Anda di halaman 1dari 23

ILMU POLITIK

MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Wawasan IPS yang dibina oleh bapak I Wayan Legawa

oleh
Vinny Aprilia Pratiwi Mochammad Aulia R. Wiga Rafita Rico Anggi Pranata Dimas Indranata Aditya Wicaksono Novia Isniyawati : 120731435866 : 120731435868 : 120731435968 : 120731435993 : 120731435995 : 120731435998 : 120731436001

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULITAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka, focus, dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik masih mudah usianya karena baru lahir pada akhir abad ke-19. Pada tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi, dan dalam perkembangan ini mereka sangat mempengaruhi. Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu pembahasan secara rasional dari berbagai aspek Negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya. Bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial tertua di dunia. Pada taraf perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada ilmu sejarah dan filsafat. Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis yang membahas masalah sejarah dan kwarganegaraan, seperti misalnya Nagarakratagama yang ditulis pada masa majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15 masehi dan abad tanah jawi. Sayangnya di Negara-negara Asia tersebut kesusatraan yang mencakup bahasan politik mulai akhir abad ke-19 telah mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran barat yang dibawa oleh Negara-negara seperti Ingris, Jerman, Amerika Serikat dan Belanda dalam rangka imperialism.

B. Rumusan masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan ilmu politik? b. Apa saja metode-metode dalam politik?
c.

Ilmu bantu apa saja yang dapat digunakan dalam ilmu politik?

d. Apa kegunaan ilmu politik? e. Bagaimana hubungan ilmu politik dengan ilmu lain? f. Bagaimana Subyektivitas dan Obyektivitas ilmu politik? g. Apa saja konsep-konsep dari ilmu politik?

C. Tujuan a. Dapat mengetahui difinisi ilmu politik b. Bisa mengerti dan mengetahui metode-metode ilmu politik c. Mengetahui ilmu bantu politik d. Mengetahu tujuan ilmu politik e. Bisa menghungkan ilmu politik dengan ilmu lain f. Untuk memahami subyektivitas da obyektivitas ilmu politik g. Bisa menyebutkan konsep-konsep ilmu politik

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ilmu politik Jika dianggap bahwa ilmu politik mempelajari poliktik, maka perlu kiranya dibahas dulu istilah politik itu. Di dalam kepustakaan ilmu politik ada bermacam-macam definisi Pada umumnya dapat diaktakan bahwa Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. (Budiardjo, 2006:8). Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics. Yang diartikan sebagai usahausaha untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Pengambilan kepustakaan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alat alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuantujuan yang telah dipilih itu. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu di tentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengatura dan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan itu perlu dimiliki kekuasaan dan kewenangan, yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi dan jika perlu dapat bersifat paksaan. Tanpa unsur paksaan kebijakan ini hanya merupakan perumusan kegiatan belaka. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat, dan bukan tujuan pribadi seseorang. Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai-bagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan seorang (individu). Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai, disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik saja.

B. Metode-metode Ilmu Politik 1. Metode induksi Serangkaian strategi ataupun prosedur-prosedur penarikan kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mengkaji peristiwa-peristiwa yang bersifat khusus atas dasar fakta-fakta teoritis yang khusus ke yang umum. Biasanya penggunaan metode induksi ini lebih banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Menururt Iswara (1974:57). Yang termasuk metode induksi : Metode deskriptif Sebagai prosedur pengkajian masalah-masalah politik untuk memberikan gambaran-gambaran terhadap pernyataan yang ada sekarang ini secara akurat. Metode analisis Lebih menekankan pada penelaahan secara mendalam terhadap masalah-masalah politis yang disusun secara sistematis dengan memperlihatkan hubungannya fakta satu dengan lainnya. Metode evaluatif Serangkaian usaha penelaahan fenomena-fenomena politik yang bersifat menentukan terhadap fakta-fakta yang dibutuhkan dengan dasar pada normanorma ataupun ide-ide yang abstrak. Metode klasifikasi Metode yang melandaskan pada penggolongan atau pengelompokan objekobjeknya secara teratur yang masing-masing menunjukkan hubungan timbal balik. metode perbandingan metode kajian politik yang menitik beratkan pada study persamaan dan perbedaan atas dua objek telaahan dengan maksud untuk memperdalam maupun menambah pengetahuan tentang objek kajian politik tersebut. 2. Metode deduksi

Serangkaian strategi ataupun prosedur dengan penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum ke khusus, dan biasanya penelitian yang demikian banyak dilakukan dalam pendekatan kuantitatif.

