Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan pintu masuk perawatan semua

pasien dengan variasi penyakit dan waktu. Staf yang bekeja di IGD bertanggung jawab dalam menyediakan pelayanan dan disposisi yang aman. Sebaliknya staf IGD memiliki harapan bahwa bagian lain dari sistem dapat berinteraksi dan mendukung pelayanan IGD (Wahyudin, 2010) Jika berkunjung ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau Instalasi Rawat Darurat (IRD) suatu rumah sakit sering dijumpai istilah triage yang berasal dari bahasa Prancis yang dulu mengacu pada penapisan screening di medan perang (Erfandi, 2008). Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan di Unit Gawat Darurat (IGD) setiap tahunnya (Oman K, 2008) Berbagai sistem triage mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan IGD yang telah melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera. Tujuan triage adalah memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke IGD dan menetapkan prioritas penanganannya yang biasanya dilakukan labelisasi warna yakni warna biru untuk pasien gawat darurat berat yang mengancam nyawa, warna merah untuk pasien

gawat darurat berat, warna kuning untuk pasien gawat darurat ringan, warna hijau untuk pasien tidak gawat darurat (Oman K, 2008) Joint Commission for Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) mensyaratkan dokumentasi kompetensi klinis bagi perawat, kendati tidak menyebutkan secara spesifik persyaratan untuk menjadi perawat triage. Standar praktik menurut Emergency Nurses Association tahun 1999 menyatakan bahwa triage yang aman, efektif, dan efisien hanya dapat dilaksanakan oleh seorang perawat professional yang sudah memenuhi syarat pengetahuan yang memadai, keterampilan yang bagus , sikap, dan tanggap terhadap situasi yang dapat menunjang terlaksananya suatu sistem triage yang efektif (Oman K, 2008) Pada kenyatannya pelaksanaan sistem triage khususnya di IGD yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah masih belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Kebijakan yang dibuat oleh Instansi setempat seperti Standar Pelayanan Publik (SPP) tidak sesuai dengan prosedur yang diterapkan dalam penanganan kasus-kasus emergensi sehari-hari di IGD. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan sistem triage antara lain yakni sumber daya termasuk manusia dan peralatan, kegawatdaruratan korban seperti beratnya cidera, respon penderita, riwayat penyakit, jumlah penderita, informasi, dan kebijakan instansi (RSU Dr.Soetomo, 2007) Faktor SDM menjadi kendala yang paling dominan terhadap pelaksanaan sistem triage rumah sakit di IGD. Pengetahuan yang dimiliki tentang sistem triage masih tidak maksimal, mengingat dalam pelaksanaan sistem triage dibutuhkan penguasaan terhadap pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang bagus dan

efektif sehingga diperoleh suatu penanganan kasus-kasus emergensi secara cepat, tepat, dan cermat (Ghibran, 2009) Pada umumnya perawat IGD yang bertugas di rumah sakit daerah rata-rata adalah lulusan diploma III, bahkan masih ada yang lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Dari beberapa perawat tersebut ada yang bertugas di bagian Instalasi Gawat Darurat dan pastinya juga berperan dalam pelaksanaan sistem triage. Namun dalam pelaksanaanya, sistem triage rumah sakit yang semestinya harus dimanfaatkan, tidak dapat dimaksimalkan dalam prosedur penanganan pasien yang membutuhkan pelayanan gawat darurat. Perilaku perawat IGD yang ada di rumah sakit daerah sebagai penerima pasien belum bisa melakukan tindakan memilah-milah dan menentukan tingkat kegawatan pasien ketika dihadapkan pada dirinya, yang ada malah cenderung melemparkan semua pengkajian awal atau primery survey pada seorang dokter jaga IGD, perawat belum berani menentukan tempat penanganan dan tindakan awal yang akan diberikan. Minimnya pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan keperawatan gawat darurat bagi perawat khususnya perawat IGD menjadi salah satu faktor kendala pelaksanaan sistem triage terutama di IGD rumah sakit umum daerah belum bisa dilaksanakan secara maksimal (Ghibran, 2010) Dari hasil survei di IGD RSUD Soewandhie Surabaya dengan pengunjung rata-rata 2400 penderita setiap bulannya, dalam pelaksanaan sistem triage rumah sakit belum bisa dilakukan secara efektif. Hal tersebut dikarenakan SDM yang dimiliki, salah satunya perawat IGD masih menjadi kendala. Dari 30 perawat IGD 18 orang (60%) masih belum maksimal menguasai tentang pelaksanaan sistem

