cenderung berukuran kecil tetapi banyak yang memiliki ukuran dan bentuk sama dan sedikit yang memiliki ukuran dan bentuk yang beda. Sedangkan untuk nilai KT lebih kecil satu menjauhi satu dapat terjadi jika fragmentasi batuan yang dihasilkan banyak yang memiliki ukuran dan bentuk yang beda dan sedikit yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama. 4.2 Analisis Nilai Koefisien Tekstur Perusahaan Analisis nilai KT ini dilakukan dengan mengambil spesimen dari 3 perusahaan pertambangan batu andesit yang berlokasi di Padalarang. Spesimen yang berupa foto ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode koefisien tekstur. Selanjutnya pembahasan mengenai nilai KT akan dijelaskan per perusahaan yang digunakan sebagai lokasi pengambilan spesimen.

36

4.2.1 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Nurmuda Cahaya Secara umum hasil perhitungan nilai koefisien tekstur PT. Nurmuda Cahaya seperti pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT Nurmuda Cahaya
Foto 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 AW 0.92 0.93 0.92 0.86 0.82 0.69 0.74 0.81 0.82 0.73 0.83 0.76 0.76 0.77 0.77 N 32 24 28 34 31 29 28 23 22 29 22 30 38 33 29 N 23 17 20 18 27 22 10 16 13 13 11 14 12 18 12 N/( N + N ) 0.58 0.59 0.58 0.65 0.53 0.57 0.74 0.59 0.63 0.69 0.67 0.68 0.76 0.65 0.71 N/(N + N ) 0.42 0.41 0.42 0.35 0.47 0.43 0.26 0.41 0.37 0.31 0.33 0.32 0.24 0.35 0.29 1/FF 1.27 1.37 1.56 1.75 1.41 1.69 1.72 1.75 1.35 1.75 1.59 1.82 1.79 2.13 1.96 AR 2.06 1.96 2.29 2.05 2.004 2.02 1.87 1.78 1.96 1.85 1.81 1.77 1.73 1.9 1.89 AF 0.76 0.84 0.74 0.84 0.83 0.91 0.93 0.85 0.98 0.76 0.97 0.95 0.52 0.87 0.92 KT 1.28 1.38 1.49 1.50 1.25 1.21 1.28 1.34 1.28 1.20 1.36 1.35 1.20 1.51 1.46 1.35

Rata-rata Nilai KT/peledakan

Berdasarkan tabel perhitungan nilai KT di atas, dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan PT. Nurmuda Cahaya tidak seragam. Hal ini dikarenakan nilai KT tidak sama dengan satu. Lebih jauh dapat dilihat juga bahwa nilai KT fragmentasi batuan per foto di atas masuk ke dalam kelas fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam dengan nilai koefisien tekstur lebih besar satu. Hal ini dapat terjadi karena fragmentasi batuan yang dianalisis dalam daerah acuan berukuran cenderung besar. Pemilihan fragmentasi yang besar ini dilakukan karena fragmentasi yang besar memiliki penampakan yang lebih jelas bila dibandingkan dengan fragmentasi batuan yang kecil sehingga akan sangat

37

memudahkan dalam proses pengukuran fragmentasi batuan untuk analisis koefisien tekstur. Untuk membantu dan memudahkan analisis nilai KT PT. Nurmuda Cahaya, maka spesimen berupa foto-foto akan dikelompokkan berdasarkan kedekatan nilai KT. Selanjutnya akan dilakukan analisis perkelompok terhadap nilai KT. Berdasarkan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur di atas, maka nilai KT dapat dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu : a. KT bernilai 1.20 1.21 Berdasarkan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur di atas, dapat dilihat bahwa nilai KT yang diperoleh dari spesimen bervariasi. Kisaran nilai KT yang paling mendekati satu bila dibandingkan dengan nilai KT yang lain tampak pada foto 6, 10 dan 13 ( Lampiran B ) dengan nilai KT masingmasing 1.21, 1.20 dan 1.20. Nilai-nilai KT yang diperoleh dari foto-foto ini relatif sama. Hal ini dikarenakan parameter yang mengontrol fragmentasi batuan cenderung sama yaitu kombinasi dari derajat pemadatan butir (AW), Faktor bentuk ( FFo ), Aspek ratio butir ( AR ) dan Faktor sudut ( AF ). Bila diamati nilai-nilai KT di atas dapat diketahui bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hal ini dikarenakan banyak fragmentasi batuan yang bentuk dan ukurannya tidak sama sebagai akibat dari kombinasi 4 parameter di atas. Lebih lanjut nilai-nilai KT ini bila dibandingkan dengan nilai-nilai lain cenderung lebih mendekati satu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tidak banyak tapi ada beberapa fragmentasi yang cenderung memiliki bentuk dan ukuran yang seragam. Untuk lebih