C. Ilmu Bantu dalam Ilmu Politik Adapun ilmu bantu yang digunakan dalam kajian ilmu polotik adalah sebagai berikut: 1. Ilmu Sejarah Ilmu sejarah sangat diperlukan dalam ilmu politik, mengingat dalam sejarah itu memberikan fakta-fakta masa lampau untuk dikaji lebih lanjut. Memang terdapat perbedaan mendasar antara ilmu sejarah dan politik. Ilmu sejarah selalu meneropong masa lampau, sedangkan ilmu politik lebih berorientasi ke depan (future oriented). Namun demikian tanpa kontribusi ilmu sejarah, maka ilmu politik hanya akan berupa narasi ataupun nalar belaka jika tanpa didukung oleh fakta-fakta yang akurat. Untuk memperoleh legitimasi keilmiahannya itulah fakta itu mutlak diperlukan. Apalagi peran sejarah kontemporer, hal itu sangat dibutuhkan oleh para ilmuwan politik dalam kajian-kajiannya yang lebih holistik. 2. Filsafat Filsafat juga berperan dalam ilmu politik, terutama filsafat politik Yaitu suatu bagian dari filsafat yang mengungkap kehidupan politik seperti sifat hakiki, asal-mula nilai dan negara. Dalam filsafat politik keberadaan manusia dan negara merupakan kajian kosmologi yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Begitun juga dalam pandangan Yunani kuno, filsafat politik juga mencakup dan erat hubungannya dengan moral philosophy atau etika (ethics). 3. Antropologi Antropologi, merupakan ilmu Bantu dalam ilmu politik. Hal ini mengingat dalam antropologi memberikan kontribusi besar dalam pengertian-pengertian dan teori-teori tentang kedudukan serta peranan satuan-satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana. Antropologi dan

sosiologi saling mempengaruhi baik dalam obyek penelitian maupun dalam pembinaan teoriteori. Belakangan ini perhatian sarjana ilmu politik terhadap antropologi menjadi makin meningkat, sejalan dengan bertambahnya perhatian dan penelitian tentang kehidupan serta usaha modernisasi politik di negara-negara baru maupun berkembang. 4.Sosiologi Sosiologi, juga merupakan paling pokok dan umum sifatnya. Mengingat sosiologi banyak membantu usahanya memahami latar-belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari pelbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Dengan menggunakan pengertianpengertian dan teori-teori sosiologi, sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai di mana susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh oleh misalnya keputusan kebijaksanaan (policy decisions), corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan politik (sources of political authority), pengendalian sosial (social control), dan perubahan sosial atau social change (Budiadjo, 2000:20). 5. Pisikologi Sosial Psikologi Sosial, dalam hal ini menitik beratkan pada hubungan timbal balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau golongan. Jika sosiologi mempelajari tentang kegiatan kehidupan sosial, sedangkan psikologi umum memusatkan perhatian terhadap kehidupan orang perorangan, maka psikologi sosial dalam analisis politik jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisis sosial politik secara makro diisi dan diperkuat dengan analisis-analisis yang bersifat mikro (individu) dalam kaitannya dengan kelompok-kelompok. 6. Ilmu Ekonomi Ilmu Ekonomi, memiliki sejarah yang kuat akan keterkaitan dua disiplin tersebut. Pada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri yang dikenal dengan ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisis kebijaksanaan yang hendak digunakan guna memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara Inggris khususnya dalam menghadapi saingan-saingannya seperti Portugal, Spanyol, Perancic, Jerman dan sebagainya. Ilmu ekonomi modern, dewasa ini sudah memiliki teori, rung-lingkup, serta metodologinya yang begitu ketat dan terperinci. Justru karena tingginya keketatan disiplin ilmu ini memiliki tingkat prediksi-prediksi untuk perhitungan masa kini maupun mendatang. Inilah sumbangan besar ilmu ekonomi dalam kaitannya dengan ilmu politik. 7. Ilmu Hukum

Ilmu Hukum, juga merupakan ilmu bantu dalam ilmu politik. Hal ini dapat dipahami karena sejak dahulu terutama di Eropa barat ilmu hukum dan politik memang sudah demikian erat. Kedua-duanya memiliki persamaan daya mengatur dan memaksakan undang-undang (law enforcement) yang merupakan salah satu kewajiban negara yang begitu penting. 8. Ilmu Geografi Ilmu geografi, juga termasuk ilmu Bantu dalam ilmu politik. Terutama faktor-faktor yang berdasarkan seperti; lokasi (location), perbatasan strategis (strategic frontiers), desakan penduduk (population pressures), daerah pengaruh (sphere of influence) mempengaruhi politik. Montesquieu, seorang cendekiawanPrancis, orang yang pertama kali membahas bagaimana faktor-faktor ilmu georafi mempengaruhi konstelasi politik suatu negara.

D. Tujuan Ilmu Politik Pertama, perspektif intelektual: Sebagaimana kita maklumi bahwa sebenarnya tujuan politik adalah tindakan politik. Untuk mencapai itu diperlukan pembelajaran untuk memperbesar kepekaan pembelajar sehingga ia dapat bertindak. Agar dapat bertindak dengan baik secara politik, orang perlu mempelajari azas dan seni politik, nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat. Seperti, bagaimana nilai-nilai itu diwujudkan dalam lembagalembaga, serta taktik ataupun strategi apa yang digunakan untuk bertindak? Dengan demikian orang belajar, bagaimana kekuasaan dapat dijinakkan oleh Prometheus, dan diabdikan kepada tujuan manusia yang positif. Sebagai contoh, Plato dan Aristoteles di akademi-akademi Yunani, tetapi juga mereka sangat terlibat dalam politik praktis. Begitu juga sebelumnya Socrates sebagai lambing guru politik yang aktif, ia juga meninggal karena tekanan-tekanan politik praktis penguasa Yunani kuno. Metode pembelajarnnya-pun sudah mengenal metode yang bersifat kritis. Tujuannya tidak lain adalah untuk menelaah kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para penguasa dan berusaha untuk mengurangi ketidaktahuan dari mereka yang dikuasai.. Walaupun ajaran kritis tersebut pada prinsipnya bersifatintelektual, tetapi dapat menimbulkan hal-hal yang bersifat praktis. Itulah sebabnya mengapa tradisi intelektual dapat dengan mudah menjadi subversif terhadap penguasa dan merangsang timbulnya perdebatan politik. Dengan demikian tidak bisa dihindari bahwa pembelajarn politik bersifat politis, dan guruguru politik merupakan aktivis. Jadi, perspektif intelektual dalam politik adalah perspektif yang mempergunakan