triage, seperti prinsip-prinsip triage, klasifikasi triage, dasar pemilahan, labelisasi tingkat kegawatan pasien, tugas perawat triage, prosedur pelaksanaan triage dan 12 orang (40%) perawat belum tahu dan paham tentang pelaksanaan sistem triage rumah sakit, sehingga peran perawat dalam pelaksanaan sistem triage masih kurang Faktor lain yang menjadi hambatan pelaksanaan sistem triage di IGD RSUD Soewandhi Surabaya adalah faktor budaya terutama budaya yang dimiliki keluarga pasien saat salah satu anggota keluarganya harus mendapatkan penanganan di IGD. Ketika perawat dihadapkan oleh pasien yang datang ke IGD dengan jumlah lebih dari 20 pasien sehingga memprioritaskan penanganan pada pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa dan mengenyampingkan pasien dengan kondisi yang tidak mengancam jiwa atau tidak dalam kondisi gawat darurat walaupun dari beberapa pasien itu datang secara bersamaan ke IGD . Hal tersebut menjadi permasalan bagi keluarga pasien, mereka menganggap bahwa perawat tidak bisa memberikan pelayanan yang cepat dan terkesan membiarkan pasien terkatung-katung tidak mendapatkan penanganan segera, sehingga mereka tidak puas dengan pelayanan yang diberikan dan mutu pelayanan perawat IGD dinilai tidak berkualitas. Pelaksanaan sistem triage sangat penting dalam pelayanan di IGD, mengingat IGD adalah gerbang masuk bagi penderita berbagai penyakit yang butuh penanganan segera. Jika pelaksanaan triage belum bisa berjalan secara maksimal maka pelayanan yang diberikan belum bisa dikatakan bermutu baik. Tujuan dari sistem triage sendiri yakni untuk mencapai pasien yang benar, tempat yang benar, waktu yang tepat dan terapi yang tepat sehingga penanganan pada

pasien bisa dilakukan dengan cepat, cermat, dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada. Oleh karena itu peran perawat yang masih kurang dalam pelaksanaan triage baik itu mengenai pengetahuan yang kurang, perawat tidak bisa membedakan ciri-ciri antara pasien yang mengancam jiwa dan pasien yang tidak mengancam jiwa, sikap yang tidak tanggap, keterampilan yang kurang dalam tindakan triage bisa menjadi hambatan besar untuk mencapai tujuan utama dari pelaksanaan sistem triage itu sendiri. Pada akhirnya akan timbul kesalahan pada pasien, pada tempat penanganan yang tidak sesuai, waktu yang tidak tepat, bahkan sampai pada terapi yang tidak tepat (Wahyudin, 2010) Peran perawat IGD dalam hal ini yakni lebih meningkatkan dan menggali pengetahuan yang lebih luas lagi, memperbanyak pengalaman dan pelatihan terutama pelatihan yang menyangkut keperawatan kegawatdaruratan. Harus bisa menyikapi budaya yang selama ini dimiliki oleh keluarga pasien yang menimbulkan pemikiran negative terhadap pelayanan yang diberikan di IGD dengan memberikan penjelasan dan pengertian tentang prosedur pelayanan IGD berdasarkan sistem triage yang diterapkan sehingga pelaksanaan triage bisa maksimal dan pada akhirnya pasien bisa ditangani semua secara tepat,cepat, dan cermat. Dalam pelayanan di IGD dibutuhkan kepemimpinan dan komitmen dalam menjalankan Standar Pelayanan Publik yang telah ditetapkan harus disesuaikan dan direalisasikan dengan prosedur pelayanan yang diberikan di lapangan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan untuk mendukung terlaksananya sistem triage guna meningkatkan mutu pelayanan di IGD. Terkait

dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang peran perawat dalam pelaksanaan sistem triage rumah sakit di IGD.

