Anda di halaman 1dari 41

Sistem Manajemen Gudang

Sistem adalah kumpulan interaksi dari sub sistem, dan Manajemen adalah ilmu mengelola sumber daya, sedangkan Gudang adalah tempat penyimpanan barang sementara. Secara ringkas sistem manajemen gudang mengandung pemahaman : pengelolaan dari aktifitas yang saling terkait dalam aktifitas penyimpanan barang sementara. Apa saja aktifitas penyimpanan barang itu? Penerimaan dari pemasok, handling barang, pengeluaran barang ke tujuan adalah garis besar dari aktifitas penyimpanan. Saat ini gudang memiliki arti luas dan lebih dari sekedar tempat penyimpanan saja. Gudang itu sendiri tidak menambah nilai barang secara langsung, tidak ada perubahan citarasa, bentuk, kemasan, dll. Intinya tidak ada kegiatan proses operasi pada barang, yang ada adalah aktifitas transportasi barang dari satu tempat ke tempat lainnya, itu secara umum kegiatan di Gudang. Beberapa aktifitas di dalam gudang secara sederhana : 1. Administrasi. 2. Penerimaan barang. 3. Penyimpanan barang. 4. Pengepakan barang ke tempat yang dituju. 5. Pengeluaran barang. Aktifitas ini saling terkait, dan secara personalia harus dikepalai oleh satu orang, semisal Kepala bagian, Supervisor atau semacamnya. Tiap kepala bagian diharuskan menguasai pengendalian pada bagiannya, pengendalian yang harus dilakukan : 1. Pengendalian Operasional 2. Pengendalian Biaya 3. Pengendalian Personalia Operasional, Biaya dan Personalia saling berkaitan. Menurut saya penguasaan mendalam dan kontrol ketat pada ketiga bagian itu akan melahirkan kondisi yang sehat bagi gudang, ketiga bagian ini perlu terus dikembangkan. Misalnya Pengendalian Personalia, jangan hanya puas dengan kondisi saat ini, jika dapat upgrade lah kemampuan anak buah dengan berbagai hal kreatif. Kepala bagian juga secara rutin berkomunikasi dalam satu forum besar, semisal briefing pagi, atau briefing target2 dan kesalahan-kesalahan yang masih ada. Menurut saya juga tidak ada satu sistem kerja yang sempurna, selalu ada yang lebih baik. Setiap bagian dalam gudang akan saya bahas pada kesempatan berikut. Meninjau secara umum sistem manajemen gudang sangat menarik bagi orang yang berkecimpung di dalamnya, mengapa? Paling tidak ada beberapa alasan : 1. Dalam lingkup gudang SDM yang dihadapi level pekerja kasar dan sulit diatur, sehingga diperlukan sebuah pendekatan yang personal dan unik dibandingkan kantoran. 2. Variabel yang ada sulit dikendalikan, sehingga kapasitas perlu diperbesar setiap hari dalam menangani masalah. 3. Gudang sebagai pusat logistik namun tidak memberi nilai tambah secara langsung, sehingga prestasi kerja tidak begitu Nampak. Jadi sesempurnanya sebuah gudang, memang begitulah seharusnya dan bukan sebuah prestasi. Misal, biaya gudang harus

di bawah 5%, sangat sulit, tetapi ketika kita mencapainya tidak ada prestasi tersendiri, lumrah. Beda dengan Sales yang bisa sekreatif mungkin memainkan angka-angka. 4. Barang rusak dan hilang nilainya tinggi jika tidak ada pengendalian-pengendalian yang di manaje secara professional. Sampai saat ini bergerak di bidang logistik, merupakan hal menarik. Lebih kepada behind the scene namun sangat vital dalam sebuah perusahaan yang memiliki Gudang. Secara tidak langsung distribusi logistik pemilu kacau disebabkan belum ada penguasaan mendalam, oleh sebab itu Manajemen Logistik perlu di angkat dan dipelajari dari suatu hal yang sederhana dan kecil sampai suatu sistem yang kompleks dan rumit. Sumber pembelajaran terdapat banyak di situs luar negeri, namun tentunya adopsi yang sesuai dengan karakteristik perusahaan merupakan hal paling baik untuk mencapai produktifitas.