diri-sendiri sebagai titik tolak. Sebab perspektif itu bertolak dan dibangun berdasarkan apa yang dianggap salah oleh individu, maka pemikiran individu itu yang memperbaikinya. Kedua, perspektif politik. Maksudnya adalah bahwa pandangan intelektual mengenai politik, tidak banyak berbeda dengan pandangan politisi. Bedanya terletak jika politisi lebih bersifat segera (yang ada kini dan di sini, daripada hal-hal yang teoretis). Sedangkan intelektual dapat menjadi politisi jika ia ammpu memasukkan masalah politik dalam pelayanan suatu kepentingan ataupun tujuan. Sebagai contoh, sebuah kasus dengan adanya sistem pemilihan lanagsung di Indonesia, banyak intelektual yang bersedia menjadi calon legislatif dan eksekutif pusat dan daerah. Dengan kampanye yang bergaya orator mendadak, dalam waktu singkat mereka mempersiapkan dan menggunakan strtegi itu dari yang biasanya sangat teoretik mendadak berubah ke dalam suatu kerangka kerja yang bersifat praktik. Hal ini mirip dengan apa yang dinyatakan Robert Dahl (1967: 1-90), bahwa dalam waktu singkat mereka telah menjadi politisi.Singkatnnya, dunia politisi adalah dunia hari ini, dan hari esok yang dekat.Sedangkan kaum intelektual menaruh perhatian dalam tiga dimensi; hari kemarin,hari ini, dan hari esok. Keputusan-keputusan dari politisi diuji dalam kenyataan tanggapan publik yang keras. Suara lebih dahulu, sedangkan azas belakangan. Jika tujuan pertama pilisi adalah memperoleh kekuasaan, maka kaidah kedua adalah mempertahanakan kekuasaan. Juga tidak usah heran sebagian politisi termasuk yang terbaik dan tercerdik sekalipun sering melakukan hal-hal yang mengerikan. Karena itu tidak usah heran pula jika politisi adalah orang yang selalu optimis yang senantiasa tergugah oleh kemungkinankemungkinan yang dapat diperoleh dari kekuasaan (Apter, 1996: 20). Ketiga, perspektif ilmu politik. Dalam hal ini politik dipandang sebagai ilmu. Ia menilai politik dari sisi intelektual dengan pertimbangan kritis serta mempunyai criteria yang sistematis. Pendirian ini memandang memndangnya terhadap kebutuhan ke depan, untuk meramalkan akibat tindakan politik maupun 18 kebijaksanaan para politisi. Jika para politisi memandang politik sebagai pusat kekuasaan publik, maka kaum intelektual memandang politik sebagai perluasan pusat moral dari diri. Dengan demikian politik sebagai ilmu menaruh perhatian pada dalil-dalil, keabsahan, percobaan, hukum, keragaman, pembentukan asas-asas yang universal (Apter, 1996: 21).

E. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu lain 1. Sejarah

Seperti diterangkan di atas maka sejak dahulu kala ilmu ilmu poitik erat hubunganya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, yaitu data data dan fakta dari masa yang lampau, untuk diolah lebih lanjut, perbedaan antara ahli sejarah dan sarjana politik ialah bahwa ahli sejarah sellu meneroong msa yang lampau, sedangkan sarjan ilm politik biasanya lebih melihat ke depan ( future oriented ); bahan mentah yang dihasilkan oleh ahli sejarah, teristimewa sejarah kontemporer, oleh sarjana ilmu politik hanya dipakai untuk menemukan pola-pol ulangan (recurrent patterns) yang data membantunya untuk menentukan suatu proyeksi untuk masa depan. Sarjana ilmu politik tidak uas hanya mencatat sejarah, tetapi ia akan selalu mencoba menemukan dalam sejarah ola-pola tingkah laku politik ( patternsof political, behavior) yang memungkinkannya untuk, dalam batas-batas tertentu, menyusun suatu pola perkembangan untuk masa depan dan member gambaran bagaimana suatu keadaan diharapkan berkembang dalam suatu keadaan tertentu. Di Indonesia mempelajari ejarah dunia dan sejarah idonesia khususnya merupakan suatu keharusan. Sejarah kita pelajari untuk ditarik pelajarinya, agar dalam menyusun masa depn kita tidak terbentur pada kesalahan-kesalahan yang sama. Misalnya, perlu kita pelajari revolusi-revolusi yang telah mengguncangkan dunia, yaitu revolusi perncis, amerika, rusia, dan china, supaya gejala revolusi yang kita alami sendiri dapat lebih kita mengerti dan ditarik manfaatnya. Begitu pula, misalnya, perlu kita pelajari factor-faktor yang telah mendorong PKI untuk menyelenggarakan pemberontakan madiun dalam tahun 1948 dan G. 30 S. dalam tahun 1965, supaya peristiwa-peristiwa semacam itu tidak akan terulang lagi. Usaha kita untuk meneliti sejarah kontemorer kita secara ilmiah masih sanga terbatas. Sarjana ilmu politik asing banyak menulis mengenai sejarah kontemporer Indonesia, seperti misalnya, George Mc .T. Kahin, Nationalism and revolution in Indonesia, yang membahas masa 1945 sampai pengakuan kedaulatan dalam tahun 1949, dan Herbert Feith, The Decline of constitul democracy in Indonesia, yang membahas tahun 1949 sampai 1959 dan Daniel Lev, The Transition to guided Democracy, yang membahas masa peralihan ke masa demokrasi terpimpin. Tkoh-tokoh kita sampai sekarang membatasi diri pada penulisan sejarah secara memoirs (kenang-kenangan), seperti sukarno, An Autobiography as told to cindy Adams; Moh. Hatta, sekitar proklamasi; Adam Malik, Riwayat proklamasi; Sewaka, Dari Zaman Ke Zaman; T.B Simatupang, Laporan dari banaran, dan sebagainya.