38

jelasnya, dapat diamati pada foto 6 dan 10 yang memiliki penampakan foto yang hampir sama. Jika dilihat secara seksama dapat diamati bahwa bila dibandingkan dengan foto-foto yang lain kedua foto ini cenderung memiliki fragmentasi butir yang hampir sama meskipun tidak banyak. Hal inilah yang membuat nilai KT pada kedua foto ini lebih kecil atau mendekati satu bila dibandingkan dengan foto-foto lain. Sedangkan jika kita mengamati foto 13, maka akan terdapat kejanggalan yaitu meskipun foto 13 memiliki nilai KT yang sama dengan foto 10 dan lebih kecil dari foto 6, akan tetapi jika melihat dari fotonya dapat diamati bahwa fragmentasi butir yang dimiliki tidak banyak yang sama bila dibandingkan dengan foto 6 dan 10. Untuk menjelaskan kejanggalan ini, bisa diamati nilai AW pada foto 13. Nilai AW yang dimiliki oleh foto 13 adalah 0.76. Hal ini berarti ada 0.24 bagian dari daerah acuan yang belum terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa 0.24 bagian yang belum terdefinisikan ini memiliki fragmentasi yang bentuk dan ukurannya relatif seragam sehingga menghasilkan nilai KT yang dekat dengan foto 6 dan 10. b. KT bernilai 1.25 1.28 Kisaran nilai KT di atas tampak pada foto 1, 5, 7 dan 9 dengan nilai KT masing-masing 1.28, 1.25, 1.28 dan 1.28. Nilai-nilai ini menggambarkan kondisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam. Hal ini disebabkan fragmentasi batuan yang dihasilkan dari peledakan tidak memiliki bentuk dan ukuran yang seragam. Lebih jauh dapat dilihat bahwa ketidak

39

seragaman ini disebabkan 4 parameter utama yang mempengaruhi KT langsung mengontrol fragmentasi tersebut. Untuk foto 5 memiliki nilai KT 1.25 yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ketiga foto lainnya. Hal ini disebabkan foto 5 memiliki komposisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang lebih merata bila dibandingkan dengan ketiga foto lainnya. Bila mengamati foto 5, dapat diketahui bahwa meskipun fragmentasi batuan yang dihasilkan tersebar merata dalam arti bentuk dan ukuran yang dihasilkan bervariasi antara yang besar, sedang dan kecil tetapi karena ada beberapa fragmentasi batuan yang bentuk dan ukurannya hampir seragam untuk variasi bentuk fragmentasi batuan yang besar, sedang dan kecil maka menghasilkan nilai KT yang lebih kecil bila dibandingkan dengan ketiga foto lainnya. Berlawanan dengan foto 5, bila diamati foto 1,7 dan 9, maka dapat dilihat bahwa bila dibandingkan dengan foto 5, ketiga foto ini cenderung memiliki fragmentasi batuan yang seragam, yaitu bentuk fragmentasi batuannya yang cenderung berukuran besar. Akan tetapi kemudian, permasalahan yang muncul adalah meskipun bentuk fragmentasi batuan yang dihasilkan berukuran besar namun karena ukuran yang besar itu hanya berlaku secara individu maka menghasilkan nilai KT yang lebih besar dari foto nomor 5. Hal ini semakin menegaskan bahwa KT menekankan derajat keseragaman antarfragmentasi batuan tanpa terlalu memperhatikan berapa besar ukuran fragmentasi tersebut.

40

c.

KT bernilai 1.34 1.38 Kisaran nilai-nilai KT ini tampak pada foto 2, 8, 11 dan 12 dengan nilai KT masing-masing 1.38, 1.34, 1.36 dan 1.35. Nilai-nilai KT ini menggambarkan fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam. Untuk foto 2, dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tersebar merata, dalam arti komposisi batuannya bervariasi antara yang besar, sedang dan kecil. Akan tetapi permasalahan yang muncul kemudian adalah fragmentasi batuan cenderung berdiri sendiri sehingga tidak terlihat adanya keseragaman antarfragmentasi batuan. Lebih jauh bila mengamati nilai N / ( N + N ) pada foto 2 dapat dilihat bahwa nilainya cukup besar yaitu 0.41 yang menggambarkan ada cukup banyak fragmentasi batuan yang berbentuk lonjong dengan aspek ratio di atas batas diskriminasi. Akibat dari adanya parameter ini, maka terjadi pengaruh khusus terhadap fragmentasi batuan yaitu mengenai orientasi arahnya. Hal lain yang bisa diamati dari foto 2, adalah nilai 1/FFo yang cenderung besar dengan nilai 1.37 dan nilai AR yang juga cukup besar dengan nilai 1.96. Kombinasi dari parameterparameter dengan nilai yang besar ini mengakibatkan nilai KT pada foto 2 menjadi tinggi. Berbeda dengan foto 2, maka terdapat sedikit kejanggalan pada foto 8 dan 11. Bila mengamati penampakan fragmentasi batuan pada kedua foto ini dapat diketahui bahwa seharusnya kedua foto ini memiliki nilai KT yang relatif sama. Hal ini dikarenakan bila dilihat secara sepintas dapat diamati bahwa fragmentasi batuan untuk kedua foto ini cenderung sama. Bila diamati