Sistem Manajemen Gudang (WMS)

Kali ini saya tertarik untuk mengulas mengenai fitur-fitur software sistem manajemen gudang (WMS) yang mungkin berguna bagi beberapa pengunjung blog ini atau anda yang memiliki pengalaman mengenai WMS, membutuhkan WMS atau ada referensi mengenai WMS bisa saling bertukar pikiran Keberadaan software yang mensupport aktifitas pergudangan mulai dari penerimaan barang, penyimpanan barang, pengambilan (picking) sampai dengan memuat ke truck dan delivery sangat dibutuhkan oleh gudang, bantuan sistem ini akan membantu untuk melacak informasi dan data-data yang dibutuhkan oleh customer ataupun pemilik gudang sendiri. Wikipedia mendefinisikan Warehouse Management System sebagai : WMS, is a key part of the supply chain and primarily aims to control the movement and storage of materials within a warehouse and process the associated transactions, including shipping, receiving, putaway and picking. The systems also direct and optimize stock putaway based on real-time information about the status of bin utilization. Mengontrol pergerakan barang di dalam gudang sehubungan dengan transaksi keluar masuk barang, mungkin itu adalah keyword dari definisi dari wikipedia di atas. Bagaimana WMS (Warehouse Management System) ini bisa memungkinkan hal itu? Tentunya dengan satu sistem database yang memungkinkan user untuk melakukan kontrol mendetail. Saya coba membahas bagaimana WMS bisa melakukan hal tersebut, data-data ini saya dapatkan dari source yang memiliki lisensi langsung mengenai software database gudang.

Fitur di atas adalah fasilitas ideal yang disediakan oleh Warehouse Management System. Receiving and Putaway, Dispacthing, Stock Take, Reporting adalah beberapa fitur standard yang coba saya bahas. Receiving and Putaway Proses Receiving and Putaway dimulai ketika barang datang ke gudang. Secara fisik barang yang datang harus dimasukkan ke dalam sistem WMS, sehingga database barang di gudang akan terupdate. Opsi melakukan input barang adalah dengan menggunakan Input data PO (Purchase Order) secara otomatis yang dilakukan Departemen Purchasing / Pembelian, atau dengan input data manual. Prinsip utamanya adalah kesesuaian fisik yang datang dengan kebutuhan di gudang, sehingga menghindari terjadinya selisih stock pada saat melakukan cycle count atau stock opname. Setelah fisik barang diterima, selanjutnya fisik barang tersebut harus diletakkan pada lokasi tertentu di gudang (Putaway). Proses Putaway ini sangat penting untuk mengetahui informasi dimana barang yang diterima diletakkan serta bisa mensupport sistem FIFO/FEFO (First In First Out / First Expired First Out).

Gambar di atas menunjukkan jumlah produk yang diterima dan lokasi yang peletakkan nya. Untuk gudang yang memiliki fasilitas barcoding serta kompleksitas dan nilai yang sangat

tinggi maka disarankan melakukan pencetakan dokumen receipt pada sticker barcode yang akan ditempelkan pada barang, hal ini berguna untuk mempercepat aktifitas operasional karena proses perpindahan fisik barang akan disupport oleh adanya sistem scan barcoding menggunakan handheld dan operator yang melakukan putaway tidak perlu melakukan updating pada komputer.

Informasi receipt label yang ditempelkan pada pallet ini juga sangat membantu operator gudang melakukan cycle count / stock opname, tidak perlu melakukan penghitungan manual dan cukup melihat informasi pada sticker, maka waktu penghitungan akan sangat cepat dan akurat. Setelah barang di atas pallet ditempel lebel dan diletakkan sesuai lokasi yang tertera, maka proses receiving dan putaway bisa dikatakan selesai. Dispacthing Proses dispatching ini berfungsi sebagi pendukung operasional pengeluaran barang dari gudang (picking dan delivery barang) atas barang-barang yang akan dikirimkan ke outletoutlet atau kepada customer. Pencarian lokasi atas barang-barang yang akan di picking akan dipermudah melalui adanya informasi pada WMS.

Bagi para pekerja gudang, tentunya fitur ini mempercepat pencarian. Cukup melihat informasi, atau bahkan informasi ini sudah terupload kedalam device handheld, melakukan