2. Filsafat

Suatu ilmu pengetahuan lain yang erat sekali hubunganya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban aas persoalan-persoalan yang menyangkut universe (alam semesta) dan kehidupan manusia. Ilmu politik terutama sekali erat hubunganya dengan filsafat olitik, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama megenai sifat hakiki, asal mula dari nilai (value) dari Negara. Negara dan manusia di dalamnya dianggap sebagai sebagian dari alam semesta. Dalam pandangan filsuf yunani kuno, filsafat politik jug mencangkup dan erta hubunganya moral philosophy atau ethika (ethics). Etika membahas persoalan-persoalan yang mencangkup norma-norma baik/buruk seperti misalnya tindakan apakah yang boleh dinamakan manusia baik/buruk , manusi apakah yang boleh dinamakan manusia baik/buruk; apakah yang dinamakan adil/tidak adil. Penilaian semacam ini , kalau diterapkan pada politik menimbulkan pertanyaan sebagai berikut; apakah seharusnya tujuan dari Negara; bagaimana seharusnya sifat sistim pemerintah yang terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut;bagaimana seorang pemmpin harus bertindak untuk keselamatan Negara dan warganya. Dengan demikian kita sampai kpada bidang filsafat politik, yang membahas persoalan-persoaln politik dengan berpdoman ada suatu sistim nilai (value system) dan norma-norma tertentu.

3. Sosiologi Di antara ilmu-ilmu social, sosiologilah yang paling pokok dan umum sifatnya. Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usahannya memahami latar belakang, susunan, dan pola kehidupan social dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Dengan menggunakan pengertian-pengertian dari teori-teori sosiologi, sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai dimana susunan dan stratifikasi social mempengaruhi ataupun dipengaruhi misalnya oleh keputusan kebijaksanan ( political legitimacy), corak dan sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan politik (sources of political), pengndalian social( social control), dan perubahan social (social change). Mengenai masalah perubahan dan pembaharuan, sosiologi menyumbangkan pengertian akan adanya perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat. Apabila dalam masyarakat timbul golongan-golongan atau kelompok-kelompok baru yang yang memajukan kepentingan-kepentingan baru, maka nilai-nilai kebudayaan masyarakat secrara keseluruhan akan menunjukkan perubahan-perubahn dalam pola-pola kehidupan politik. Perkembangan

pertambahan penduduk dengan sendirinya akan mengakibatkan perubahan dalan stratifikasi social, hubungan antar-kelas ketegangan-ketegangan politik dan menngkatnya masalahmasalah organisasi social dan politik. Baik sosiologi maupun ilmu politik mempelajari Negara. Akan tetapi sosiologi menganggap Negara sebagai salah satu lembaga yang pengendalian sosia (agent of osial control). Sosiologi mengagambarkan bahwa pada masyarakat yang sederhana maupun kompleks senantiasa terdapat kecenderungan untuk tmbul proses pengaturan atau pola-pola pengendalian tertentu yang formil. Selain itu sosiologi mlihnt Negara juga sebagai salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memperhatiakan bagaimana sifat dan kegiatan anggota asoaiasi itu mempengaruhi sifat dan kegiatan Negara. Jadi, llmu politik dan sosiologi sama dalam pandanganya bahwa Negara dapat dianggap sebagai asosiasi (kalau meliht manusia) maupun sebagai sistim pengendalian (system control).

4. Anthropologi Apabila jasa sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam memberikan analisa kehidupan social secara umum dan menyeluruh, maka anthropologi menyumbangkan pengertian-pengertian dan teori-teori tentang kedudukan serta peranan satuan-satuan social budaya yang lebih kecil dan sederhana. Mula-mula anthropologi lebih banyak memusatkan perhatian pada masyarakat dan kebudayaan di desa-desa dan pedlman, sedangka sosiologi memusatkan perhatian pada kehidupan masyarakat kota ang jau lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi dan tehnologi modern. Lambat laun anthropologi dan sosiologi saling mempengaruhi baik dalam obyek penelitian maupun dalam pembinaan teori-teori, sehingga pada saat ini batas-batas antara kedua ilmu social tadi telah menjadi kabur. Perhatian sarjana ilmu politik terhadap anthropologi makin meningkat sejalan dengan bertambahnya perhatian dan penelitian tetang kehidupan serta usaha modernisasi politik di Negara-negara baru. Mula-mula penellitian tentang Negara-Negara baru berkisar pada masalah-masalah yang bersifat macro seperti pengaruh kolonialisme perjuangan kemerdekaan kedudukan dn peran elite nasional, masalah-masalah yang dihadapi pemerintah pusat Negaranegara baru, nation-building dan sebagainya. Semua ini didasarkan pada anggpan bahwa masalah-masalah daerah, terpencarnya berbagai bentuk desa di pedalaman, perbedan sukusuku bangsa dan agama pada akhirya akan dapat diatasi oleh perkembangan kehidupa tingkat nasional. Anthropologi menunjukkan betapa rumit dan sukarnya membina kehidupan yang