41

kedua foto ini dapat dilihat bahwa foto 8 memiliki nilai KT yang lebih kecil dengan nilai 1.34 bila dibandingkan dengan foto 11 dengan nilai 1.36. Untuk menjelaskan permasalahan ini, maka bisa diamati nilai AW untuk kedua foto ini. Bisa dilihat bahwa AW untuk foto 8 bernilai 0.81 lebih kecil dari AW untuk foto 11 yang bernilai 0.83. Hai ini berarti ada 0.19 bagian dari daerah acuan pada foto 8 yang belum terdifinisikan dan ada 0.17 bagian dari daerah acuan pada foto 11 yang belum terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa 0.19 bagian yang dimiliki foto 8 memiliki fragmentasi batuan dengan bentuk dan ukuran yang relatif seragam lebih banyak daripada 0.17 bagian yang dimiliki foto 11. Sedangkan untuk foto 12 dengan nilai KT 1.35 menunjukkan kondisi fragmentasi batuan hasil peledakan yang tidak seragam. Hal ini dikarenakan banyak fragmentasi batuan hasil peledakan yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak seragam. Jika dibandingkan dengan foto 11, maka dapat dilihat bahwa nilai KT foto 12 lebih kecil dari foto 11. Hal ini dikarenakan nilai AW pada foto 12 dengan nilai 0.76 lebih kecil dari nilai AW pada foto 11 dengan nilai 0.83. d. KT bernilai 1.46 1.51 Kisaran nilai-nilai KT ini tampak pada foto 3, 4, 14 dan 15 dengan nilai KT masing-masing 1.49, 1.50, 1.51 dan 1.46. Nilai-nilai ini merupakan nilai KT yang paling menjauhi nilai KT = 1, jika dibandingkan dengan nilai-nilai KT lainnya. Bila mengamati foto 3, 4 dan 14 dapat dilihat bahwa ketiga foto ini cenderung memiliki nilai KT yang relatif sama. Hal ini dikarenakan bila dilihat secara sepintas maka, dapat dilihat bahwa secara umum ketiga foto ini

42

memiliki penampakan fragmentasi batuan hasil peledakan yang relatif sama, yang dicirikan dengan fragmentasi batuan besar dan sedikit sekali yang berukuran sedang dan kecil dan antarfragmentasi batuan tersebut tidak terdapat keseragaman dalam hal kesamaan bentuk dan ukuran fragmentasi. Hal inilah yang mengakibatkan nilai KT untuk ketiga foto ini cenderung sama. Lebih jauh bila mengamati nilai-nilai yang dimiliki parameterparameter yang mempengaruhi KT untuk ketiga foto ini, dapat dilihat bahwa nilai-nilai yang dimiliki setiap parameter cenderung bernilai tinggi. Hal ini yang mengakibatkan nilai KT yang tinggi untuk ketiga foto ini. Berbeda dengan ketiga foto di atas, bila diamati foto 15 dapat dilihat bahwa foto 15 memiliki nilai KT yang lebih kecil dari ketiga foto ini, yaitu bernilai 1.46. Hal ini dikarenakan bila diamati secara sepintas dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan yang dimiliki oleh foto 15 kelihatan lebih seimbang komposisi batuan yang berukuran dan berbentuk hampir seragam. Hal ini yang menyebabkan nilai KT pada foto 15 lebih kecil dari nilai KT ketiga foto di atas. Lebih jauh bila melihat nilai-nilai yang dimiliki setiap parameter yang mempengaruhi KT pada foto 15, dapat dilihat bahwa nilainilai yang dimiliki oleh setiap parameter pada foto 15 lebih kecil dari yang dimiliki oleh parameter pada ketiga foto di atas. Hal inilah yang menyebabkan nilai KT foto 15 lebih kecil dari nilai KT ketiga foto di atas. 4.2.2 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Gunung Padakasih Secara umum hasil perhitungan KT PT. Gunung Padakasih seperti pada tabel 4.2 di bawah ini.