picking dan melakukan scanning barcode terhadap sticker di pallet sehingga secara data barang tersebut sudah dinyatakan diambil dan stock pada lokasi sudah kosong sera bisa ditempati barang lain yang akan diterima. Setelah melakukan picking pada lokasi maka operator pada gudang perlu dipandu dengan informasi barang-barang yang akan didelivery / diberangkatakan ke satu tujuan. WMS akan memberikan informasi order dari customer berupa sticker barcode yang ditempelkan pada setiap karton yang akan diberangkatkan. Sticker ini akan sesuai jumlahnya dengan fisik barang yang sudah diambil dari lokasi. Setelah melakukan aktifitas picking, maka perlu dilakukan validasi antara item-item yang telah di picking dengan order dari outlet atau customer. Warehouse Management System mengakomodasi validasi ini dengan fitur dokumen yang dinamakan dengan Delivery Note atau bisa juga disebut sebagai Delivery Note. Fungsi utama fitur ini adalah memudahkan operasional gudang membandingkan antara item-item yang dipicking dengan item-item yang akan dimuat ke dalam truck, petugas gudang yang melakukan biasanya dinamakan checker yang melakukan fungsi double check antara hasil picking versus barang yang akan di loading. Sedemikian penting tugas checker ini sehingga untuk mempercepat pekerjaannya, WMS mensupport dengan pencetakan dokumen Delivery Note / Delivery Order seperti gambar berikut.

Selain fitur Delivery Note, dibutuhkan fitur double check berikutnya untuk memastikan seluruh barang keluar merupakan order dari customer, salah satu fungsi double check ini bisa dibantu dengan sticker dispatch label. Sticker dispatch label ini akan memandu operator untuk melakukan loading ke dalam truck yang akan membawa barang ke satu tujuan tertentu. Dispatch label ini memiliki fungsi ganda sebagai proses double check pada tempat / destinasi yang nantinya akan menerima barang tersebut. Informasi sticker dan jumlah karton cukup menjadi dasar pengecekan, menghemat waktu pengecekan pada saat melakukan unloading di tempat tujuan. Pada saat dipatch ini WMS akan memotong sejumlah stock yang telah didelivery ke tujuan, proses informasi ini dibaca sebagai pengurangangan tingkat persediaan dan secara otomatis bisa diproses kepada sebuah Sistem Manajemen Persediaan untuk selanjutnya diproses menjadi pemesanan kepada supplier. Detail artikel Sistem Manajemen Persediaan pernah saya ulas pada tulisan saya.

Stock Take Stock take dilakukan untuk melakukan penyesuaian stock fisik dan stock komputer sehingga tingkat persediaan yang berhubungan dengan biaya persediaan pada sebuah gudang sesuai dengan keadaan fisik. Stock take sendiri merupakan satu aktifitas yang menyedot kapasitas dan sangat menguras waktu dari operator gudang. Tidak jarang proses stock take dilakukan dengan melibatkan banyak personil gudang, dilakukan penghitungan 1, penghitungan 2 dan seterusnya untuk memastikan barang secara fisik ada di dalam gudang. WMS sudah memudahkan dengan informasi detail setiap barang dan lokasi, sehingga operator cukup mudah untuk melakukan stock take. Dalam flow WMS maka operasional gudang tentunya tidak memunculkan selisih antara fisik barang dengan stock komputer.

Report Stock take yang dicetak setelah hasil penghitungan fisik dilakukan idealnya adalah 0 atau tidak terjadi selisih sama sekali antara komputer dengan fisik. Jika ada nilai selisih plus atau minus maka dilakukan penghitungan ulang terhadap fisik, WMS telah membantu untuk melakukan referensi lokasi barang yang terjadi selisih, operator tidak perlu lagi berkeliling gudang untuk menghitung seluruh jumlah barang melainkan cukup menghitung ke lokasi yang menurut report terjadi selisih. Waktu yang digunakan akan sangat singkat. Setelah seluruh penghitungan dilakukan, maka komputer akan melakukan adjustment plus atau minus terhadap penghitungan fisik. Pada tahapan ini maka gudang telah memiliki stock update yang sesuai antara data dengan fisik. Reporting Fitur reporting adalah fitur pendukung yang cukup vital. Laporan yang tersedia pada WMS harus mampu menjelaskan banyak hal kepada pemilik barang, laporan ini juga harus valid dan bisa tersedia sewaktu-waktu dimana sebuah keputusan harus ditunjang oleh adanya data historis masa lalu. Fitur reporting ini menurut saya menjadi titik vital pentingnya ada sebuah WMS pada gudang. Beberapa fitur reporting pada gambar di samping haruslah mampu mendukung kebutuhan sebuah gudang akan sebuah informasi yang lengkap. Idealnya seseorang akan mampu membaca kesehatan sebuah gudang pada fitur reporting ini. Misalkan reporting hari persediaan (Inventory Days) yang seharusnya berada pada tingkat minimum, anggap saja idealnya 5 hari. Jika reporting menunjukkan stock gudang ada di atas 5 hari, maka keputusan Kepala Gudang / Manajer Gudang haruslah mencoba menurunkan tingkat order dan mengoptimalkan pengeluaran barang, sehingga tingkat persediaan turun.

Report ini juga dibutuhkan customer (topik khusus pada penyedia jasa gudang) untuk mengetahui barang apa saja yang tersedia pada gudang dan akan dikirim ke outlet atau destinasi mana. Tanpa adanya fitur pendukung berupa reporting ini, maka WMS bisa dikatakan tidak lengkap dan kurang menjawab kebutuhan user. Reporting juga harus dihubungkan dengan Key Performance Indicator (KPI) dari gudang. Misalkan KPI dari variansi stock adalah 1%, maka Report harus mampu mengeluarkan laporan selisih barang hasil stock opname. Untuk kebutuhan lebih lanjut (biasanya digunakan oleh Data Analyst), fitur reporting harus mampu mengekspor file ke dalam file .dbf .csv atau .xls yang bisa diolah lebih lanjut dengan Ms Excel. Beberapa fitur standard dari WMS tadi seharusnya bisa ditemukan pada setiap gudang, tergantung dari nilai pergerakan barang yang terjadi di dalamnya. Instalasi software WMS sendiri memerlukan biaya tidak sedikit dan setidaknya membutuhkan 1-2 orang dedicated admin untuk bertanggung jawab atas WMS ini. Investasi Warehouse Management System Menurut beberapa sumber penyedia WMS, harga yang ditawarkan cukup bervariatif. Bisa di atas 50 juta, atau bernilai di bawah 50 juta. Variasi ini biasanya ditimbulkan oleh kompleksitas fitur yang tersedia pada WMS tersebut. Idealnya, ketika membeli sebuah WMS, user harus mengetahui beberapa hal sebagai berikut : 1. Kapabilitas penyedia jasa WMS. 2. Portfolio atau pernah dipakai sebelumnya. 3. Supporting jika terjadi bug atau error. Jika instalasi WMS menjadi investasi yang cukup besar dan mungkin saja akan memberatkan bagi belanja modal (Capital Expenditure) bagi sebuah usaha, maka tidak ada salahnya

mengalihkan pilihan kepada jasa persewaan WMS. Tentunya opsi ini akan lebih ringan dan memiliki resiko lebih rendah karena pencatatannya akan sebagi biaya operasional (Operational Expenses) bulanan serta resiko apabila WMS tidak terpakai tentunya akan hilang karena sewaktu-waktu dapat memutuskan kontrak dengan penyedia jasa. Kapan idealnya sebuah gudang membutuhkan Warehouse Management System (WMS)? Pertanyaan tentunya memiliki berbagai macam penjelasan dan perspektif untuk menjawabnya, dari sisi ekonomis maka bisa saja sebuah gudang membutuhkan WMS ketika nilai pergerakan barang di dalamnya mencapai angka tertentu (katakan 1 Milliar rupiah sebulan) dan angka investasi WMS adalah 100 juta rupiah yang apabila disusutkan 60 bulan hanya sekitar 1,67 juta atau senilai 1,67% dari omzet sebulan. Dari sisi Good Warehousing Practices (GWP), bisa saja sebuah gudang membutuhkan WMS ketika tenaga atau aktifitas manual tidak bisa mendukung GWP itu sendiri sehingga gudang tersebut membutuhkan solusi berupa WMS tanpa memperhitungkan sisi finansial. Pada akhirnya itu akan menjadi pilihan bagi pelaku usaha untuk melakukan investasi terhadap WMS, namun di tengah-tengah dinamis nya pergerakan bisnis atau usaha maka investasi tentunya akan melahirkan keunggulan kompetitif i tersendiri bagi suatu usaha, berani?

Sistem Penerimaan Barang di Gudang


Penerimaan barang merupakan segala awal arus barang yang bergerak di gudang. Penerimaan barang dari pemasok atau rekanan memang kelihatan mudah, namun bila hal ini tidak memiliki sistem yang mengatur, maka bisa dipastikan akan mengganggu produktifitas. Berikut adalah hal-hal penting dalam penerimaan barang : 1. Bukti pesanan barang dari Gudang (untuk memastikan pesanan barang dalam spesifikasi tepat) 2. Bukti Tanda Barang diterima (untuk penagihan) 3. Cek Bukti Pemesanan dengan Fisik Barang 4. Cek Expired Date dan Kondisi Barang 5. Memasukkan Barang ke Penyimpanan Berikut contoh Flow chart Receiving :

Bukti Pemesanan (Purchase Order) