Anda di halaman 1dari 225

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN PASCA OPERASI APPENDECTOMY TENTANG MOBILISASI DINI DI RSUP FATMAWATI TAHUN 2009

Skripsi
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh : RIZKA RISMALIA NIM : 105104003481

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama NIM Program Studi Tahun Akademik : Rizka Rismalia : 105104003481 : Ilmu Keperawatan : 2005

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul : GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN PASCA OPERASI APPENDECTOMY TENTANG MOBILISASI DINI DI RSUP FATMAWATI TAHUN 2009 Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jakarta, 26 Januari 2010

(Rizka Rismalia)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat dan Tanggal Lahir Agama Alamat

: Rizka Rismalia : Jakarta, 3 Juli 1987 : Islam : Jl. Winong RT 002 RW 05 No. 17 Sudimara Timur, Kecamatan Ciledug, Kota Tangerang, Banten 15151

Telepon Riwayat Pendidikan

: (021) 7338050 : SDN Kreo 3 (1993-1994) SDN Sudimara Timur (1994-1999) SLTP Negeri 219 Jakarta (1999-2002) SMA Negeri 90 Jakarta Selatan (2002-2005) Program S1 Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)

ii

PERSEMBAHAN

Dalam hidup, terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia (Kahlil Gibran)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alfa Edison)

Dalam menjalani hidup, kadang kita harus tetap tertawa walau sebenarnya ingin menangis, tetap tersenyum walau sebenarnya sudah tidak sanggup lagi, tetap semangat walau tertekan masalah, yang terpenting tetap besabar dan memandang semuanya baik-baik saja walaupun terluka

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, 20 Desember 2009 Rizka Rismalia GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PASIEN PASCA OPERASI APPENDECTOMY TENTANG MOBILISASI DINI DI RSUP FATMAWATI TAHUN 2009 xvii + 107 halaman, 5 tabel, 1 gambar, 9 lampiran

ABSTRAK

Mobilisasi dini merupakan salah satu program yang dibuat untuk mendukung penyembuhan kondisi pasien. Pelaksanaan mobilisasi dini dapat dilakukan segera setelah pasien sadar atau setelah dianjurkan oleh dokter atau perawat. Akan tetapi, kebanyakan pasien pasca operasi appendectomy lebih sering berbaring di tempat tidur. Hal tersebut dikarenakan pasien merasa takut jahitan pada luka operasi akan robek dan tidak sembuh. Selain itu, adanya pengaruh dari orang-orang sekitar seperti keluarga dan kerabat untuk tidak melakukan banyak pergerakan setelah operasi mengakibatkan pasien malas untuk mobilisasi dini, biasanya kepercayaan atau anggapan tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang manfaat melakukan mobilisasi dini setelah operasi. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki pasien pasca operasi appendectomy dapat berpengaruh pada perilaku untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini di RSUP Fatmawati Jakarta. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengetahuan pasien mengenai pengertian, tujuan, tahap-tahap, dan manfaat mobilisasi dini serta mengetahui perilaku pasien dalam melaksanakan mobilisasi dini. Penelitian ini dilaksanakan di IRNA B Lt. 4 Bedah Utara RSUP Fatmawati dengan menggunakan metode kualitatif, dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang informan kunci yaitu pasien yang telah menjalani operasi appendectomy, dan informan pendukung yang terdiri dari 4 orang keluarga pasien, 1 orang perawat, dan 1 orang dokter spesialis bedah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketakutan akan lepasnya atau robeknya jahitan pada luka operasi menyebabkan informan malas untuk melakukan mobilisasi dini. Ditemukan juga bahwa pengetahuan informan yang kurang akan manfaat mobilisasi dini menjadi sebab informan enggan melakukan mobilisasi dini. Kurangnya pengetahuan informan dikarenakan informan belum pernah mendapatkan informasi mengenai mobilisasi dini. Umumnya, perilaku informan
iv

untuk melakukan mobilisasi dini karena mengikuti anjuran perawat atau dokter, jika dokter atau perawat telah menganjurkan untuk melakukan mobilisasi dini maka informan itu mau untuk melakukan mobilisasi dini. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan kurang mengetahui tentang mobilisasi dini sehingga mengakibatkan informan malas untuk mobilisasi dini. Dengan demikian disarankan untuk memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang mobilisasi dini sebelum pasien itu menjalani operasi agar setelah operasi pasien telah mengetahui manfaat mobilisasi dini dan mendapatkan gambaran tentang cara-cara mobilisasi dini sehingga pasien tidak merasa takut dan mau melakukan mobilisasi dini. Selain untuk memotivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini, hal ini juga dianjurkan untuk penyediaan pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan mobilisasi dini yang dilakukan mulai dari kamar operasi sebelum tindakan sampai tindakan setelah operasi.

Daftar bacaan : 32 (1898-2009)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES NURSING PROGRAM STUDY STATE ISLAMIC UNIVERSITY (UIN) OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, December 20th, 2009 Rizka Rismalia DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOUR POST OPERATIVE PATIENTS ON APPENDECTOMY ABOUT EARLY MOBILIZATION IN FATMAWATI HOSPITAL, 2009 xvii + 107 pages, 5 tables, 1 picture, 9 appendixes

ABSTRACT Early mobilization is one of the programs created to support the healing of the patient's condition. The implementation of early mobilization can be done immediately after the patient was conscious or when recommended by a doctor or nurse. However, most patients after appendectomy surgery more often lie in bed. That is because the patient was afraid the stitches on the wound will tear and not recovered. In addition, the influence of the people around like family and relatives usually instinct the patients doing much motion after surgery. These conditions affected the patients becoming hesitant to do early mobilization, generally beliefs or assumptions due to lack of knowledge of patients and families about the benefits of early mobilization after surgery. Lack of knowledge of post-operative patients with appendectomy could affect the patients behaviour in carrying out early mobilization. The general objective of this study was to determine the description of knowledge and behaviour post-operative patients on appendectomy about early mobilization in Fatmawati Hospital Jakarta . The purpose of this study was to obtain in-depth information about the patient's knowledge about the meaning, purpose, stages, and the benefits of early mobilization and knowing the patient's behaviour in carrying out early mobilization. This research was carried out in IRNA B fl. 4 North Surgical Fatmawati Hospital by using qualitative methods, where data collection is done by using in-depth interviews and observation. Informants in this study consisted of 4 people as the key informants. They were the patients who had undergone appendectomy surgery, and 4 supporting informants consisted of 4 people of the patients family, 1 of nurse, and 1 surgeon. The results showed that the fear of loss or tearing of the stitches on the wound causing informants hesitate to do the early mobilization. Also found that lack of knowledge of informants about benefit of early mobilization cause informants reluctant to mobilize early. Lack of knowledge of the informant because the informant had never received information about early mobilization. Generally, the behavior of informants for doing early mobilization depends on how
vi

effective health education related to early mobilization conducting by nurses or doctors. It can be concluded that most of the informants not aware of early mobilization resulting informants to hesitate to do early mobilization. Thus encouraging to provide health education to patients and families about early mobilization before the patient undergo sugery is important so that after surgery the patient has known the benefit of early mobilization and gain insight about the ways of early mobilization so that patients do not feel scared and want to mobilize early. In order to motivate patients for doing early mobilization, it is recommended to provide health education related to early mobilization being done started from surgical ward before surgery as well as post surgical intervention. Reading list: 32 (1898-2009)

vii

viii

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim... Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Pasien Pasca Operasi Appendectomy tentang Mobilisasi Dini di RSUP Fatmawati Tahun 2009. Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Adapun penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep). Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang diberikan dari semua pihak akan sangat membantu untuk menyempurnakan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. DR. dr (hc). MK Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2. Drs. H. Achmad Gholib selaku Pembantu dekan II dan Dra. Farida Hamid, M.Pd selaku Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 3. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan juga sebagai Pembimbing I yang selalu meluangkan waktunya dan membimbing saya dengan sangat baik 4. Bpk Bambang P. Cadrana, S.KM, M.KM selaku Pembimbing II yang selalu menyediakan waktunya dan tiada henti untuk memberikan semangat serta masukan sehingga menjadi motivator bagi saya untuk mengerjakan skripsi ini

xi

5. Terima kasihku kepada seluruh dosen keperawatan yang telah memberikan ilmunya dan selalu membimbing kami dalam segala hal 6. Terima kasihku kepada ibu Rita Herawaty, S.Kp, M.Kep selaku Kepala IRNA B Lt. 4 Bedah RSUP Fatmawati dan juga selaku Pembimbing Lapangan yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan untuk skripsi ini 7. Terima kasih kepada ibu Iip Samikem selaku kepala ruangan IRNA B Lt. 4 Bedah Utara 8. Terima kasih kepada Ns. Sariaman selaku wakil kepala ruangan IRNA B Lt. 4 Bedah Utara yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan informasi mengenai mobilisasi dini 9. Terima kasih kepada dr. Wita, Sp. B yang telah meluangkan waktunya dan banyak memberikan informasi tentang mobilisasi dini 10. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya yang tiada henti mendoakan saya 11. Terima kasihku untuk para informan kunci Ny. I, Tn. R, Tn. T, dan Ny. W dan juga informan pendukung Nn. S, An. H, Tn. I, dan Tn. J yang memberikan waktunya dan bersedia untuk diwawancara demi kelangsungan skripsi ini 12. Kedua adik dan kakak saya, Restu Maulunida, Riyadul Asri, dan Riki Hardiansyah 13. Teman-teman angkatan 2005 yang memberikan semangat dan mewarnai hidup Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya khususnya bagi penulis sendiri.

Peneliti

Rizka Rismalia
xii

DAFTAR ISI Surat Pernyataan ........................................................................................... Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... Lembar Persembahan Abstrak ........................................................................................................... Abstract .......................................................................................................... Kata Pengantar ............................................................................................. Daftar Isi ........................................................................................................ Daftar Tabel .................................................................................................. Daftar Gambar ............................................................................................. Daftar Singkatan .......................................................................................... Daftar Lampiran .......................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ A. Latar Belakang .......................................................................... B. Masalah Penelitian ..................................................................... C. Pertanyaan Penelitian ................................................................. D. Tujuan Penelitian ....................................................................... E. Manfaat Penelitian ..................................................................... F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... i ii iii iv vi viii x xv xvi xvii xviii 1 1 5 6 7 8 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. A. Konsep Pengetahuan .................................................. .............. 1. Pengertian Pengetahuan ....................................................... 2. Tingkat Pengetahuan ............................................................ 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
xiii

10 10 10 12 14

B. Konsep Perilaku ........................................................................ 1. Pengertian Perilaku ............................................................... 2. Alasan Seseorang Berperilaku .............................................. C. Anatomi dan Fisiologi Apendiks ............................................... 1. Anatomi Apendiks ................................................................. 2. Fisiologi Apendiks ................................................................. D. Appendicitis ............................................................................... 1. Definisi ............................................................................... ... 2. Etiologi ............................................................................... ... 3. Patofisiologi ........................................................................... 4. Manifestasi Klinis .................................................................. 5.Komplikasi .............................................................................. 6. Prognosis ................................................................................ 7. Appendectomy ....................................................................... E. Konsep Operasi/Pembedahan ..................................................... 1. Pengertian Operasi/Pembedahan ........................................... 2. Fase Operasi/Pembedahan ..................................................... 3. Anestesi Spinal ...................................................................... F. Konsep Mobilisasi Dini ................................................................ 1. Pengertian Mobilisasi Dini ...................................................... 2. Prinsip dan Tujuan Mobilisasi ................................................. 3. Tahap Mobilisasi Dini pada Pasien Pasca Operasi .. 4. Manfaat Mobilisasi .................................................................. 5. Rentang Gerak Mobilisasi ....................................................... 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi .......................
xiv

15 15 18 20 20 21 22 22 22 24 25 26 27 27 28 28 28 30 30 30 31 32 33 35 36

7. Mobilisasi Dini pada Pasien dengan Anestesi Spinal dan Anestesi Umum ................................................................. 8. Intervensi Keperawatan .......................................................... G. Penelitian Terkait ......................................................................... 46 47 48

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Konsep ........................................................................ B. Definisi Istilah ....................................................................

50 50 51

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN ................................................. A. Desain Penelitian ......................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... C. Instrumen Penelitian ................................................................... D. Populasi ...................................................................................... E. Sampel ......................................................................................... F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... G. Validasi Data .............................................................................. H. Teknik Analisis Data ................................................................... I. Sarana Penelitian ......................................................................... J. Etika Penelitian ...........................................................................

55 55 56 56 57 57 61 63 64 65 65

BAB V

HASIL PENELITIAN .................................................................. A. Karakteristik Informan ................................................................ B. Gambaran Pengetahuan tentang Mobilisasi Dini ......................... 1. Pengetahuan tentang Pengertian Mobilisasi Dini ....................
xv

67 67 69 69

2. Pengetahuan tentang Tujuan Mobilisasi Dini .......................... 3. Pengetahuan tentang Tahap-tahap Mobilisasi Dini ................. 4. Pengetahuan tentang Manfaat Mobilisasi Dini ........................ C. Gambaran Perilaku Pasien Mengenai Mobilisasi Dini ................. 1. Perilaku Informan Hari Pertama Setelah Operasi ...................... 2. Perilaku Informan Hari Kedua Setelah Operasi ........................ 3. Perilaku Informan Hari Ketiga Setelah Operasi ........................ 4. Persepsi akan rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini ........................................................................... 5. Persepsi akan rasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini .......................................................................... 6. Instruksi dari dokter atau perawat untuk Melakukan mobilisasi ................................................................ 7. Dukungan dari keluarga untuk melakukan Mobilisasi dini .......................................................................... 8. Kondisi atau Keadaan Informan .............................................. 9. Keyakinan/Sosio Budaya Informan untuk melakukan Mobilisasi dini ......................................................................... 10. Motivasi Informan untuk melakukan mobilisasi dini .............. D. Hasil Observasi terhadap Informan .............................................

70 71 75 80 80 80 81

82

83

84

84 85

86 88 88

BAB VI

PEMBAHASAN .......................................................................... A. Keterbatasan Penelitian ............................................................ B. Gambaran Pengetahuan tentang Mobilisasi Dini ......................... C. Gambaran Perilaku Pasien Mengenai Mobilisasi Dini ................. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan .......................
xvi

93 93 93 95 99

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ...............................

100

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ...........................................................................................

103 103 104

DAFTAR PUSTAKA .. LAMPIRAN

105

xvii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 4.1 Pengumpulan data untuk Uji Validitas di RSUD Tangerang ........................................................................... 4.2 Pengumpulan Data Penelitian di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan .................................................. 5.1 5.2 5.3 Karakteristik Informan Kunci ........................................................ Karakteristik Informan Pendukung (Petugas Kesehatan) .............. Karakteristik Informan Pendukung (Keluarga Pasien) .................

Halaman

59

60 67 68 68

xviii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................

Halaman 50

xix

DAFTAR SINGKATAN

ANA BAK BAB Depkes GALT IRNA RSUD RSUP


: American Nurses Association : Buang Air Kecil : Buang Air Besar : Departemen Kesehatan : Gut Associated Lymphoid Tissue : Instalasi Rawat Inap : Rumah Sakit Umum Daerah : Rumah Sakit Umum Pusat

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran 1. Lembar check list (observasi) 2. Pedoman wawancara mendalam informan kunci (pasien) 3. Pedoman wawancara mendalam informan pendukung (keluarga) 4. Pedoman wawancara mendalam informan pendukung (perawat) 5. Pedoman wawancara mendalam informan pendukung (dokter) 6. Lembar persetujuan responden 7. Hasil uji validitas 8. Matriks mengenai pengetahuan informan 9. Matriks mengenai perilaku informan
xxi

xxii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu yang mencakup berbagai aktivitas, konsep, dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu sosial dan fisik dasar, etika dan isu-isu yang beredar serta bidang lain (Potter, 2005). Definisi keperawatan telah berkembang sepanjang waktu. Sejak zaman Florence Nightingale, yang telah menulis pada tahun 1858 bahwa tujuan sebenarnya dari keperawatan adalah menempatkan pasien pada kondisi yang paling baik agar asuhan dapat berlangsung sebaik-baiknya, sedangkan Asosiasi Perawat Amerika (American Nurses Association-ANA), dalam Pernyataan Kebijakan Sosialnya (Social Policy) pada tahun 1995

mendefinisikan keperawatan sebagai diagnosis dan tindakan terhadap respons manusia pada keadaan sehat maupun sakit (Smeltzer, 2002). Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional ditujukan pada

berbagai respons individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya termasuk respons pasien yang menjalani pembedahan seperti pada pasien dengan appendectomy. Appendectomy atau operasi pengangkatan usus buntu merupakan kedaruratan bedah abdomen yang sering dilakukan di berbagai negara di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, lebih dari 250.000 appendectomy dikerjakan tiap tahunnya (Cetrione, 2009). Insiden appendicitis cenderung

stabil di Amerika Serikat selama 30 tahun terakhir, sedangkan insiden appendicitis lebih rendah di negara berkembang dan negara terbelakang, terutama negara-negara Afrika, dan lebih jarang pada kelompok sosio ekonomi rendah. Di Indonesia insiden appendicitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah pasien dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Depkes (2008), kasus appendicitis pada tahun 2005 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2007 jumlah pasien appendicitis sebanyak 75.601 orang. Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer, 2001 ). Mobilisasi dini pada pasien pasca bedah dapat mempertahankan keadaan homeostasis dan komplikasi yang timbul akibat immobilisasi dapat ditekan seminimal mungkin (Kozier, 1991). Pasien dengan pasca operasi appendectomy biasanya lebih sering berbaring di tempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk bergerak. Di samping itu, kurangnya pemahaman pasien dan keluarga mengenai mobilisasi juga menyebabkan pasien enggan untuk melakukan pergerakan pasca operasi. Pada pasien pasca operasi seperti operasi usus buntu (appendectomy), sangat penting untuk melakukan pergerakan atau mobilisasi. Banyak masalah yang akan timbul jika pasien pasca operasi tidak melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti pasien tidak dapat BAK

(retensi urin), perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan otot, dan sirkulasi darah tidak lancar (Smeltzer, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riswanto pada tahun 2004, didapatkan data bahwa dari 11 orang pasien pasca operasi yang melakukan ambulasi dini ditemukan ada 2 orang pasien (18,2%) yang mengalami retensi urin dan 9 orang (81,8%) lainnya dapat berkemih secara spontan, sedangkan pada 5 orang pasien yang tidak melakukan ambulasi dini pasca operasi, 4 orang (80%) diantaranya mengalami retensi urin dan 1 orang (20%) dapat berkemih secara spontan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang perawat yang bertugas di Irna RSUP Fatmawati, tidak jarang ditemukan pasien pasca operasi appendectomy mengalami infeksi sehingga biasanya rata-rata hari rawat hanya 3 hari menjadi 5-7 hari. Anggapan bahwa pasien tidak boleh melakukan pergerakan setelah operasi membuat pasien khawatir untuk melakukannya. Kekhawatiran tersebut dikarenakan kurangya pengetahuan pasien dan keluarga tentang manfaat dari mobilisasi dini. Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk mengubah sikap seseorang. Pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai mobilisasi dan cara-cara mobilisasi dapat mencegah timbulnya komplikasi yang terjadi. Rumah Sakit Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit pemerintah yang terletak di Jakarta Selatan. Rumah Sakit ini menerima berbagai macam

penyakit, salah satunya appendicitis atau yang biasa orang awam menyebutnya dengan penyakit usus buntu. Penyakit appendicitis dapat diobati dengan dilakukan operasi pengangkatan appendiks atau appendectomy. Pasien yang akan menjalani operasi, sebelumnya dirawat terlebih dahulu di IRNA Lt.4 untuk mendapatkan perawatan baik sebelum operasi maupun sesudah operasi, kecuali pasien appendectomy dengan operasi cito. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu perawat yang berdinas di IRNA B Teratai Lt.4 Bedah Selatan, jumlah pasien pasca operasi appendectomy tidak kurang dari 20 pasien setiap bulannya, sedangkan berdasarkan data yang didapat selama periode 2 tahun (Januari 2007-April 2009) terdapat 475 pasien yang menjalani appendectomy dengan lama hari rawat rata-rata 3 hari. Salah satu program perawatan yang penting untuk mendukung kesembuhan pasien adalah dengan membantu pasien melakukan mobilisasi dini setelah operasi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di IRNA B Teratai Lt.4 Bedah RSUP Fatmawati dengan melakukan observasi dan wawancara pada dua orang pasien pasca operasi appendectomy diperoleh data bahwa pasien hanya terlentang di tempat tidur, terkadang mengubah posisi miring kanan dan kiri dengan wajah tampak meringis dan takut untuk melakukan pergerakan. Salah seorang keluarga pasien mengetahui bahwa pergerakan pasca operasi sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan sehingga tidak

memperpanjang lamanya hari rawat, akan tetapi karena pasien merasa kondisinya lemah dan khawatir jahitan pada luka operasinya terlepas, pasien

enggan untuk melakukan mobilisasi meskipun keluarga pasien telah membantu untuk mobilisasi, tetapi pada akhirnya pasien menyadari dan mau untuk melakukan mobilisasi pada hari keempat pasca operasi dengan berjalanjalan ke luar kamar. Salah seorang pasien yang lain mengatakan bahwa ia tidak berani untuk melakukan pergerakan karena takut luka jahitannya terlepas. Selain itu kurangnya informasi dari petugas kesehatan mengenai mobilisasi dini juga membuat pasien tersebut tidak melakukan mobilisasi. Berdasarkan observasi di lapangan dan uraian di atas menunjukkan bahwa pasien pasca operasi appendectomy kurang mengetahui tentang mobilisasi dini pasca operasi sehingga pasien masih enggan dan khawatir untuk melakukan pergerakan. Maka peneliti tertarik untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi

appendectomy tentang mobilisasi dini.

B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa pasien pasca operasi appendectomy masih merasa takut untuk melakukan pergerakan. Hal itu disebabkan oleh kekhawatiran pasien akan terlepasnya jahitan luka operasi yang belum sembuh benar. Kekhawatiran pasien dikarenakan pasien kurang mengetahui manfaat dari mobilisasi pasca operasi. Adapun rumusan masalah yang dapat diambil yaitu Bagaimanakah pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini di

RSUP

Fatmawati

Jakarta

Selatan

sehingga

dapat

mengurangi

permasalahan yang timbul akibat tidak mobilisasi?

C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah : 1. Bagaimana pengetahuan pasien pasca operasi appendectomy tentang pengertian mobilisasi dini? 2. Bagaimana pengetahuan pasien pasca operasi appendectomy tentang tujuan mobilisasi dini? 3. Bagaimana pengetahuan pasien pasca operasi appendectomy tentang tahap-tahap mobilisasi dini? 4. Bagaimana pengetahuan pasien pasca operasi appendectomy tentang manfaat mobilisasi dini? 5. Bagaimana perilaku mobilisasi dini pasien pasca operasi appendectomy? 6. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku mobilisasi dini pasien pasca operasi appendectomy?

D. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut : 1. Tujuan Umum : Mendapat gambaran mengenai pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009. 2. Tujuan Khusus : a. Mengidentifikasi pengetahuan pasien pasca operasi

appendectomy mengenai : 1) Pengertian mobilisasi dini pada pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta 2) Tujuan mobilisasi dini pada pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta 3) Tahap-tahap mobilisasi dini pada pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta 4) Manfaat mobilisasi dini pada pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati Jakarta

b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku mobilisasi dini pasien pasca operasi appendectomy yang dirawat di RSUP Fatmawati

E. Manfaat Penelitian a. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya bagi mata ajar Keperawatan Medikal Bedah. b. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan pada pasien pasca operasi appendectomy. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang tujuannya untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini.

Pengumpulan data dilakukan dengan telaah dokumen, wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah pasien yang telah menjalani operasi appendectomy, sedangkan yang menjadi informan pendukung adalah keluarga pasien, perawat dan dokter spesialis bedah. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai Desember 2009 di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas mengenai penelaahan kepustakaan, hal ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit gambaran secara singkat mengenai konsep-konsep yang terkait dengan gambaran pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini.

A. Konsep Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan merupakan unsur yang sangat penting terbentuknya suatu tindakan perilaku (practice) yang

menguntungkan suatu kegiatan. Pengetahuan yang kurang akan mengakibatkan kurang dapat menerapkan suatu keterampilan

(Notoatmodjo, 2007).

11

Menurut Mandey (2002) pengetahuan mencakup segala apa yang kita ketahui tentang suatu objek. Tujuan akhir dari pengetahuan adalah suatu pemahaman dengan memadukan intuisi dan konsep. Dari pengertian di atas tentang pengetahuan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu tentang suatu objek melalui penginderaan yang tergantung dari proses belajar. Bloom (1956) dikutip dari Hoozer, V, et al (1987) mengatakan dalam proses belajar diperlukan tiga unsur ranah, yaitu : a. Kognitif, yakni dipelajari melalui fakta, membuat keputusan, membuat kesimpulan atau berpendapat. b. Afektif yang dikaitkan dengan emosi atau perasaan. Pembelajaran afektif mengubah kepercayaan, perilaku atau nilai-nilai

sensitivitas dan suasana emosional mempengaruhi semua tipe pembelajaran tetapi yang paling penting berpengaruh pada domain afektif. c. Psikomotor, berkaitan dengan pergerakan otot yang dihasilkan dari beberapa pengetahuan yang menjadi dasar diperolehnya keterampilan baru. Domain psikomotor mudah diukur karena dapat didemonstrasikan secara fisik.

12

2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif, yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Menerapkan (application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

13

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

14

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatantingkatan di atas.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. b. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan (Kuncoroningrat, 1997). c. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya

15

positif maupun negatif. d. Fasilitas Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku. e. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. f. Sosial Budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

B. Konsep Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat (Blum : 1974 dalam Notoatmodjo, 2007).

16

Menurut Skiner (1938) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan pengertian tersebut Skiner membedakan adanya dua respons, yaitu : a. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respondent respons ini juga mencakup perilaku emosional. b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

17

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilaman telah sembuh dari penyakit 2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin 3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri c. Perilaku kesehatan lingkungan Bagaimana seseorang merespons lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

18

2. Alasan Seseorang Berperilaku Terdapat beberapa model penelitian yang mengungkapkan tentang analisis faktor-faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku kesehatan, salah satunya yaitu teori menurut tim kerja WHO. Menurut tim kerja WHO (1980), ada empat alasan pokok yang menyebabkan seseorang berperilaku atau tidak berperilaku, yaitu : a. Pemikiran dan perasaan (thoughts dan feeling) Pemikiran dan perasaan terhadap objek atau stimulus merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, kepercayaankepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek. 1) Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau

pengalaman orang lain. Pengetahuan tidak hanya didapatkan dari pengalaman tetapi tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi pengetahuan orang tersebut. Pengetahuan juga tidak selalu dapat menyebabkan perilaku, untuk

mengimplementasikan suatu pengetahuan ke dalam bentuk perilaku yang nyata perlu motivasi yang kuat dalam diri orang itu sendiri.

19

2) Kepercayaan Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang memperoleh kepercayaan itu dari keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal reference) Perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau diperbuat cenderung untuk dicontoh. Misalnya seseorang yang dianggap penting dalam penelitian ini yaitu dokter atau perawat. Perkataan dokter atau perawat dianggap patut untuk diikuti oleh pasien (informan), misalnya jika dokter atau perawat menganjurkan untuk melakukan pergerakan setelah operasi, maka pasien cenderung untuk mengikutinya. c. Sumber daya yang tersedia (resources) Sumber daya merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku masyarakat. Sumber daya di sini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya yang berhubungan dengan perilaku positif maupun negatif seseorang atau kelompok. Sumber daya dalam penelitian ini mencakup fasilitas (sarana informasi yang tersedia dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga) dan tenaga atau energi yang dimiliki oleh pasien (informan) untuk melakukan pergerakan.