43

Tabel 4.2. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT. Gunung Padakasih


Foto 1 2 3 4 5 AW 0.72 0.72 0.67 0.63 0.81 N 35 25 36 23 20 N 12 17 13 12 16 N/( N + N ) 0.74 0.60 0.73 0.66 0.56 N/(N + N ) 0.26 0.40 0.27 0.34 0.44 1/FF 1.69 2.08 1.72 1.52 2.08 AR 1.82 2.01 1.79 1.92 2.09 AF 1 0.82 0.88 0.97 0.88 KT 1.24 1.37 1.13 1.03 1.60 1.27

Rata-rata Nilai KT/ peledakan

Berdasarkan tabel perhitungan KT di atas dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan yang dihasilkan tidak seragam. Hal ini dikarenakan kisaran nilai-nilai KT yang dihasilkan tidak sama dengan satu. Lebih jauh dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan ini dipengaruhi oleh 4 parameter utama yang langsung mengontrol fragmentasi batuan tersebut. Kombinasi dari 4 parameter ini mengontrol tinggi atau rendahnya nilai KT yang dimiliki oleh fragmentasi batuan hasil peledakan. Nilai KT paling tinggi diperoleh pada foto 5 dengan nilai 1.60 (Lampiran C ). Bila diamati foto 5 secara sepintas dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan pada foto 5 dicirikan dengan batuan yang berbentuk dan berukuran besar. Fragmentasi batuan ini memiliki bentuk dan ukuran yang tidak seragam. Hal ini yang menyebabkan nilai KT tinggi. Lebih jauh lagi bila diperhatikan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap parameter pada foto 5, dapat dilihat bahwa parameterparameter yang ada pada foto 5 memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan parameter-parameter pada keempat foto yang lainnya, yaitu parameter AW dengan nilai 0.81, parameter 1/FFo dengan nilai 2.08, N/(N+N) dengan nilai 0.44 dan parameter AR dengan nilai 2.09. Nilai-nilai parameter yang

44

cenderung tinggi ini sebenarnya menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang memiliki banyak fragmentasi batuan berukuran besar dan berbentuk lonjong dengan nilai AR di atas batas diskriminasi dan tidak memiliki derajat keseragaman antarfragmentasi batuan. Kombinasi dari parameter-parameter dengan nilai yang tinggi ini yang mengakibatkan foto 5 memiliki nilai KT yang paling tinggi bila dibandingkan keempat foto lainnya karena semakin besar atau tinggi nilai yang dimiliki oleh setiap parameter maka akan semakin kuat mengontrol dan mempengaruhi fragmentasi batuan hasil peledakan. Hal ini jelas berlawanan dengan teori yang mengatakan bahwa nilai KT akan semakin kecil yang menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang seragam jika hanya dikontrol atau dipengaruhi oleh 1 atau 2 parameter saja. Variasi nilai-nilai KT lainnya ditemukan pada foto 2, 1 dan 3 dengan nilai KT masing-masing adalah 1.37, 1.24 dan 1.13. Nilai-nilai KT ini menggambarkan fragmentasi batuan yang tidak seragam. Bila diamati ketiga foto ini, dapat dilihat bahwa ketiga foto ini menggambarkan kondisi komposisi fragmentasi batuan yang terdiri dari fragmentasi batuan berukuran besar, sedang dan kecil. Fragmentasi batuan yang tidak seragam ini disebabkan tidak adanya keseragaman antarfragmentasi batuan, dalam arti pada ketiga foto ini hanya terdapat sedikit fragmentasi batuan yang memiliki bentuk dan ukuran yang seragam. Bila memperhatikan tabel perhitungan nilai koefisien tekstur, dapat dilihat bahwa nilai-nilai KT dari ketiga foto ini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap parameter yang ada pada ketiga foto ini. Sama seperti pada foto 5 ketiga foto ini memiliki nilai KT yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan

45

nilai yang dimiliki setiap parameter pada ketiga foto ini juga cukup tinggi. Lebih jauh bila diamati ketiga foto ini dapat dilihat bahwa nilai-nilai KT yang dimiliki ketiga foto ini tidak sama, dalam arti ada foto yang memiliki nilai KT lebih kecil atau besar dari foto yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai yang dimiliki setiap parameter yang ada pada ketiga foto itu. Misalnya, foto 2 dengan nilai KT 1.37 memiliki nilai koefisien tekstur yang lebih tinggi daripada foto 1 dan 3. Hai ini disebabkan nilai yang dimiliki setiap parameter pada foto 2 cenderung lebih tinggi daripada kedua foto tersebut, yaitu AW dengan nilai 0.72, N/(N + N) dengan nilai 0.40, 1/FFo dengan nilai 2.08 dan AR dengan nilai 2.01. Hal yang sama berlaku untuk foto 1 dan 3, yang menjelaskan mengapa nilai KT yang dimiliki kedua foto itu cenderung tinggi dan nilai KT pada foto 1 lebih tinggi dari foto 3. Nilai KT terkecil tampak pada foto 4 dengan nilai 1.03. Hal ini dikarenakan foto 4 memiliki parameter-parameter dengan nilai terkecil bila dibandingkan dengan foto-foto yang lain, yaitu AW dengan nilai 0.63, N/( N + N) dengan