bercorak nasional dari masyarakat yang trdisiolnil; betapa kebudayaan daerah, sistim warisan hata kekayaan serta pola-pola kehidupan tradisional lainnya yang mempunyai daya tahan yang kuat terhadap usaha-usaha pembinaan kehidupan corak nasional terebut; betapa dalam beberapa situasi factor-faktor social budaya tersebut malah menjadi lebih kuat dan lebih sadar melakukan perlawanan terhadap usaha-usaha nation building, apabila cirri-ciri serta sifatnya tidak lebih dahulu diperhitungka lebih seksama. Bagi seorang sarjana ilmu politik, kesadaran akan kenyataan ini memungkinkan untukmelaksanakan beberapa penelitian yang khusus, seperti : besar kecilnya pengaruh pemikiran dan pergerakan politik di berbagai daerah yang berbeda suku, agama, serta kehidupan sistim-sosialnya (factor-faktor perasaan iktan-ikata primodial dalamkehidupan politik Indonesia). Cara penelitian semacam ini memaksa sarjana ilmu politik untuk meneliti gejalagejala kehidupan social dari dalam masyarakat yang menjadi objek peelitianya. Dengan hasil-hasil yang diperolehya dari praktek kerja dan diamatinya sendiri. 5. Ilmu Ekonomi Pada masa silam, ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan suatu bidang ilmu tersendiri, yang dikenal sebagai ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisa kebijasanaan yang hendak digunakan guna memajukan kekuatan dan mensejahteraan Negara inggris dalam menghadapi saingan-sainganya seperti portugis, spanyol, perancis, jerman, dan sebagainya. Pada abad ke-18 dan ke-19. Denga berkembnnya ilmu pengetahuan pada umumnya, ilmu tersebut kemudian memisahkan diri menjadi dua lapangan yang mengkhususkan perhatian terhadap tingkah laku yang berbeda : ilmu politik (political science ) dan ilmu ekonomi ( economics ). Ilmu ekonomi modern dewasa ini sudah menjadi salah satu cabang ilmu social yang memiliki teori, ruang lingkup metodelogi yang relatif ketat dan tererinci. Imu ekonomi termasuk ilmu social yang sering digunakan untuk menyusun perhitungaan-oerhitungan ke muka . sarjana ekonomi boeh dikatakan sepakat akan pengunaan istilah-istilah serta pegertianpegertian dasar yang diperlukan untuk mencapai kesergaman anlisa, hal mana yang memudahkan mereka bertukar fikiran tentang tujuan umum ilmu, yaitu usaha manusia mengembangkan serta membagi sumber-sumber yang langka untuk kelangsungan hidupnya. semacam ini, sarjana ilmu politik dapa mengembangkan pembinaan teori-teori aas dasar kenyataan-kenyataan konkrit ang dialami

Pemikiran yang berpangkal tolak pada faktor kelangkaan (scarcity) menyebabkan ilmu ekonomi berorientasi kuat terhadap kebijaksanaan yang rasionil, khususnya penentuan hubungan antara tujuan dan cara mencapai tujuan yang telah ditentukan, oleh karena itu ilu ekonomi dikenal sebagai ilmu social yang sangat planning-oriented. Pengaruh mana meluas pada ilmu politik sebagaimana pengertian pembangunan ekonomi ( economic development ). Oleh karena pilihsn-pilihan tentang kebijaksanan yang harus ditmpuh seringkali terbatas sekali adanya, maka ilmu ekonom dikenal pula sebagai ilmu sosial yang bersifat choiceoriented. Hal mana telah berpengaruh pada kekhususan penelitian mengenai decicion-making dalam ilmu politik modern. Dengan pesatnya perkembangan ilmu ekonomi modern, khususnya ekonomi internasional, kerjasama antara ilmu ekonomi makin dibutuhkan untuk mnganalisis siasatsiasat pembangunan nasional. Seorang sarjana ilmu politik tidak dapat lagi mengabaikan pengaruh dan pranan perdagangan luar negri, bantuan luar negri serta hubungan ekonomi luar negri pada umumnya terhadap usaha-usaha pembangunan dalam negri.

