KONTRAKTUAL
Kementerian Negara/Lembaga : Departemen Pekerjaan Umum Unit Organisasi Program Kegiatan Sub Kegiatan Detail Kegiatan : SATKER Penataan Bangunan dan Lingkungan Prov. NAD : Pembinaan Permukiman dan Pengembangan Infrastruktur
3)
b. Gambaran Umum 1) Memasuki era otonomi daerah kegiatan pembangunan gedung di Kabupaten/Kota terus meningkat baik kuantitas, kualitas maupun kompleksitasnya. Fenomena yang berlangsung sejalan dengan kebijakan otonomi daerah tersebut terlihat kecenderungan daerah berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain dengan menarik investor sebanyak mungkin. Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan, bertambahnya jumlah investor di daerah yang berkiprah dalam kegiatan pembangunan tanpa ditunjang peraturan perundangan yang memadai, dikuatirkan tingkat laju pembangunan bangunan gedung yang tidak memenuhi persyaratan baik administratif maupun persyaratan teknis akan semakin tinggi. Meningkatnya kegiatan pembangunan gedung di Kabupaten kota perlu diantisipasi dengan pengaturan pembangunan gedung yang seimbang antara pengaturan yang bersifat administratif dan teknis sehingga proses pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung dapat berlangsung tertib, dan terwujud bangunan gedung yang andal, serasi dan selaras dengan lingkungannya. Terbatasnya kapasitas Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan arahan terwujudnya bangunan gedung yang dapat menjamin keselamatan masyarakat dan kelestarian lingkungan, baik melalui mekanisme perizinan, maupun pengawasan, sehingga perlu adanya kegiatan dalam
2)
3)
bentuk penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung. 4) Untuk mengantisipasi hal tersebut daerah kabupaten/kota perlu segera melakukan Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung, yang dapat digunakan sebagai acuan bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan gedung, sehingga maksud dan tujuan pengaturan bangunan gedung di daerah dapat terwujud dengan baik.
c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan 1) Sejalan dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, perlu ditindaklanjuti oleh daerah Kabupaten/Kota dengan menyusun Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung. Sebagian besar peraturan daerah yang berkaitan dengan bangunan gedung pada saat ini muatan pengaturan yang terkandung lebih bersifat pada masalah administratif, sedang muatan pengaturan persyaratan teknis dalam penyelenggaraan bangunan gedung sangat kurang, bahkan ada perda yang secara khusus hanya mengatur tentang retribusi sebagai salah satu sumber PAD. Hal ini khususnya banyak terjadi pada kabupaten/kota yang memiliki Perda Bangunan Gedung sebelum Tahun 2002, yaitu sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Diperlukan peraturan daerah tentang bangunan gedung, yang muatan substansinya telah menyesuaiakan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Penyusunan Rancangan Perda Bangunan Gedung di daerah diperlukan guna diajukan ke legislatif untuk disahkan sebagai peraturan pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah, sesuai dengan UndangUndang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. Adanya peraturan daerah yang baku di tiap kabupaten/kota diperlukan guna menjamin tertib penyelenggaraan bangunan gedung di daerah yang selama ini kurang sesuai dengan amanat dari UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung.
2)
3)
4)
2)
3)
4)
Melakukan finalisasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung melalui kegiatan Prakonsensus dan Konsensus.
Diserahkan maksimal 30 (tigapuluh) hari kalender sejak SPMK dikeluarkan dan telah disetujui oleh Tim Teknis/Penilai, sebanyak 10 (sepuluh) copy. 2) Laporan Antara, minimal berisikan: - Identifikasi dari hasil kajian kepustakaan yang diperoleh, telaah dari peraturan perundang-undangan, NSPM, SNI dari kab/kota yang telah ditetapkan dan/atau kota-kota lain yang dapat memperkaya kajian akademis; - Identifikasi permasalahan berdasarkan hasil survey, inventarisasi data primer dan sekunder yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung di daerah; - Analisis permasalahan-permasalahan berdasarkan hasil survei dan kajian kepustakaan yang telah dilakukan; - Pembahasan awal konsep rancangan Ranperda Bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang akan diusulkan. Diserahkan maksimal 120 (seratus duapuluh) hari kalender sejak Laporan Pendahuluan diserahterimakan dan telah disetujui oleh Tim Teknis/Penilai, sebanyak 10 (sepuluh) copy. 3) Laporan Akhir, minimal berisikan: - Naskah Akademis; - Draft Buku Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Bangunan Gedung Kabupaten/Kota yang siap untuk disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada DPRD. Diserahkan maksimal 90 (sembilanpuluh) hari kalender sejak Laporan Antara diserahterimakan dan disetujui oleh Tim Teknis/Penilai, atau paling lambat 8 (delapan) bulan kalender terhitung sejak SPMK dikeluarkan, sejumlah 10 (sepuluh) copy. 4) 5) 6) Naskah Akademis; Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung; Surat pengantar Bupati/Walikota kepada DPRD mengenai penyerahan Naskah Akademis dan Rancangan Perda Bangunan Gedung yang siap untuk dibahas dengan Dewan. Kedalaman dari naskah Ranperda tentang Bangunan Gedung, dapat dikembangkan lebih lanjut, dengan mengantisipasi dan mempertimbangkan potensi, kebutuhan dan kondisi sosial, ekonomi dan budaya daerah serta perkembangan ilmu dan teknologi.
Disamping laporan tertulis dalam bentuk laporan, konsultan juga diminta menyampaikan semua hasil pekerjaan dalam bentuk file yang dikemas dalam Compact Disc (CD) kepada Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan, Kegiatan Pembinaan PBL Provinsi NAD.