nilai 0.34, 1/FFo dengan nilai 1.52 dan AR dengan nilai 1.92. Kombinasi dari parameter-parameter dengan nilai kecil ini menyebabkan KT pada foto 4 bernilai paling kecil. Tentu saja hal ini menjelaskan kurang kuatnya parameter-parameter mengontrol fragmentasi batuan pada foto 4 bila dibandingkan dengan keempat foto lainnya. 4.2.3 Pembahasan nilai koefisien tekstur PT. Silva Andia Utama Secara umum hasil perhitungan nilai KT PT. Silva Andia Utama tampak seperti pada tabel 4.3 di bawah ini.

46

Tabel 4.3. Perhitungan Nilai Koefisien Tekstur PT. Silva Andia Utama
Foto 1 2 3 4 5 AW 0.67 0.65 0.56 0.69 0.67 N 24 26 20 30 30 N 14 10 25 23 13 N/( N + N ) 0.63 0.72 0.44 0.57 0.70 N/(N + N ) 0.37 0.28 0.56 0.43 0.30 1/FF 1.89 1.52 2.22 2.22 2.22 AR 1.91 1.91 2.23 1.98 1.98 AF 0.84 0.82 0.79 0.59 0.83 KT 1.19 0.99 1.10 1.22 1.37 1.18

Rata-rata Nilai KT/peledakan

Berdasarkan tabel perhitungan nilai KT PT. Silva Andia Utama dapat dilihat bahwa nilai-nilai KT yang dihasilkan rata-rata memiliki nilai yang lebih kecil daripada kedua perusahaan sebelumnya. Meskipun begitu variasi nilai-nilai KT ini tetap menunjukkan fragmentasi batuan yang tidak seragam. Hai ini dikarenakan nilai-nilai KT yang dihasilkan tidak sama dengan satu. Nilai KT paling tinggi diperoleh pada foto 5 dengan nilai KT 1.37 ( Lampiran D ). Foto 5 menggambarkan kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari banyak fragmentasi batuan besar dan sedikit yang sedang dan kecil. Lebih jauh bila memperhatikan nilai-nilai dari setiap parameter yang ada pada foto 5 dapat dilihat bahwa foto 5 memiliki nilai-nilai yang sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan keempat foto lainnya, yaitu AW dengan nilai 0.67, 1/FFo dengan nilai 2.22 dan AR dengan nilai 1.98 dan AF dengan nilai 0.83. Kombinasi dari nilainilai parameter yang tinggi ini menyebabkan foto 5 memiliki nilai KT yang paling tinggi. Berlawanan dengan foto 5, foto 4 memiliki nilai KT sedikit di bawah foto 5 dengan nilai 1.22. Bila diamati foto 4, dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar nilai parameter sama dengan foto 5. Seharusnya foto 4 memiliki nilai yang paling tidak sama dengan foto 5, akan tetapi karena nilai AF lebih kecil daripada

47

foto 5, maka foto 4 memiliki KT yang lebih kecil dari foto 5. Nilai AF pada foto 4 adalah 0.59 sedangkan nilai AF pada foto 5 adalah 0.83. Nilai AF yang besar menunjukkan bahwa pengaruh faktor sudut pada foto 5 lebih kuat daripada foto 4. Nilai-nilai KT yang lain diperoleh pada foto 1 dan 3 dengan nilai KT 1.19 dan 1.10. Bila diperhatikan kedua foto ini dapat dilihat bahwa foto 1 menunjukkan kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari komposisi batuan besar dan sedang dengan persentase fragmentasi batuan terbanyak adalah fragmentasi batuan besar. Sedangkan sebaliknya foto 3 menunjukkan kondisi fragmentasi batuan yang terdiri dari komposisi batuan besar dan sedang dengan persentase fragmentasi batuan terbanyak adalah fragmentasi batuan sedang. Lebih jauh bila dilihat hasil perhitungan nilai KT pada kedua foto ini, dapat dilihat bahwa foto 3 memiliki nilai KT lebih kecil daripada foto 1 meskipun nilai 1/FFo dan AR lebih besar daripada foto 3. Hal ini disebabkan foto 3 memiliki nilai AW dan AF lebih kecil daripada foto 1, yaitu 0.56 dan 0.79. Dapat dilihat bahwa hampir setengah bagian dari daerah acuan pada foto 3 yang tidak terdefinisikan. Ada kemungkinan bahwa 0.44 bagian ini terdiri dari fragmentasi batuan yang memiliki bentuk dan ukuran yang hampir seragam. Nilai KT paling kecil diperoleh pada foto 2 dengan nilai KT 0.99. Hal ini disebabkan foto 2 dikontrol oleh kombinasi parameter-parameter dengan nilai lebih kecil bila dibandingkan dengan keempat foto lainnya, yaitu AW dengan nilai 0.65, N/(N + N) dengan nilai 0.28, 1/FFo dengan nilai 1.52 dan AR dengan nilai 1.91.

48

Bila diamati rata-rata nilai KT untuk ketiga Perusahaan di atas, dapat dilihat bahwa PT. Silva Andia Utama memiliki fragmentasi batuan yang cenderung lebih seragam bila dibandingkan dengan kedua Perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan PT. Silva Andia Utama memiliki rata-rata nilai KT yang paling kecil dan mendekati satu bila dibandingkan kedua Perusahaan lainnya, yaitu 1.18. Nilai rata-rata KT yang dimiliki PT. Nurmuda Cahaya adalah 1.35 sedangkan PT. Gunung Padakasih memiliki nilai KT 1.27. 4.3 Analisis Fragmentasi Batuan Dengan Model Kuzram Model Kuz-ram digunakan untuk menaksir dan memperkirakan distribusi ukuran fragmentasi batuan. Sama seperti metode koefisien tekstur yang digunakan untuk mengetahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan, model Kuz-ram juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman fragmentasi batuan. Hal yang membedakan antara model Kuz-ram dan koefisien tekstur adalah output dari kedua metode ini. Koefisien tekstur menghasilkan output berupa angka atau nilai koefisien tekstur yang mengindikasikan tingkat keseragaman fragmentasi batuan sedangkan Kuz-ram menghasilkan output berupa suatu kurva atau grafik distribusi ukuran fragmentasi batuan. Dengan menganalisis kurva atau grafik ini dapat diketahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan. 4.3.1 Analisis fragmentasi batuan PT. Nurmuda Cahaya Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram ( Lampiran E) seperti terlihat pada tabel 4.4 dan gambar 4.3 di bawah ini.

49

Tabel 4.4. Analisis Fragmentasi Batuan


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ukuran Fragmen ( X ) ( inchi ) ( mm ) 0.1875 4.76 0.375 9.53 0.75 19.05 1.5 38.10 3 76.20 6 152.40 12 304.80 24 609.6 48 1219.2 Tertahan ( R ) (%) 90.1614 81.2907 66.0818 43.6681 19.0690 3.6363 0.1322 0.000174833 3.05667E-10 Lolos ( L ) Fraksi Tertahan (FT) (%) (%) 9.84 8.87 18.71 15.21 33.92 22.41 56.33 24.60 80.93 15.43 96.36 3.50 99.87 0.13 99.99983 0 100 0

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 10 100 1000

Ukuran Fragmen, mm

Gambar 4.1. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Nurmuda Cahaya Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi

50

hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak fragmentasi batuan yang berukuran sama. Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan dengan ukuran antara 4.76 mm 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran 76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 80.93 % dengan persen tertahan 19.0690 dan fraksi tertahan sebesar 15.43 %. Nilai-nilai ini menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 80.93 % fragmentasi batuan yang berukuran 76.20 dan hanya terdapat 19.0690 % fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm. 4.3.2 Analisis fragmentasi batuan PT. Gunung Padakasih Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram ( Lampiran F) seperti terlihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.4 di bawah ini. Tabel 4.5. Analisis Fragmentasi Batuan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ukuran Fragmen ( X ) ( inchi ) mm 0.1875 4.76 0.375 9.53 0.75 19.05 1.5 38.10 3 76.20 6 152.40 12 304.80 24 609.6 48 1219.2 Tertahan ( R ) (%) 89.1894 79.5475 63.2781 40.0411 16.0329 2.5705 0.0661 4.3662E-05 1.90637E-11 Lolos ( L ) (%) 10.81 20.45 36.72 59.96 83.97 97.43 99.93 99.99996 100 Fraksi Tertahan ( FT ) (%) 9.64 16.27 23.24 24.01 13.46 2.50 0.07 0 0

51

100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 10 100 1000

Kumulatif Lolos, %

Ukuran Fragmen, mm

Gambar 4.2. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Gunung Padakasih Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak fragmentasi batuan yang berukuran sama. Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan dengan ukuran antara 4.76 mm 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran 76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 83.97 % dengan persen