6. Psykhologi sosial Psykhologi adalah pengkhususan psykhologi yang mempelajari hubungan timbal-balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok atau golongan. Kalau sosiologi mempelajari kegiatan kehidupan sosialdan psykhologi umum memusatkan perhatian terhadap kehidupan orang perorangan, maka psykologi sosial berusaha untuk menyusun kerangka analisa yang dapat menghubungkan kedua tingkat tersebut. Kegunaan psykologi sosial dalam analisa ilmu politik jelas dapat kita ketahui apabila kita sadar bahwa analisa sosial-politik secara macro dan diperkuat dengan analisa yang bersifat micro. Psykhologi sosial mengamati kegiatan manusia dari segi-segi ekstern ( lingkungan sosial, fisik; peristiwa-peristiwa, gerakan-gerakanmasa) maupun dari segi intern ( kesehatan fisik perorangan, semangat, emosi ). Dengan menggunakan kedua macam analisa ini, ilmu politik dapat menganalisa secara lebih mendalam makna dan peranan orang-orang kuat, kondisi-kondisi sosial ekonomi serta cirri-ciri kepribadian yang memungkinkannya memainkan peranan besar itu. Psyikologi sosial juga dapat menjelaskan bagaimana kepemimpinan tidak resmi (informal leadership) turut menentukan suatu hasi putusan dalam kebijaksanaan politik dan kenegaraan; bagaimana sikap (attitude) dan harapan (expectation)

masyarakat dapat melahirkan tindakan-tindakan serta tingkah laku yang berpegang teguh pada tuntutan-tuntutan social ( conformity ). Selain member pandangan-pandangan baru dalam penelitian tentang kepemimpinan , psyikologi social dapat pula menerangkan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggap nya baru, asing ataupun berlawanan dengan konsesus masyarakat mengenahi suatu gejala sosial tertentu. Psyikologi sosial menjelaskan pula kondisi-kondisi apa yang akhirnya dapat meredakan sikap dan reaksi masyarakat terhadap gejala baru yan dihadapinya itu.

7. Ilmu bumi Faktor-faktor yang berdasrkan geografi, seperti perbatasan strategis ( strategic frontiers), desakan penduduk ( population preassures), daerah pengaruh (sphere of influence) mempengaruhi politik Montesquieu, seorang sarjana perancis, untuk pertama kali membahas bagaimana faktor-faktor ilmu bumi mempengaruhi konstelasi politik suatu Negara. Dalam masa sebelum perang dunia II suatu cabang ilmu bumi mendapat perhatian besar, yaitu Geopolitik atau Geopolitics, ysng basanya dihubungkan dengan seorang swedia bernama Rudolf kiellen ((1864-1933). Ia menganggap bahwa disamping faktor ekonomi dan antropologis ilmu ilmu bui mempengaruhi karakter dan kehidupan nasional dari rakyat dn karena itu mutlak harus diperhitungkan dalam menyusun politik luar negri dan politik nasional. Dengan kalahya nazi jerman yang banyak memakai argumentasi berdasarkan geopolitik ( seperti faktor ras, lebens raum, faktor ekonomi dan sosial) untuk politik expansinya, geopolitik kurang mengalami perkembangan.

8. Ilmu hukum Terutama dalam Negara-negara benua eropa ilmu hokum sejak masa lalu banyak hubunganya dengan ilmu politik, oleh karena mengatur dan memaksakan undang-undang (law enforcement) merupakan salah satu kewajiban Negara yang penting. Cabang-cabang ilmu hokum yang khususnya meneropong Negara ialah hukum tata-negara (staatsrecht, public law) dan ilmu Negara (staatslehre, general theory of the state ).

Analisa-analisa mengenai hukum serta hubunganya serta hubunganya dengan Negara mulai diperkembangkan dalam abad ke-19, tetapi pada taraf itu terbatas pada penelitian mengenai ngara-negara barat saja. Fungsi Negara ialah menyelenggarakan penertiban, tetapi oleh ilmu hukum penertiban itu dipandang semata-mata sebagai tata-hukum. Manusia dilihat sebagai mahkluk yang mejadi objek dari sistim hukum, dan dianggap ebagai pemegang hak dan kewajiban politik sematamata. Ilmu hukum tidak melihat manusia sebagai mahlkuk yang terpengaruh faktor sosial, psykologi dan lebudayaan. Akibatnta ialah bahea ada kecederungan pada ilmu hukum untuk mremehkan kekuatan-kekuata sosial dan kekuatan-kekuatan lainnya yang berada diluar bidang hukum. Kalau seorang ahli ilmu hukum melihat Negara semata-mata sebagai lembaga atau organisasi hukum, maka seorang ahli ilmu politik lbih cenderung untuk, disamping itu menganggap Negara sebagai system of controls, juga memandang Negara sebagai suatu asosiasi, atau kelompok manusia yang bertindak untuk mencapai beberapa tujuan bersama. Selain itu ilmu huum sifatya normative dan selalu mencari unsure keadilan. Aliran ini kuat sekali untuk kupasan-kupasan mengenai Negara hukum (rechtsstaat), yang menekankan bahwa perasaan keadilan (sense of justice) merupakan basis dari seluruh sistim norma yang mendsari Negara. System hukum adalah dasar legal dari Negara; seluruh strukutur dan fungsi Negara ditetapkan oleh hukum. Aliran iyag ingin meneliti Negara dari sudut hukum semata-mata dipelopoi oleh Paul Laband (1838-1918) dari jerman; kemudian aliran fikiran ini diteruskan oleh sarjana Australia, hans kelsen, pendiri mazhab Wina. Hans kelsen yang mengemukakan pandangan yuridis yang ekstrim menyamakan Negara dengan tata hukum nasional (nasional legal order) dan berpendapat bahwa problema-problema Negara harus diselesaikan dengan cara normaif. Hans kelhen menganggap Negara sebagai suatu badan hukum atau Rechtspersoon (juristic person),seperti misalnya NV atau PT. dalan definisi hans kelhen suatu hukum diperlakukan sebagai suatu kesatuan, yaitu sebai badan person yang mempunyai hak dan kewajiban. Disamping pandagan yang ekstrim yuridis ada juga sarjana hukum yang tidak a-priori menolak faktor-faktor sosial. George jellink (1815-1911) yang sering disebut bapak ilmu Negara juga mendasarkan pandanganya atas dasar yuridis, tetapi disamping itu dia mengemukakan Zweiseiten Theorie, yaitu bahwa Negara perlu dibahas dari dua sudut yaitu : a. Sudut yuridis (Allgemeine Staatsrechtslehre),