20

d. Sosio budaya setempat (culture) Faktor sosio budaya merupakan faktor eksternal terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam masyarakat disebut

kebudayaan. Perilaku normal merupakan salah satu aspek kebudayaan dan kebudayaan ini mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Dalam penelitian ini kebudayaan terlihat pada keyakinan informan (pasien) yang diperoleh dari keluarga atau kerabatnya. Keyakinan tersebut berupa informasi bahwa jika seseorang yang baru menjalani operasi jangan terlalu banyak melakukan pergerakan. Hal ini dikarenakan takut jahitan pada luka operasi robek atau lepas dan juga karena kondisi pasien belum pulih.

C. Anatomi dan Fisiologi Apendiks 1. Anatomi Apendiks Menurut Smeltzer (2001) apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendicitis). Menurut Oswari (1989) dalam buku

21

Bedah dan Perawatannya menyatakan bahwa apendiks terletak di daerah sekum di ujung tenia (pita otot). Panjang pendeknya usus buntu itu tidak berpengaruh terhadap terjadinya peradangan. Ujung usus buntu dapat terletak pada semua arah caecum misalnya dapat sampai ke panggul, ke sakrum atau melilit ke usus halus. Letak yang paling banyak ditemui adalah retrosekal (di belakang sekum).

2. Fisiologi Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymfoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks. Immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi, namun demikian pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan jumlah jaringan limfe di saluran cerna, dan seluruh tubuh (Sjamsuhidajat, 2004).

22

D. Appendicitis 1. Definisi Appendicitis adalah peradangan/inflamasi pada apendiks. Appendicitis, penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, untuk bedah abdomen darurat. (Mubarak, 2009) a. Appendicitis Akut Appendicitis akut adalah appendicitis dengan onset gejala akut yang memerlukan intervensi bedah dan biasanya ditandai dengan nyeri di kuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan lokal dan alih, spasme otot yang ada diatasnya. Appendicitis merupakan infeksi bakteria. b. Appendicitis Kronik Diagnosis appendicitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks, dan keluhan menghilang setelah

appendectomy.

2. Etiologi Appendicitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang

23

keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, adanya benda asing dalam tubuh. Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu (Infopenyakit, 2009). Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap ke saluran appendiks sebagai benda asing. Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk ke saluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut. Menurut penelitian epidemiologis menunjukkan kebiasaan makanmakanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendicitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon (Sjamsuhidajat, 2004).

24

3. Patofisiologi Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh hyperplasia folikel limfosit, fekalit, benda asing, striktur karena akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama, mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang menyebabkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa/ pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang menyebabkan nyeri epigastrium. Bila sekresi terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di kuadran kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu, akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan ganggren. Stadium ini disebut dengan appendicitis ganggrenosa. Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga terjadi suatu massa lokal yang disebut infiltrat appendikularis. Peradangan appendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding appendiks lebih tipis.

25

Keadaan ini ditambah daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadinya perforasi.

4. Manifestasi Klinis a. Nyeri kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual, muntah, dan hilangnya nafsu makan. b. Pada titik McBurney (terletak di pertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ileum) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rectum kanan. c. Nyeri alih mungkin saja ada, letak appendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasme otot, dan konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. d. Tanda rovsing dapat timbul dengan mempalpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran kanan bawah. Selain tanda dan gejala di atas, gejala appendicitis juga bervariasi tergantung dari stadiumnya, yaitu : a. Penyakit appendicitis akut (mendadak) Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, nyeri saat berjalan sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

26

b.

Penyakit appendicitis kronik Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney (istilah kesehatannya). Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak appendiks itu sendiri terhadap usus besar. Apabila ujung appendiks menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi appendiks ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan colok dubur atau colok vagina. Pada posisi appendiks yang lain, rasa nyeri mungkin tidak begitu spesifik.

5. Komplikasi Infeksi luka terjadi pada 10% atau lebih penderita apendicitis yang mengalami perforasi kalau insisi pada kulit ditutup. Abses abdomen, khususnya di daerah pelvis dan subfrenik diakibatkan karena perforasi yang disertai dengan peritonitis (Theodore, 1995).

27

6. Prognosis Angka kematian 0-0.3 persen pada apendicitis sederhana dan 2% atau lebih pada kasus yang sudah mengalami perforasi. Pada anak kecil dan orangtua perforasi dapat menyebabkan kematian pada sekitar 10%-15% penderita. Perforasi dan kematian diakibatkan karena pasien terlambat memeriksakan diri, atau karena keterlambatan dokter atau ahli bedah yang bersangkutan (Theodore, 1995).

7. Appendectomy Appendectomy adalah pembedahan untuk mengangkat appendiks yang telah meradang (Smeltzer, 2001). Appendectomy merupakan pengobatan yang paling baik bagi penderita appendicitis. Teknik tindakan appendectomy ada 2 macam, yaitu open appendectomy dan laparoscopy appendectomy. Open appendectomy yaitu dengan cara mengiris kulit daerah McBurney sampai menembus peritoneum, sedangkan laparoscopy appendectomy adalah tindakan yang dilakukan dengan menggunakan alat laparoscop yang dimasukkan lewat lobang kecil di dinding perut. Keuntungan laparoscopy appendectomy adalah luka dinding perut lebih kecil, lama hari rawat lebih cepat, proses pemulihan lebih cepat, dan dampak infeksi luka operasi lebih kecil (Schwartz, et al., 1999).

28

E. Konsep Operasi/Pembedahan 1. Pengertian Operasi/Pembedahan Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh (Hannock, 1999). Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan (Smeltzer, 2001). Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif. Operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi individu yang bersangkutan.

2. Fase Operasi/Pembedahan Seperti yang telah disebutkan di atas, menurut Long (1989) terdapat tiga fase pembedahan yaitu : a. Fase Praoperatif Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk tindakan pembedahan dibuat dan berakhir dengan mengirim pasien ke kamar operasi. Lingkup kegiatan keperawatan dari pengkajian dasar pasien melalui wawancara praoperatif di klinik, ruang dokter, atau melalui telepon, dan dilanjutkan dengan pengkajian di tempat atau ruang operasi. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien yang akan menjalani operasi merupakan salah satu peran perawat pada fase praoperatif.

29

Misalnya, memberikan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah operasi pada pasien yang akan menjalani appendectomy. Di samping itu, mengajarkan pasien bagaimana tahap-tahap melakukan mobilisasi dini juga merupakan hal yang penting disampaikan oleh perawat. b. Fase Intraoperatif Fase intraoperatif dimulai saat pasien dikirim ke ruang operasi dan berakhir saat pasien dipndahkan ke suatu ruang untuk pemulihan dari anestesi. Pada fase ini, lingkup tindakan keperawatan dari

mengkomunikasikan asuhan perencanaan pasien, mengidentifikasi kegiatan keperawatan yang dianjurkan untuk hasil yang diharapkan, dan menetapkan prioritas tindakan keperawatan. Tindakan

keperawatan disusun dalam pemikiran yang logis. c. Fase Pascaoperatif Fase pascaoperatif dimulai dengan mengirim pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut di klinik atau di rumah. Lingkup keperawatn pada fase ini mencakup rentang aktivitas yang luas. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji efek dari agens anestesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada

peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan. Salah satu peran perawat yang mendukung proses kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan kepada pasien untuk melakukan

30

mobilisasi setelah operasi. Hal tersebut penting dilakukan karena selain mempercepat proses kesembuhan juga dapat mencegah komplikasi yang mungkin muncul.

3. Anestesi Spinal Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dengan memasukkan anestesia lokal ke dalam ruang subarakhnoid di tingkat lumbal (biasanya L4 dan L5). Cara ini mengakibatkan paralisis pada ekstremitas bawah, perineum, dan abdomen bawah. (Smeltzer, 2001). Sakit kepala terjadi sebagai komplikasi pascaoperatif. Beberapa faktor terlibat dalam insiden sakit kepala, seperti ukuran jarum spinal yang digunakan, kebocoran cairan dari spasium subarakhnoid melalui letak pungsi, dan status hidrasi pasien. Tindakan yang meningkatkan tekanan serebrospinal sangat membantu menghilangkan sakit kepala. Tindakan ini mencakup menjaga agar pasien tetap berbaring datar, tenang, dan terhidrasi dengan baik. (Smeltzer, 2001).

F. Konsep Mobilisasi Dini 1. Pengertian Mobilisasi Dini Mobilisasi adalah kemampuan untuk bergerak secara bebas selama di lingkungan, yaitu suatu dasar untuk fungsi keseharian yang normal (Craven, 2000). Menurut Kozier (1983) mobilisasi adalah kemampuan menggerakkan anggota tubuh secara bebas dan normal sebagai hasil dari

31

energi dan sebagai kebutuhan manusia. Mobilisasi adalah suatu usaha menggerakkan bagian tubuh secara aktif maupun pasif untuk

mempertahankan sirkulasi dan memelihara tonus-tonus otot ekstremitas (Lee, 1988). Mobilisasi dini yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer, 2001 ).

2. Prinsip dan Tujuan Mobilisasi Menurut Dombovy ML dikutip oleh Yahya (1995), mengemukakan bahwa beberapa prinsip dalam melakukan mobilisasi yaitu mencegah dan mengurangi komplikasi sekunder seminimal mungkin, menggantikan hilangnya fungsi motorik, memberikan rangsangan lingkungan, memberi dorongan bersosialisasi, memberi kesempatan untuk dapat berfungsi dan melakukan aktivitas sehari-hari serta memungkinkan melakukan

pekerjaan seperti sebelumnya. Kottke (1898) menyebutkan tujuan untuk mobilisasi yaitu untuk mencegah terjadinya bronkopneumonia, kekakuan sendi, mencegah tromboplebitis, atropi otot, penumpukan sekret, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur, dekubitus serta memelihara faal kandung kemih agar tetap berfungsi secara baik dan pasien dapat beraktivitas. Sedangkan menurut Garrison

(2004)

tujuan

mobilisasi

adalah

32

mempertahankan

fungsi

tubuh,

memperlancar

peredaran

darah,

membantu pernapasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi bab dan bak, mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal memenuhi kebutuhan gerak harian, dan memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi dan berkomunikasi.

3. Tahap-Tahap Mobilisasi pada Pasien Pasca Operasi Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernapasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Smeltzer, 2001). Tahap-tahap mobilisasi pada pasien pasca operasi meliputi (Cetrione, 2009) : a. Pada saat awal (6 sampai 8 jam setelah operasi), pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan, mengkontraksikan otototot termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. b. Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak

33

dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan. c. Pada hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin, hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi untuk mengembalikan fungsi pasien kembali normal.

4. Manfaat Mobilisasi Menurut Kozier, et.al. (2004) dalam buku Fundamentals of Nursing, keuntungan yang dapat diperoleh dari mobilisasi bagi sistem tubuh adalah sebagai berikut : a. Sistem Muskuloskeletal Ukuran, bentuk, tonus, dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat dipertahankan dengan melakukan latihan yang ringan dan dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan yang berat. Dengan melakukan latihan, tonus otot dan kemampuan kontraksi otot meningkat. Dengan melakukan latihan atau mobilisasi dapat meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan range of motion.

34

b. Sistem Kardiovaskular Dengan melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat meningkatkan denyut jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai darah ke jantung dan otot. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiac output) meningkat karena aliran balik dari aliran darah. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiac outpu) normal adalah 5 liter/menit, dengan mobilisasi dapat meningkatkan cardiac output sampai 30 liter/ menit. c. Sistem Respirasi Jumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan oleh paru (ventilasi) meningkat. Ventilasi normal sekitar 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat, kebutuhan oksigen meningkat hingga mencapai 20x dari kebutuhan normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah penumpukan sekret pada bronkus dan bronkiolus, menurunkan usaha pernapasan. d. Sistem Gastrointestinal Dengan beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan

meningkatkan tonus saluran pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti kembalinya mempercepat pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya konstipasi serta menghilangkan distensi abdomen.

35

e. Sistem Metabolik Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme, dengan demikian peningkatan produksi dari panas tubuh dan hasil pembuangan. Selama melakukan aktivitas berat, kecepatan

metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari kecepatan normal. Berbaring di tempat tidur dan makan diit dapat mengeluarkan 1.850 kalori per hari. Dengan beraktivitas juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi tingkat trigliserid serum dan kolesterol dalam tubuh. f. Sistem Urinary Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh dapat memisahkan sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah terjadinya statis urinary. Kejadian retensi urin juga dapat dicegah dengan melakukan aktivitas.

5. Rentang Gerak dalam Mobilisasi Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi ada tiga rentang gerak, yaitu : a. Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otototot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

36

b. Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya pasien berbaring sambil menggerakkan kakinya. c. Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini Mobilisasi dini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor Lauro (1985) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mobilisasi dini adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu ilmu tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu (Kurnia, 2002 yang dikutip oleh Purwanto tahun 2007). Pengetahuan individu terhadap sesuatu dan yakin akan manfaat menyebabkan seseorang untuk mencoba menerapkan dalam bentuk perilaku. Pengetahuan tersebut dapat didapatkan dari informasi, membaca, dan melalui pendidikan formal. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku individu tersebut.

37

Pengetahuan mengenai mobilisasi dini pasca operasi bisa didapatkan dari informasi atau pendidikan kesehatan yang diberikan oleh seorang perawat kepada pasien yang akan menjalani tindakan operasi seperti appendectomy. Pendidikan kesehatan tersebut dapat diberikan sebelum tindakan operasi dilakukan yaitu pada fase praoperatif. Sehingga setelah tindakan operasi selesai dilaksanakan, pasien telah mengetahui manfaat dari mobilisasi dan hal itu dapat mempengaruhi pasien tersebut untuk melakukan mobilisasi dini tanpa rasa takut. b. Emosi Menurut Goleman, 2000 yang dikutip oleh Hanum (2006) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi adalah suatu kesatuan reaksi fisiologis dalam diri manusia untuk menghadapi rangsangan atau stimulus yang ada. Terbentuknya emosi dipengaruhi oleh lingkungan dan pengalaman selama masa perkembangan individu. Seseorang dengan emosi yang stabil adalah yang dapat mengendalikan perasaan-perasaannya meskipun dihadapkan pada suatu kondisi yang memungkinkan mengganggu kestabilan emosinya, yang juga dapat mengekspresikan emosinya tersebut pada waktu dan tempat yang tepat, sehingga dapat menjalankan aktivitasnya tanpa terganggu.

38

Emosi adalah perasaan dalam diri seseorang yang timbul karena ada suatu stimulus dan memperlihatkan reaksi kognisi, reaksi fisiologis, reaksi biologis, dan bahkan reaksi behavioral tertentu. Sedangkan Sarwono dalam Yusuf (2008) berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (dalam). Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan bahwa emosi itu merupakan warna afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Maksud warna afektif di sini adalah perasaanperasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu, seperti gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu, yaitu : 1) Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang didapat. 2) Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini adalah timbulnya rasa putus asa (frustasi). 3) Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga

menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara.

39

4) Terganggu dalam penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati. 5) Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecil akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya maupun orang lain. Cedera merupakan stressor bagi seseorang yang dirawat di rumah sakit. Perasaan yang dialami pasien pasca operasi

appendectomy terhadap luka operasi yang belum sembuh akan menimbulkan rasa takut untuk melakukan mobilisasi, sehingga rasa takut tersebut dapat menjadi penghambat bagi mereka untuk melakukan mobilisasi. c. Sosial Sosial adalah hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat dan kebersamaan, kekuatan masyarakat tersebut berada di sekitar individu tersebut dalam berinteraksi (Yusuf, 2008). Adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu yang lain dapat memberikan kekuatan pada individu tersebut. Dimana definisi interaksi sosial menurut Nurdin (2006) adalah adanya hubungan dua orang atau lebih yang perilaku atau tindakannya direspon oleh orang lain. Interaksi yang dilakukan pasien dengan keluarga dan orangorang di sekitar akan mempengaruhi pasien tersebut untuk melakukan mobilisasi pasca operasi, sehingga dengan mobilisasi tersebut akan memotivasi pasien untuk sembuh.

40

d. Fisik Fisik adalah postur tubuh, kesehatan (sehat atau sakit), keutuhan tubuh, keberfungsian organ tubuh seseorang (Yusuf, 2008). Keadaan fisik seseorang yang lemah secara langsung akan berpengaruh terhadap mobilisasi yang dilakukan. Keadaan tersebut akan

membatasi dari pergerakan karena kurangnya energi di dalam tubuh. Pada pasien yang baru saja menjalani operasi seperti operasi appendectomy, keadaan fisik pasien tersebut belum kembali pulih pada keadaan sebelumnya. Hal tersebut dapat membuat pasien merasa enggan untuk melakukan mobilisasi, selain itu rasa nyeri yang dirasakan juga membuat pasien merasa lemah dan hanya ingin berbaring di tempat tidur. e. Stimulus Lingkungan Stimulus lingkungan adalah rangsangan dari luar yang mempengaruhi dan menggerakkan individu untuk berbuat (Handoko, 1997). Stimulus lingkungan tersebut dapat berupa dukungan perawat atau keluarga. Adanya dukungan dan dorongan dari perawat serta keluarga dapat menimbulkan motivasi pada pasien yang dirawat untuk melakukan aktivitas, seperti pasien yang baru saja menjalani operasi. Aktivitas yang dapat dilakukan yaitu berupa mobilisasi sehingga dengan melakukan mobilisasi dapat mempercepat penyembuhan pasien.

41

Sarana atau fasilitas ruang rawat, peran serta perawat, peran serta keluarga yang mendukung dan tidak mendukung agar pasien berinisiatif dan mau melakukan mobilisasi. Suasana lingkungan yang nyaman juga dapat mendukung terhadap aktivitas seseorang yang dilakukan. Sedangkan menurut Kozier (1995), faktor-faktor yang

mempengaruhi mobilisasi adalah : f. Gaya Hidup Istilah gaya hidup merupakan prinsip yang dapat dicapai sebagai landasan untuk memahami perilaku seseorang yang melatarbelakangi sifat khas seseorang, terlihat dari beberapa pengertian yang diungkapkan di bawah ini. Menurut Adler dalam Hall (1993) mendefinisikan gaya hidup sebagai sistem utama yang memungkinkan berfungsinya kepribadian individu sebagai keseluruhan yang menggerakkan bagian-bagiannya. Semua perilaku manusia bersumber dari gaya hidup yang dimilikinya, dimana ia mempersepsi, mempelajari, dan menyimpan atau

mempertahankan hal-hal yang sesuai dengan gaya hidupnya serta menyisihkan hal-hal yang tidak sesuai dengan gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia didalam masyarakat. Kebiasaan seseorang pada masa hidupnya, termasuk kebiasaan dalam memperhatikan kesempurnaan penampilan fisik (Prahmawati, 2001). Sedangkan menurut Kotler

42

dalam Wiroreno (1994), gaya hidup lebih kepada pola hidup seseorang di dalam dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan pendapat orang tersebut. Gaya hidup adalah cara hidup yang dikenali dari bagaimana orang menggunakan waktu dan aktivitas mereka, dari minat mereka yaitu apa yang mereka anggap penting di dalam kehidupan mereka, dan dari pendapat mereka tentang diri mereka sendiri serta dunia sekitar mereka. Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat

pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat. g. Proses Penyakit dan Injury Proses penyakit adalah keadaan dimana seseorang sedang menderita suatu penyakit tertentu. Keadaan tersebut mengakibatkan keadaan kesehatan seseorang menjadi terganggu sehingga sulit melakukan aktivitas seperti biasa. Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhinya mobilitasnya, misalnya seseorang yang baru saja menjalani operasi akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya pasien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit

43

tertentu. Hal tersebut dikarenakan kondisi fisik pasien yang lemah dan energi yang kurang menyebabkan pasien beristirahat di tempat tidur dan tidak dapat melakukan mobilisasi. h. Kebudayaan Menurut Berger kebudayaan adalah produk manusia; produk itu lalu menjadi kenyataan objektif yang kembali mempengaruhi yang menghasilkannya (Lawang, 1994). Maksud pernyataan tersebut adalah bahwa manusia berposisi sebagai subyek yang menghasilkan kebudayaan sebagai obyek. Tetapi setelah kebudayaan itu menjadi obyek, dengan sendirinya ia akan mempengaruhi manusia dan kehidupan lingkungannya. Kebudayaan merupakan penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku individu, dikarenakan kebudayaan berisikan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan tingkah laku yang dipelajari oleh anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Kebudayaan mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 2003). Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap seseorang. Seseorang mempunyai pola sikap dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat penguatan atau ganjaran (reinforcement) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut.

44

Dapat diketahui bahwa diantara masyarakat terlihat berbagai budaya dan dengan taraf hidup perkembangan yang berbeda, maka penyakit yang dideritanya pun akan berbeda-beda. Budaya masyarakat bisa dilihat dari cara hidupnya atau way of lifenya yaitu dengan menentukan perilaku masyarakatnya. Misalnya, apa saja yang boleh dilakukan dan bagaimana cara melakukannya sehingga budaya juga dapat dipandang sebagai pedoman untuk suatu kegiatan sehari-hari. Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktivitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak sembuh. i. Tingkat Energi Tingkat energi merupakan jumlah energi yang diperlukan seseorang untuk melakukan aktivitas. Tingkat energi yang rendah akan menyebabkan kondisi fisisk seseorang menjadi lemah. Kondisi yang lemah akan mengakibatkan orang untuk bergerak atau melakukan mobilisasi lebih lamban. Seseorang yang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang yang dalam kondisi sehat. Untuk itu asupan makanan yang bergizi sangat diperlukan bagi orang yang sedang sakit apalagi orang yang baru menjalani tindakan operasi agar energi atau tenaga orang tersebut dapat kembali optimal sehingga dapat melakukan mobilitas sebagaimana yang dianjurkan.

45

j. Usia dan Status Perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja atau dewasa. Seorang anak dapat melakukan mobilisasi yang lebih aktif karena mobilisasi yang dilakukan anak-anak tidak berdasarkan instruksi yang diperintah oleh seseorang. Apabila seorang anak tersebut baru saja menjalani tindakan appendectomy dan anak tersebut melakukan mobilisasi yang sangat aktif maka akan berakibat robeknya luka operasi yang masih belum sembuh. Sedangkan mobilisasi yang dilakukan pasien pasca operasi appendectomy harus bertahap dan harus sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh perawat. Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh dua orang ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi didapatkan bahwa dari faktorfaktor tersebut terdapat beberapa kesamaan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi adalah pengetahuan, emosi, fisik, stimulus lingkungan, dan usia & status perkembangan.

46

7. Mobilisasi Dini pada Pasien dengan Anestesi Spinal dan Anestesi Umum Perbedaan mobilisasi dini antara pasien dengan anstesi spinal dan anestesi umum adalah waktu pelaksanaannya. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi spinal dapat dilakukan pada 24 jam setelah operasi sedangkan pada pasien dengan anestesi umum dapat dilakukan sedini mungkin mulai dari 6-12 jam setelah operasi. a. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi spinal : 1) Setelah operasi berbaring di tempat tidur, tetapi dapat melakukan pegerakan ringan seperti menggerakkan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah 2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur dan duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur 3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan di kamar seperti ke kamar mandi dan bisa juga berjalan ke luar kamar b. Mobilisasi dini pada pasien dengan anestesi umum : 1) Pada saat awal (6 sampai 12 jam pertama) pasien dapat melakukan pergerakan fisik seperti menggerakkan ekstremitas seperti mengangkat tangan, menekuk kaki, dan menggerakkan telapak kaki 2) Pada hari kedua pasien dapat duduk di tempat tidur ambil makan,

47

atau duduk dengan kaki menjuntai di pinggir tempat tidur. Jika pasien sudah berani, pasien dapat berjalan di sekitar kamar seperti ke kamar mandi 3) Pada hari ketiga pasien dapat berjalan ke lua kamar dengan dibantu atau secara mandiri

8. Intervensi Keperawatan Selama periode pascaoperatif, proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kembali fisiologis pasien, menghilangkan nyeri, dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien dalam kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman, dan senyaman mungkin. Upaya yang besar diarahkan pada mengantisipasi dan mencegah masalah pada periode pascaoperatif. Pengkajian yang cepat mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan pasien setelah pembedahan adalah sama pentingnya dengan prosedur bedah itu sendiri. Salah satu peran perawat pascaoperatif adalah memberikan dukungan dan dorongan pada pasien pasca operasi untuk melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin pasca operasi, banyak manfaat yang didapatkan oleh pasien seperti mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan

48

metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka. Mobilisasi juga dapat mengurangi kemungkinan kekembungan pada perut (distensi abdomen) dan menstimulasi bising usus (peristaltis). (Smeltzer, 2001). Selain perawat berperan membantu dan memberikan dukungan untuk mobilisasi pasca operasi, perawat juga mempunyai peran sebelum tindakan operasi dimulai (praoperatif). Peran perawat pada fase preoperatif yaitu menyiapkan pasien untuk pembedahan. Persiapan pasien sebelum pembedahan meliputi pemasangan intravena yang berguna untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang telah hilang, pemberian aspirin bertujuan untuk mengurangi suhu, terapi antibiotik juga dapat diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Apabila terdapat bukti atau kemungkinan terjadinya tidak adanya pergerakan pada usus karena tidak terdengarnya bising usus (ileus paralitik), selang nasogastrik dapat dipasang.

G. Penelitian Terkait Mobilisasi pada pasien pasca operasi seperti operasi appendectomy merupakan suatu permasalahan yang biasa terjadi. Hal tersebut dikarenakan pasien memiliki kekhawatiran jika tubuh digerakkan akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh. Menurut hasil penelitian Sudrajat pada tahun 2002, yang dilakukan pada 30 responden didapatkan faktor yang

49

mempengaruhi mobilisasi dini pada pasien pasca operasi laparatomy adalah sebanyak 26% karena faktor stimulus lingkungan, 20% karena faktor sosial, sebanyak 19% karena faktor pengetahuan, 18% dipengaruhi oleh faktor emosi, dan faktor fisik sebanyak 17%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riswanto pada tahun 2004, didapatkan data bahwa dari 11 orang pasien pasca operasi yang melakukan ambulasi dini ditemukan ada 2 orang pasien (18,2%) yang mengalami retensi urin sedangkan 9 orang (81,8%) lainnya dapat berkemih secara spontan. Sedangkan pada 5 orang pasien yang tidak melakukan ambulasi dini pasca operasi, 4 orang (80%) diantaranya mengalami retensi urin dan 1 orang (20%) dapat berkemih secara spontan.

50

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas. Pengetahuan dan perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini perlu diketahui dan diteliti dengan baik sehingga dapat meminimalkan komplikasi yang mungkin muncul karena tidak melakukan mobilisasi. Di bawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

1. Pengetahuan Pasien Pasca Operasi Appendectomy mengenai: a. Pengertian b. Tujuan c. Tahap-Tahap d. Manfaat 2. Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Appendectomy

Berdasarkan kerangka konsep di atas, peneliti ingin mengetahui pengetahuan pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini dilihat dari pengertian,

51

manfaat, tujuan, dan tahap-tahap mobilisasi serta perilaku pasien pasca operasi appendectomy tentang mobilisasi dini.

B. Definisi Istilah No. 1. Variabel Pengertian Mobilisasi Dini Definisi Mobilisasi dini yaitu suatu

pengertian yang menjelaskan proses aktivitas yang dilakukan pasca

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Smeltzer, 1996 ). 2. Tujuan Mobilisasi Dini Tujuan mobilisasi dini adalah hasil akhir yang diharapkan dari pelaksanaan mobilisasi dini, seperti mempertahankan memperlancar fungsi peredaran tubuh, darah,

membantu pernapasan menjadi lebih

52

baik, memperlancar eliminasi BAB dan BAK, mengembalikan aktivitas tertentu kembali kebutuhan sehingga normal gerak pasien dapat

memenuhi harian, dan

memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi dan

berkomunikasi (Garrison, 2004). 3. Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Tahap-tahap mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan mulai dari aktivitas yang ringan, seperti 6-8 jam setelah pasien operasi, pasien dapat menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan dan juga miring ke kiri atau ke kanan, pada 12 sampai 24 jam berikutnya pasien bisa diposisikan duduk di tempat tidur atau duduk dengan kaki menjuntai, pada hari kedua atau ketiga setelah operasi pasien sudah bisa berdiri dan

53

berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri (Cetrione, 2009). 4. Manfaat Mobilisasi Dini Manfaat mobilisasi dini adalah keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan mobilisasi dini bagi sistem tubuh, seperti luka jahitan operasi cepat sembuh,

menghilangkan distensi abdomen, mencegah konstipasi, mempercepat pemulihan peristaltik usus, dll

(Kozier, 2004). 5. Perilaku Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang dilakukan mulai dari melakukan aktivitas yang ringan di tempat tidur seperti

menggerakkan kaki, menggerakkan tangan, miring kiri miring kanan, duduk, dan sampai dapat melakukan aktivitas yang cukup berat seperti berdiri, berjalan ke kamar mandi atau di ruangan, baik yang diamati

54

langsung diamati

maupun oleh

yang pihak

tidak luar

(Notoatmodjo, 2007).