52

tertahan 16.0329 dan fraksi tertahan sebesar 13.46 %. Nilai-nilai ini menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 83.97 % fragmentasi batuan yang berukuran 76.20 dan hanya terdapat 16.0329 % fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm. 4.3.3 Analisis fragmentasi batuan PT. Silva Andia Utama Secara umum hasil analisis fragmentasi dengan model Kuzram (Lampiran G) seperti terlihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Analisis Fragmentasi Batuan
Ukuran Fragmen ( X ) ( inchi ) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.1875 0.375 0.75 1.5 3 6 12 24 48 mm 4.76 9.53 19.05 38.10 76.20 152.40 304.80 609.6 1219.2 Tertahan ( R ) (%) 87.8144 77.1137 59.4652 35.3611 12.5041 1.5635 0.0244 5.97615E-06 3.57143E-13 Lolos ( L ) (%) 12.19 22.89 40.53 64.64 87.50 98.44 99.98 99.99999 100 Fraksi Tertahan ( FT ) (%) 10.70 17.65 24.10 22.86 10.94 1.54 0.02 0 0

No

Sedangkan kurva distribusi kumulatif ukuran fragmentasi hasil peledakan PT. Silva Andia Utama seperti terlihat pada gambar 4.3 berikut.

53

100 90

Kumulatif Lolos, %

80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 10 100 1000

Ukuran Fragmen, mm

Gambar 4.3. Kurva distribusi fragmentasi batuan PT. Silva Andia Utama Berdasarkan kurva distribusi fragmentasi di atas dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan tidak seragam. Hai ini dikarenakan kurva yang terbentuk dari analisis dengan Kuz-ram ini berbentuk miring dan cenderung melebar. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan hasil peledakan yang terdiri dari fragmentasi batuan dengan kisaran ukuran fragmentasi yang luas. Tentu saja kisaran ukuran fragmentasi yang luas ini menggambarkan kondisi fragmentasi hasil peledakan yang tidak seragam karena terdiri dari fragmentasi dengan banyak ukuran yang berbeda. Bentuk kurva yang seragam adalah tegak lurus atau paling tidak hampir tegak lurus. Bentuk kurva seperti ini menunjukkan banyak fragmentasi batuan yang berukuran sama. Lebih jauh bila dilihat tabel analisis fragmentasi batuan di atas, dapat dilihat bahwa ukuran fragmentasi batuan hasil peledakan terdiri dari fragmentasi batuan dengan ukuran antara 4.76 mm 609.6 mm. Untuk fragmentasi batuan berukuran 76.20 mm memiliki persentase kumulatif lolos sebesar 87.50 % dengan persen

54

tertahan 12.5041 dan fraksi tertahan sebesar 10.94 %. Nilai-nilai ini menggambarkan bahwa dari suatu fragmentasi hasil peledakan terdapat 87.50 % fragmentasi batuan yang berukuran 76.20 mm dan hanya terdapat 12.5041 % fragmentasi batuan yang berukuran di atas 76.20 mm. Sebenarnya bila diamati bentuk-bentuk kurva distribusi fragmentasi batuan di atas dapat dilihat bahwa sangat sulit untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan yang paling baik atau lebih seragam di antara ketiga Perusahaan di atas. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi fragmentasi batuan antara ketiga Perusahaan itu relatif sama. Akan tetapi bila memperhatikan dengan lebih seksama pada nilai titik setiap kurva yang dihasilkan untuk ketiga Perusahaan, maka dapat dilihat bentuk kurva yang lebih menunjukkan tingkat keseragaman fragmentasi batuan dari ketiga Perusahaan. Bila diamati salah satu nilai titik dari setiap kurva distribusi kumulatif untuk ketiga Perusahaan di atas, yaitu fragmentasi batuan berukuran 76.20 mm, dapat dilihat bahwa persentase kumulatif lolos untuk ketiga Perusahaan berbeda, yaitu 80.93 % untuk PT. Nurmuda Cahaya, 83.97 % untuk PT. Gunung Padakasih dan 87.50 % untuk PT. Silva Andia Utama. Nilai titik persentase kumulatif lolos PT. Nurmuda Cahaya yaitu sebesar 80.93 % terletak paling bawah bila dibandingkan dengan nilai titik persentase kumulatif lolos kedua Perusahaan lainnya. Nilai titik persentase kumulatif lolos PT. Silva Andia Utama yaitu sebesar 87.50 % terletak paling atas, sedangkan nilai titik persentase kumulatif lolos PT. Gunung Padakasih terletak di tengah.

