Anda di halaman 1dari 5

Statistika Morbiditas

Pendahuluan Di Negara- negarmaju dengan taraf kesehatan yang tinggi, tingkat kematian telah dapat ditekan serendah- rendahnya, terutam kematian yang disebabkan penyakit infeksi, tetapi pada beberapa decade terakhir ini tampak bahwa pola penyakit telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakitpenyakt non infeksi, seperti penyakit jantung, hipertensi, penyakit pembuluh darah dan lain- lain. Di Negara- negar berkembang, sebagian besar kematian masih didominasi oleh penyakitpenyakit menular dan penyakit infeksi lain. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa di samping mempelajari mortalitas, dibutuhkan juga statistika morbiditas untuk memperoleh informasi tentang jumlah penderita, lamanya sakit, frekuensi sakit, fatalitas penyakit, distribusi penyakit menurut golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tingkat social ekonomi, geografi, perubahan pola penyakit dan lain- lain. Dari informasi tersebut di atas dapat disusun rencana penanggulangan sebaik-baiknya mengadakan evaluasi program kesehatan yang dijalankan agar menjadi lebih relevan, lebih efektif dan lebih efisien. Dengan demikian, masyarakat dapat terhindar dari penyakit- penyakit yang berbahaya hingga taraf kesehatan dan produktivitas dapat meningkat.

Beberapa masalah dalam statistika morbiditas Morbiditas merupakan hal yang kompleks dan berbeda dengan statistika mortalitas, karena itu statistika morbiditas tidak dimasukakn kedalam statistika perikehidupan. Masalah morbiditas akan menjadi jelas bila dibandingkan dengan mortalitas. Perbedaan dan masalah yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Mortalitas merupakan kejadian yang unik dan hanya terjadi satu kali seumur hidup, sedangkan sakit dapat terulang pada orang yang sama, baik untuk penyakit yang sama maupun penyakit yang berbeda.

Masalah yang timbul ialah dalam pengumpulan data morbiditas, apakah hanya menghitung banyaknya penyakit atau menghitung juga banyaknya orang yang sakit atau keduanya. 2. Kematian terjadi dalam satu saat, sedangkan sakit berlangsung dalam suatu periode. Masalah yang timbul ialah, apakah kita hanya ingin mengetahui jumlah kasus baru dalam suatu periode tertentu atau ditambah dengan penyakit- penyakit yang telah ada dalam periode tersebut. Apakah harus dibedakan antara penyakit yang timbul dan berakhir dalam periode yang sama dengan penyakit yang berlangsung terus sampai periode berikutnya. Apakah kita juga perlu menghitung penyakit yang timbul dalam periode sebelumnya dan berakhir pada periode berikutnya. 3. Pada umumnya, kematian dapat dinyatakan dengan pasti, sedangkan penyakit mempunyai spectrum yang sangat luas, mulai dari tanpa gejala sampai berat sekali. Karena itu, pada morbiditas timbul berbagai katagori berikut: a. Penyakit congenital atau penyakit yang didapat sebagai akibat ruda paksa atau cacad akibat penyakit yang diderita. b. Penyakit yang laten atau tidak tampak dan tidak terasa oleh penderita dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan laboratorium, seperti diabetes mellitus, tbc, dan lain-lain. Kesukaran yang timbul ialah menentukan waktu atau gejala yang dianggap sebagai permulaan sakit. Ketidakseragaman dalam menentukan criteria permulaan sakit yang digunakan, akan menimbulkan ketidaktepatan dalam menentukan jumlah insidensi penyakit. c. Penyakit yang diketahui oleh dkter yang memeriksa maupun oleh penderita. Pengumpulan data tergantung dari kebutuhan, misalnya untuk penyakit tbc bagi kesehatan masyarakat hanya ditekankan pada tbc paru- paru, sedangkan klinis semua jenis tbc dikumpulkan. Hal di atas, dlaam laporan morbiditas harus dicantumkan, agar tidak menimbulkan kesalahan dalam menarik kesimpulan bila data yang diperoleh akan dibandingkan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa masalah morbiditas adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan dan pelaporan 2. Batasan sakit 3. Klasifikasi sehat dan sakit 4. Diagnose penyakit 5. Penyakit yang menyerang kelompok tertentu 6. Indeks morbiditas 7. Sumber dan cara pengumpulan data morbiditas

1. Pencatatn dan Pelaporan Waupun pencatatan dan pelaporan penyakit telah dilakukan sejak zaman dahulu tetapi kini masih belum dapat dibakukan. Hal ini disebabkan karena: a. Klasifikasi penyakit yang masih selalu mengalami perubahan b. Laporan penyakit yang berasal dari berbagai sumber denga kualitas yang berbeda c. Kemampuan dan peralatan untuk menegakkan diagnose yang berbedabeda

2. Batasan Sakit Dalam menentukan batasan sakit, kita dihadapkan dengan berbagai kesulitan yang disebabkan karena suatu penyakit dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya, mulai sakit, berakhirnya penyakit. Lamanya sakit dan lain-lain.

Suatu penyakit dapat pula dibedakan antara penyakit baru, penyakit lama, penyakit tang terjadi terus menerus atau tidak, tingkat beratnya penyakit, komplikasi yang timbul dan lain-lain. Kesulitan yang dihadapi ialah dalam menentukan batasan sakit yang dapat memenuhi semua aspek tersebut di atas. Kesulitan lain yang timbul ialah karena banyaknya gejala yang bersifat subyektif hingga sulit dikuantifikasi. Karena banyaknya kesulitan untuk menentukan batasa sakit, WHO memberikan sedikit kelonggaran dalam

menentukan batasan sakit dalam statistika morbiditas yaitu semua statistika yang berhubungan dengan gangguan kesehatan dapat dimasukakan ke dalam statistika morbiditas.

Untuk kepentingan analisis data penyakit dapat digunakan batasan berdasarkan penderita, penyakit dan frekuensi penyakit. Batsan ini telah mencakup permulaan dan lamanya sakit.

Batasa Sehat dan Sakit

Di dalam banyak hal, antara sehat dan sakit dapat dibedakan denga jelas dan mudah, tetapi tidak jarang pula terdapat keadaan yang sedemikian rupa hingga sulit sekali untuk menentukan apakah seseorang menderita sakit atau tidak. Hal ini antara lain disebabkan karena reaksi seseorang terhadap suatu infeksi tidak semuanya sama. Bahkan dalam keadaan sehatpun, fungsi organ tubuh manusia mengalami perubahan setiap saat, misalnya, denyut nadi, tekanan darah dan lain- lain.

Untuk memudahkan dalam pengumpulan data penyakit, perhitungan indeks statistika morbiditas dan penggunaannya, penentuan sakit dilakukan berdasarkan criteria sebagai berikut: 1. Sakit ditentukan secara subyektif Ini berarti bila seorang merasa dirinya sakit harus dianggap demikian meskipun dalam pemeriksaan tidak ditemukan kelainan. 2. Sakit ditentukan secara obyektif Penentuan sakit secara obyektif ialah seseorang dianggap sakit bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya kelainan dalam fungsi organ tubuhnya, walaupun yang bersangkutan tidak mengeluh adanya penyakit. 3. Sakit ditentukan berdasarkan hasil tes diagnostic

Yang dimaksud dengan criteria ini ialah seseorang dikatakan sakit bila dalam hasil suatu tes diagnostic ditemukan adanya kelainan fungsi organ tubuhnya, misalnya, tes laboratorium terhadap penyakit diabetes mellitus.

Anda mungkin juga menyukai