55

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis fenomenologi yaitu penelitian yang dapat bersifat deskriptif yang mempelajari fenomena tentang respons keberadaan manusia bertujuan untuk menjelaskan pengalaman seseorang dalam kehidupannya termasuk di dalamnya interaksi sosial yang dilakukannya. Penelitian kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh, dan memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata. Menurut Bachtiar (2005) bahwa desain kualitatif menggunakan pendekatan pengamatan yang cermat dan mendalam dalam menjawab terutama mengapa fenomena tertentu terjadi dalam lingkup kontekstual yang spesifik. Dan tujuan utama adalah untuk menjelaskan dan menginterpretasikan informasi, sehingga hasil akhirnya akan berupa kata-kata, bukan angka. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan mobilisasi dini.

56

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba di RSUD Tangerang yang dilaksanakan pada 19-25 Oktober 2009. Penelitian akan dilakukan di RSUP Fatmawati dikarenakan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan ditemukan bahwa pasien pasca operasi appendectomy kurang memahami mengenai mobilisasi dini dan juga Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah telah menjalin kerja sama dengan RSUP Fatmawati. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 November sampai 4 Desember 2009. Awalnya rencana untuk pengambilan data akan dilaksanakan di IRNA B Lt. 4 Bedah Selatan, akan tetapi karena sedang dilakukan renovasi maka dipindahkan ke IRNA B Lt. 4 Bedah Utara dimana pasien yang dirawat di IRNA B Lt. 4 Bedah Utara saat itu merawat pasien bedah dan penyakit dalam kelas III.

C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan

menggunakan alat pencatat dan alat perekam (tape recorder). Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dengan informan kunci dan informan pendukung. 2. Observasi Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi yang dibuat dalam bentuk catatan lapangan yang berfungsi untuk

57

mencatat hal-hal penting yang relevan dengan permasalahan penelitian. Catatan ini mencakup perilaku pasien dalam melakukan mobilisasi dini, perasaan atau emosi yang dirasakan pasien, dan peristiwa yang mungkin terjadi setelah pasien menjalankan operasi.

D. Populasi Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang telah menjalani operasi di IRNA B Lt.4 Bedah RSUP Fatmawati.

E. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah informan yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Pemilihan sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan atas prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy). Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau informan dalam penelitian ini adalah:

58

1. Informan Kunci Informan kunci ini terdiri dari pasien yang telah dilakukan tindakan operasi appendectomy secara elektif atau cito yang berjumlah 4 orang dengan kriteria: a. Pasien yang telah menjalani operasi appendectomy 6-8 jam setelah operasi sampai dengan hari pasien pulang dan tanpa komplikasi b. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan c. Pasien dewasa (18-50 tahun) d. Bersedia diwawancarai 2. Informan Pendukung Informan ini terdiri dari keluarga pasien, 1 orang perawat yang bertugas di RSUP Fatmawati, dan 1 orang dokter spesialis bedah.

59

Tabel 4.1 Pengumpulan Data untuk Uji Validitas di RSUD Tangerang Sumber informasi Informan 1. Pasien yang telah Wawancara menjalani operasi Mendalam appendectomy dan Observasi 1 1. Pasien menjalani appendectomy 6 yang telah operasi jam Tangerang RSUD Metode Jumlah Kriteria Tempat

setelah operasi baik lakilaki maupun perempuan 2. Dapat 2. Perawat Wawancara Mendalam 1 berkomunikasi dengan baik 1. Perawat yang bertugas di ruang perawatan bedah

60

Tabel 4.2 Pengumpulan Data Penelitian di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan Sumber Informasi Informan 1. Pasien telah operasi appendectomy yang Wawancara menjalani Mendalam dan Observasi 4 1. Pasien menjalani appendectomy setelah dengan pulang, 2. Informan pendukung 1. Keluarga Wawancara Mendalam 2. Perawat Wawancara Mendalam 1 4 1. Dapat berkomunikasi RS dan dengan baik Rumah Dapat operasi hari baik 6 yang telah RSUP operasi Fatmawati jam sampai pasien laki-laki Metode Jumlah Kriteria Tempat

maupun perempuan berkomunikasi dengan baik

1. Perawat yang bertugas di RSUP ruang bedah Fatmawati

3. Dokter

Wawancara Mendalam

1. Dokter Spesialis Bedah

RSUP Fatmawati

61

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksananakan pada tanggal 17 November sampai 4 Desember 2009. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan dilakukan kepada informan. 2. Tahap Pengumpulan Data a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait. Selanjutnya mengadakan pertemuan dengan informan kunci dan informan pendukung untuk menjelaskan tujuan penelitian dan kriteria informan yang dipilih. b. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, yaitu pertama telah dilakukan uji validitas untuk uji coba pedoman wawancara pada tanggal 19-25 Oktober 2009 di Paviliun Mawar RSUD Tangerang. Kedua, melakukan wawancara mendalam dengan perawat ruangan pada tanggal 19 November 2009. Ketiga, melakukan wawancara mendalam dan observasi dengan informan kunci (pasien pasca operasi appendectomy) dan informan pendukung (keluarga pasien) pada tanggal 19, 20, 21, 23, 25, 26, 28, 29, dan 30 November 2009. Keempat, melakukan wawancara

62

mendalam pada tanggal 4 Desember 2009 dengan dokter spesialis bedah. Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder. 1) Untuk data primer meliputi : a) Wawancara Wawancara, menurut Moleong (2002) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud untuk maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara tidak berstruktur yaitu wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan wawancara. Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung, luwes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas mengenai mobilisasi dini. b) Observasi

63

Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya serta untuk cross check data dan memperkaya informasi. 2) Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait dengan penelitian. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil penelitian.

G. Validasi Data Untuk menjaga validitas data, maka dilakukan triangulasi. Triangulasi yang ada meliputi (Kresno, 2006). 1. Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari sumber yang berupa informan berbeda-beda. Datanya harus

memperkuat atau tidak ada kontradiksi dengan yang lainnya. 2. Triangulasi Data a. Analisis data dilakukan oleh lebih dari 1 orang Analisis data bisa dilakukan oleh peneliti dan orang lain yang ahli dalam analisis kualitatif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar interpretasi yang dilakukan hasilnya sama dengan yang dilakukan oleh orang lain. b. Minta umpan balik dari informan Umpan balik tersebut berguna bukan saja untuk alasan etik atau memperbaiki kesempatan agar hasilnya akan dilaksanakan tetapi

64

juga untuk memperbaiki kualitas proposal, data dan kesimpulann yang ditarik dari data tersebut. Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dikarenakan untuk triangulasi data membutuhkan banyak biaya dan cukup mahal sedangkan untuk triangulasi metode karena peneliti tidak menggunakan Focus Group Discussion (FGD) dikarenakan tidak memungkinkan untuk

mengumpulkan pasien pasca operasi appendectomy dalam satu waktu. Hal itu dikarenakan dalam satu waktu belum tentu ada sejumlah pasien yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkumpul. Apalagi lama hari rawat bagi pasien pasca operasi appendectomy, yaitu sekitar 2-3 hari jadi kemungkinan untuk berkumpul dalam satu waktu sangat kecil. Selain itu, kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk berpindah ke tempat untuk berkumpul karena belum tentu pasien-pasien tersebut dirawat dalam satu ruangan.

H. Teknik Analisis Data Hasil data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan pendekatan analisis kualitatif, yaitu : 1. Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilahan data kasar, mencari hal-hal yang pokok dan membuat transkrip data hasil wawancara seperti apa adanya. Adapun tujuan dari tahap ini adalah memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

65

2. Display Data Display data adalah teknik penyajian data dalam bentuk uraian singkat, grafik, dan matriks. Langkah ini didapatkan setelah peneliti melakukan penyusunan data dalam bentuk transkrip data selanjutnya. 3. Analisis Isi Analisis yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teoriteori yang ada pada tinjauan kepustakaan (content analysis). 4. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah menganalisis data yang dapat dicoba dibuat suatu kesimpulan hal penelitian.

I. Sarana Penelitian Sarana yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat tulis, lembar observasi, dan tape recorder untuk merekam. Selain itu diperlukan juga surat izin penelitian dan name tag agar peneliti dapat melaksanakan penelitian.

J. Etika Penelitian Penelitian yang dilakukan telah mendapatkan izin dari Direktur Utama RSUP Fatmawati melalui surat pengantar dari Bagian Diklit RSUP Fatmawati. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti menemui beberapa pihak terkait, yaitu Manager yang juga menjadi Pembimbing Lapangan selama penelitian

66

berlangsung dan Kepala Ruangan Lt. 4 Bedah Utara untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian, jaminan kerahasiaan, kriteria yang akan dijadikan informan. Setelah itu, peneliti menemui informan dan mendiskusikan maksud dan tujuan kedatangan peneliti. Peneliti melakukan informed consent pada informan dengan menunjukkan dan meminta informan untuk menandatangani lembar persetujuan responden sebagai bukti informan bersedia untuk diwawancarai. Kerahasiaan data dan informasi dijamin oleh peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas informan hanya untuk pengolahan data.

67

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Informan Dalam penelitian ini, seluruh informan berjumlah 10 orang yang terdiri dari 4 orang pasien sebagai informan kunci, 4 orang keluarga pasien sebagai informan pendukung, 1 orang perawat ruangan yang bertugas di Irna B Lt.4 Utara sebagai informan pendukung, dan 1 orang dokter spesialis bedah yang juga sebagai informan pendukung.

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Kunci No. Identitas Pasien Umur Jenis Kelamin 1. 2. 3. 4. Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 49 tahun 20 tahun 39 tahun 27 tahun P L L P IRT Sopir Pedagang Karyawan Pekerjaan Pendidikan Terakhir SD SD SD SMA

68

Tabel 5.2 Karakteristik Informan Pendukung (Petugas Kesehatan) No. Identitas Informan 1. Ns. S 35 tahun 2. dr. W 33 tahun P Dokter S2 Umur Jenis Kelamin L Perawat Pekerjaan Pendidikan Terakhir S1 Kep

Tabel 5.3 Karakteristik Informan Pendukung (Keluarga Pasien) No. Identitas Informan 1. Nn. S 25 tahun 2. An. H 16 tahun 3. Tn. I 22 tahun 4. Tn. J 29 tahun L L Karyawan SPBU Satpam SMA SMK L Pelajar SMA Umur Jenis Kelamin P Pekerjaan Pendidikan Terakhir SMK

69

B. Gambaran Pengetahuan tentang Mobilisasi Dini 1. Pengetahuan tentang Pengertian Mobilisasi Dini Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua informan kunci mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui dan tidak mengerti mengenai pengertian mobilisasi dini karena belum pernah

mendapatkan pengalaman operasi pada diri sendiri ataupun keluarga. Seperti ungkapan berikut :

Informan 1 : Saya nggak tahu tuh mba apa yang dimaksud dengan pergerakan setelah operasi soalnya belum dikasih tahu jadi saya nggak tahu. Informan 2 : apa ya...saya kurang tahu mba soalnya ini baru pertama kali, sebelumnya nggak pernah ada yang dioperasi jadi nggak ada yang tahu juga. Informan 3 : Sebelumnya saya nggak tahu dan nggak pernah denger tentang ngelakuin pergerakan setelah operasi orang kejadiannya mendadak gini, sebelumnya juga nggak ngerasain apa-apa orang waktu itu selesai dagang terus makan eh langsung perutnya mules jadi harus dilakukan tindakan operasi karena takutnya pecah di dalam nanti malah biayanya lebih mahal. Informan 4 : Kalo itu apa ya...saya nggak ngerti mba, namanya baru pertama kali jadi nggak tahu dan nggak pernah ada pengalaman sebelumnya, di keluarga juga nggak ada yang pernah operasi usus buntu.

70

Begitu pula dengan keluarga masing-masing pasien saat ditanyakan mengenai pengertian mobilisasi dini. Hampir semua dari informan pendukung (keluarga pasien) juga mengatakan bahwa kurang mengetahui tentang pengertian mobilisasi dini. Berikut adalah ungkapan keluarga pasien : Nn. S (25 tahun) Jujur ya mba karena ini pengalaman pertama nganter ibu ke rumah sakit... sekalinya nganter tau-tau ibu disuruh di operasi, jadi nggak tahu apa itu pergerakan setelah operasi karena ini pengalaman pertama banget. An. H (16 tahun) Nggak tahu mba,,, Tn. I (22 tahun) Kalo disuruh ngejelasin saya bingung mba, nggak tahu mau jelasin apa soalnya saya kurang tahu apa itu pergerakan setelah operasi...paling kalo ngelakuin pergerakan setelah operasi bisa bikin badan nggak pada kaku,,,itu kali ya mba. Tn. J (29 tahun) Duh...kurang tahu juga ya mba, soalnya nggak pernah denger sih tentang pergerakan setelah operasi.

2. Pengetahuan tentang Tujuan Mobilisasi Dini Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian informan

menyebutkan tujuan dari melakukan pergerakan adalah untuk mempercepat prosese penyembuhan, memperpendek masa sakit atau

71

perawatan, agar keadaan tubuh dapat kembali pada kondisi sebelum sakit sehingga dapat beraktivitas seperti biasa. Seperti ungkapan berikut : ....ya tujuannya biar saya cepat sembuh, biar kondisi saya pulih kaya sebelum sakit, biar bisa kerja lagi... ....kalau menurut saya, kita melakukan sesuatu pasti ada tujuannya, dan pasti tujuannya baik untuk kita...kaya saya melakukan pergerakan biar badan saya enakan, terus biar cepat pulang, dan bisa kerja lagi...

3. Pengetahuan tentang Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Hampir semua informan kunci mengatakan bahwa mobilisasi dini dilakukan jika sudah ada instruksi dari perawat atau dokter. Ada juga informan yang menjawab tidak mengetahui, bingung harus mengikuti informasi yang mana untuk memulai melakukan mobilisasi dini. Seperti yang diungkapkan berikut : ...kalau saya tunggu dibolehin sama dokter atau perawatnya, kalau dokter atau perawatnya bilang boleh gerakin ya saya gerakin. Tadi dokternya datang katanya saya sudah boleh miring ke kiri miring ke kanan trus duduk kalo bisa jalan-jalan... ...saya kan tadi malam operasi sekitar jam 10, trus paginya pas dokter datang katanya jangan banyak gerak dulu jadi saya belum melakukan pergerakan paling cuma gerak-gerakin kaki aja, trus tadi pas jam 12 sama perawat katanya silahkan boleh makan trus digerakin, miring kanan miring kiri biar bisa buang gas gitu katanya...saya nggak tahu kapan sebenernya harus gerak-gerakin badan, saya mah tunggu dibolehin sama dokternya aja baru saya berani gerak-gerak...

72

Nn. S (25 tahun) tadi sih ada yang bilang coba miring ke kiri dan miring ke kanan trus duduk...tapi ada juga yang bilang jangan digerakin dulu katanya tunggu 24 jam dulu baru boleh duduk, jadi bingung mau ikutin saran yang mana. Menurut pendapat perawat, pasien pasca operasi appendectomy diperbolehkan melakukan pergerakan 24 jam setelah operasi karena dikhawatirkan jika terlalu dini melakukan mobilisasi dapat terjadi kelumpuhan, mual, pusing. Hal tersebut terjadi karena pengaruh anestesi spinal dimana rata-rata pasien yang menjalani operasi appendectomy menggunakan anestesi tersebut. Seperti ungkapan berikut ini : biasanya kalau di sini pasien yang telah menjalani operasi diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi dini yaitu 24 jam setelah operasi itu untuk pasien yang dengan anestesi spinal baru boleh melakukan pergerakan, walaupun dalam teori disebutkan 6-8 jam pertama setelah operasi sudah boleh melakukan pergerakan...karena ditakutkan ya efek dari anestesinya itu, apalagi kalau pasien dengan anestesi spinal ditakutkan kalau terlalu dini mobilisasinya nanti terjadi kelumpuhan atau mungkin pasien itu merasa pusing, mual...tetapi kalau pasien yang dianestesi umum itu biasanya sih 12 jam setelah operasi sudah boleh melakukan pergerakan. Kebanyakan informan mengatakan tidak tahu mengenai gerakan pertama yang boleh dilakukan setelah pasien menjalani operasi. Mereka mengatakan bahwa diberi tahu oleh dokter sudah boleh miring kanan miring kiri dan duduk. Seperti ungkapan :

73

Informan 1 : saya nggak tahu...cuma tadi sih dokternya bilang katanya miringmiring ke kiri trus ke kanan, abis itu boleh duduk trus jalan... Informan 2 : saya nggak tahu pasti mba...tapi paling boleh gerak-gerakin kaki sama miring-miring aja... Informan 3 : ya...paling boleh miring ke kiri miring ke kanan trus boleh duduk, kata dokter tadi pas datang sih begitu mba... Informan 4 : kalau menurut saya sudah boleh gerak-gerakin kaki aja, trus miring-miring ke kanan ke kiri trus saya juga sudah mulai jalan ke kamar mandi... Beberapa informan mengatakan pada hari kedua mereka mungkin sudah diperbolehkan untuk berjalan, akan tetapi sebagian informan juga mengatakan bahwa pada hari pertama setelah operasi sudah boleh berjalan. Seperti ungkapan : Informan 1 : kata dokternya sih kalau ntar sudah nggak pusing atau mual ntar siang (hari pertama setelah operasi) juga boleh jalan-jalan... Informan 2 : paling besok (hari kedua setelah operasi) sudah boleh jalan...sebenernya sekarang juga sudah boleh jalan tapi saya nggak berani, nggak kuat soalnya kepalanya sakit

74

Informan 3 : mungkin besok (hari kedua setelah operasi) sudah boleh jalan, kaya jalan ke kamar mandi atau di ruangan ini paling sudah boleh.. Informan 4 : hari ini (hari pertama setelah operasi) sudah bisa jalan... Menurut beberapa informan, gerakan pertama yang boleh dilakukan pada hari kedua adalah duduk dan berjalan. Seperti ungkapan : Informan 1 : mungkin duduk sama jalan, tapi kalau jalan saya kayanya belum berani soalnya nggak berani turun dari tempat tidur, soalnya tempat tidurnya tinggi banget jadi takut kalau jahitannya robek...tapi kata dokter saya besok sudah boleh pulang. Informan 2 : paling besok sudah boleh makan, soalnya sekarang belum boleh makan trus sama boleh duduk...itu aja kali mba... Informan 3 : ya...paling sudah boleh jalan,,, Informan 4 : ehm....besok ya, mungkin dah dijinin jalan sama dokternya, tapi hari ini saya kan juga sudah jalan, trus boleh apa lagi ya...ehm, nggak tahu lagi mba boleh ngapain... Gerakan pada hari ketiga yang boleh dilakukan menurut beberapa informan adalah duduk, makan, dan berajalan atau sama dengan gerakan pada hari kedua. Akan tetapi ada seorang informan yang

75

mengatakan tidak mengetahui gerakan apa yang boleh dilakukan di hari ketiga setelah operasi. Seperti ungkapan : Informan 1 : ya...nggak tahu juga sih mba kan saya belum dikasih tahu lagi sama dokter sama perawatnya boleh ngapain aja...orang besok aja saya katanya sudah boleh pulang jadi nggak sampe 3 hari saya dirawat di sini... Informan 2 : apa ya mba...ya mungkin sama aja boleh duduk, jalan, boleh makan itu aja sih mba. Informan 3 : ya...paling sama boleh jalan-jalan, itu aja Informan 4 : ya...paling boleh jalan-jalan aja mba, jalan-jalannya juga paling di sekitar kamar aja, trus jalan ke kamar mandi...pingin juga jalan keluar tapi kayanya nggak deh soalnya repot juga kalau sendiri kan nggak ada yang pegangin infusannya nanti.

4. Pengetahuan tentang Manfaat Mobilisasi Dini Berdasarkan hasil wawancara dengan informan didapatkan hasil bahwa ada seorang informan yang mengatakan tidak mengetahui manfaat melakukan pergerakan setelah operasi. Hal tersebut diakui informan karena belum dikasih tahu oleh perawat yang bertugas. Sedangkan sebagian informan mengatakan bahwa manfaat dari melakukan mobilisasi setelah operasi adalah agar aliran darah dalam tubuh jadi lancar sehingga badan tidak terasa pegal, untuk pemulihan kondisi tubuh misalnya angin yang ada dalam perut dapat keluar dan

76

bisa memperlancar buang air kecil, kemudian agar kaki tidak terasa kaku sehingga dapat cepat pulang dan tidak terlalu lama dirawat di rumah sakit. Seperti ungkapan berikut ini : Informan 1 : saya nggak tahu...kan belum dikasih tahu sama dokter sama perawatnya juga belum dikasih tahu kalau gerak-gerakin badan itu untuk apa,,,jadi ya saya nggak tahu untuk apa... Informan 2 : nggak tahu juga sih mba...tapi mungkin biar kaki nggak pada kaku, biar cepat sembuh, trus biar bisa cepat pulang... Informan 3 : ya...ada manfaatnya juga sih, jadi biar darah ngalirnya lancar jadi kalau kurang gerak juga nggak bagus, badan kayanya terasa pegal semua... Informan 4 : ya...kalau saya pikir mah buat pemulihan kondisi saya berarti kalau sudah bisa bergerak mungkin saya sudah pulih, saya mah saya ikutin aja kan katanya begini-begini, saya juga kalau diam aja kan nggak betah jadi saya lebih enak bergerak...kadang-kadang saya miringin jadi bisa keluar kentutnya gitu kan kaya pipis juga ya biar bisa keluar jadi ya cari enaknya aja gitu...menurut saya ya ada pengaruhnya juga... Sebagian besar informan dari pihak keluarga juga mengatakan bahwa manfaat dari melakukan pergerakan setelah operasi adalah agar darahnya tidak beku, melancarkan aliran darah, dan agar badan tidak kaku. Seperti ungkapan berikut ini : Nn. S (25 tahun) ya...itu seperti yang saya baca di mading depan manfaatnya untuk ya biar darah nggak beku, melancarkan peredaran darah, untuk

77

apa lagi ya mba saya lupa tapi yang saya ingat dari baca di mading ya untuk itu...ya tahunya juga waktu itu dari teman juga pas lagi jenguk ibu katanya kalau nanti sudah enakan miring kiri miring kanan, saya tanya tahunya dari mana katanya itu ada di mading depan. An. H (16 tahun) biar nggak kaku aja...ehm,,,itu kali mba tapi saya nggak tahu lagi Tn. I (22 tahun) ya...mungkin biar badannya ga kaku aja kali. Tn. J (29 tahun) ya...menurut saya sih ada manfaatnya juga, untuk apa ya...supaya dia nggak kaku aja badannya...apa lagi sih ya saya bingung juga. Dari hasil wawancara diketahui bahwa masih ada informan yang tidak tahu mengenai mobilisasi dini. Hal tersebut dikarenakan informan belum pernah mendapatkan informasi sebelumnya mengenai mobilisasi dini sebelum informan (pasien) menjalani operasi atau memang informan belum pernah mendengar mengenai pergerakan setelah operasi. Hal itu disebabkan beberapa pasien menjalani operasi secara mendadak atau tiba-tiba (cyto) tanpa ada perencanaan atau harus menginap terlebih dahulu di ruang rawat inap. Informan juga mengaku tidak mendapat informasi dari perawat sebelum operasi hanya setelah operasi perawat menganjurkan untuk mulai melakukan pergerakan. Seperti ungkapan berikut ini :

78

Informan 1 : saya sebelumnya nggak pernah dapat informasi tentang pergerakan setelah operasi, paling baru dapat informasinya pas sudah operasi pagi-paginya dikasih tahu dokter buat gerak-gerak terus sama perawatnya juga disuruh gerak-gerak,,itu aja... Informan 2 : nggak, saya nggak pernah dapat informasi sebelum saya dioperasi, sama perawat atau dokternya juga nggak dikasih tahu...tapi baru tadi saya dikasih tahu buat gerak-gerakin badan terus miring-miring. Informan 3 : nggak sih mba, saya baru tahu informasi setelah saya operasi,,paginya dokter datang terus ngasih tahu buat gerakgerakin badan kalau sudah enakan, terus perawatnya juga datang dan nyuruh saya buat gerak-gerak. Informan 4 : saya nggak pernah dapat informasi, jadi saya nggak begitu ngerti...saya baru tahu pas sudah selesai operasi dan sudah ada di ruangan, perawatnya baru kasih tahu kalau saya boleh gerakgerak... Perawat juga mengatakan bahwa pemberian informasi mengenai mobilisasi dini itu jarang diberikan sebelum operasi tetapi biasanya diberikan setelah operasi. Informasi tersebut disampaikan kepada keluarga dan pasien menyangkut hal-hal apa saja yang harus dilakukan oleh pasien mengenai mobilisasi dini. Seperti ungkapan berikut : Tn. S (perawat) biasanya informasi itu diberikan sebelum operasi itu jarang dilakukan, yang biasanya dilakukan adalah setelah operasi, kalau setelah operasi itu pasien keluar dari kamar operasi kita jemput baru keluarga dan pasien diberikan informasi hal-hal apa yang

79

harus dilakukan mengenai mobilisasi dini pada pasien. Misalnya setelah 24 jam pertama pasien kita anjurkan untuk pertama miring kiri miring kanan kemudian pada hari berikutnya pasien sudah bisa duduk abis itu kalau tidak ada keluhan apa-apa baru pasien boleh berdiri di samping tempat tidur baru sorenya sudah bisa jalan, sudah bisa aktif... Selain kurangnya informasi yang tidak didapatkan informan sebelumnya, sebagian informan mengatakan bahwa tidak ada pengalaman sebelumnya menjadi alasan informan tersebut tidak mengetahui mengenai mobilisasi dini. Hal tersebut diungkapkan seperti : apa ya...saya kurang tahu mba soalnya ini baru pertama kali... jujur ya mba karena ini pengalaman pertama.....jadi nggak tahu apa itu pergerakan setelah operasi karena ini pengalaman pertama banget. Di samping itu, adanya keyakinan dalam diri informan yang didapat dari teman bahwa jika melakukan banyak pergerakan itu dapat mempengaruhi kondisi tubuh sehingga tubuh menjadi lemah. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : ...kata teman saya yang sama dengan saya dioperasi usus buntu katanya jangan banyak bergerak dulu sedangkan saya sudah banyak gerak malah sudah jalan, saya kan awam baru ngerasain kaya gini dioperasi kalau teman saya itu kan diam aja mungkin karena dia pernah ngerasain operasi cesar jadinya tahu mungkin makanya kondisinya makin hari makin tambah enak, nah kalau saya malah kaya orang payah begini malah jadi lemah....

80

C. Gambaran Perilaku Informann Mengenai Mobilisasi Dini 1. Perilaku Informan Hari Pertama Setelah Operasi Pada umumnya, semua informan mengatakan bahwa mereka baru berani untuk melakukan mobilisasi dini kurang lebih 10-12 jam setelah operasi dan jika sudah diperbolehkan oleh dokter atau perawat untuk melakukan pergerakan. Pernyataan tersebut dapat dilihat pada beberapa kutipan berikut : tadi sekitar jam 9an atau 10an saya sudah bisa gerak-gerakin kaki sama miring ke kiri miring ke kanan, soalnya tadi perawatnya bilang suruh miring-miring...jadi ya kalau dihitung-hitung sekitar 10 jam abis operasi saya baru bisa gerak-gerakin kaki.

tadi seh sekitar jam 8an saya mulai gerak-gerakin kaki padahal saya operasi jam 9 malam tapi saya baru bisa gerak-gerakin tadi pagi jam 8, saya disuruh juga miring kiri dan miring kanan terus saya ikutin juga jadi saya sudah berani miring kiri miring kanan... Seperti ungkapan di atas, pergerakan yang sering dilakukan informan pada hari pertama adalah miring kanan miring kiri, mengangkat tangan, dan mengangkat kaki. Seperti ungkapan berikut : nggak begitu sering seh mba, baru 2 kali saya miring ke kiri dan miring ke kanan..

ya sekitar jam 10an saya sudah mulai angkat kaki atau saya gerakgerakin...