b. Sudut kemasyarakatan (Allgemeine sosial staatsrechtslehre). Pandangan yang ekstrim yuridis terlal sempit dan kurang memuaskan untuk menganalisa Negara teristimewa Negara-negara yang sedang berkembang seperti ndonesia. Ia mendasarkan pandangan atas suatu masyarakat yang kiranya sudah teratur, yang homogeny sifatnya dan yang sudah berjalan beberapa lama. Hanya dalam masyarakat yang tidak ada perbedaan yang mencolok antar golongan-golongan kelas sosial di bidang ekonomi, sosial, budaya, seperti di Negara-negra Eropa barat sebelum perang dunia II , daatlah timbul angagapan bahwa Negara merupakan penjelmaan dari suatu orde yang semata-mata bersifat hukum. Mengenai perbedaan-perbedaan antara ilmu politik dan ilmu Negara terdpat bermacammacam pendapat. Herman heller telah menyimulkan berbagai pendapat dalam encyclopedia of the sosial scinces: 1. Ada sarjana yang menganggap ilmu politik sebagai suatu ilmu pengetahuan yang praktis yang ingin membahas keadaan dalam kenyataan (realistis, sedangka ilmu Negara dinamakn ilmu pengetahuan yangteoritis yang sangat memeningkan segi normative ( normative berarti memenuhi kaidah-kaidah yang ditetapka). 2. Ada golongan sarjana yang menganggap bahwa ilm politikmementingkan proses kegiatan dan aktivitas Negara. Subyek ilmu politik ialah gerakan atau kekuatan di belakang evolusi yang terus menerus itu. Sebaliknya oleh sarjana-sarjana itu ilmu Negara dianggap lebih mementingkan segi-segi statis dari Negara 3. Dianggap bahwa ilmu Negara lebih tajam konsep-konsenya dan lbih terang metologinya, tetapi ilmu politik dianggap lebih konkrit dan lebih mendekati realitas. 4. Perbedaan yang praktis ialah bahwa ilmu Negara lebih mendapat perhatian dari ahli hukum, sedangkan ahli sejarah dan ahli sosiologi lebih trtarik kepada ilu politik. F. Subyektivitas Ilmu Politik Subjektivisme dalam politik akan mengakibatkan kekuasaan cenderung mutlak dan muaranya akan merusak secara mutlak. Alasannya, politik dibataskan pada apa yang berasal dari pikiran, selera, egoisme, bukan dari sumber-sumber dan kebutuhan-kebutuhan obyektif. Putusan-putusan politik di luar lingkaran kekuasaan, meskipun sangat demokratis dan adil tetap tidak mempunyai legalitas formal. Jadi, politik kekuasaan melekat dalam kesadaran penguasa, serentak tidak mempunyai acuan obyektif di luar lingkaran atau tidak adanya

konfirmasidenganrealitassosialmasyarakat. Menguatnya subjektivisme politik kekuasaan pemguasa akan memunculkan terciptanya putusan-putusan yang didasarkan pada alasanalasan emosional psikologis penguasa, tanpa memperhitungkan dukungan obyektif masyarakat. Maka kehendak politik yang berkembang di luar kekuasaan akan diakomodasi sejauh tidak bertentangan dengan kerangka subjektivitas politik penguasa. Artinya, penyimpulanpenyimpulan politik harus disesuaikan dengan selera mental penguasa. Agar mekanisme macam ini bisa bertahan, tidak ada cara lain bagi penguasa selain membungkam setiap tuntutan politik obyektif masyarakat. Dengan segala macam cara tentunya. Dan pada gilirannya, kekuasaan akan menjadi absolut dan merusak secara absolut. G. Konsep-Konsep Politik 1. Teori Politik

Teori politik adalah bahasan dan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik mencakup antara lain: masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, modernisasi, dsb. Menurut ThomasP. Jenkin dalam The Study of Political Theory dibedakan dua macam teori politik yaitu:
A. Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma

politik. Karena adanya unsur norma-norma dan nilai maka teori-teori ini boleh dinamakan valuational (mengandung nilai). Teori-teori kelompok A dapat dibagi lagi menjadi tiga golongan: a. Filsafat politik Pokok pikiran dari filsafat politik ialah bahwa persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta seperti metaphysika dan episyimologi harus dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang kita alami seharihari dapat ditanggulangi. b. Teori Politik Sistematis Teori-teori politik ini tidak memajukan suatu pandangan tersendiri mengenai metaphysika dan epistimologi, tetapi mendasarkan diri atas pandanganpandangan yang lazim diterima pada masa itu. c. Ideologi Politik Ideologi politik mencakup pembahasan dan diagnose, serta saran-saran mengenai bagaimana mancapai tujuan yang ideal.

2.