1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut Bagaimana Peran Perawat dalam Pelaksanaan Sistem Triage Rumah Sakit di IGD RSUD Soewandhie Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Peran Perawat dalam Pelaksanaan Sistem Triage Rumah Sakit di IGD RSUD Soewandhi Surabaya. 1.3.2 Tujuan khusus

Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang pelaksanaan sistem triage rumah sakit di IGD RSUD Soewandhi Surabaya 1. Mengidentifikasi sikap perawat terhadap pelaksanaan sistem triage rumah sakit di IGD RSUD Soewandhi Surabaya 2. Mengidentifikasi tindakan perawat dalam pelaksanaan sistem triage

rumah sakit di IGD RSUD Soewandhi Surabaya 3. Mengidentifikasi pendidikan perawat IGD RSUD Soewandhi Surabaya. 4. Mengidentifikasi pengalaman perawat IGD RSUD Soewandhi Surabaya. 5. Menganalisis secara deskriptif peran perawat dalam pelaksanaan sistem triage rumah sakit ditinjau dari pendidikan dan pengalaman perawat di IGD RSUD Soewandhi Surabaya

1.4 1.4.1

Manfaat Penelitian Bagi Profesi Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan profesi keperawatan dalam meningkatkan kualitas Asuhan Keperawatan

khususnya pada Instalasi Gawat Darurat. 1.4.2 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan sistem triage rumah sakit, sekaligus sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya dan mendorong pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Sebagai masukan bagi instansi baik di lingkungan dinas kesehatan atau Rumah Sakit khususnya di bagian Instansi Gawat Darurat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi SDM khususnya perawat sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan secara optimal melalui pemberdayaan tentang pemanfaatan sistem triage dalam memberikan penanganan serta tindakan yang cepat,tepat,cermat sehingga dalam pelaksanakan triage bisa maksimal serta dapat mencapai tujuan pasien dan tempat yang benar, waktu dan terapi yang tepat yang disebabkan oleh peran perawat IGD dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan program agar sesuai dengan kebijakan instansi yang telah ditetapkan.

1.4.4

Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran perawat IGD dalam pemanfaatan sistem triage sebagai upaya memberikan pelayanan yang cepat, tepat dan cermat baik pada pasien, waktu, tempat, serta terapi sehingga perawat, pasien, dan keluarga memperoleh kepuasaan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Pengertian Peran Perawat Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan berbagi artikel mengenai Definisi Pengertian Peran Perawat. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. (Kozier Barbara, 1995: 21). Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan.

Peran perawat itu secara detail dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini: Edukator Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998: 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis. Peran perawat sebagai educator dapat membantu klien yang tidak tahu dan tidak mau menjadi terpenuhi kebutuhan pengetahuannya sehingga termotivasi untuk mau memecahkan masalahnya. Konselor Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. Peran perawat :

Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Perubahan pola interaksi merupakan Dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

Peran perawat sebagiai konseler bagi pasien yang tidak mau dan tidak mampu sehingga klien menyadari adanya suatu masalah dan terjalin kerjasama yang baik dan membuat klien mau dan mampu mengatasi masalahnya.

10

Care Giver Pada peran ini perawat diharapkan mampu

Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai pada masalah psikologis. Peran ini diambil perawat untuk mengatasi masalah klien yang tidak mampu mengatasi masalahnya.

Client Advocate (Pembela Klien) Tugas perawat :

Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien.

Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140). Hak-Hak Klien antara lain :

Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya Hak atas informasi tentang penyakitnya Hak atas privacy Hak untuk menentukan nasibnya sendiri Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :


Hak atas informasi yang benar Hak untuk bekerja sesuai standart Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok Hak atas rahasia pribadi Hak atas balas jasa

11

Peran ini dapat diberikan untuk melindungi klien yang tidak tahu dan tidak mau agar terlindungi hak-haknya dan tidak menimbulkan masalah baru.[ps]

Tags:

Anda mungkin juga menyukai