2. Perilaku Informan Hari Kedua Setelah Operasi Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan bahwa pada hari kedua setelah operasi, mereka sudah mulai berani untuk duduk dan

81

berjalan. Akan tetapi, ada juga seorang informan yang belum berani untuk jalan karena takut untuk turun dari tempat tidur yang agak tinggi menurutnya. Seperti ungkapan berikut ini : hari ini saya sudah bisa duduk, tadi juga sudah duduk pas makan, hanya saja saya belum berani ke kamar mandi karena saya belum berani turun soalnya tempat tidurnya tinggi.... ...tadi sudah jalan-jalan ini juga sudah duduk soalnya dokternya bilang jangan tiduran mulu jalan aja sambil jalan-jalan sedikit...

3. Perilaku Informan Hari Ketiga Setelah Operasi Pada hari ketiga setelah operasi, informan melakukan pergerakan yang sama seperti dengan pergerakan pada hari kedua, yaitu duduk, berjalan di ruangan atau ke kamar mandi. Hanya saja untuk ke kamar mandi informan harus ditemani keluarga, akan tetapi ada informan yang sudah berani berjalan ke kamar mandi sendiri. Seperti ungkapan : hari ini saya tadi udah jalan ke kamar mandi tapi kalau sendiri belum berani kan nggak ada yang pegangin infus, tadi ditemani sama keponakan saya, jadi saya masih ditemani... ...kalau ke kamar mandi kalau nggak ditemani saya nggak berani soalnya masih ngerasa pusing jadi takut jatuh...kalau jalan aja masih belum tegak masih agak bungkuk karena kan masih sakit ...saya sekarang udah ngerasa enakan aja mba, udah duduk sebenernya dari kemarin juga udah bisa duduk, ya sama aja laha pergerakannnya kaya kemarin, duduk, jalan-jalan, kalau sekarang saya ke kamar mandi sendiri aja, saya bolak-balik aja sendiri ke kamar mandi...

82

Keluarga informan juga mengatakan bahwa jika ke kamar mandi keluarga membantu informan, karena khawatir takut jatuh saat ke kamar mandi. Seperti ungkapan berikut : ...kalau ke kamar mandi juga saya bantuin soalnya kalau sendiri takut jatuh aja kan di kamar mandi licin...

4. Persepsi akan rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini Persepsi informan akan perasaan takut saat melakukan mobilisasi dini dapat mempengaruhi perilaku informan untuk melakukan mobilisasi atau tidak. Mereka mengatakan bahwa jika banyak bergerak takut jahitan pada luka operasinya lepas/robek sehingga lukanya tidak sembuh. Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan : iya mba, ada rasa takut waktu saya coba buat gerak-gerak...ya yang saya takutin ya itu takut luka operasinya nggak sembuh, kan baru banget dioperasi jadi takut jahitannya lepas... ya, ada...agak takut-takut juga, karena kalau banyak gerak takut ininya (sambil menunjuk ke luka operasi) jahitannya berubah, jadi takut jahitannya robek... Perawat juga mengatakan bahwa biasanya pasien tidak melakukan mobilisasi dini dikarenakan pasien takut dan tidak paham. Hal ini diungkapkan seperti berikut : biasanya pasien tidak melakukan mobilisasi dini itu karena pasien itu takut dan tidak paham, kebanyakan kan pasien dan keluarganya masih awam tentang mobilisasi dini...

83

5. Persepsi akan rasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini Selain rasa takut, rasa nyeri yang dialami juga menyebabkan informan yang awalnya melakukan mobilisasi dini menjadi terhambat sehingga informan tersebut menghentikan pergerakan dan menunggu rasa nyeri itu hilang baru melakukan pergerakan kembali. Seperti ungkapan berikut : ...kalau lagi duduk atau gerak-gerakin badan ada terasa nyeri ya saya nggak lanjutin paling saya iduran atau istirahat dulu sampai nyerinya hilang.. kalau nyeri atau ngerasa sakit kepala paling saya tiduran doang...kan sakit kepalanya atau nyerinya kalau abis ngelakuin gerakan kaya berdiri, abis jalan, lama kelamaan jadi sakit...terus kalau pusing gitu paling saya duduk tapi tempat tidurnya agak ditinggiin... kalau nyeri saya nggak berani buat jalan mba, paling ya buru-buru duduk aja, duduk juga kalau kelamaan masih ada rasa ngilu ya kaya ada rasa bengkak atau memar aja gitu mba, kalau nggak duduk ya saya tiduran aja di tempat tidur... ya kaya tadi aja mba, saya kalau nyeri pegangan buat bergerak ya miring kanan miring kiri sambil nahan sakit (menunjukkan wajah meringis) kalau sakit ya pokoknya saya cari posisi enak aja deh,,,biar nggak tegang gitu...jadi walaupun masih nyeri saya tahan aja tapi pelanpelan bergeraknya... Informan pendukung (Keluarga Pasien) juga tidak terlalu memaksakan informan untuk melakukan pergerakan bila terasa nyeri. Keluarga pasien lebih menyarankan untuk istirahat dulu dan menunggu sampai nyerinya hilang baru diperbolehkan untuk gerak-gerak lagi. Seperti ungkapan : ...kalau dia nggak bisa untuk duduk ata saat miring ke kiri miring ke kanan ibu merasakan nyeri kita juga nggak makasain, pokoknya sesuai kondisi ibu..jadi mendingan tunggu sampai nyerinya hilan baru boleh gerak-gerak lagi, jadi kalau pasiennya kuat kita dukung tapi kalau nggak kuat ya udah biarin aja istirahat...

84

6. Instruksi dari Dokter atau Perawat untuk Melakukan Mobilisasi Dini Salah satu hal yang menyebabkan informan mau melakukan mobilisasi dini atau pergerakan setelah operasi adalah karena adanya orang yang dianggap penting bagi informan yang dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan tersebut. Misalnya seorang dokter atau perawat. Hampir semua informan mengatakan bahwa mereka melakukan mobilisasi dini karena sudah dibolehkan untuk bergerak oleh dokter atau perawat. Seperti ungkapan : ...tadi saya sudah jalan-jalan, ini juga sudah duduk soalnya tadi dokternya bilang jangan tiduran mulu, jalan aja sambil jalan-jalan dikit... ...perawatnya baru ngasih tahu baru tadi sekitar jam 10an, terus dokternya juga nyaranin harus gerak-gerak kiri kanan, duduk, kalau bisa jalan...tapi saya belum berani, saya baru miring ke kiri aja...

7. Dukungan dari keluarga untuk melakukan mobilisasi dini Beberapa informan mengatakan, jika tidak ada yang menemani atau membantu untuk berajalan ke kamar mandi mereka tidak akan berani untuk melakukan sendiri. Mereka hanya melakukan mobilissai dini di tempat tidur, seperti menggerakkan kaki, miring kanan miring kiri atau hanya tiduran/istirahat saja di tempat tidur bahkan ada yang hanya menggeserkan kepala saja. Seperti kutipan berikut ini : ...yang saya lakuin paling cuma gerakin kepala (sambil menunjukkan menggeser kepalanya), jadi cuma kepalanya aja yang digeser...

85

...saya paling cuma tidur-tiduran aja atau miring-miring aja tapi kalau ke kamar mandi kalau nggak ditemenin saya nggak berani soalnya masih ngerasa pusing jadi takut jatuh... ...kalau nggak ada yang bantuin ya saya tiduran aja paling miringmiring aja di tempat tidur,,,kalau ke kamar mandi nggak berani sendiri soalnya masih ada rasa takut juga... Ada juga seorang informan yang aktif dan mau melakukan secara mandiri, informan tersebut mengatakan bahwa ia berani berjalan sendiri ke kamar mandi tanpa ditemani. Seperti ungkapan : saya sih nggak masalah, orang jalan aja sendiri ke kamar mandi juga nggak apa-apa... Informan pendukung yakni keluarga juga memberikan dukungan bagi informan untuk melakukan mobilisasi dini. Dukungan itu berupa doa, support untuk menguatkan informan serta bantuan yang diberikan untuk melakukan pergerakan. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan berikut : ...saya paling bantu kasih dukungan supaya dia lebih kuat lagi, kasih support aja supaya dia cepat sembuh... ...saya mensupport sejauh apa yang bisa dia lakukan...

8. Kondisi atau Keadaan Informan Keadaan atau kondisi informan saat sakit berbeda dengan kondisi informan ketika sehat. Kondisi informan yang lemah dapat juga menyebabkan informan malas atau enggan untuk melakukan mobilissai dini. Keadaan informan yang lemah menyebabkan seorang informan yang

86

tadinya dapat BAK di kamar mandi menjadi BAK dengan menggunakan diapers. Seperti ungkapan berikut : saya mah lemahnya tuh sekarang, kemarin pas dibolehin untuk ke kamar mandi ya saya bolak-balik aja ke kamar mandi orang nggak tahan dah gitu nggak bisa kencing cuma nyerinya doang, kalau di kamar mandi bisa kencing...sekarang mah karena saya ngerasa payah, lemah gini saya nggak kencing di kamar mandi jadi pake pampers...padahal kan saya cuma ikutin petunjuk dokter aja untuk bergerak kan ternyata saya ikutin malah saya lemah kaya gini...

9. Keyakinan/Sosio Budaya Informan untuk melakukan mobilisasi dini Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan bahwa mereka takut melakukan mobilisasi dini karena mereka mempercayai perkataan dari kerabat atau keluarganya. Kerabat atau keluarga informan mengatakan bahwa jika setelah operasi tidak boleh terlalu banyak bergerak karena takut luka jahitan robek atau lama untuk sembuh. Seperti ungkapan berikut : ...ya karena ditakut-takutin sama teman-teman juga ya kan, katanya jangan banyak bergerak ntar kan itu kan jahitannya masih basah walaupun kamu merasa sehat tapi jahitan kamu kan belum kering nanti malah robek... Perawat juga mengatakan bahwa kebanyakan pasien tidak melakukan mobilisasi dini karena pasien dan keluarganya awam mengenai mobilisasi dini, kemudian ada juga keluarga atau kerabat pasien yang bilang untuk jangan banyak bergerak dulu karena takut jahitannya robek, seperti yang diungkapkan berikut : biasanya karena pasien itu takut atau tidak paham, kebanyakan kan pasien dan keluarganya masih awam tentang mobilisasi dini, ada juga keluarga atau kerabat bilang ke pasiennya jangan banyak atau nggak

87

boleh bergerak dulu ntar takut jahitannya lepas, jadi karena pengaruh orang lain juga makanya pasien malas melakukan mobilisasi dini... Di samping keyakinan bahwa jika banyak melakukan pergerakan setelah operasi dapat menyebabkan luka jahitan tidak sembuh, informan juga mengatakan bahwa jika setelah operasi tidak boleh mengkonsumsi makanan yang amis seperti ikan, telur, dll karena dapat menyebabkan gatal pada jahitan operasi. Pernyataan tersebut diungkapkan seperti berikut : ...kalau kata orang tua dulu ya mba katanya kalau abis operasi jangan makan yang amis kaya ikan soalnya bisa bikin gatal di tempat yang abis dioperasi jadi kan kita garuk-garuk kalau gatal jadi ya nggak sembuh lukanya, katanya sih gitu ya saya mah ikutin aja... Menurut keluarga pasien bahwa menurut dokter pasien yang baru operasi boleh makan apa saja tetapi menurut keluarga tidak boleh makan ikan bandeng atau udang karena dapat menyebabkan gatal. Seperti ungkapan : kalau kata dokternya sih boleh makan apa aja, tapi kalau kata yang lain katanya nggak boleh makan ikan bandeng dan udang soalnya takut gatal di luka operasinya terus nanti jadi digaruk-garuk jadi nanti takut sakit lagi... Sedangkan menurut dokter, tidak ada larangan untuk mengkonsumsi makanan bagi pasien yang baru menjalani operasi appendectomy. Menurut dokter makanan seperti ikan dan telur justru baik untuk dikonsumsi karena banyak mengandung protein dan dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Seperti ungkapan berikut :

88

sebenarnya tidak ada makanan yang dilarang untuk pasien yang baru menjalani operasi seperti appendectomy, mungkin ada beberapa pasien yang beranggapan tidak boleh makan ini atau makan itu, hal itu disebabkan karena budaya dari pasien itu sendiri. Makanan seperti ikan atau telur itu justru baik untuk dikonsumsi karena banyak mengandung protein jadi dapat mengembalikan kondisi tubuh sehingga tidak merasa lemas dan dapat mempercepat penyembuhan luka...

10. Motivasi Informan untuk melakukan mobilissai dini Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa informan memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh, agar dapat kembali ke aktivitas sebelumnya dan dapat bekerja lagi menyebabkan informan melakukan pergerakan setelah operasi. Seperti yang diungkapkan sebagai berikut : ya, ikutin anjuran dokter aja untuk gerak, kata dokter kan kalau kitanya rajin buat gerak-gerakin badan katanya badannya enakan, sudah ngerasa pulih jadi biar sembuh dan bisa cepet pulang, terus saya bisa dagang lagi mba... motivasi saya ya saya pingin banget bisa bergerak tapi bergeraknya jangan nimbulin rasa sakit, saya pingin cepat pulang juga pingin istirahat di rumah gitu jadi pingin banget sembuh biar bisa pulang...

D. Hasil Observasi terhadap Informan Selama proses wawancara mendalam berlangsung, peneliti juga melakukan observasi terhadap informan untuk mendapatkan data yang mendukung yang mungkin tidak didapatkan pada wawancara. 1. Hasil observasi Ny. I Ny. I tidak melakukan pergerakan 6 jam setelah operasi karena Ny. I baru mulai melakukan pergerakan pada pukul 9 pagi atau kira-kira 10

89

jam setelah operasi sedangkan Ny. I mulai miring kiri miring kanan pada hari pertama setelah operasi. Saat diwawancara juga Ny. I menunjukkan bahwa ia bisa miring ke kanan akan tetapi Ny. I masih agak takut untuk miring ke kiri, Ny. I juga terlihat meringis saat miring kanan. Luka operasi Ny. I tampak belum mengering. Sampai hari ketiga Ny. I belum juga BAB atau bisa juga dikatakan Ny. I mengalami konstipasi. Perasaan takut untuk bergerak juga tampak dari wajah Ny. I. Setelah 6-8 jam setelah operasi, Ny. I tidak melakukan pergerakan dan hanya berbaring saja di tempat tidur. Ny. I tidak dibantu untuk ke kamar mandi, karena selama dirawat Ny. I tidak ke kamar mandi. Pada hari kedua setelah operasi, Ny. I sudah mulai duduk saat makan. Ny. I tidak BAB dan BAK di kamar mandi tetapi Ny. I menggunakan diapers untuk buang air.

2. Hasil observasi Tn. R Tn. R belum mulai melakukan pergerakan 6 jam setelah operasi. Hari pertama setelah operasi Tn. R baru mulai untuk miring kiri dan miring kanan. Saat ingin duduk, pasien terlihat meringis dikarenakan ada rasa nyeri pada luka operasi. Tn. R tampak menahan rasa sakit akan tetapi tetap berusaha untuk bergerak. Pada hari kedua atau ketiga pasca operasi, luka operasi Tn. R belum tampak kering. Tn. R tidak mengalami konstipasi pada hari ketiga setelah operasi, karena pada hari kedua setelah operasi pun Tn. R sudah BAB di kamar mandi. Tn.

90

R tidak terlihat takut untuk melakukan pergerakan. Tn. R tidak hanya berbaring di tempat tidur setelah 6-8 jam pasca operasi. Untuk ke kamar mandi, Tn. R masih dibantu dengan keluarga. Tn. R duduk saat ia makan, pada hari pertama memang berbaring saja di tempat tidur jika makan. Akan tetapi pada hari kedua dan ketiga Tn. R sudah mulai duduk jika akan makan. Pada hari kedua dan ketiga Tn. R BAB dan BAK di kamar mandi.

3. Hasil observasi Tn. T Tn. T tidak melakukan pergerakan pada 6 jam setelah operasi, karena 6 jam setelah operasi. Pada hari pertama setelah operasi Tn. T sudah mulai untuk miring kiri dan miring kanan. Wajah Tn. T tidak tampak meringis saat miring kiri miring kanan ataupun untuk duduk di tempat tidur. Luka operasi Tn. T belum tampak mengering pada hari kedua atau ketiga setelah operasi. Tn. T tidak mengalami konstipasi pada hari ketiga setelah operasi karena pada hari kedua setelah operasi Tn. T sudah dapat BAB. Walaupun tidak tampak meringis saat melakukan mobilisasi, Tn. T terlihat takut untuk melakukan pergerakan. Setelah 6-8 jam pasca operasi, Tn. T tidak berbaring saja di tempat tidur tetapi Tn. T mulai melakukan pergerakan seperti duduk di tempat tidur dan mulai untuk berjalan ke kamar mandi. Tn. T dibantu oleh keluarganya untuk ke kamar mandi, karena Tn. T masih takut untuk ke kamar mandi sendiri. Saat makan, Tn. T duduk di tempat tidur walaupun

91

masih disuapi oleh keluarga. Pada hari kedua dan ketiga Tn. T sudah BAB dan BAK di kamar mandi, walaupun masih dibantu oleh keluarganya.

4.

Hasil observasi Ny. W Ny. W tidak melakukan pergerakan 6 jam setelah operasi. Pada hari pertama setelah operasi, Ny. W sudah mampu untuk melakukan pergerakan seperti miring kiri miring kanan. Pada hari pertama setelah operasi, Ny. W tidak terlihat meringis saat melakukan pergerakan. Tetapi pada hari kedua setelah operasi, untuk menggerakkan kaki dan menggeser badannya saja Ny. W tampak kesakitan dan meringis. Luka operasi Ny. W belum tampak mengering pada hari kedua atau ketiga setelah operasi. Ny. W dapat dikatakan mengalami konstipasi karena sampai hari ketiga setelah operasi Ny. W belum BAB. Rasa takut sepertinya tidak dimiliki oleh Ny. W untuk melakukan pergerakan. Pada hari pertama setelah operasi saja Ny. W sudah berani untuk ke kamar mandi seorang diri tanpa dibantu oleh keluarga. Ny. W tidak berbaring saja di tempat tidur setelah 6-8 jam pasca operasi, tetapi ia banyak melakukan pergerakan seperti miring kanan miring kiri dan berjalan ke kamar mandi. Untuk ke kamar mandi, Ny. W berani untuk berjalan sendiri tanpa dibantu oleh keluarga. Ny. W duduk saat ia makan, pada hari pertama pun ia sudah mulai duduk. Untuk BAK di

92

kamar mandi, sejak hari pertama sudah BAK di kamar mandi tetapi sampai hari ketiga Ny. W belum BAB.

93

BAB VI PEMBAHASAN

1. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan yang tidak dapat dihindarkan dalam penelitian ini, antara lain : Tidak menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD) sebagai triangulasi metode karena terbatasnya informan dan kejadian operasi tidak dalam waktu yang bersamaan.

2. Pengetahuan tentang Mobilisasi Dini Setelah dilakukan penelitian, terlihat bahwa hampir semua informan baik pasien maupun keluarga tidak mengetahui mengenai mobilisasi dini terkait dengan pengertian, tujuan, tahap-tahap, dan manfaat mobilisasi dini seperti yang ditemukan oleh Nuryani (2002) bahwa faktor-faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien pasca appendectomy yaitu salah satunya karena faktor pengetahuan, yaitu pengetahuan pasien kurang mengenai mobilisasi dini sebesar 83,33%. Hal ini terlihat dari pernyataan informan yang mengungkapkan bahwa mereka tidak mengetahui mengenai mobilisasi dini karena tidak ada pengalaman sebelumnya, kurangnya fasilitas yang ada di ruang perawatan seperti

94

poster yang menggambarkan mobilisasi dini, serta adanya keyakinan informan bahwa setelah operasi tidak boleh banyak bergerak. Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa faktor yang dapa

mempengaruhi pengetahuan seesorang adalah pengalaman, tingkat pendidikan, keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. Faktorfaktor tersebut yang menyebabkan ketidaktahuan informan mengenai mobilisasi dini. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki informan kemungkinan disebabkan kurangnya informasi yang diterima oleh informan. Misalnya, setelah operasi perawat hanya menganjurkan untuk melakukan gerakangerakan seperti duduk, miring kiri miring kanan, dan berjalan tanpa menjelaskan secara lengkap apa yang dapat diperoleh dari melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian informan pasca operasi appendectomy memperoleh informasi melalui mata dan telinga. Meskipun informan telah mendapatkan informasi mengenai mobilisasi dini sebelum pelaksanaan operasi maka pengetahuan informan tersebut akan lebih baik dari yang tidak mendapatkan informasi, tetapi tergantung dari penginderaan mata dan telinga dalam memperoleh informasi tersebut. Hampir semua informan kurang mengetahui tahap-tahap atau langkahlangkah untuk melakukan pergerakan setelah operasi. Semua informan

95

melakukan pergerakan seperti miring kiri miring kanan, duduk, dan berjalan jika sudah mendapatkan instruksi dari dokter atau perawat. Pengetahuan informan mengenai tujuan dan manfaat mobilisasi dini cukup baik. Hampir semua informan mengatakan bahwa tujuan dan manfaat melakukan pergerakan setelah operasi adalah agar aliran darah dalam tubuh menjadi lancar sehingga badan tidak terasa pegal, untuk pemulihan kondisi tubuh misalnya angin yang ada dalam perut dapat keluar dan bisa memperlancar buang air kecil, kemudian agar kaki tidak terasa kaku, cepat sembuh (mempercepat proses penyembuhan), dan cepat pulang (memperpendek lama perawatan). Hal ini seperti yang terdapat dalam Garrison (2004) bahwa tujuan yang diperoleh dari mobilisasi dini yaitu memperlancar peredaran darah, memperlancar BAB dan BAK, pasien dapat kembali normal sedangkan manfaat melakukan mobilisasi dini yaitu luka operasi cepat sembuh, menghilangkan distensi abdomen, mempercepat pemulihan peristaltik usus yang ditandai dengan terjadinya flatus atau buang gas (Kozier, 2004).

3. Perilaku Pasien tentang Mobilisasi Dini Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku yang diperlihatkan oleh informan merupakan perilaku kesehatan dimana informan melakukan mobilisasi

96

dini berkaitan dengan sakit dan penyakitnya, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa hampir semua informan memiliki perilaku yang baik terhadap mobilisasi dini. Hal ini tampak dari informan mau melakukan mobilisasi dini setelah dokter atau perawat memberikan instruksi atau anjuran. Dokter atau perawat dianggap orang yang penting sehingga apa yang dikatakan oleh orang tersebut cenderung untuk dicontoh atau diikuti oleh informan seperti yang terdapat pada teori WHO dalam Notoatmodjo (2007). Menurut Teori WHO, salah satu yang menyebabkan seseorang berperilaku adalah karena adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai, dalam penelitian ini dokter atau perawat adalah orang yang dipercaya oleh informan. Selain itu, informan mengatakan bahwa karena adanya motivasi untuk segera sembuh dan cepat pulang mendorong informan untuk melakukan mobilissai dini. Hal ini sesuai dengan Handoko (1992) bahwa motivasi mempunyai peranan yang sangat besar pada tingkah laku manusia. Motivasi positif yang dimiliki informan ini mendorong informan untuk melakukan mobilissai dini demi kebaikan dirinya sendiri agar mempercepat proses penyembuhan sehingga mencapai tujuan pemulihan. Pada dasarnya motivasi dalam pelaksanaan mobilissai dini setelah operasi appendectomy melibatkan tiga komponen utama yaitu pemberi daya tingkah laku sehingga informan terdorong untuk melakukan latihan berupa mobilissai dini, dorongan tersebut dapat muncul dalam diri

97

informan karena mengetahui pentingnya pelaksanaan mobilisasi dini sehingga ada tujuan yang ingin dicapai. Pengaruh tingkah laku tersebut merupakan komponen motivasi yang kedua, sedangkan yang ketiga merupakan bagaimana motivasi yang sudah ada dalam diri informan yang mendorong untuk melaksanankan mobilisasi dini dapat dipertahankan agar informan selalu melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat proses penyembuhan setelah operasi. Di samping motivasi yang ada dalam diri informan, motivasi yang ada dalam luar diri informan juga dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dorongan dari luar yaitu berupa dukungan dari keluarga ataupun perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan dapat melakukan pergerakan seperti ke kamar mandi jika ada keluarga yang mendampingi karena tidak adanya keberanian yang dimiliki informan jika berjalan sendiri. Walaupun tanpa ditemani oleh perawat informan tetap melakukan mobilissai dini karena dapat dibantu oleh keluarga. Motivasi yang rendah juga dimiliki informan karena informan merasa perawat belum menginstruksikan dirinya untuk melakukan pergerakan membuat informan tersebut malas untuk mobilissai dini. Hal ini seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuryani menunjukkan bahwa 50% responden mempunyai motivasi yang tinggi untuk melakukan mobilissai dini karena pasien memiliki keinginan untuk sembuh, sedangkan 50% responden memiliki motivasi yang rendah terhadap mobilisasi dini karena adanya individu yang merasa kebutuhannya belum terpenuhi misalnya

98

kurangnya dukungan perawat dapat mengakibatkan ketidakpuasan dalam menerima pelayanan keperawatan dan dapat berpengaruh negatif terhadap motivasi karena dapat mengakibatkan pasien malas untuk melakukan mobilissai dini. Di samping itu, adanya rasa takut dalam diri informan jika melakukan mobilisasi dini menyebabkan jahitan luka operasi tidak sembuh membuat informan tidak melakukan mobilisasi dini. Rasa nyeri yang dirasakan informan dapat menjadi penghambat untuk mobilisasi dini, informan mengatakan bahwa jika saat melakukan pergerakan merasakan nyeri maka pergerakan itu dihentikan dan baru dilanjutkan jika nyeri sudah hilang. Sesuatu yang dirasakan informan, seperti rasa takut dan nyeri mempengaruhi informan dalam berperilaku untuk melakukan mobilisasi dini. Hal itu sama seperti yang dikemukakan Teori WHO dalam Notoatmodjo (2007) bahwa salah satu alasan seseorang berperilaku karena pemikiran dan perasaan. Informan menganggap bahwa jika setelah operasi tidak boleh terlalu banyak bergerak karena takut jahitan luka operasi tidak sembuh. Anggapan itu diperoleh informan dari kerabat atau teman berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian. Informan juga percaya dan meyakini pendapat tersebut, hal itu merupakan suatu kebudayaan dimana informan tersebut hidup sehingga dapat berpengaruh terhadap perilaku informan. Keyakinan dan kepercayaan informan membuat informan merasa takut sehingga malas untuk mobilisasi dini, hal ini juga sesuai

99

dengan Teori WHO bahwa kebudayaan dan kepercayaan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Lemahnya kondisi informan juga membuat pergerakan yang dilakukan informan terbatas dan lamban. Informan mengatakan bahwa saat hari pertama setelah operasi mampu berjalan ke kamar mandi sendiri tetapi di hari kedua karena informan merasa kondisi tubuhnya lemah maka ia tidak mampu ke kamar mandi. Hal ini membuat pergerakan informan tersebut menjadi terbatas dan berpengaruh terhadap perilaku mobilisasi dini informan, ini seperti yang terdapat dalam Teori WHO, energi yang dimiliki oleh informan juga rendah sehingga berakibat kondisi fisik informan menjadi lemah. Hal ini seperti yang terdapat dalam Kozier (1995) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan mobilisasi dini adalah tingkat energi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Dalam penelitian ini, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan informan. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Pengalaman, pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman yang diperoleh dari diri sendiri atau dari orang lain. Jika seseorang pernah mengalami kejadian yang sama maka orang tersebut akan mengetahui bagaimana harus melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini, hampir semua informan tidak mempunyai pengalaman sebelumnya tentang operasi ataupun mobilisasi dini.