Fasilitasi pembahasan ranperda dilakukan oleh tim pelaksana dari PPK Pembinaan PBL, Satker PBL Provinsi. Tugas dari tim pelaksana antara lain: a) b) Membentuk tim teknis penyusunan Ranperda Bangunan Gedung. Melakukan koordinasi awal dengan pihak pemerintah kabupaten/kota sejumlah 1 kali untuk masing-masing kabupaten/kota. Koordinasi dirancang dengan mengadakan pertemuan terhadap unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan Ranperda. c) Menyelenggarakan rapat pembahasan Ranperda sejumlah 3 (tiga) kali pertemuan di Kabupaten/Kota tempat Ranperda disusun, dengan mekanisme sebagai berikut: - Rapat 1 : - Rapat 2 : - Rapat 3 : pembahasan Laporan Pendahuluan pembahasan Laporan Antara pembahasan Laporan Akhir (Naskah Akademik dan Draft Ranperda Bangunan Gedung)
Rapat pembahasan, sebaiknya dikoordinir oleh Dinas Dinas PU/Cipta Karya/Kimpraswil Kabupaten/Kota yang membidangi penyelenggaraan bangunan gedung, dan harus mengundang perwakilan dari unsur-unsur terkait, sebagai berikut: - Dinas PU/Cipta Karya/Kimpraswil Provinsi; - Biro Hukum Pemerintah Provinsi; - SATKER Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi; - DPRD tingkat II;
- Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota; - Bagian Hukum, Pemerintah Kabupaten/Kota; - Dinas PU/Cipta Karya/Kimpraswil Kabupaten/Kota; - Bappeda Kabupaten/Kota; - Dinas Tata Kota/Permukiman Kabupaten/Kota; - Dinas Perijinan Kabupaten/Kota; - Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota; - Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten/Kota; - Bakesbanglinmas Daerah Kabupaten/Kota; - Perguruan Tinggi; - Asosiasi Profesi (INKINDO, GAPENSI, LPJKD, dll); - LSM/ tokoh masyarakat; - dan unsur terkait lainnya. d) Menyelenggarakan Pra Konsensus di Kabupaten/Kota tempat Ranperda disusun, dengan unsur yang diundang sama dengan unsur peserta pada rapat pembahasan. e) Menyelenggarakan Konsensus di Kabupaten/Kota tempat Ranperda disusun, dengan unsur yang diundang sama dengan unsur peserta pada rapat pembahasan. Konsensus harus menghasilkan: - Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung; - Surat pengantar Bupati/Walikota kepada DPRD mengenai penyerahan Naskah Akademis dan Rancangan Perda Bangunan Gedung yang siap untuk dibahas dengan Dewan.
b. Tahapan Kegiatan Penyusunan Ranperda 1) Tahapan Persiapan a) Melakukan pendalaman pemahaman akan lingkup pekerjaan dan lingkup tugas sesuai Kerangka Acuan Kerja (KAK); Melakukan telaah/kajian materi dan lingkup permasalahan dalam penyelenggaraan bangunan gedung, dalam lingkup kondisi saat ini dan potensi permasalahan yang timbul apabila tidak tersedia perda bangunan gedung; Menyusun kerangka kerja langkah-langkah penanganan tugas secara keseluruhan dan pentahapan pelaporan.
b)
c)
2)
Tahapan Survei dan Analisis a) Melakukan kajian kepustakaan, peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis terkait dengan peraturan penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk didalamnya peraturan-peraturan yang sudah ada, maupun komparasi dari peraturan sejenis dari luar negeri; Pelaksanaan survei dan pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang diharapkan memperkaya masukan akademis maupun komparasi dari sumber data lainnya; Identifikasi permasalahan-permasalahan, inventarisasi data primer dan sekunder, identifikasi dan tabulasi potensi dan hambatan terkait; Analisis atas permasalahan.
b)
c)
d) 3)
Tahapan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung Menyusun Rancangan Perda Bangunan Gedung yang berisikan coverring letter/batang tubuh dan lampiran dari batang tubuh. Sistematika ranperda sesuai dengan substansi yang telah disepakati (lihat lampiran);
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang penyusunan NSPM sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan selama 6 (enam) bulan penuh sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
2)
Tenaga Ahli Tenaga ahli yang disyaratkan adalah seorang Sarjana Strata Satu (S1) lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan di bidang penyusunan NSPM sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Tenaga Ahli yang dibutuhkan antara lain: - Ahli Arsitek, pendidikan S1 (5 tahun); - Ahli Teknik Sipil, pendidikan S1 (5 tahun); - Ahli Perencana Wilayah dan Kota (Planologi), pendidikan S1 (5 tahun); - Ahli Hukum, pendidikan S1 (5 tahun); - Ahli ME, pendidikan S1 (5 tahun).
b. Penanggungjawab Kegiatan Penanggungjawab kegiatan adalah PPK Pembinaan PBL, Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi NAD. c. Penerima Manfaat Kegiatan Penerima manfaat kegiatan adalah kabupaten/kota yang mendapat bantuan penyusunan Ranperda Bangunan Gedung.
8. Jadwal Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan (time) Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 8 (delapan) bulan kalender sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
10
II.
III.
IV. Tahap Pembahasan 1 Laporan Pendahuluan 2 Laporan Antara 3 Laporan Akhir 4 Pra Konsensus 5 Konsensus
Banda Aceh, November 2012 PPK Pembinaan Satker Penataan Bangunan dan Lingkungan Prov. NAD
11