55

Dengan mengamati letak nilai titik dari ketiga Perusahaan ini dalam setiap kurva distribusi kumulatif dapat disimpulkan bahwa PT. Silva Andia Utama memiliki fragmentasi batuan yang lebih seragam bila dibandingkan kedua Perusahaan lainnya. Hal ini dikarenakan letak nilai titik yang paling atas tersebut menunjukkan kecenderungan kurva ke arah tegak. Suatu bentuk kurva yang seragam diindikasikan dengan bentuk kurva yang tegak lurus. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat banyak fragmentasi batuan yang berukuran seragam. Untuk memperoleh bentuk kurva yang tegak lurus sangatlah susah, akan tetapi penilaian terhadap tingkat keseragaman fragmentasi batuan dapat dilakukan dengan mengamati kecenderungan bentuk kurva ke arah tegak atau miring. PT. Nurmuda Cahaya memiliki tingkat keseragaman fragmentasi batuan yang paling kecil bila dibandingkan dengan kedua Perusahaan di atas. Hal ini dikarenakan letak nilai titik persentase kumulatif lolos sebesar 80.93 % paling bawah bila dibandingkan kedua Perusahaan tersebut. Letak nilai titik yang paling bawah ini menunjukkan kecenderungan bentuk kurva ke arah miring. Sedangkan letak nilai titik persentase kumulatif lolos sebesar 83.97 % PT. Gunung Padakasih yang berada ditengah menunjukkan tingkat keseragaman fragmentasi batuan yang lebih baik bila dibandingkan dengan PT. Nurmuda Cahaya, akan tetapi kurang baik bila dibandingkan dengan PT. Silva Andia Utama. 4.4 Perbandingan Antara Koefisien Tekstur dan Kuzram Model Kuz-ram digunakan untuk menaksir dan memperkirakan distribusi ukuran fragmentasi batuan. Sama seperti metode koefisien tekstur yang digunakan

56

untuk mengetahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan, model Kuz-ram juga bisa digunakan untuk mengukur tingkat keseragaman fragmentasi batuan. Hal yang membedakan antara model Kuz-ram dan koefisien tekstur adalah output dari kedua metode ini. Koefisien tekstur menghasilkan output berupa angka atau nilai koefisien tekstur yang mengindikasikan tingkat keseragaman fragmentasi batuan sedangkan Kuz-ram menghasilkan output berupa suatu kurva atau grafik distribusi ukuran fragmentasi batuan. Dengan menganalisis kurva atau grafik ini dapat diketahui tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan. Selain itu analisis fragmentasi batuan dengan model Kuz-ram sangat memperhatikan ukuran fragmentasi batuan sedangkan metode Koefisien tekstur lebih memperhatikan tingkat keseragaman fragmentasi batuan hasil peledakan tanpa terlalu memperhatikan ukuran fragmentasi batuan. Lebih jauh bila mengamati hasil analisis fragmentasi batuan dengan kedua metode ini, dapat dilihat bahwa kedua metode ini menghasilkan analisis fragmentasi yang cenderung sama. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis fragmentasi batuan untuk ketiga Perusahaan. Berdasarkan analisis fragmentasi dengan metode koefisien tekstur, dapat diketahui bahwa fragmentasi batuan hasil peledakan yang dimiliki ketiga Perusahaan ini tidak seragam. Fragmentasi yang paling tidak seragam diperoleh pada PT. Nurmuda Cahaya dengan nilai KT = 1.35 sedangkan fragmentasi yang lebih seragam bila dibandingkan kedua Perusahaan itu diperoleh pada PT. Silva Andia Utama dengan nilai KT = 1.18. Sedangkan tingkat keseragaman PT. Gunung Padakasih berada di antara kedua Perusahaan tersebut dengan nilai KT = 1.27.

57

Hal yang sama berlaku untuk analisis fragmentasi batuan dengan model Kuzram. Berdasarkan analisis fragmentasi batuan dengan model Kuz-ram dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan untuk ketiga Perusahaan di atas tidak seragam. Lebih jauh juga dapat dilihat bahwa fragmentasi batuan yang sedikit lebih baik dan seragam di antara ketiga Perusahaan itu diperoleh pada PT. Silva Andia Utama. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi kumulatif fragmentasi cenderung ke arah tegak. Sedangkan fragmentasi batuan yang kurang baik dan seragam di antara ketiga Perusahaan tersebut diperoleh pada PT. Nurmuda Cahaya. Hal ini dikarenakan bentuk kurva distribusi kumulatif fragmentasi cenderung ke arah miring. Sedangkan tingkat keseragaman PT. Gunung

Padakasih berada di antara kedua Perusahaan tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis fragmentasi batuan dengan metode koefisien tekstur dan model Kuz-ram menghasilkan analisis yang sama dan sejalan. Hal yang membedakan adalah output yang dihasilkan dari kedua analisis ini. Metode koefisien tekstur menghasilkan output berupa nilai KT, sedangkan model Kuz-ram menghasilkan output berupa suatu kurva distribusi kumulatif fragmentasi. Secara umum perbandingan antara analisis fragmentasi batuan dengan metode koefisien tekstur dan model Kuzram seperti terlihat pada gambar 4.4 berikut ini.

58

Nilai KT = 1.35

Nilai KT = 1.27

Nilai KT = 1.18 Gambar 4.4. Ilustrasi perbandingan keseragaman butir dari Kuzram dan KT

Anda mungkin juga menyukai