100

2. Pendidikan, pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan seseorang. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak seseorang tersebut mengetahui tentang suatu hal. Seperti halnya dengan mobilisasi dini, rata-rata pendidikan informan adalah SD atau SMA, sedangkan pendidikan untuk perawat dan dokter sampai kepada jenjang sarjana. 3. Sumber Informasi, informasi berperan untuk menyediakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang harus diketahui oleh informan. Kurangnya informasi yang diterima oleh informan mengakibatkan pengetahuan informan tersebut akan mobilisasi dini juga kurang. Ada informan yang memperoleh informasi lewat papan informasi yang disediakan oleh perawat, sehingga informan tersebut sedikit tahu mengenai mobilisasi dini.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Berdasarkan uraian mengenai perilaku di atas, dalam penelitian ini ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain : 1. Pendidikan, pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar secara dewasa agar seseorang dapat mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lain dalam masyarakat dimana ia hidup. Jadi tujuan pendidikan adalah mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan.

101

2. Pengetahuan, pengetahuan seseorang dapat berasal dari pendidikan dan juga pengalaman. Seorang informan mengetahui manfaat mobilisasi dini yaitu untuk mempercepat penyembuhan maka informan tersebut akan melakukan mobilisasi. 3. Motivasi, motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang dapat menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan tertentu. Motivasi informan melakukan mobilisasi dini yaitu untuk kesembuhan dirinya, agar merasa enakan nantinya. Karena dorongan tersebut informan mau melakukan mobilisasi dini. 4. Orang yang dianggap penting, seseorang akan melakukan sesuatu jika ada orang lain yang perkataannya atau perbuatannya dianggap penting untuk dicontoh. Dokter dan perawat merupakan orang yang dianggap penting dan dapat menjadi acuan bagi informan. Informan baru melakukan mobilisasi dini setelah ada instruksi dari dokter atau perawat. 5. Sumber daya yang tersedia, maksud sumber daya yang tersedia disini yaitu energi atau tenaga yang dimiliki oleh informan. Kondisi informan yang lemah menyebabkan mobilisasi dini informan menjadi lamban atau bahkan malas untuk mobilisasi dini. 6. Kebudayaan, melakukan mobilisasi dini setelah operasi juga dipengaruhi oleh faktor budaya informan. Anggapan bahwa tidak boleh banyak melakukan pergerkan setelah operasi karena khawatir jahitan luka operasi akan terlepas masih diyakini oleh informan.

102

Akibatnya, ada juga informan yang tidak melakukan mobilisasi dini karena yakin akan hal itu. 7. Dukungan Keluarga, adanya dukungan dari seseorang yang dekat sangat membantu informan dalam melakukan mobilisasi dini. Jika informan merasa tidak mampu melakukan mobilisasi dini sendiri maka ada keluarga yang akan membantu.

103

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Informan kunci dan pendukung (keluarga) mengatakan tidak mengetahui pengertian mobilisasi dini. Menurut perawat dan dokter pengertian mobilisasi dini yaitu suatu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur 2. Sebagian informan berpendapat bahwa tujuan dari melakukan mobilisasi dini untuk memperlancar aliran darah agar darah tidak beku, dan juga mempercepat penyembuhan. 3. Sebagian besar informan kunci tidak tahu pasti mengenai tahap-tahap mobilisasi dini, mereka tahu setelah dokter atau perawat memberikan instruksi hal-hal yang boleh dilakukan. 4. Hampir sebagian kecil informan mengetahui manfaat mobilisasi dini, yaitu untuk melancarkan aliran darah, luka operasi cepat sembuh, merangsang terjadinya buang gas, melancarkan BAK, mengurangi distensi abdomen, kaki tidak terasa kaku dan pegal, serta mempercepat penyembuhan. 5. Perilaku informan untuk melakukan mobilisasi dini dapat dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, pengetahuan, motivasi, orang yang dianggap penting, sumber daya yang tersedia, kebudayaan, dan dukungan

104

keluarga. Sebagian besar informan berpendapat bahwa karena tidak tahu dan ada perasaan takut yang menyebabkan tidak melakukan mobilisasi dini, sedangkan karena motivasi yang tinggi untuk sembuh dari dalam diri informan menyebabkan informan melakukan mobilisasi dini.

B. Saran 1. Bagi Pendidikan Keperawatan Menambah waktu untuk praktikum terkait mobilisasi dini dalam mata ajar keperawatan 2. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan a. Sebaiknya petugas kesehatan khususnya perawat memberikan pendidikan kesehatan mengenai mobilisasi dini meliputi pengertian, tujuan, tahap-tahap, dan manfaat pelaksanan mobilisasi dini kepada pasien dan keluarga sebelum pasien menjalani operasi. b. Mengoptimalkan penyediaan sarana informasi mengenai mobilisasi dini yang sudah ada dengan leaflet, poster, tidak hanya pada papan informasi, tetapi juga di setiap ruang perawatan bedah. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan studi penelitian eksperimen tentang dampak mobilisasi dini pasca bedah

105

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2003 Bachtiar, A dkk. Metodologi Penelitian Kesehatan. Depok : Program Pasca Sarjana Kesmas Universitas Indonesia. 2005 Black, J.M & Esther M. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care 5th ed. Philadelphia : W.B Saunders. 1997 Craven, R.F & Constance J.H. Fundamentals of Nursing : Human Health and Function 3rd ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 2000 Depkes RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Statistik Rumah Sakit Indonesia seri 3; Morbiditas/Mortalitas Edisi 3. 2008 Hall, C.S dan G.Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Jakarta : Kanisius. 1993 Handoko, M. Motivasi : Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta : Kanisius. 1997 Hanum, A.P. Kecerdasan Emosi dan Percaya Diri Relawan NAD yang Mahasiswa. Jakarta : Skripsi Psikologi UIN. 2006 Berstatus

Hidayat, A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. 2007 Kottke, F.J,et.al. Krussens Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. Philadelphia : W.B Saunders. 1898 Kozier, B & Glenora Erb. Fundamentals of Nursing : Concepts and Procedures. California : Addison-Wesley. 1995 Kozier, B. Fundamentals of Nursing : The Nature of Nursing Practice. Canada : Prentice-Hall. 2000 Kresno, S. Aplikasi dan Metodologi Penelitian Kesehatan. Depok : FKM UI. 2006 Lauro, S & Martin, G. Medical Rehabilitation. New York : Raven Press. 1985 Long, C.B. Perawatan Medikal Bedah ; Suatu Proses Keperawatan Alih Bahasa Karnaen dkk. Bandung : Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan. 1989

106

Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. 2002 Mubarak, dkk. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto. 2009 Mubarak, H. Acute Appendicitis from Harrison's Principle of Internal Medicine 17th Ed, didownload pada tanggal 12 maret 2009 Notoadmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003 Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007 Nurdin, M.A dan Ahmad, A. Mengerti Sosioligi ; Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep Dasar. Jakarta : UIN Jakarta Press. 2006 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2008 Oswari. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : PT Gramedia. 1989 Potter, P.A. Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, Practice. Jakarta : EGC. 2005 Prahmawati, P. Faktor-Fakktor yang Mempengaruhi Lansia untuk Menerima Perubahan Fisik di RW 03 Kelurahan Pegangsaan Jakarta. Depok : Laporan Penelitian Keperawatan UI. 2001 Purwanto, B. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Dengan Perilaku Perawatan Dalam Memberikan Informasi Cara Minum Obat Kepada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSCM Jakarta Tahun 2007. Depok : Tesis FKM UI. 2007 Schrock, T.R. Ilmu Bedah = (Handbook of Surgery/Theodore R.Schrock; alih bahasa, Adji Dharma, Petrus Lukmanto, Gunawan, edisi 7). Jakarta : EGC. 1995 Sjamsuhidajat, R. & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004 Smeltzer, S.C & Brenda G.B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.1. Jakarta : EGC. 2001 Smeltzer, S.C & Brenda G.B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol.2. Jakarta : EGC. 2001

107

Yusuf, S. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. 2008 ________.Pentingnya Bergerak Pasca Operasi. www.cetrione.blogspot.com di download pada tanggal 12 Maret 2009

Lampiran 1 LEMBAR CHECK LIST (OBSERVASI) NO 1 2 VARIABEL Apakah pasien mulai melakukan gerakan 6 jam setelah operasi? Apakah pasien miring kanan miring kiri pada hari pertama setelah operasi atau 68 jam setelah operasi? Apakah pasien terlihat meringis saat mobilisasi dini? Apakah luka operasi tampak kering pada hari kedua atau ketiga setelah operasi? Apakah pasien mengalami konstipasi saat BAB pada hari ketiga setelah operasi? Apakah pasien terlihat takut melakukan mobilisasi dini? saat YA TIDAK

3 4 5

6 7

Apakah pasien berbaring saja di tempat tidur setelah 6 sampai 8 jam pasca operasi? Apakah pasien dibantu ke kamar mandi? Apakah pasien duduk saat makan pada hari kedua dan ketiga setelah operasi? Apakah pasien BAB dan BAK di kamar mandi pada hari kedua dan ketiga setelah operasi?

8 9 10

Lampiran 2 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 19 dan 20 November 2009 : 10.00-10.15 dan 10.30-11.00 : Ruang 405

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Ny. I : 49 tahun : Perempuan : SD

C. Tingkat Pengetahuan 1. Apakah Bapak/Ibu sebelum operasi diberikan informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Siapakah yang memberikan informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang Bapak/Ibu peroleh? 2. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? 3. Menurut Bapak/Ibu, perlukah mobilisasi dini dilakukan setelah operasi? Alasannya? 4. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang diperoleh dari melakukan mobilisasi dini setelah operasi?

5. Menurut Bapak/Ibu, kapan pasien setelah operasi diperbolehkan untuk bergerak? 6. Menurut Bapak/Ibu, gerakan pertama apa yang boleh dilakukan setelah pasien menjalani operasi? 7. Menurut Bapak/Ibu, kapan Bapak/Ibu diperbolehkan untuk berjalan? 8. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari kedua setelah operasi? 9. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari ketiga setelah operasi?

D. Perilaku 1. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? 2. Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? 3. Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? Probing : a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu mau melakukan mobilisasi dini? 4. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan miring kanan? 6. Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? 7. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda?

8. Ketika

Bapak/Ibu

melakukan

mobilisasi

dini,

adakah

perawat

yang

mendampingi/membantu? 9. Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 10. Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? 11. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 12. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? 13. Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apa yang membuat anda merasa senang? 14. Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Jika ada, Apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini?

b. Jika tidak ada, Apakah melakukan mobilisasi dini?

15. Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 21 dan 23 November 2009 : 10.15-10.45 dan 10.30-10.50 : Ruang 403

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Tn. R : 20 tahun : Laki-laki : SD

C. Tingkat Pengetahuan 1. Apakah Bapak/Ibu sebelum operasi diberikan informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Siapakah yang memberikan informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang Bapak/Ibu peroleh? 2. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? 3. Menurut Bapak/Ibu, perlukah mobilisasi dini dilakukan setelah operasi? Alasannya? 4. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang diperoleh dari melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Menurut Bapak/Ibu, kapan pasien setelah operasi diperbolehkan untuk bergerak?

6. Menurut Bapak/Ibu, gerakan pertama apa yang boleh dilakukan setelah pasien menjalani operasi? 7. Menurut Bapak/Ibu, kapan Bapak/Ibu diperbolehkan untuk berjalan? 8. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari kedua setelah operasi? 9. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari ketiga setelah operasi?

D. Perilaku 1. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? 2. Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? 3. Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? Probing : a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu mau melakukan mobilisasi dini? 4. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan miring kanan? 6. Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? 7. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? 8. Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu?

9. Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 10. Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? 11. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 12. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? 13. Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apa yang membuat anda merasa senang? 14. Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Jika ada, Apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini?

b. Jika tidak ada, Apakah melakukan mobilisasi dini?

15. Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 25 dan 26 November 2009 : 14.00-14.25 dan 10.15-11.00 : Ruang 403

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Tn. T : 39 tahun : Laki-laki : SD

C. Tingkat Pengetahuan 1. Apakah Bapak/Ibu sebelum operasi diberikan informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Siapakah yang memberikan informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang Bapak/Ibu peroleh? 2. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? 3. Menurut Bapak/Ibu, perlukah mobilisasi dini dilakukan setelah operasi? Alasannya? 4. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang diperoleh dari melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Menurut Bapak/Ibu, kapan pasien setelah operasi diperbolehkan untuk bergerak?

6. Menurut Bapak/Ibu, gerakan pertama apa yang boleh dilakukan setelah pasien menjalani operasi? 7. Menurut Bapak/Ibu, kapan Bapak/Ibu diperbolehkan untuk berjalan? 8. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari kedua setelah operasi? 9. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari ketiga setelah operasi?

D. Perilaku 1. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? 2. Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? 3. Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? Probing : a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu mau melakukan mobilisasi dini? 4. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan miring kanan? 6. Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? 7. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? 8. Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu?

9. Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 10. Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? 11. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 12. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? 13. Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apa yang membuat anda merasa senang? 14. Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Jika ada, Apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini?

b. Jika tidak ada, Apakah melakukan mobilisasi dini?

15. Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 28, 29, dan 30 November 2009 : 10.20-10.45, 10.30-11.00, 12.30-13.10 : Ruang 402

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Ny. W : 27 tahun : Perempuan : SMA

C. Tingkat Pengetahuan 1. Apakah Bapak/Ibu sebelum operasi diberikan informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Siapakah yang memberikan informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang Bapak/Ibu peroleh? 2. Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? 3. Menurut Bapak/Ibu, perlukah mobilisasi dini dilakukan setelah operasi? Alasannya? 4. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang diperoleh dari melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Menurut Bapak/Ibu, kapan pasien setelah operasi diperbolehkan untuk bergerak?

6. Menurut Bapak/Ibu, gerakan pertama apa yang boleh dilakukan setelah pasien menjalani operasi? 7. Menurut Bapak/Ibu, kapan Bapak/Ibu diperbolehkan untuk berjalan? 8. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari kedua setelah operasi? 9. Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari ketiga setelah operasi?

D. Perilaku 1. Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? 2. Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? 3. Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? Probing : a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu mau melakukan mobilisasi dini? 4. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 5. Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan miring kanan? 6. Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? 7. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? 8. Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu?

9. Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 10. Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? 11. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? 12. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? 13. Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apa yang membuat anda merasa senang? 14. Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Jika ada, Apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini?

b. Jika tidak ada, Apakah melakukan mobilisasi dini?

15. Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini?

Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (KELUARGA PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 19 November 2009 : 13.35-14.05 WIB : Ruang 405

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Nn. S : 25 tahun : Perempuan : SMK

1. Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? 2. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? 3. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? 4. Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini?

5. Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri? 6. Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? 7. Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? 8. Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apakah pasien merasa takut? b. Apakah pasien merasa senang? 9. Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? 10. Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? 11. Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? 12. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? 13. Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (KELUARGA PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 21 November 2009 : 11.30-12.05 WIB : Ruang Tunggu Pasien

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : An. H : 16 tahun : Laki-laki : SMA

1. Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? 2. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? 3. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? 4. Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? 5. Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri?

6. Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? 7. Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? 8. Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apakah pasien merasa takut? b. Apakah pasien merasa senang? 9. Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? 10. Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? 11. Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? 12. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? 13. Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (KELUARGA PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 26 November 2009 : 12.15-13.00 WIB : Ruang Tunggu Pasien

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Tn. I : 22 tahun : Laki-laki : SMK

1. Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? 2. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? 3. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? 4. Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? 5. Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri?

6. Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? 7. Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? 8. Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apakah pasien merasa takut? b. Apakah pasien merasa senang? 9. Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? 10. Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? 11. Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? 12. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? 13. Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya?

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (KELUARGA PASIEN)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 29 November 2009 : 13.05-14.10 WIB : Ruang 402

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Tn. J : 29 tahun : Laki-laki : SMA

1. Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? 2. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? 3. Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? 4. Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? 5. Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri?

6. Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? 7. Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? 8. Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Apakah pasien merasa takut? b. Apakah pasien merasa senang? 9. Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? 10. Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? 11. Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? 12. Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? 13. Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya?

Lampiran 4 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (PERAWAT)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 19 November 2009 : 12.30-12.50 WIB : Ruang Konsultasi

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : Ns. S : 35 tahun : Laki-laki : S1 Keperawatan

I. Data tentang Mobilisasi Dini 1. Apakah perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai mobilisasi dini sebelum tindakan operasi? 2. Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien mengenai mobilisasi dini? 3. Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dari mobilisasi dini? 4. Menurut Bapak/Ibu apa manfaat yang diperoleh pasien dari melakukan mobilisasi dini?

5. Komplikasi apa saja yang mungkin timbul pada pasien pasca operasi appendectomy akibat tidak melakukan mobilisasi dini? 6. Komplikasi apa yang sering/paling banyak terjadi akibat tidak melakukan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi appendectomy? 7. Berapa lama rata-rata hari rawat pasien pasca operasi appendectomy? 8. Mobilisasi dini seperti apa yang dianjurkan untuk pasien pasca operasi appendectomy? 9. Apa yang dilakukan perawat untuk membantu pasien melakukan mobilisasi dini? 10. Apakah perawat membantu pasien untuk melakukan mobilisasi dini? 11. Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien yang tidak melakukan mobilisasi dini? 12. Apa yang menyebabkan pasien tidak melakukan mobilisasi dini? 13. Apa yang menyebabkan pasien merasa takut untuk melakukan mobilisasi dini? 14. Apa yang perawat lakukan untuk menenangkan pasien tersebut? 15. Kapan pasien pasca bedah appendectomy diperbolehkan untuk mulai melakukan mobilisasi dini?

Lampiran 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN PENDUKUNG (DOKTER)

A. Identitas Pewawancara 1. Nama Pewawancara 2. Tanggal Wawancara 3. Waktu Wawancara 4. Tempat Wawancara : Rizka Rismalia : 4 Desember 2009 : 11.30-13.00 WIB : Poli Bedah Minor

B. Identitas 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Pendidikan : dr. W : 33 tahun : Perempuan : S2

Data tentang Mobilisasi Dini 1. Perlukah mobilisasi dini dilakukan untuk pasien pasca operasi appendectomy? 2. Apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? 3. Manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini setelah operasi appendectomy? 4. Dampak apa yang diperoleh jika pasien tidak melakukan mobilisasi dini setelah operasi appendectomy?

5. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi jika pasien pasca operasi appendectomy tidak melakukan mobilisasi dini? 6. Pasien seperti apa yang diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah operasi? 7. Kapan sebaiknya pasien mulai untuk melakukan mobilisasi dini? 8. Mobilisasi dini seperti apa yang dianjurkan untuk dilakukan pasien pasca operasi appendectomy? 9. Adakah makanan atau minuman yang dilarang untuk dikonsumsi pasien pasca operasi appendectomy? a. Jika ada, Makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi? Mengapa makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi?

10. Apakah ada diet khusus bagi pasien pasca operasi appendectomy? a. Jika ada, Diet yang seperti apa yang harus diikuti? Mengapa diet itu penting untuk dilakukan pasien pasca operasi appendectomy? 11. Adakah perbedaan mobilisasi dini yang dilakukan pada pasien pasca operasi appendectomy dengan pasien pasca operasi lainnya?

Lampiran 6 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Selamat pagi/siang/sore Bapak/Ibu, perkenalkan nama saya Rizka Rismalia mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sedang melakukan penelitian di RSUP Fatmawati dalam rangka menyelesaikan tugas akhir. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu atas kesediaan Bapak/Ibu. Saya di sini bermaksud untuk memperoleh penjelasan/pengalaman dari Bapak/Ibu mengenai Mobilisasi Dini atau pergerakan setelah operasi. Saya mohon Bapak/Ibu dapat memberikan penjelasan dan pendapat apa yang Bapak/Ibu rasakan. Saya tidak akan menilai jawaban Bapak/Ibu karena jawaban Bapak/Ibu tidak ada yang benar dan salah. Partisipasi Bapak/Ibu sangat penting tetapi saya tidak akan memaksa jika Bapak/Ibu tidak bersedia. Selama wawancara berlangsung, saya akan mencatat dan merekam apa yang Bapak/Ibu katakan. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada penjelasan yang terlewat. Proses wawancara ini berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Data dan Identitas Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Bila Bapak/Ibu bersedia, saya mohon Bapak/Ibu menandatangani surat pernyataan ini dan akan dilanjutkan dengan wawancara. Setelah membaca surat pernyataan ini, saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa dipaksa dari pihak manapun. Jakarta, November 2009 Informan

Nama Jelas

Peneliti

Hasil Wawancara tentang Perilaku pada Informan Kunci (Pasien) a. Hasil wawancara dengan Ny. I (49 tahun) Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? ya...saya seh ikutin aja apa kata dokter, kalau dokternya nyuruh saya untuk makan ya saya makan terus kalau disuruh minum obat ini ya saya minum terus kalau disuruh gerak-gerak ya saya ikutin, tadi dokternya sudah datang katanya sudah boleh gerak-gerakin kaki sama miring ke kiri miring ke kanan...ya saya ikutin buat coba miring-miring ke kiri sama ke kanan,,,kan dokter yang lebih tahu kondisi saya jadi ya saya nurut aja apa kata dokter... Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? saya takut...karena kan luka operasinya masih baru jadi takut robek lagi, takut ada yang lepas... Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? iya mba ada rasa takut waktu saya coba buat gerak-gerak...ya yang saya takutin ya itu takut luka operasinya nggak sembuh, kan baru banget dioperasi jadi takut jahitannya lepas.. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? tadi sekitar jam 9an atau 10an saya sudah bisa gerak-gerakin kaki sama miring ke kiri miring ke kanan, soalnya tadi perawatnya bilang suruh miringmiring...jadi ya kalau dihitung-hitung sekitar 10 jam abis operasi saya baru bisa gerak-gerakin kaki. Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan mirig kanan? pas tadi dokter datang kan sudah dibolehin buat gerak-gerakin kaki sama miring ke kiri miring ke kanan, nah saya coba ikutin tapi baru bisa miring ke kiri aja kalau miring ke kanan belum berani kan jahitannya di kanan...sampe sekarang seh baru 3 kali miringnya..

Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? paling ditemenin sama anak saya yang besar soalnya dari kemarin kan dia yang nganter dan nungguin saya tapi nggak terus-terusan sama dia kan dia juga harus ngurus administrasi, kadang-kadang sama kakak saya...jadi kalau saya mau miring ke kiri kalau nggak kuat atau mau muntah anak saya atau kakak saya yang bantuin..tapi kadang-kadang saya sendiri juga bisa Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? yang saya lakuin paling cuma gerakain kepala (menggeser kepala), jadi cuma kepalanya aja yang digeser... Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu? nggak ya...perawat cuma datang dan nganjurin buat gerak-gerak aja, lagian kan disini ada kakak saya dan anak saya yang nunggu jadi mereka yang bantuin.. Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? ya...kalau saya paling minta bantuin sama anak saya atau kakak saya buat miring-miring, tapi nggak selalu minta bantuin kalau saya bisa sendiri ya saya gerakin aja sendiri.. Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? saya kan operasi jam 11 malam terus baru mulai gerakin kaki ya tadi sekitar jam 9an.. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? kalau nyeri ada seh tapi nggak begitu nyeri...cuma kalau mau duduk masih kurang nyaman aja kaya ada yang ganjel gitu, terus agak ngeri juga jahitannya...paling terasa pusing aja kalau duduk. Tapi kalau lagi duduk atau gerak-gerakin badan ada terasa nyeri ya saya nggak lanjutin paling saya tiduran lagi atau istirahat dulu sampe nyerinya hilang..

Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? perasaan saya...ya ada rasa takut dan ngeri juga karena kan jahitannya masih baru jadi kalau kebanyakan gerak takut lepas, terus ada juga senangnya soalnya badan sudah bisa digerakin kan kata dokter kalau sudah bisa digerakin berarti sudah mulai pulih dan bisa pulang... Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? (Probing : Apa yang membuat anda merasa senang?) iya senang mba,,,ya kaya tadi yang saya bilang, kata dokter kalau saya sudah bisa gerakin badan berarti saya sudah mulai pulih dan bisa cepat pulang soalnya saya nggak betah disini lama-lama, kepikiran anak saya yang masih sekolah di rumah... Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Jika ada, apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini? b. Jika tidak, apakah melakukan mobilisasi dini? sebenarnya nggak ada seh mba, cuma takut dan ngeri aja jadi kalau sudah nggak takut baru digerak-gerakin lagi tapi kalau ngerasa nyeri dan takut ya tiduran lagi... Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? ya, biar saya cepat sembuh aja jadi biar cepat pulang...

b. Hasil wawancara dengan Tn. R (20 tahun) Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? kalau saya ikutin aja aturan dokter, kalau disuruh minum obat ya saya minum...

Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? waktu itu yang saya rasain masih sakit perut saya, mungkin karena baru aja dioperasi, terus kepala saya juga sakit waktu mulai gerak-gerakin kaki dan miring kiri miring kanan... Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? c. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? d. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? nggak ada mba, saya nggak ngerasa takut buat bergerak soalnya kalau saya bakal ngelakuin apa aja untuk sembuh.. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? tadi seh sekitar jam 8an saya mulai gerak-gerakin kaki padahal saya operasi jam 9 malam tapi saya baru bisa gerak-gerakin tadi pagi jam 8, saya disuruh juga miring kiri dan miring kanan terus saya ikutin juga jadi saya sudah berani miring kiri miring kanan... Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan miring kanan? nggak begitu sering seh mba, baru 2 kali saya miring ke kiri dan miring ke kanan.. Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? saya di sini ditemani sama adik dan bapak saya, kalu mau miring ke kiri ke kanan seh sendiri juga saya bisa tapi kalau duduk atau ke kamar mandi saya ditemanin sama bapak... Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? saya paling cuma tiduran aja atau miring-miring aja tapi kalau ke kamar mandi kalau nggak ditemani saya nggak berani soalnya masih ngerasa pusing jadi takut jatuh...kalau jalan aja masih belum tegak masih agak bungkuk karena kan masih sakit Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu?

nggak ada, nggak dibantu sama perawatnya tapi dibantu sama bapak atau adik, kalau ibu yang jaga ya dibantu sama ibu Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? kalau perawatnya nggak bantuin ya nggak apa-apa, saya bisa gerak-gerakin sendiri atau kan bisa dibantu sama bapak Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? kan saya baru mulai gerak-gerakin kaki sama miring-miring jam 8an, tadi malam operasi jam 9 berarti kurang lebih 11 jam abis operasi saya baru mulai gerak-gerak.. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? kalau nyeri atau ngerasa sakit kepala paling saya tiduran doang, kan sakit kepalanya atau nyerinya kalau abis ngelakuin gerakan kaya berdiri, abis jalan, lama kelamaan jadi sakit..kan kalau kelamaan juga sakit..terus kalau pusing gitu paling saya duduk tapi tempat tidurnya agak ditinggiin... Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? ya senang aja mba udah bisa gerak-gerakin badan, paling kadang-kadang suka ngerasa sakit aja di luka operasinya ya kaya nyeri gitu... Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? (Probing : Apa yang membuat anda merasa senang?) ya, senang banget karena udah bisa digerak-gerakin dan udah bisa pulang, kalau saya kan kalau untuk sembuh apa aja saya lakuin apalagi kalau kata dokter disuruh gerak-gerakin terus duduk biar cepet sembuh ya saya ikutin jadi biar saya bisa cepat pulang... Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : a. Jika ada, apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini? b. Jika tidak, apakah melakukan mobilisasi dini?

paling agak susah digerakin aja waktu awalnya terus sama di luka operasinya soalnya kalau untuk nurunin kaki kalau mau jalan masih agak sakit tapi saya tetap maksain diri buat gerakin, tetap ngelakuin walaupun ngerasa susah... Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? biar cepat sembuh dan bisa pulang ke rumah terus biar bisa kerja lagi...

c. Hasil wawancara dengan Tn. T (39 tahun) Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? ya, kalau saya mah gimana yang ngerawat di sini aja, ikutin aja apa petunjuk dokter di sini kalau di suruh minum obat ya saya minum obat terus kalau disuruh gerak-gerak ya saya ikutin untuk gerak-gerak... Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? waktu pertama kali saya gerakin kaki yang saya rasain masih agak kaku aja belum bisa angkat kaya gini (menunjukkan sambil mengangkat dan menekuk kaki) jadi masih kaya patung...tapi udah ngerasa senang juga udah bisa digerakin soalnya tadi malam kan belum bisa digerakin sama sekali Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? ya ada, agak takut-takut juga, karena kalau banyak gerak takut ininya (sambil menunjuk ke luka operasi) jahitannya berubah jadi takut jahitannya robek.. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? ya sekitar jam 10an saya sudah mulai angkat kaki atau saya gerak-gerakin... Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan mirig kanan? udah sering seh mba, tapi saya nggak tahu sudah berapa sering soalnya nggak saya itungin..

Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? dari pertama saya masuk ke rumah sakit sih ditungguin sama keponakan saya, tapi sekarang lagi gantian sama istri saya, keponakan saya juga bantu kalaukalau saya mau miring atau mau ke kamar mandi, dia bantu pegangin infus... Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? kalau nggak ada yang bantuin ya saya tiduran aja paling miring-miring aja di tempat tidur, kalau ke kamar mandi nggak berani sendiri soalnya masih ada rasa takut juga... Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu? nggak, perawat nggak bantu...paling cuma periksa aja..paling saya dibantu keponakan atau istri saya kalau sendiri belum berani karena masih sakit jadi masih ada rasa-rasa takut gitu namanya juga jahitan baru... Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? ya saya istirahat aja, tiduran, makan, kalau nggak betah saya miring-miring aja... Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? jam 10an saya mulai berani gerakin kaki jadi sekitar 12 jam abis operasi saya baru berani.. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? kalau nyeri saya nggak berani buat jalan mba, paling ya buru-buru duduk aja, duduk juga kalau kelamaan masih ada rasa ngilu ya kaya ada rasa bengkak atau memar aja gitu mba, kalau nggak duduk ya saya tiduran aja di tempat tidur... Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? rasanya ya agak kaku aja mba waktu pertama gerakin kaki tapi senang juga sudah bisa gerak tapi belum berani buat banyak gerak mba takut jahitannya lepas kan masih baru...

Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? (Probing : Apa yang membuat anda merasa senang?) ya senang sih mba karena ya ada perubahan soalnya tadinya nyeri banget waktu sebelum operasi gimana nantinya, ada rasa takut juga, nggak tahu dibius kaya gimana semalam aja nggak ngerasa apa-apa terus kedinginan juga di ruang operasi...jadi nggak tahu juga di dalam kamar operasi kaya gimana, niy aja baru bisa angkat kakinya ya senang bisa angkat kaki jadi nggak kaku dan nggak pegel mba, kalau diem aja kan pegel... Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : c. Jika ada, apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini? d. Jika tidak, apakah melakukan mobilisasi dini? nggak ada sih mba, paling kadang-kadang kerasa nyeri atau takut tapi ya saya tetap gerakin kaki atau miring-miring abisnya nggak betah juga mba kalau di tempat tidur aja... Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? ya ikutin anjuran dokter aja untuk gerak, kata dokter kan kalau kitanya rajin buat gerak-gerakin badan katanya badannya enakan, dah ngerasa pulih jadi biar sembuh dan bisa cepet pulang, biar saya bisa dagang lagi mba...

d. Hasil wawancara dengan Ny. W (27 tahun) Usaha apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? saya ikutin instruksi dokter aja, kalau disuruh makan ya makan, minum obat ya saya minum ya bagaimana baiknya aja lah... Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? ya saya pikir saya sudah sehat aja gitu jadi tinggal nunggu luka kering aja cuma tinggal nunggu kencing aja gitu jadi ya saya pikir sudah nggak ada lagi keluhan gitu eh nggak tahunya malah bikin saya lemah kaya gini, saya mah lemahnya tuh sekarang tapi setiap saya tanya jawabnya itu katanya proses, saya juga kan mau berbuat apa, sakit kaya gini kan juga saya nggak tahan...

Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Bapak/Ibu? a. Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? b. Jika Tidak, apa alasan Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? ya pasti takut ya mba, pertama yang saya takutin itu karena ini baru dioperasi ya mba jadi takut robek gitu, selain itu ditakut-takutin juga sama teman-teman juga ya kan, katanya jangan banyak bergerak ntar kan itu kan jahitannya masih basah walaupun kamu ngerasa sehat tapi jahitan kamu kan belum kering, cuma karena luka itu nggak sakit makanya saya berani gerak gitu, saya kan orang awam baru ngerasain kaya gini jadi bener-bener awam... Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? kan ini belum pulih ya kakinya, pagi juga belum bereaksi terus siang-siangnya jam berapa tuh ya sekitar jam 10an atau jam 11an udah mulai bisa bergerak, diperiksa kan yang datang lain-lain ya, yang satu nyuruh miring kanan miring kiri ya udah saya ikutin aja... Berapa sering Bapak/Ibu miring kiri dan mirig kanan? ya, sudah sering mba...nggak tahu juga sudah berapa kali, pokoknya sudah sering.. Siapa yang menemani Bapak/Ibu untuk melakukan mobilisasi dini? suami, tapi saya untuk gerak-gerak gitu sendiri juga saya berani, kuat saya mah sendiri..makan aja orang-orang mah pada disuapin tapi kalau saya makan sendiri aja orang nggak ada rasa apa-apa... Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? saya sih nggak masalah, orang jalan aja sendiri ke kamar mandi juga nggak apa-apa... Ketika Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu? nggak ada mba, paling cuma periksa atau nganjurin kita untuk gerak-gerak aja...

Jika perawat tidak mendampingi Bapak/Ibu dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? kalau saya mau ke kamar mandi ya saya jalan aja sendiri walau nggak dibantu sama perawat atau suami saya, terus kalau mau istirahat ya saya tiduran aja di tempat tidur... Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? berapa jam ya mba,,,kira-kira 12 jam setelah operasi lah saya baru mulai bergerak... Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? ya kaya tadi aja mba saya kalau nyeri pegangan buat bergerak ya miring kanan miring kiri sambil nahan sakit (menunjukkan wajah meringis) kalau sakit ya pokoknya saya cari posisi enak aja deh...biar nggak tegang gitu...jadi walaupun nyeri masih saya tahan aja tapi pelan-pelan bergeraknya... Bagaimana perasaan Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? ya begitu mba, ngerasa enakan aja gitu karena kalau diam aja kayanya badan pada tegang, jadi saya suka cari posisi enak aja mba biar nyaman... Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? (Probing : Apa yang membuat anda merasa senang?) ya mba pasti ada rasa senang, soalnya saya merasa sudah pulih mba, ngerasa enakan aja gitu, itu yang bikin saya ngerasa senang... Hambatan apa yang Bapak/Ibu alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : c. Jika ada, apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini? d. Jika tidak, apakah melakukan mobilisasi dini? ya ada, paling hambatannya di rasa nyeri mba...kalau lagi datang nyerinya ya kaya tadi mba saya pegangan dulu sambil saya tahan aja terus bergeraknya pelan-pelan...

Apa motivasi Bapak/Ibu melakukan mobilisasi dini? motivasi saya ya saya ingin pingin banget bisa bergerak tapi bergeraknya jangan nimbulin rasa sakit, saya pengen cepet pulang juga pingin istirahat di rumah gitu jadi pengen banget cepet sembuh biar bisa pulang...

Hasil Wawancara dengan Informan Pendukung (Keluarga Pasien) a. Hasil wawancara dengan Nn. S (Keluarga Ny. I) Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : c. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? d. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? kalau sebelumnya nggak pernah, cuma waktu teman saya jenguk ibu dia ngasih tahu kalau nanti udah enakan miring kiri, miring kanan, saya tanya tahunya dari mana katanya ada di mading depan, ya sudah saya lihat ke mading depan ternyata ada, di situ di kasih tahu jika sudah enakan lakukan gerakan miring kiri miring kanan terus coba buat duduk sama jalan, soalnya buat melancarkan aliran darah biar darahnya nggak beku...itu aja mba Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? jujur ya mba karena ini pengalaman pertama nganter ibu ke rumah sakit...sekalinya nganter tau-tau ibu disuruh operasi, jadi nggak tahu apa itu pergerakan setelah operasi karena ini pengalaman pertama banget... Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? ya...itu seperti yang saya baca di mading depan manfaatnya untuk ya biar darah nggak beku, melancarkan peredaran darah, untuk apa lagi ya mba saya lupa tapi yang saya ingat dari baca di mading ya untuk itu... Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? saya yang nemenin...jadi gini saya memang dari awal belum pulang-pulang ke rumah tapi kadang kalau saya harus ngurus-ngurus administrasi jadi saya harus ninggalin ibu saya untuk beli makanan, jadi saya nggak tahu pasti ibu saya melakukan pergerakan itu dengan siapa tapi saya pernah bantu ibu juga, saya pernah lihat ibu saya itu miring kanan miring kiri terus gerak-gerakin kaki juga... Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri? mungkin sekitar jam 11an, itu pertama kali... Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? sampai saat ini sih ibu saya cuma gerak-gerakin kaki aja sama miring kanan miring kiri jadi belum berani jalan katanya tempat tidurnya ketinggian, ngeri turunnya katanya...

Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? kira-kira 11 jam yang lalu ibu saya mulai gerak-gerak... Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : nggak ada keluhan apa-apa, mungkin yang dikeluhin mual tapi kata perawatnya dijelasin itu efek dari pembiusan... c. Apakah pasien merasa takut? ya, ibu bilang masih takut-takut buat bergerak soalnya kalau banyak bergerak takut jahitannya robek, gitu katanya... d. Apakah pasien merasa senang? kalau dibilang senang sih gimana ya kalau soal perasaan mah, agak-agak sedikit takut ya kan karena baru dioperasi tapi harus mencoba untuk miring kanan miring kiri karena kan takut jahitannya lepas ata karena takutnya gitu, perasaan itu seh mungkin bukan karena senangnya tapi karena lahamdulillah sudah dioperasi... Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? ya...kita sih nggak maksain ibu harus gerak terus kalau emang ibunya lagi nggak mau ya biarin aja istirahat dulu... Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? kalau ibu ngerasain nyeri waktu gerak, ya paling kita bilangin kalau emang nyeri istirahat aja dulu nggak usah gerak-gerak dulu, tunggu nyerinya sampe hilang... Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? ya...paling saya dan keluarga yang lainnya cuma ngingetin, Ma, kalau makan tuh makannya harus rutin, terus sama ikutin saran dokter aja jangan sampe makannya udah dikasih tapi nggak dihabiskan padahal makan itu bagus untuk tubuh biar nggak lemas, dan yang pasti kita selalu berdoa...

Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? yang saya baca di mading depan sih penting soalnya untuk melancarkan peredaran darah biar darahnya nggak beku lagi, saya juga cuma tahu itu aja sih belum tahu yang detailnya, tahunya juga pas disini... Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya? kalau kata dokternya sih boleh makan apa aja, tapi kalau kata yang lainnya katanya nggak boleh makan ikan bandeng sama udang soalnya takut gatal di luka operasinya terus nanti takut digaruk-garuk jadi nanti takut sakit lagi...

b. Hasil wawncara dengan An. H (Keluarga Tn. R) Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : nggak, nggak pernah... a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? nggak tahu mba... Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? biar nggak kaku aja, ehm...itu kali mba, tapi saya nggak tahu lagi...

Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? kadang-kadang saya yang bantuin kalau saya lagi nunggu abang, tapi kalau nggak ya paling dibantuin sama bapak soalnya bapa juga gantian nunggu... Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri? kira-kira tadi sekitar jam 9 udah mulai gerak-gerakin...

Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? kalau kemarin (hari pertama) belum berani, tapi hari ini (hari kedua) abang dah jalan ke kamar mandi... Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? kalau nggak salah 10 jam setelah operasi...eh, 11 jam deh kan dioperasi jam 9 terus baru mulai gerak jam 9 berarti 11 jam... Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : abang sih nggak bilang apa-apa waktu itu paling nyeri dikit... a. Apakah pasien merasa takut? nggak sih mba, abang nggak bilang kalau takut... b. Apakah pasien merasa senang? kalau senang ya paling ada soalnya kan udah bisa gerakin jadi nggak kaku lagi... Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? ya dibiarin aja nggak usah dipaksain, biar aja tiduran dulu sambil saya seka keringatnya... Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? ya...ngeliatin aja, pingin bantuin takut repot kan lagi sakit, takut salah pegang... Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? ya berdoa sama kasih semangat biar dia cepet sembuh... Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? penting sih, supaya cepet sembuhlah...itu aja

Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya? apa ya...nggak ada sih mba tapi paling katanya nggak boleh makan yang pedes soalnya kan ususnya baru dioperasi takut belum pulih banget takut kambuh lagi...

c. Hasil wawncara dengan Tn. I (Keluarga Tn. T) Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : nggak, belum pernah soalnya baru ini pertama kali ngalamin ada keluarga yang dioperasi... a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? kalau disuruh ngejelasin saya bingung mba, nggak tahu mau jelasin apa soalnya saya kurang tahu apa itu pergerakan setelah operasi...paling kalau ngelakuin pergerakan setelah operasi bisa bikin badan nggak kaku...itu kali ya mba Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? ya...mungkin biar badannya nggak kaku aja kali Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? kalau nggak saya, tante (istri om), soalnya kalau nggak dibantuin ke kamar mandi soalnya takut jatuh kan di kamar mandi licin jadi sambil bantu pegangin infus... Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri? om kan sadar kira-kira jam 2 malam itu udah mulai mau bicara terus paginya sekitar jam 10an baru gerakin tangan terus agak siangan sekitar jam 11an udah bisa miring tapi masih sakit...

Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? baru hari ini (hari kedua post op) om berani jalan, tapi jalannya ke kamar mandi aja... Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? ya jam 10 pagi abis operasi baru berani gerak-gerak...ya sekitar 12 jam setelah operasi lah... Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : ya,,,dia sih agak takut buat gerakin... a. Apakah pasien merasa takut? ya, dari awal sih emang agak takut soalnya kan dia elum dikasih tahu sama dokternya, pertama dia mau miring emang agak takut pas dokternya bilang udah miringin aja ke kanan terus dia miring, kalau takut sih mungkin jahitannya atau dadanya sakit, mungkin takut sakit itu...

b. Apakah pasien merasa senang? ya...ada soalnya udah nggak kaku atau pegal lagi badannya katanya dah gitu hari ini juga udah boleh pulang jadi dah agak baikan... Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? ya saya nggak bisa maksain buat gerak terus kan kasihan sapa tau mau istirahat kan kecapean, ya biarin aja lah...paling cuma bilang ya sabar aja ya om... Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? ya dielus-elus aja sambil dipijetin kakinya terus sambil bilang sabar aja ya om... Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? ya...paling kita ngedoain aja...

Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? ya penting juga kan kalau dia diam aja trus badannya kaku kan dia mungkin jadi agak lebih lama lagi tinggal di sini, jadi biar cepet sembuh... Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya? nggak ada sih...kayanya kalau itu nggak ada larangan, jadi ngikutin dokter aja jadi kalau dokternya nyuruh makan ini atau nggak boleh makan itu ya...diikutin aja...

d. Hasil wawancara dengan Tn. J (Keluarga Ny. W) Pernahkah keluarga mendapat informasi mengenai mobilisasi dini? Probing : belum pernah dengar saya, baru in aja saya tahu... a. Dari mana keluarga mendapat informasi tersebut? b. Informasi apa saja yang diperoleh mengenai mobilisasi dini? Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini itu? duh...kurang tahu juga ya mba, soalnya nggak pernah denger sih tentang pergerakan setelah operasi... Menurut Bapak/Ibu manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini? ya...menurut saya sih ada manfaatnya juga, untuk apa ya...supaya dia nggak kaku aja badannya...apa lagi sih saya bingung juga... Siapa yang menemani/membantu pasien saat melakukan mobilisasi dini? ya...kadang-kadang saya yang nemenin atau bantuin dia kalau mau ke kamar mandi, takut dia jatuh...tapi dia kadang nggak mau malah dia ke kamar mandi sendiri... Kapan pasien pertama kali miring kanan dan miring kiri? pas disuruh miring kanan miring kiri sama perawatnya waktu itu pagi juga sekitar jam 10an,,,dia miring kanan miring kiri pas disuruh...

Kapan pasien mulai berani untuk berjalan? dia mah waktu hari pertama juga udah jalan sendiri ke kamar mandi, agak siang sekitar jam 2an... Berapa jam setelah operasi pasien mulai berani untuk mobilisasi dini? berapa ya...pokoknya waktu itu pagi-pagi deh dia udah mulai gerakgerak,,,sekitar jam 10an gitu deh mba sedangkan dia operasi jam 10 malam... Bagaimana perasaan pasien saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? Probing : ya,,dia katanya ngerasa dah sehatan, ya senang lah soalnya dah bisa digerakin... a. Apakah pasien merasa takut? nggak, nggak ada kayanya justru dianya ini bandel pengen banyak bergerak-gerak, kalau ini udah baikan dia jalan deh... b. Apakah pasien merasa senang? ya, dia bilang udah ngerasa enakan, udah sembuh apalagi udah bisa gerak jadi nggak kaku lagi badannya... Jika pasien tidak mau melakukan mobilisasi dini, apa yang dilakukan Bapak/Ibu (keluarga)? ya...biarin aja nggak usah dipaksa, paling saya sambil kipasin terus bilang sabar aja... Ketika pasien merasa nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang keluarga lakukan? ya,,,saya paling cuma pegangin aja, kadang saya kipas-kipas, bilangin buat sabar, tahan aja... Dukungan seperti apa yang diberikan keluarga kepada pasien? bantu kasih dukungan supaya dia lebih kuat lagi, kasih support aja supaya dia cepet sembuh aja sama bantu doa...

Menurut Bapak/Ibu apakah mobilisasi dini penting untuk dilakukan pada pasien pasca operasi? kurang tahu juga ya...penting nggak penting mungkin ya, takutnya kalau banyak bergerak takut ada perubahan sama jahitannya takutnya lama sembuhnya jadi yang saya takutin seperti itu, mungkin butuh beberapa waktu aja kali ya... Apakah ada makanan atau hal yang dilarang pada pasien pasca operasi? Apa sebabnya? ya ada,,,mungkin kalau kata orang tua dulu kalau abis operasi nggak boleh makan yang amis-amis atau asem soalnya takut bikin gatal atau takut lukanya nggak kering...

Hasil Wawancara dengan Informan Pendukung (Perawat) Apakah perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai mobilisasi dini sebelum tindakan operasi? biasanya informasi itu diberikan sebelum operasi itu jarang diberikan, yang biasanya dilakukan adalah setelah operasi itu pasien keluar dari kamar operasi kita jemput baru keluarga dan pasien diberikan informasi mengenai mobilisasi dini... Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien mengenai mobilisasi dini? informasi yang biasa diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu tentang hal-hal apa yang harus dilakukan mengenai mobilisasi dini pada pasien, misalnya setelah 24 jam pertama pasien kita anjurkan untuk pertama miring kanan miring kiri kemudian pada hari berikutnya pasien sudah bisa duduk, setelah itu kalau tidak ada keluhan apa-apa baru pasien boleh berdiri di samping tempat tidur kemudian sorenya sudah bisa jalan sudah bisa aktif... Menurut Bapak/Ibu apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? menurut saya yang dimaksud dengan mobilisasi dini adalah suatu tindakan yang diberikan kepada pasien pasca operasi mulai dari pasien boleh miring kiri miring kanan, duduk jika sudah tidak pusing kemudian duduk dengan kaki menjuntai, berdiri di samping tempat tidur, dan kemudian pasien dapat berjalan, yang mana tindakan tersebut bertujuan untuk mempercepat penyembuhan luka dan pasien dapat pulang ke rumah tanpa efek samping dari rumah sakit... Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dari mobilisasi dini? menurut saya tujuan melakukan mobilisasi dini ya untuk itu memperlancar sirkulasi darah dalam tubuh kemudian di area lukanya tersebut juga sehingga luka tersebut memperoleh suplai nutrisi yang cukup ke luka sehingga luka tersebut dengan normal dapat pulih kembali... Menurut Bapak/Ibu apa manfaat yang diperoleh pasien dari melakukan mobilisasi dini? manfaatnya itu salah satunya luka itu akan cepat sembuh karena sirkulasinya akan lancar disitu kemudian tidak akan menimbulkan atau lukanya akan sembuh dengan sempurna tidak menimbulkan misalnya luka dengan jaringan parut atau luka yang basah juga akan cepat sembuh kemudian juga mengurangi rasa mual, kembung akibat mobilisasi dini karena mungkin efek samping dari anestesi, biasanya peristaltik ususnya juga akan cepat kembali...

Perlukah mobilisasi dini dilakukan untuk pasien pasca operasi appendectomy? ya, mobilisasi dini perlu dilakukan karena dengan melakukan mobilisasi dini akan melancarkan sirkulasi darah sehingga luka operasi akan cepat sembuh dan pasien dapat cepat pulang ke rumah... Komplikasi apa saja yang mungkin timbul pada pasien pasca operasi appendectomy akibat tidak melakukan mobilisasi dini? kalau untuk komplikasi kalau untuk yang parah banget sih tidak akan terjadi apa-apa paling hanya pada luka itu ya akan lama kering atau sembuhnya maka itu setiap ganti perban dilihat lukanya ada nanah atau pus tidak, merah atau bengkak tidak... Komplikasi apa yang sering/paling banyak terjadi akibat tidak melakukan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi appendectomy? kalau di ruangan ini sendiri pasiennya kan paling lama 3 hari udah boleh pulang, biasanya tuh dari rumah komplikasinya, nah setelah di rumah, sekian hari ada di rumah karena tidak melakukan mobilisasi sendiri dia akan datang lagi dengan keluhan luka itu basah berair gitu jadi harus tetap dirawat lukanya di sini... Berapa lama rata-rata hari rawat pasien pasca operasi appendectomy? hari rawat pasien post op appendectomy rata-rata 2-3 hari udah boleh pulang, hari ini masuk untuk operasi, besoknya di sini lusa udah boleh pulang... Pasien seperti apa yang diperbolehkan melakukan mobilisasi dini setelah operasi? semua pasien yang baru menjalani operasi biasanya kita anjurkan untuk melakukan mobilisasi dini karena kan untuk penyembuhan dirinya, jika pasien itu sudah tidak merasa pusing biasanya kita bolehkan untuk melakukan mobilisasi dini,, Mobilisasi dini seperti apa yang dianjurkan untuk pasien pasca operasi appendectomy? pertama-tama setelah 24 jam pasien kita anjurkan untuk bergerak misalnya bila dia tidak pusing untuk miring kanan miring kiri di tempat tidur, terus duduk, besoknya pasien kita anjurkan untuk berdiri di sisi tempat tidur kalau udah kuat baru jalan...

Apa yang dilakukan perawat untuk membantu pasien melakukan mobilisasi dini? sebetulnya kalau untuk membantu pasien itu miring kanan miring kiri di tempat tidur atau berjalan ke kamar mandi biasanya tidak, paling kita membantunya hanya memberikan penkes...

Apakah perawat membantu pasien untuk melakukan mobilisasi dini? kalau pasiennya itu bisa melakukan sendiri sih itu biasanya tidak dibantu, kalau pasien-pasien yang malas ya itu kita bantu, paling hanya kita bantu untuk meninggikan poasi tempat tidurnya... Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien yang tidak melakukan mobilisasi dini? ya kita memberikan pendidikan kesehatan mengenai apa saja damapk atau efek dari tidak melakukan mobilisasi dini sehingga pasien itu merasa perlu melakukan mobilisasi dini... Apa yang menyebabkan pasien tidak melakukan mobilisasi dini? biasanya karena pasien itu takut atau tidak paham, kebanyakan pasien dan keluarganya masih awam tentang mobilisasi dini, ada juga keluarga atau kerabat bilang ke pasiennya jangan banyak atau nggak boleh gerak dulu ntar takut jahitannya lepas jadi karena pengaruh orang lain juga makanya jadi malas mobilisasi dini, selain tidak mengerti mengenai manfaat, takut jahitan lepas juga menjadi sebab pasien itu tidak mobilisasi dini... Apa yang menyebabkan pasien merasa takut untuk melakukan mobilisasi dini? mungkin pasien itu tidak mengerti mengenai manfaat atau tujuan mobilisasi dini itu untuk apa kemudian takut jahitannya lepas juga, kurangnya motivasi yang diberikan oleh perawat di sini agar dia mau melakukan mobilisasi dini, agar ke depannya itu lebih baik, sebelumnya kan sudah ada itu penelitian atau Problem Solving for Better Healthcare (PSBH) yang diadakan ruangan ini mengenai mobilisasi dini, sebelumnya sih sudah berjalan dengan baik cuma kayanya akhirakhir ini antara belum tau bagaimana lagi memberikan informasi kepada pasien... Apa yang perawat lakukan untuk menenangkan pasien tersebut? ya dengan memberikan informasi tadi mengenai mobilisasi dini apa tujuannya apa manfaatnya sehingga pasien tersebut mau kita bantu untuk melakukan mobilisasi dini dengan tahapan-tahapan seperti yang disampaikan tadi sehingga dia mau melakukan mobilisasi dini, memang seh awalnya pasti sakit ya, pasti

nyeri karena yang namanya operasi awalnya memang pasti sakit kemudian kita ajarkan teknik relaksasi ke pasiennya sehingga pasien itu mau mobilisasi dini... Kapan pasien pasca bedah appendectomy diperbolehkan untuk mulai melakukan mobilisasi dini? biasanya kalau disini pasien yang telah menjalani operasi diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi dini yaitu 24 jam setelah operasi itu untuk pasien yang dengan anestesi spinal baru boleh melakukan pergerakan, walaupun ada yang menyebutkan 6-8 jam setelah operasi sudah boleh melakukan pergerakan...karena ditakutkan ya efek dari anestesinya itu, apalagi kalau pasien dengan anestesi spinal ditakutkan kalau terlalu dini mobilisasinya nanti terjadi kelumpuhan atau mungkin pasien itu merasa pusing, mual...tetapi kalau pasien yang dianestesi umum itu biasanya seh 12 jam setelah operasi sudah boleh melakukan pergerakan... Apakah ada diet khusus bagi pasien pasca operasi appendectomy? b. Jika ada, Diet yang seperti apa yang harus diikuti? Mengapa diet itu penting untuk dilakukan pasien pasca operasi appendectomy? sebenarnya tidak ada diet khusus untuk pasien post op appendectomy, pasien biasanya pertama-tama kita, misalnya operasi pagi terus siangnya kita berikan makan sekitar jam 12 siang, kita berikan kalau pasien operasinya pagi, kalau minum biasanya pertama diberikan 3 sendok dulu

Hasil Wawancara dengan Informan Pendukung (Dokter Spesialis Bedah) Perlukah mobilisasi dini dilakukan untuk pasien pasca operasi appendectomy? ya, mobilisasi dini perlu dilakukan karena dengan mobilisasi dini dapat mengembalikan kondisi pasien ke dalam keadaan yang lebih baik... Apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini? menurut saya yang dimaksud dengan mobilisasi dini yaitu suatu aktivitas yang dilakukan oleh pasien yang baru menjalani operasi, yang dilakukan secara bertahap mulai dari melakukan pergerakan yang ringan di atas tempat tidur kemudian duduk, dan besoknya jika pasien itu tidak merasa pusing atau tidak ada keluhan pasien itu dapat berjalan...biasanya mobilisasi dini itu dilakukan 12-24 jam pertama setelah operasi itu untuk pasien dengan anestesi spinal kalau pasien dengan anestesi umum biasanya saat pasien itu sadar dia sudah boleh mobilisasi tapi ada juga yang mengatakan 6-8 jam setelah operasi baru boleh melakukan mobilisasi dini... Manfaat apa yang dapat diperoleh dari melakukan mobilisasi dini setelah operasi appendectomy? dengan melakukan mobilisasi dini dapat memperlancar sirkulasi darah terutama ke luka operasi sehingga luka operasi dapat memperoleh suplai yang cukup dan luka operasi itu dapat cepat sembuh, selain itu dapat mengembalikan kondisi seperti sebelum sakit, mengurangi distensi abdomen (perut kembung) karena usus yang paralitik akibat banyak usus yang terpegang saat operasi. Biasanya kembung itu karena usus itu kan diam (tidak ada gerakan) sehingga gas terkumpul dan tidak dapat dialirkan dari bagian proximal ke bagian distal...di samping itu dengan melakukan mobilisasi dini dapat menstimulasi usus yang paralitik sehingga dapat memunculkan peristaltik usus. Dampak apa yang diperoleh jika pasien tidak melakukan mobilisasi dini setelah operasi appendectomy? dampaknya yaitu sirkulasi darah pasien kurang lancar karena kan tidak melakukan mobilisasi sehingga luka operasi itu lama keringnya dan akan basah terus dan akan lama juga sembuhnya... Menurut Bapak/Ibu apa tujuan dari mobilisasi dini? tujuan melakukan mobilisasi dini yaitu agar sirkulasi darah lancar, seperti yang sudah saya jelaskan tadi, luka operasi mendapatkan suplai yang cukup maka luka tersebut akan cepat sembuh, selain itu dapat juga membantu kondisi pasien menjadi pulih sehingga pasien dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa saat sebelum sakit...

Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi jika pasien pasca operasi appendectomy tidak melakukan mobilisasi dini? jarang ya terjadi komplikasi yang berat pada pasien post op appendectomy, walaupun bronchopneumonia bisa terjadi itu karena orthostatik atau bedrest yang lama dan biasanya sering terjadi pada lansia karena lansia sering mengalami batuk tetapi tidak dapat maksimal mengeluarkan dahak sehingga dahak terkumpul pada paru-paru bagian basal. Sebenarnya BP tidak hanya dapat terjadi pada pasien post op appendectomy apalagi appendectomy sekarang merupakan operasi yang ringan bukan operasi besar, tetapi BP dapat terjadi pada pasien lain yang memang bedrest total dan tidak melakukan mobilisasi sama sekali... Berapa lama rata-rata hari rawat bagi pasien pasca operasi appendectomy? biasanya pasien post op appendectomy itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk dirawat, biasanya sekitar 2-3 hari pasien itu dirawat di rumah sakit, tetapi kadang-kadang ada juga yang lebih lama dari itu, ya tergantung dari kondisi pasien itu sendiri... Pasien seperti apa yang diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah operasi? semua pasien yang post op appendectomy memang diperbolehkan atau dianjurkan untuk mobilisasi dini tetapi sifat individu itu kan unik ya, ada yang sudah kelihatan baikan dan siap melakukan mobilisasi dini tetapi ada juga pasien yang masih lemah tetapi dari kita menganjurkan jika pasien sudah merasa enakan san pusing sudah hilang boleh mobilisasi dini tapi kita menganjurkan untuk melakukan pergerakan yang ringan dulu seperti duduk dan jangan langsung jalan... Kapan sebaiknya pasien mulai untuk melakukan mobilisasi dini? seperti yang saya bilang tadi, untuk mobilisasi dini pada prinsipnya kita lihat dari jenis anestesinya, jika anestesi umum ketika pasien sadar kita bisa menganjurkan untuk langsung mobilisasi dini atau tunggu 6-8 jam setelah operasi, tetapi untuk pasien dengan anestesi spinal ada yang mengatakn tunggu 12-24 jam setelah operasi karena karena jika pasien yang dengan anestesi spinal melakukan mobilisasi yang terlalu dini khawatir luka bekas tusukan belum tertutup sempurna dan mengakibatkan Liquor Cerebro Spinalis (LCS) keluar atau kebocoran sehingga mengakibatkan headache atau sakit kepala pada pasien.

Mobilisasi dini seperti apa yang dianjurkan untuk dilakukan pasien pasca operasi appendectomy? kita akan menganjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi dini secara bertahap mulai dari melakukan gerakan yang ringan seperti miring kiri miring kanan atau duduk pada hari pertama post op dan kemudian baru dianjurkan untuk berjalan di hari berikutnya... Adakah makanan atau minuman yang dilarang untuk dikonsumsi pasien pasca operasi appendectomy? b. Jika ada, Makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi? Mengapa makanan itu tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi? sebenarnya tidak ada, pasien itu dapat mengkonsumsi makanan apa saja tetapi ada beberapa pasien apalagi di Indonesia yang banyak budayanya dan kebanyakan pasien masih mengikuti budaya tersebut. Ada pasien yang berpendapat tidak boleh makan ini atau makan itu padahal siapa tahu makanan itu justru baik untuk kondisi tubuhnya... Apakah ada diet khusus bagi pasien pasca operasi appendectomy? c. Jika ada, Diet yang seperti apa yang harus diikuti? Mengapa diet itu penting untuk dilakukan pasien pasca operasi appendectomy? untuk pasien yang baru operasi appendectomy tidak memerlukan diet khusus, pasien tersebut perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti makanan yang kadar proteinnya tinggi (misalnya ikan, telur, dll). Makanan itu baik untuk dikonsumsi karena mengandung banyak protein jadi dapat membantu mengembalikan kondisi sehingga tenaga pasien pulih kembali dan mempercepat penyembuhan luka... Adakah perbedaan mobilisasi dini yang dilakukan pada pasien pasca operasi appendectomy dengan pasien pasca operasi lainnya? tidak ada, jadi kita melihat bukan dari jenis operasinya tapi dari jenis anestesinya...

Lampiran 7 HASIL UJI VALIDITAS

1. Karakteristik Informan Dalam penelitian ini, seluruh informan berjumlah 2 orang yang terdiri dari 1 orang pasien post appendectomy sebagai informan kunci dan 1 orang perawat yang bertugas di Paviliun Mawar RSUD Tangerang sebagai informan pendukung. 1.1 Umur Umur pasien post appendectomy (informan kunci) yaitu 17 tahun sedangkan umur perawat yang bertugas (informan pendukung) yaitu 30 tahun. 1.2 Pendidikan Saat ini informan kunci masih duduk di bangku SMA kelas 2, sedangkan informan pendukung berpendidikan D3 Keperawatan. 1.3 Pekerjaan Pekerjaan informan kunci adalah seorang pelajar yang bersekolah di sebuah MA swasta di daerah Serpong, Cisauk. Pekerjaan informan pendukung sebagai seorang perawat juga menjabat sebagai Wakil Kepala Ruangan di Paviliun Mawar RSUD Tangerang.

2. Gambaran Pengetahuan tentang Mobilisasi Dini 2.1 Pengetahuan tentang Pengertian Mobilisasi Dini Setelah dilakukan penelitian melalui wawancara kepada informan, didapatkan hasil bahwa pasien post operasi appendectomy (informan kunci) tidak tahu apa itu

mobilisasi dini setelah operasi. Berikut adalah ungkapan yang diucapkan informan tersebut :

Nn. R (pasien) ga tau juga sih soalnya baru pertama ini dioperasi, jadi ga tau kalo gerak-gerak itu penting, taunya juga pas di sini jadi kaget juga. Tapi dikasih tau kalo abis operasi ga boleh banyak minum dulu trus ga boleh terlalu banyak gerak banget kata perawatnya gitu, istirahat dulu yang cukup. Tetapi pasien mengetahui bahwa melakukan pergerakan setelah operasi penting. Seperti ungkapan : penting juga seh, supaya cepet sembuh aja... Pada dasarnya pasien baru mengetahui tentang mobilisasi dini, seperti manfaat melakukan mobilisasi dini setelah diberikan informasi tentang mobilisasi dini setelah menjlani operasi. Informasi atau pendidikan kesehatan yang diberikan perawat kepada pasien yang menjalani operasi hanya seputar jenis penyakit yang diderita pasien, apa yang akan dilakukan terhadap pasien, dll. Seperti ungkapan di bawah ini : Ny. E (perawat RSUD Tangerang) ya, kita memberikan penkes kepada pasien sebelum pasien menjalani operasi. Kalo pasien yang elektif secara otomatis kita ngasih tau jenis penyakit dan apa yang akan dilakukan sekaligus menerangkan bahwa dia ntar akan dilakukan ini dan terjadi begini artinya bila pasien kesakitan pasien dianjurkan tarik napas dalam trus untuk mobilisasinya biasanya kita tergantung dari jenis anestesinya, kalo dia anestesi spinal itu biasanya dia bedrest 1x24 jam dan kalo pasien bius umum dan jenis penyakitnya tidak terlalu berat kita hanya menganjurkan bisa mobilisasi secara

dini dalam arti pasien boleh mobilisasi dini yaitu mika miki dan bila pasien tidak pusing pasien boleh duduk. tapi kalo pasien itu dari OK cyto yang tidak terencana biasanya kita setelah pasien sampe ruangan juga akan dikasih tahu ibu akan bedrest dalam 1x24 jam setelah itu ibu boleh gerak tapi kita juga dikasih tau kenapa pasien itu tidak boleh gerak dalam waktu 1x24 jam pertama karena dia biusnya spinal gitu tapi kalo pasiennya dibius umum biasanya sih boleh mobilisasi sedini mungkin sesuai keadaan umum pasiennya. Nn. R (pasien) sebelum operasi dikasih tau kalo ga boleh makan selama 6 jam, dipasang alatalat persiapan untuk operasi itu aja. Perawat juga ngasih tau kalo abis operasi disuruh gerak-gerakin kaki. Pada dasarnya perawat memberikan informasi mengenai mobilisasi dini kepada pasien sebelum operasi. Hanya informasi mengenai pengertian mobilisasi dini, manfaat, tujuan melakukan mobilisasi dini dan tahap-tahap apa saja yang dilakukan tidak diberitahukan kepada pasien sebelum pasien dioperasi. Pasien baru dianjurkan untuk menggerak-gerakkan kaki, duduk, dan berjalan setelah pasien menjalani operasi dan kembali ke ruang perawatan. Seperti ungkapan : biasanya pasien app dan kalo pasien itu secara elektif akan lebih terarah lagi mobilisasinya artinya pasien itu akan kita anjurkan, ibu bergerak dalam waktu 24 jam pertama boleh mobilisasi.

2.2 Pengetahuan tentang Tujuan Mobilisasi Dini Menurut perawat tujuan melakukan mobilisasi dini itu untuk memberikan rasa nyaman ke pasien juga akan memberikan rasa rileks, seperti ungkapan : mobilisasi dini itu selain memberikan rasa nyaman ke pasien itu akan berpengaruh jugamisalkan pasien yang suka mobilisasi itu dia akan merasa rileks dalam arti yang tadinya otot-otot yang tadinya kaku kemudian digerakkan pelanpelan maka ototnya menjadi tidak tegang. 2.3 Pengetahuan tentang Manfaat Mobilisasi Dini Saat ditanya mengenai manfaat melakukan pergerakan setelah operasi, pasien menjawab bahwa dia tidak tahu pasti manfaat melakukan pergerakan setelah operasi hanya saja biar tidak kram kalau melakukan pergerakan. Berikut ini adalah ungkapan yang dinyatakan pasien saat ditanya mengenai manfaat melakukan pergerakan setelah operasi : ya ga tau juga sih, tapi biar ga kram banget biar kramnya kurang, ya ngelenturin otot-otot kaki aja yang tadi kram. Sedangkan perawat mempunyai jawaban sendiri saat ditanyakan manfaat dari mobilisasi dini. Menurutnya pasien yang melakukan mobilisasi dini akan terlihat tampak lebih segar wajahnya dan bisa mendapatkan izin untuk pulang dari dokter lebih cepat. Seperti ungkapan : kita akan tahu bila pasien sudah melakukan mobilisasi itu akan terlihat dari mukanya, dia akan terlihat segeran sedangkan pasien yang tidak melakukan mobilisasi dia terlihat agak kesakitan kemudian dokter juga akan menanyakan pasien ini melakukan mobilisasi atau ga, kalo dia melakukan mobilisasi kan ketahuan juga

dari wajahnya kelihatan segeran dan dokter akan mengizinkan pasien untuk pulang dan kita akan membuat perencanaan pulang, kalo yang tidak mobilisasi kita tidak akan membuatkan perencanaan pulang. Kita juga akan menganjurkan kepada pasien mobilisasi apa yang bisa dilakukan di rumah tergantung dari jenis operasinya. Misalnya, untuk operasi hernia itu kan sampai 3 bulan ga boleh angkat beban yang berat-berat lebih dari 5 kg. Tapi saya rasa untuk pasien app tidak ada masalah dengan mobilisasi asalkan orangnya kuat. 2.4 Pengetahuan tentang Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Pada dasarnya pasien cukup tahu mengenai gerakan-gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga setelah operasi. Misalnya saat pasien ditanya Menurut Mba, gerakan pertama apa yang boleh dilakukan setelah pasien menjalani operasi?. Pasien menjawab, Saya cuma ngerasain sakit kan kaki juga susah digerakin jadi paling kaki dan tangan aja. Sedangkan saat ditanya kapan pasien diperbolehkan berjalan, pasien menjawab, paling 2 atau 3 hari lagi, besok kan baru belajar duduk-duduk, tadi kan baru belajar kalo makan baru ntar sore katanya baru boleh. Pasien juga mengatakan, Kata dokter ntar sore boleh belajar makan sedikitsedikit trus duduk. Kalimat tersebut merupakan jawaban pasien saat ditanyakan gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari kedua. Dan saat ditanyakan gerakan apa yang boleh dilakukan pada hari ketiga setelah operasi, pasien menjawab Ya paling boleh jalan-jalan aja di sekitar kamar, keluar ya paling gitu doang.

3. Gambaran Perilaku tentang Mobilisasi Dini 3.1 Perilaku Pasien tentang Mobilisasi Dini Untuk perilaku pasien post appendectomy dalam melaksanakan mobilisasi dini terlihat sudah cukup baik. Hanya saja terkadang masih ada rasa takut untuk melakukan mobilisasi dini sehingga perlu dibantu oleh keluarga dan pasien baru berani untuk mobilisasi jika sudah diinstruksikan oleh dokter atau perawat. Hasil Wawancara dengan Informan Kunci Usaha apa yang Mbak lakukan untuk mempercepat penyembuhan luka setelah operasi? ini aja biasa aja, paling cuma gerak-gerakin kaki..tapi blm berani bwt yang lain-lain.

Apa yang Mbak rasakan saat pertama kali melakukan mobilisasi dini? ngrasa kram kakinya trus takut, ada rasa perih sama sakit aja di luka operasi, ya ga terlalu gimana ya...sakitnya ga terlalu parah waktu pagi pas biusannya abis. Saat melakukan mobilisasi dini, adakah rasa takut pada diri Mbak? Probing : (Jika Ya, apa yang menyebabkan Bapak/Ibu merasa takut? Jika Tidak, alasan Bapak/Ibu mau melakukan mobilisasi dini?) ada seh, takut terganggu ke luka operasinya. Kapan Bapak/Ibu pertama kali melakukan mobilisasi dini setelah operasi? pertama kali gerakin kaki tadi baru jam 06.30, itu juga baru bisa jempol kaki aja. Berapa sering Mbak miring kiri dan miring kanan? kalo miring kanan masih takut, kalo tidur miring ke kiri nanti kalo udah pegel baru telentang. Kalo miring kanan belum tapi kalo miring kiri sering banget, paling sekitar 5 menit sekali, kalo miring kiri masih takut apa

karena luka operasinya di kanan, takut jadinya takut bahaya lagi, ntar aja deh..tapi paling dipelan-pelanin semua. Siapa yang menemani Mbak untuk melakukan mobilisasi dini? waktu pertama-tama gerakin kaki ga dibantu siapa-siapa, kata dokter kan jangan dulu digerak-gerakin kalo belum kuat tapi karena saya udah pingin cepet gerak jadi saya usaha sendiri. pas mau pipis ke kamar mandi saya dibantuin sama mama. Bagaimana cara Mbak melakukan mobilisasi dini jika keluarga tidak mendampingi anda? ga berani, sulit soalnya tadi aja pas mau angkat gayung susah, sama mama dibantu ke dalam kan, ya belum berani sendiri gitu, masih takut, tadi juga di closet gimana ya takut nyeri, tapi kata mama pelan-pelan dulu. Ketika Mbak melakukan mobilisasi dini, adakah perawat yang

mendampingi/membantu? perawatnya tadi doang pagi bantuin bangun, pake baju juga dibantuin sama perawatnya. Jika perawat tidak mendampingi Mbak dalam melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? ya saya tetep gerakin badan, daripada kaku semuanya tapi paling mama yang bantuin. Berapa jam setelah operasi Bapak/Ibu mulai berani untuk melakukan mobilisasi dini? tadi kan saya mulai gerak-gerakin kaki jam 06.30 trus saya dioperasi jam 11 malam jadi kira-kira 7 jam baru saya mulai berani bwt gerakgerak. Jika anda merasakan nyeri saat melakukan mobilisasi dini, apa yang anda lakukan? kalo emang sakit banget diudahin, kalo emang ga sakit pelan-pelan diusahain.

Bagaimana perasaan Mbak saat melakukan mobilisasi dini? ya takut juga. Merasa senangkah Bapak/Ibu saat melakukan mobilisasi dini? Probing : Apa yang membuat anda merasa senang? ya merasa seneng juga karena bisa...seneng karena tadinya kan berat banget buat gerakin kaki, pegel banget kan gini aja (berbaring saja di tempat tidur tanpa menggerakkan anggota badan) sekarang digerakin udah bisa, seneng banget. Hambatan apa yang Mbak alami saat melakukan mobilisasi dini? Probing : (Jika ada, Apa yang dilakukan? Apa tetap melakukan mobilisasi dini? tidak ada, Apakah melakukan mobilisasi dini?) mama, kata mama ga boleh gerak-gerak dulu kata mama gitu takut kena pengaruh sama jahitannya, mama dari tadi ngomel aja, tapi masih tetep ngelakuin walopun mama marah-marah sampe keluar ya tetep gimana ya kalo gini aja (diem aja) kan ga enak ya pegel, sakit, kalo digerakin kan ga terlalu kram, kalo tadi kramnya parah banget sampe ga bisa digerakin. Apa motivasi Mbak melakukan mobilisasi dini? supaya cepet sembuh aja gitu, supaya cepet pulang udah ga betah banget di sini, dari tadi udah minta pulang, tadinya minta dirawat di rumah aja tapi kata susternya ga boleh masih basah banget lukanya, kalo bisa 4-5 hari lagi di sini. Jika

3.2 Peran Perawat dalam Membantu Pasien untuk Mobilisasi Dini Dalam penyembuhan pasien, perawat juga mempunyai peran yang cukup penting bagi pasien agar melaksanakan mobilisasi dini. Adanya informasi atau anjuran dari perawat dapat mempengaruhi pasien tersebut untuk bergerak setelah operasi. Tetapi ada juga pasien yang menurut perawat agak manja dan susah juga untuk mobilisasi

dini. Untuk itu perawat memberikan suatu pengertian agar pasien tersebut mau untuk mobilisasi dini. Hasil Wawancara dengan Informan Pendukung (Perawat) Apakah perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai mobilisasi dini sebelum tindakan operasi? ya, kita memberikan penkes kepada pasien sebelum pasien menjalani operasi Informasi apa saja yang diberikan kepada pasien mengenai mobilisasi dini? Kalo pasien yang elektif secara otomatis kita ngasih tau jenis penyakit dan apa yang akan dilakukan sekaligus menerangkan bahwa dia ntar akan dilakukan ini dan terjadi begini artinya bila pasien kesakitan pasien dianjurkan tarik napas dalam trus untuk mobilisasinya biasanya kita tergantung dari jenis anestesinya, kalo dia anestesi spinal itu biasanya dia bedrest 1x24 jam dan kalo pasien bius umum dan jenis penyakitnya tidak terlalu berat kita hanya menganjurkan bisa mobilisasi secara dini dalam arti pasien boleh mobilisasi dini yaitu mika miki dan bila pasien tidak pusing pasien boleh duduk. tapi kalo pasien itu dari OK cyto yang tidak terencana biasanya kita setelah pasien sampe ruangan juga akan dikasih tahu ibu akan bedrest dalam 1x24 jam setelah itu ibu boleh gerak tapi kita juga dikasih tau kenapa pasien itu tidak boleh gerak dalam waktu 1x24 jam pertama karena dia biusnya spinal gitu tapi kalo pasiennya dibius umum biasanya sih boleh mobilisasi sedini mungkin sesuai keadaan umum pasiennya. Komplikasi apa saja yang mungkin timbul pada pasien pasca operasi appendectomy akibat tidak melakukan mobilisasi dini? sebenernya kalo komplikasi itu, ininya sih ga ada cuma akan berpengaruh pada hasil apa yang kita harapkan, misalnya pasien itu apalagi yang laparatomy (app dengan perforasi terus dilakukan laparatomy) dia tidak mobilisasi biasanya luka operasinya itu akan jelek dalam arti ada infeksi luka operasi, kalo kita menganjurkan untuk mobilisasi biasanya dalam 1 atau 2 x 24 jam kita akan ganti balut kita liat ada rembesan atau tidak, kalo dia luka operasinya jelek kita harapkan dengan mobilisasi permukaan luka operasinya akan kelihatan adakah

rembesan atau tidak, itu yang perlu kita evaluasi kenapa sih perlu mobilisasi dini. Komplikasi apa yang sering/paling banyak terjadi di ruangan ini akibat tidak melakukan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi appendectomy? sebenernya komplikasi yang berat tidak ada ya untuk mobilisasi dini, cuma kita bisa membandingkan pasien yang diem-diem yang ga mobilisasi dengan pasien yang cepet melakukan mobilisasi akan terlihat dari mukanya oh, yang ini udah enakan, yang ini masih kesakitan aja karena dia males mobilisasi. Berapa lama rata-rata hari rawat pasien pasca operasi appendectomy? kalo untuk app murni 2-3 hari, kecuali pasien app dengan perforasi yang dilakukan laparatomy biasanya minimal 5 hari baru boleh pulang. Mobilisasi dini seperti apa yang dianjurkan untuk pasien pasca operasi appendectomy? saya rasa untuk pasien app tidak ada masalah dengan mobilisasi, asalkan orangnya kuat dia sudah boleh gerak, artiannya dalam waktu 24 jam pertama biasanya pasien apalagi yang spinal paling boleh mika-miki dulu, setelah pasiennya kuat boleh duduk. Apa yang dilakukan perawat untuk membantu pasien melakukan mobilisasi dini? biasanya kita mengatur posisi tempat tidurnya, di sisni kan kita udah ada yang elektrik ataupun manual jadi kita mengatur posisi kepala dari yang 30, 45 sampai 60. Selain itu perawat juga akan memberitahu tentang mobilisasi artiannya jika pasien itu tidak tahu kan biasanya karena pasien itu tidak tahu makanya dia akan diam saja trus kalo dia tidak tahu trus ga dikasih tahu sama perawatnya dia akan berpengaruh sama hasil operasinya. Apakah perawat membantu pasien untuk melakukan mobilisasi dini? ya, pasti dibantu.

Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien yang tidak melakukan mobilisasi dini? kita kasih pengertian mobilisasi itu gunanya untuk apa. Nah, dari situ biasanya pasien akan mengerti kalo memang pasien itu misalkan operasinya berat misalnya lukanya jelek itu akan mempengaruhi proses penyembuahannya juga artinya kalo pasien tidak mau mobilisasi apa yang dioperasi itu kita tidak akan tahu. Oh, ini pasien ini belum mobilisasi jadi apa yang di dalam setelah operasi itu tidak keluar, misalnya kalo pasien tidak mobilisasi pusnya tidak akan keluar trus yang lainnya juga tidak akan ketahuan, dia sudah bisa duduk atau belum trus apa yang dirasakan pasien juga tidak ketahuan. Apa yang menyebabkan pasien tidak melakukan mobilisasi dini? kebanyakan pasien yang tidak melakukan mobilisasi dini itu istilahnya ada yang kurang paham atau masih awamlah apalagi banyak keluarga pasiennya kata si A ga boleh bergerak, kata si B jangan bergerak karena operasi ini nih jadi biasanya sih karena pengaruh dari luar kalo dari kita pasti akan dijelaskan pasien ini boleh bergerak kapan dalam artian kita akan menganjurkan pasien itu boleh bergerak sedini mungkin yang sudah ditentukan yaitu 24 jam pertama untuk spinal boleh bergerak biasanya pasien ga mau bergerak karena pengaruh orang lain, katanya kalo abis operasi ga boleh bergerak takut jahitannya jebol lah, apalah gitu. Apa yang menyebabkan pasien merasa takut untuk melakukan mobilisasi dini? ya seperti yang sudah saya jelaskan tadi, pasien biasanya takut untuk bergerak karena ada pengaruh dari orang lain, katanya kalo abis operasi ga boleh gerak takut jebol jahitannya. Apa yang perawat lakukan untuk menenangkan pasien tersebut? kita bisa membandingkan satu pasien dengan pasien yang lain biasanya kalo pasien dikasih contoh real akan cepat paham misalkan ada pasien baru trus yang sebelahnya pasien sesudah operasi. Nah, kita bandingkan, Bu, liat yang sebelahnya aja ga papa, dengan gerak ibu akan lebih enak ntarnya jadi ketahuan ada keluhan atau tidak. Jadi kita akan membandingkan dengan pasien sebelahnya apalagi kalo jenis operasinya sama itu akan lebih gampang istilahnya akan cepat mengerti dan akan melakukan apa yang kita instruksikan.

Kapan pasien pasca bedah appendectomy diperbolehkan untuk mulai melakukan mobilisasi dini? sebenarnya dalam waktu 6-8 jam sudah bisa mobilisasi karena pengaruh obat biusnya kata anestesi, dari anestesi itu minimal 6-8 jam sudah boleh mobilisasi dalam arti mika-miki itu udah boleh apalagi kalo ada pasien yang manja biasanya dia akan lebih susah makanya kita kasih tenggang waktu dalam 1x24 jam itu dia istilahnya bolehlah kalo nekuk-nekuk kaki, mika-miki itu maksimal 24 jam tapi kalo pasiennya kadang kan ada pasien yang istilahnya gagah gitu belum apa-apa mau gerak, udah duduk kita harus kasih tahu juga bahay kalo dengan spinal cepat-cepat duduk dia akan mempengaruhi dengan pusing dan rembesan dari liquor yang ada di dalam.