Masyarakat

Masyarakat ialah Interaksi menurut adat tertentu yang berkesinambungan dan mempunyai tujuan/identitas yang sama. Di dalam kehidupan berkelompok dan dalam hubungannya dengan manusia yang lain, pada dasarnya setiap manusia menginginkan beberapa nilai. Dalam mengamati masyarakat di sekelilingnya, yaitu masyarakat Barat, Harold Lasswell memperinci delapan nilai, yaitu: a. Kekuasaan b. Pendidikan/Penerangan c. Kekayaan d. Kesehatan e. Ketrampilan f. Kasih sayang g. Kejujuran h. Keseganan, respek 3. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi kekuasaan itu. Kekuasaan merupakan suatu nilai suatu nilai yang ingin dimilikinya.Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial. Menurut Ossip K. Flechtheimkekuasaan sosial merupakan dari kemampuan,hubungan-hubungan dan proses-proses yang menghasilkankekuatan dari fisik lain untuk tujuaqn-tujuan yang ditetapkan oleh pemegang kekuasaan. Sedangkan menurut Robert M. Maciver kekuasaan sosial merupakan kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orag lain, baik secara langsung dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. Sumber kekuasaan terdapat dalam berbagai segi yaitu dapat bersumber pada kekerasan fisik dapat juga bersumber pada kedudukan. Diantara banyak bentuk kekuasaan ada suatu bentuk yang penting yaitu kekuasaan politik. Kekuasaan politik ialah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya ataupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Unt6uk menggunakan kekuasaan politik yang ada, harus ada penguasa yaitu pelaku yang memegang kekuasaan , dan harus ada alat/sarana kekuasaan agar penggunaan kekuasaan itu dapat dilakukan dengan baik. Ossip K. Flechtheim membedakkkaaan dua macam kekuasaan politik, yakni: a. Bagian dari kekuasaan soaial yang terwujud dalam negara.

b. Bagian dari kekuasaan soaial yang ditujukan kepada negara. 4. Negara

Negara merupakan Alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat danmenerbitkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Negara memiliki dua tugas yaitu: a. Mengendalikanvdan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni yang bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang membahayakan. b. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. 5. Definisi mengenai Negara

Dibawah ini disajikan beberapa perumusan mengenai negara. a. Roger H. Soltau: Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. b. Harold J. Laski: Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. c. Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah. d. Robert M. Maclver: Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban didalam suatu masyarakat dalam dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistim hukum yang diselenggarakan olehsuatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa. Jadi, sebagai definisi umum dpat dikatakan bahwa negara adalahsuatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan melaui penguasaan monopolistik dari kekuasaan yang sah.

6.

Sifat-sifat Negara

Setiap negara mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli dan sifat mencakup semua. a. Sifat Memaksa Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki

sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. b. Sifat Monopoli Dalam hal ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebar luaskan, oleh karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat. c. Sifat Mencakup Semua Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orangtanpa terkecuali. Keadaan memang perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruanglingkup aktivitas negara, maka usaha negara kearah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal. 7. Unsur-unsur Negara

Negara terdiri dari beberapa unsur yang terdiri dari: a. Wilayah b. Penduduk c. Pemerintah d. Kedaulatan 8. Tujuan dan Fungsi Negara

Menurut Roger H. Soltau tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.Dan menurut Harold J. Laski tujuan negara ialah menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal. Tujuan negara R.I. yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 ialah: Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskian kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya menyelenggarakan beberapa fungsi yang mutlak perlu yaitu: a. Melaksanakan ketertiban. b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

c. Pertahanan. d. Menegakkan keadilan. Sarjana lain, Charles E. Meriiam menyebutkan 5 fungsi negara yaitu: 1) keamanan ekstern, 2) ketertiban intern, 3) keadilan, 4) kesejahteraan umum, 5) kebebasan.

9.

Istilah Negara dan Istilah Sistim Politik

Pada dasarnya konsep sistem politik dipakai untuk keperluan analisa, dimana suatu sistem bersifat abstrak. Konsep sistem politik di dalam penerapannya pada situasi yang konkrit seperti negara, mencoba mendasarkan studi tentang gejala-gejala politik dalam konteks tingkah laku didalam masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem politik adalah budaya politik (politic culture) yang mencerminkan faktor subyektif. Budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norms-norma, pola-pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya. Bentuk dari budaya politik dalam suatu masyarakat dipengaruhi antara lain oleh sejarah perkembangan dari sistem, oleh agama yang terdapat dalam masyarakat itu, kesukuan, status sosial, konsep mengenai kekuasaan, status sosial, konsep mengenai kekuasaan, kepemimpinan, dsb. Dalam sistim politik terdapat variabel: a. Kekuasaan : sebagai cara untuk mencapai hal yang diinginkan antara lain membagi sumber-sumber di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. b. Kepantingan: tujuan-tujuan yang dikejar oleh pelaku-pelaku atau kelompok politik. c. Kebijaksanaan: hasil dari interaksi antara kekuasaan dan kepentingan, biasanya dalam bentuk perundang-undangan. d. Budaya politik: orientasi subyektif dari individu terhadap sistem politik.

Daftar Rujukan http://bangka.tribunnews.com/2012/08/31/selera-politik-penguasa http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120824183108AA4CGTR http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19721024200112 1-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_dasar_Politik.pdf Budiarjo Miriam.2003.Dasar-Dasar Politik.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum Sukarna.1992.Sistem Politik Indonesia.Bandung: Mandar Maju

Anda mungkin juga menyukai