Lampiran 8 : Matriks mengenai Pengetahuan Kelompok Informan Pendukung (Petugas Kesehatan) 1. Perawat Ruangan Pertanyaan : bagaimana pengetahuan informan tentang.... Pengertian Mobilisasi Dini Tindakan yang diberikan pada pasien post op, mulai dari mika miki, duduk, duduk dengan kaki menjuntai, berdiri di samping TT, berjalan, untuk mempercepat penyembuhan luka, pulang tanpa efek samping Aktivitas yang dijalani oleh pasien post op, dilakukan secara bertahap, melakukan pergerakan di atas TT, duduk, besok berjalan jika tidak pusing, dilakukan Tujuan Mobilisasi Dini Tahap-Tahap Mobilisasi Dini 1. 24 jam post op miring kanan miring kiri 2. Bila tidak pusing duduk 3. Hari kedua berdiri di sisi TT 4. Berjalan Manfaat Mobilisasi Dini

1. Memperlancar sirkulasi dalam tubuh 2. Suplai nutrisi luka baik ke

1. Luka akan sembuh

cepat

2. Sirkulasi lancar 3. Mengurangi mual 4. Mengurangi kembung 5. Peristaltik usus cepat kembali rasa

3. Luka dapat pulih dengan normal

2. Dokter

1. Mempertahankan sirkulasi darah 2. Luka operasi dapat cepat sembuh 3. Mengembalikan kondisi pasien seperti sebelum sakit

1. Miring kiri miring kanan atau duduk pada hari pertama 2. Hari kedua boleh berjalan

1. Memperlancar sirkulasi darah 2. Luka operasi dapat suplai yang cukup 3. Luka operasi cepat sembuh 4. Mengembalikan

12-24 jam pertama (pasien dengan anestesi spinal), 68 jam pertama (pasien dengan anestesi umum)

kondisi seperti sebelum sakit 5. Mengurangi distensi abdomen 6. Menstimulasi usus yang paralitik 7. Memunculkan peristaltik usus

Lampiran 8 : Pengetahuan Informan Kunci mengenai Mobilisasi Dini Kelompok Informan Kunci Pertanyaan : Bagaimana Pengetahuan Informan mengenai... Pengertian Mobilisasi Dini Ny. I Tn. R Tidak tahu Kurang tahu Tujuan Mobilisasi Dini Biar cepat sembuh Biar cepat sembuh, bisa cepat pulang Manfaat Mobilisasi Dini Tidak tahu Tidak tahu juga, mungkin biar kaki tidak kaku, cepat sembuh, bisa cepat pulang Aliran darah lancar, tidak pegal

Tn. T

Tidak tahu

Biar cepat sembuh. Bisa cepat pulang Biar cepat sembuh, bisa cepat pulang

Ny. W

Tidak mengerti

Kondisi pulih, bisa buang gas, BAK lancar

Lampiran 8 : Pengetahuan Informan Pendukung (Keluarga Pasien) Menegenai Mobilisasi Dini Kelompok Informan Pendukung (Keluarga Pasien) Nn. S Pertanyaan : Bagaimana Pengetahuan Informan mengenai... Pengertian Mobilisasi Dini Pengalaman pertama, tidak tahu Tidak tahu Bingung, tidak tahu Kurang tahu Tujuan Mobilisasi Dini Melancarkan peredaran darah, biar darah tidak beku Cepat pulang Badan tidak kaku Tidak tahu Manfaat Mobilisasi Dini Biar darah tidak beku, melancarkan peredaran darah Badan tidak kaku Badan tidak kaku Badan tidak kaku

An. H Tn. I Tn. J

Lampiran 8 : Matriks : Pengetahuan Informan tentang Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Kelompok Informan Kunci Menurut Bapak/Ibu, gerakan apa yang boleh dilakukan.... Gerakan Pertama Setelah Menjalani Operasi Tidak tahu Tidak tahu, mungkin gerak-gerakin kaki sama miring-miring Miring kanan miring kiri, duduk Gerakin kaki, miring kanan miring kiri Pada Hari Kedua Setelah Operasi Pada Hari Ketiga Setelah Operasi

Ny. I Tn. R

Duduk, jalan Duduk

Tidak tahu Duduk, jalan

Tn. T

Jalan

Jalan-jalan

Ny. W

Jalan-jalan

Jalan-jalan ke kamar mandi dan sekitar kamar

Kelompok Informan Kunci

Menurut Bapak/Ibu, kapan boleh bergerak... Kapan diperbolehkan Bergerak Setelah Operasi Hari ini (hari pertama post op) Kapan diperbolehkan untuk Berjalan Nanti siang (hari pertama post op) Besok (hari kedua post op) Besok (hari kedua post op) Hari ini (hari pertama post op)

Ny. I

Tn. R Tn. T Ny. W

Hari ini (hari pertama post op) Pagi ini (hari pertama post op) Hari ini (hari pertama post op)

Lampiran 8 : Pengetahuan Informan Pendukung (Petugas Kesehatan) mengenai Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Kelompok Informan Pendukung (perawat dan dokter) Perawat Ruangan Kapan Sebaiknya Pasien Post Appendectomy Mulai untuk Melakukan Mobilisasi Dini

24 jam setelah operasi untuk pasien dengan anestesi spinal, 12 jam setelah operasi untuk pasien dengan anestesi umum Segera setelah pasien sadar atau 6-8 jam setelah operasi untuk pasien dengan anestesi umum, 12-24 jam setelah operasi untuk pasien dengan anestesi spinal

Dokter

Lampiran 8 : Pengetahuan Informan Kelompok Informan Pertanyaan : bagaimana pengetahuan informan tentang.... Pengertian Mobilisasi Dini Umur < 30 tahun Tidak tahu Tujuan Mobilisasi Dini Tahap-Tahap Mobilisasi Dini Manfaat Mobilisasi Dini

1.

Biar cepat sembuh

2. Bisa cepat pulang

1. Hari pertama tidak 1. Tidak tahu juga tahu, mungkin gerak-gerakin kaki 2. Mungkin biar kaki tidak kaku sama miringmiring 3. Cepat sembuh 2. Hari kedua boleh duduk 3. Hari ketiga boleh duduk, jalan 4. Hari pertama gerakin kaki sama miring kanan miring kiri 5. Hari kedua boleh jalan 6. Hari ketiga boleh jalan-jalan ke kamar mandi di sekitar kamar 4. Bisa cepat pulang 5. Kondisi pulih 6. Bisa buang gas 7. BAK lancar

> 30 tahun

Tidak tahu

1. Biar cepat sembuh 2. Bisa cepat pulang

1. Hari pertama tidak 1. Tidak tahu tahu 2. Aliran darah lancar 2. Hari kedua boleh 3. Tidak pegal duduk, jalan 3. Hari ketiga tidak tahu 4. Hari pertama miring kanan miring kiri 5. Hari kedua boleh jalan 6. Hari ketiga boleh jalan-jalan

Jenis Kelamin

Perempuan

Tidak tahu dan tidak mengerti

1. Biar cepat sembuh 2. Bisa cepat pulang

1. Hari pertama tidak 1. Tidak tahu tahu 2. Kondisi pulih 2. Hari kedua boleh 3. Bisa buang gas duduk, jalan 3. Hari ketiga tidak tahu 4. Hari pertama gerakin kaki sama miring kanan miring kiri 5. Hari kedua boleh 4. BAK lancar

jalan 6. Hari ketiga boleh jalan-jalan ke kamar mandi di sekitar kamar

Laki-Laki

Kurang tahu dan tidak tahu

1. Biar cepat sembuh 2. Bisa cepat pulang

1. Hari pertama tidak 1. Tidak tahu juga tahu, mungkin gerak-gerakin kaki 2. Mungkin biar kaki tidak kaku sama miringmiring 3. Cepat sembuh 2. Hari kedua boleh duduk 3. Hari ketiga boleh duduk, jalan 4. Hari pertama miring kanan miring kiri 5. Hari kedua boleh jalan 6. Hari ketiga boleh jalan-jalan 4. Bisa cepat pulang 5. Aliran darah lancar 6. Tidak pegal

Pekerjaan

Buruh (IRT, Pedagang, Sopir)

Tidak tahu dan kurang tahu

1.

Biar cepat sembuh

2. Bisa cepat pulang

1. Hari pertama tidak 1. Tidak tahu tahu 2. Mungkin biar kaki 2. Hari kedua boleh

duduk, jalan 3. Hari ketiga tidak tahu

tidak kaku 3. Cepat sembuh 4. Bisa cepat pulang

4. Hari pertama tidak 5. Aliran darah lancar tahu, mungkin gerak-gerakin kaki 6. Tidak pegal sama miringmiring 5. Hari kedua boleh duduk 6. Hari ketiga boleh duduk, jalan 7. Hari pertama miring kanan miring kiri 8. Hari kedua boleh jalan 9. Hari ketiga boleh jalan-jalan Karyawan Tidak mengerti 1. Biar cepat sembuh 2. Bisa cepat pulang 1. Hari pertama gerakin kaki sama miring kanan miring kiri 2. Hari kedua boleh jalan 1. Kondisi pulih 2. Bisa buang gas 3. BAK lancar

3. Hari ketiga boleh jalan-jalan ke kamar mandi di sekitar kamar Pendidikan SD Tidak tahu dan kurang tahu 1. Biar cepat sembuh 2. Bisa cepat pulang 1. Hari pertama tidak 1. tahu 2. 2. Hari kedua boleh duduk, jalan 3. 3. Hari ketiga tidak 4. tahu Tidak tahu Mungkin biar kaki tidak kaku Cepat sembuh Bisa cepat pulang

4. Hari pertama tidak 5. Aliran darah lancar tahu, mungkin 6. Tidak pegal gerak-gerakin kaki sama miringmiring 5. Hari kedua boleh duduk 6. Hari ketiga boleh duduk, jalan 7. Hari pertama miring kanan miring kiri 8. Hari kedua boleh jalan 9. Hari ketiga boleh

jalan-jalan SMA Tidak mengerti 1. Biar cepat sembuh 2. Bisa cepat pulang 1. Hari pertama gerakin kaki sama miring kanan miring kiri 2. Hari kedua boleh jalan 3. Hari ketiga boleh jalan-jalan ke kamar mandi di sekitar kamar Perguruan Tinggi (Perawat dan Dokter) Tindakan yang diberikan pada pasien post op, mulai dari mika miki, duduk, duduk dengan kaki menjuntai, berdiri di samping TT, berjalan, untuk mempercepat penyembuhan luka, pulang tanpa efek samping Aktivitas yang dijalani oleh pasien post op, dilakukan secara bertahap, melakukan pergerakan di atas TT, duduk, besok berjalan jika tidak pusing, 1. Memperlancar sirkulasi dalam tubuh 2. Suplai nutrisi ke luka baik 3. Luka dapat dengan normal pulih 1. 24 jam post op 1. Luka akan cepat miring kanan sembuh miring kiri 2. Sirkulasi lancar 2. Bila tidak pusing 3. Mengurangi rasa duduk mual 3. Hari kedua berdiri 4. Mengurangi di sisi TT kembung 4. Berjalan 5. Peristaltik usus 5. Miring kiri miring cepat kembali kanan atau duduk pada hari pertama 6. Memperlancar sirkulasi darah 6. Hari kedua boleh 7. Luka operasi dapat berjalan suplai yang cukup 1. Kondisi pulih 2. Bisa buang gas 3. BAK lancar

4. Mempertahankan sirkulasi darah 5. Luka operasi dapat cepat sembuh 6. Mengembalikan kondisi pasien seperti sebelum sakit

dilakukan 12-24 jam pertama (pasien dengan anestesi spinal), 6-8 jam pertama (pasien dengan anestesi umum)

8. Luka operasi cepat sembuh 9. Mengembalikan kondisi seperti sebelum sakit 10. Mengurangi distensi abdomen 11. Menstimulasi usus yang paralitik 12. Memunculkan peristaltik usus

Lampiran 8 : Matriks Pengetahuan : Pemberian Informasi Sebelum Operasi/Sebelumnya Pernah Mendapatkan Informasi Kelompok Informan Kunci Ny. I Tn. R Tn. T Ny. W Pertanyaan : Apakah Sebelum Operasi diberikan Informasi Mengenai Mobilisasi Dini Tidak pernah Tidak pernah dapat informasi Tidak diberi tahu sebelum operasi Tidak pernah dapat informasi

Perawat Ruangan

Jarang diberikan informasi sebelum operasi

Kelompok Informan Pendukung

Pertanyaan : Apakah Pernah Mendapat Info mengenai Mobilisasi Dini, Dapat dari Siapa, Info tentang Apa

Nn. S

Pernah, dari teman dan mading, melakukan pergerakan biar darah tidak beku dan melancarkan peredaran darah Tidak pernah Belum pernah Belum pernah

An. H Tn. I Tn. J

Lampiran 8 : Matriks Pengetahuan : Pengetahuan mengenai Pentingnya Mobilisasi Dini Kelompok Informan Kunci Ny. I Tn. R Tn. T Ny. W Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, Pentingkah/Perlukah Mobilisasi Dini dilakukan, Mengapa... Belum tahu Tidak tahu Perlu, agar badan tidak kaku Tidak tahu

Kelompok Informan Pendukung (Keluarga Pasien) Nn. S An. H Tn. I Tn. J

Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, Pentingkah/Perlukah Mobilisasi Dini dilakukan, Mengapa...

Penting, untuk melancarkan peredaran darah, agar darah tidak beku Penting, agar cepat sembuh Penting, agar badan tidak kaku, agar cepat sembuh Kurang tahu, penting nggak penting, jika banyak gerak ada perubahan pada jahitan (jahitan lepas)

Kelompok Informan Pendukung (Petugas Kesehatan) Perawat Ruangan Dokter

Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu, Pentingkah/Perlukah Mobilisasi Dini dilakukan, Mengapa...

Perlu, luka operasi cepat sembuh, agar sirkulasi darahnya lancar Perlu, dapat mengembalikan kondisi pasien ke dalam keadaan yang lebih baik

Lampiran 9 : Matriks mengenai Perilaku Informan : Perasaan saat Melakukan Mobilisasi Dini

Kelompok Informan Kunci

Pertanyaan : Bagaimana Perasaan saat Mobilisasi Dini... Yang dirasakan saat Pertama Kali Mobilisasi Dini Adakah Rasa Takut, Jika Ya Mengapa Takut, dan Jika Tidak Alasan Melakukan Mobilisasi Dini Ya, takut luka operasi tidak sembuh dan jahitan lepas Perasaan saat Mobilisasi Dini Adakah Rasa Nyeri, Apa yang dilakukan Merasa Senangkah, Apa yang Membuat senang

Ny. I

Takut

Agak takut dan ngeri

Ya, sedikit..berhenti bergerak, istirahat menunggu nyeri hilang Ya..tiduran

Ya..agar cepat sembuh, boleh pulang

Tn. R

Sakit/Nyeri di perut

Tidak, ingin cepat sembuh

Senang, merasa sakit pada luka operasi, nyeri

Ya..agar cepat sembuh, cepat pulang, bisa kerja lagi Ya..tidak nyeri lagi, kaki tidak kaku dan pegal Ya..sudah merasa pulih, merasa enakan

Tn. T

Kaku pada kaki, senang

Ya, takut jahitan robek

Agak kaku dan takut

Ya...berhenti dulu, cepat-cepat duduk, tiduran Ya..menahan sambil bergerak perlahan, pegangan, dan mencari posisi enak

Ny. W

Merasa sehat

Ya, ditakuti teman nanti luka jahitan robek

Merasa enakan, nyaman

Kelompok Informan Pendukung (Keluarga Informan)

Pertanyaan : Bagaimana Perasaan saat Mobilisasi Dini... Yang dirasakan saat Pertama Kali Mobilisasi Dini Adakah Rasa Takut, Mengapa Takut, dan Alasan Melakukan Mobilisasi Dini Ya..takut jahitannya robek Perasaan saat Mobilisasi Dini Adakah Rasa Nyeri, Apa yang dilakukan Keluarga Merasa Senangkah, Apa yang Membuat senang

Nn. S

Mual

Ngeri dan takut

Ya..menasehati untuk istirahat

Ya...sudah dioperasi dan bisa cepat sembuh Ya...badan tidak kaku Ya...badan tidak kaku dan pegal, merasa baikan

An. H

Nyeri

Tidak..ingin cepat sembuh Ya..takut sakit pada jahitan, dada sesak

Nyeri

Ya..melihat saja dan membiarkan Ya...mengeluselus, memijat kaki, menasehati untuk sabar Ya..membantu memegangi, mengipasi, menasehati untuk kuat, sabar, dan menahan nyeri

Tn. I

Agak takut

Agak takut

Tn. J

Senang

Tidak..ingin kondisinya membaik

Tidak takut, senang, kadang merasa lemas

Ya...merasa enakan, sembuh, tidak kaku lagi

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Perasaan Informan saat Mobilisasi Dini Kelompok Informan Yang dirasakan saat Pertama Kali Mobilisasi Dini Pertanyaan : bagaimana perasaan saat mobilisasi dini..... Adakah Rasa Takut, Jika Ya Mengapa Takut, dan Jika Tidak Alasan Melakukan Mobilisasi Dini Perasaan saat Mobilisasi Dini Adakah Rasa Nyeri, Apa yang dilakukan Merasa Senangkah, Apa yang Membuat senang

Umur

< 30 tahun

1. Sakit/nyeri perut 2. Merasa sehat

di 1. Tidak, ingin 1. cepat sembuh 2. 2. Ya, ditakuti teman nanti luka jahitan robek 3.

1. Ya, agar cepat sembuh, cepat Merasa sakit 2. Ya, menahan pulang, bisa pada luka sambil kerja lagi bergerak operasi perlahan, 2. Ya, sudah Nyeri pegangan, dan merasa pulih, mencari posisi merasa enakan 4. Merasa enakan enak 5. Nyaman 1. Ya, 1. Ya, agar cepat sedikit..berhenti sembuh, boleh bergerak, pulang istirahat 2. Ya, tidak nyeri menunggu lagi, kaki tidak nyeri hilang kaku dan pegal 2. Ya, berhenti dulu, cepatcepat duduk,

Senang

1. Ya..tiduran

> 30 tahun

1. Ya, takut luka 1. Agak takut operasi tidak 2. Kaku pada kaki sembuh dan 2. Ngeri dan senang jahitan lepas 3. Agak kaku 2. Ya, takut jahitan 4. Takut robek

1. Takut

tiduran Jenis Kelamin Perempuan 1. Takut 2. Merasa sehat 1. Ya, 1. Ya, takut luka 1. Agak takut 1. sedikit..berhenti operasi tidak 2. Ngeri bergerak, sembuh dan jahitan lepas istirahat 3. Merasa enakan 2. menunggu 2. Ya, ditakuti 4. Nyaman nyeri hilang teman nanti luka jahitan robek 2. Ya, menahan sambil bergerak perlahan, pegangan, dan mencari posisi enak Senang 1. Ya..tiduran Ya, agar cepat sembuh, boleh pulang Ya, sudah merasa pulih, merasa enakan

Laki-Laki

1. Sakit/nyeri perut

di 1. Tidak, ingin 1. cepat sembuh 2. 2. Kaku pada kaki 2. Ya, takut jahitan dan senang robek

1. Ya, agar cepat sembuh, cepat berhenti Merasa sakit 2. Ya, pulang, bisa pada luka dulu, cepatkerja lagi operasi cepat duduk, tiduran 2. Ya, tidak nyeri 3. Nyeri lagi, kaki tidak kaku dan pegal 4. Agak kaku 5. Takut

Pekerjaan

Buruh (IRT, 1. Takut Pedagang, 2. Kaku pada kaki Sopir) 3. Sakit/nyeri perut

1. Ya, takut luka 1. Agak takut operasi tidak sembuh dan 2. Ngeri jahitan lepas 3. Senang di 2. Tidak, ingin 4. Merasa

1. Ya, 1. Ya, agar cepat sedikit..berhent sembuh, boleh i bergerak, pulang istirahat 2. Ya, agar cepat menunggu sembuh, cepat sakit

cepat sembuh

3. Ya, takut jahitan robek 5. Nyeri

pada operasi

luka

nyeri hilang 2. Ya..tiduran 3. Ya, berhenti dulu, cepatcepat duduk, tiduran

pulang, bisa kerja lagi 3. Ya, tidak nyeri lagi, kaki tidak kaku dan pegal

6. Agak kaku 7. Takut

Karyawan

1. Merasa sehat

1. Ya, ditakuti 1. Merasa enakan 1. Ya, menahan 1. Ya, sudah teman nanti luka sambil bergerak merasa pulih, 2. Nyaman jahitan robek perlahan, merasa enakan pegangan, dan mencari posisi enak

Pendidikan

SD

1. Takut

1. Ya, takut luka 1. Agak takut 1. Ya, 1. Ya, agar cepat operasi tidak sedikit..berhenti sembuh, boleh 2. Kaku pada kaki sembuh dan 2. Ngeri bergerak, pulang jahitan lepas istirahat 3. Sakit/nyeri di 3. Senang 2. Ya, agar cepat menunggu perut 2. Tidak, ingin 4. Merasa sakit sembuh, cepat nyeri hilang cepat sembuh pulang, bisa pada luka 2. Ya..tiduran kerja lagi operasi 3. Ya, takut jahitan robek 5. Nyeri 6. Agak kaku 7. Takut 3. Ya, berhenti 3. Ya, tidak nyeri dulu, cepatlagi, kaki tidak cepat duduk, kaku dan pegal tiduran

SMA

1. Merasa sehat

1. Ya, ditakuti 1. Merasa enakan 1. Ya, menahan 1. Ya, sudah teman nanti luka sambil bergerak merasa pulih, 2. Nyaman jahitan robek perlahan, merasa enakan pegangan, dan mencari posisi enak

Lampiran : Matriks mengenai Perilaku Informan : Dukungan Keluarga Kelompok Informan Kunci Pertanyaan : Siapa yang Menemani/Membantu saat Mobilisasi Dini....... Adakah Keluarga yang Menemani/Membantu Mobilisasi Dini, Siapa Bagaimana Cara Mobilisasi Dini Jika tidak ditemani/dibantu Adakah Perawat yang Menemabi/Membantu Mobilisasi Dini Apa yang dilakukan Jika Perawat tidak Menemani/Membantu Mobilisasi Dini Minta bantuan anak atau kakak untuk bergerak Bergerak sendiri saja Istirahat, tiduran, makan, miring-miring Jalan sendiri kalau mau ke kamar mandi, istirahat, tidur

Ny. I

Ya ada..anak dan kakak

Gerakin kepala saja (menggeser kepala) Tiduran, miring-miring Tiduran, miring-miring di tempat tidur Berani untuk bergerak sendiri

Tidak ada

Tn. R Tn. T

Ya..adik dan bapak Ya..keponakan dan istri

Tidak ada Tidak ada

Ny. W

Ya..suami, kadang sendiri/tidak dibantu untuk bergerak

Tidak ada

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Dukungan Keluarga Kelompok Informan Pendukung (Keluarga Pasien) Nn. S An. H Tn. I Pertanyaan : Apa yang Keluarga Lakukan Jika... Pasien Tidak Mau Mobilisasi Dini Tidak memaksa, membiarkan Membiarkan Tidak memaksa, membiarkan Pasien Merasa Nyeri

Menasehati untuk istirahat Melihat saja dan membiarkan Mengelus-elus, memijat kaki, menasehati untuk sabar Membantu memegangi, mengipasi, menasehati untuk kuat, sabar, dan menahan nyeri

Tn. J

Membiarkan, mengipasi

Kelompok Informan Pendukung (Keluarga Pasien) Nn. S

Pertanyaan : Dukungan Seperti Apa yang Diberikan...... Mengingatkan untuk makan, berdoa, tidak memaksa untuk bergerak Berdoa dan memberikan semangat Berdoa Beri dukungan, mensupport, berdoa

An. H

Tn. I Tn. J

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Hambatan yang Dialami Kelompok Informan Kunci Pertanyaan : Hambatan Apa yang Dialami, Jika ada apa yang dilakukan, apa tetap mobilisasi dini Takut dan ngeri..tiduran saja..bergeraknya jika sudah tidak takut Susah digerakin..sakit pada luka..tetap maksain buat gerakin Nyeri/takut..tetap gerakin kaki atau miring-miring Nyeri..pegangan dulu, tahan lalu bergerak perlahan

Ny. I

Tn. R

Tn. T Ny. W

Lampiran : Matriks mengenai Perilaku : Frekuensi Melakukan Mobilisasi Dini Kelompok Informan Kunci Pertanyaan : Kapan dan Berapa Sering Informan... Kapan Pertama Kali Mobilisasi Dini Berapa Jam Setelah Operasi Berani Mobilisasi Dini 10 jam 11 jam 12 jam 12 jam Berapa Sering Mika Miki

Ny. I Tn. R Tn. T Ny. W

Jam 9 atau 10 pagi Jam 8 pagi Sekitar jam 10 pagi Sekitar jam 10 pagi

3x 2x Sering, tidak terhitung Sering

Matriks : Komplikasi atau Dampak yang Mungkin Muncul Akibat Tidak Mobilisasi Dini Kelompok Informan Pendukung Pertanyaan : apa akibat jika pasien tidak melakukan mobilisasi dini... Komplikasi yang mungkin terjadi.. Tidak ada, mungkin infeksi luka operasi di rumah Komplikasi yang sering terjadi di ruangan.. Tidak ada Dampak/efek samping yang terjadi... Luka operasi susah sembuh, sirkulasi tidak lancar Sirkulasi darah kurang lancar

Perawat Ruangan

Dokter

Jarang/tidak ada

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Waktu bagi Informan Kunci Mulai Mobilisasi Dini Kelompok Informan Pendukung (Keluarga Pasien) Pertanyaan : Kapan Mulai Berjalan dan Berapa jam Post Op mulai Mobilisasi Dini Kapan Pasien Mulai Berani untuk Berjalan Berapa jam Post Op pasien Mulai Mobilisasi Dini 11 jam 11 jam 12 jam 12 jam

Nn. S An. H Tn. I Tn. J

Belum berani sampai hari kedua post op Hari kedua post op Hari kedua post op Hari pertama post op

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Sosio Budaya (makanan yang dilarang) Kelompok Informan Pendukung Nn. S Pertanyaan : Adakah makanan yang dilarang untuk dikonsumsi pasien post op, makanan apa, mengapa... Ya ada..ikan bandeng dan udang (makanan amis)..karena bisa menyebabkan gatal pada luka operasi kemudian digaruk dan luka tidak sembuh/sakit lagi Ya ada..makan pedas..takut ususnya kambuh sakit lagi Tidak ada Ada..makanan amis dan asam..takut lukanya gatal dan tidak kering Tidak ada Tidak ada

An. H Tn. I Tn. J Perawat Ruangan Dokter

Matriks : Dukungan Perawat Kelompok Informan Pendukung Pertanyaan : apa yang perawat lakukan... Untuk membantu pasien mobilisasi dini Jika pasien tidak melakukan mobilisasi dini Memberikan pendidikan kesehatan Untuk menenangkan pasien yang takut mobilisasi dini Memberikan informasi tentang mobilisasi dini, mengejarkan teknik relaksasi

Perawat Ruangan

Memberikan pendidikan kesehatan

Matriks : Penyebab Pasien tidak Melakukan Mobilisasi Dini Kelompok Informan Pendukung Perawat Ruangan Pertanyaan : Apa yang menyebabkan... Pasien tidak melakukan mobilisasi dini Pasien takut untuk melakukan mobilisasi dini Tidak mengerti manfaat/tujuan mobilisasi dini, takut jahitan lepas, kurang motivasi dari perawat dalam pemberian informasi

Takut, tidak paham/tidak tahu tentang mobilisasi dini, pengaruh keluarga

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Perilaku Informan Mengenai Usaha yang dilakukan untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Kelompok Informan Kunci Ny. I Tn. R Tn. T Ny. W Pertanyaan : Usaha yang dilakukan untuk Penyembuhan Luka Ikuti apa kata dokter Ikuti aturan dokter Ikuti apa petunjuk dokter Ikuti instruksi dokter

Lampiran 9 : Matriks Perilaku : Motivasi Melakukan Mobilisasi Dini Kelompok Informan Kunci Ny. I Tn. R Pertanyaan : Apa Motivasi Melakukan Mobilisasi Dini... Agar cepat sembuh, agar cepat pulang Agar cepat sembuh, agar cepat pulang, bisa kerja lagi Agar cepat sembuh, cepat pulang, bisa dagang lagi Agar cepat pulang, ingin istirahat di rumah, ingin sembuh

Tn. T Ny. W

Matriks : Lama Hari Rawat Kelompok Informan Pendukung Perawat Ruangan Dokter Pertanyaan : berapa lama rata-rata hari rawat... 2-3 hari 2-3 hari atau tergantung kondisi pasien

Matriks : Mobilisasi Dini yang dapat dilakukan oleh pasien post operasi appendectomy Kelompok Informan Pendukung Perawat Ruangan Pertanyaan : Mobilisasi dini seperti apa yang boleh dilakukan oleh pasien post op appendectomy... 24 jam post op miring kanan miring kiri di tempat tidur (bila tidak pusing), duduk, besok boleh berdiri di sisi tempat tidur dan boleh berjalan Melakukan mobilisasi secara bertahap, miring kanan miring kiri atau duduk pada hari pertama post op, besoknya berjalan

Dokter

Matriks : pasien yang boleh melakukan mobilisasi dini Kelompok Informan Pendukung Perawat Ruangan Dokter Pertanyaan : pasien seperti apa yang boleh melakukan mobilisasi dini Jika pasien itu sudah tidak merasa pusing, tidak ada keluhan Semua pasien yang baru operasi, merasa enakan, jika sudah tidak pusing

Matriks : Diet untuk Pasien Post Operasi Kelompok Informan Pendukung Perawat Ruangan Pertanyaan : apakah ada diet khusus, diet seperti apa, mengapa.. Tidak ada, makan secara bertahap mulai makan lunak dulu (bubur) kemudian makan seperti biasa, minum secara bertahap (pertama 3 sendok makan) kemudian cc per jam (jika tidak ada keluhan baru dan tidak kembung) Tidak ada, makanan tinggi protein seperti ikan dan telur

Dokter

Matriks : Perbedaan Mobilisasi Dini anatara Pasien Post Op Appendectomy dengan Pasien Post Op Lainnya Kelompok Informan Pendukung Dokter Pertanyaan : adakah perbedaan mobilisasi dini pada pasien post op app dengan post op lainnya... Tidak ada, dilihat dari jenis anestesinya...

Anda mungkin juga menyukai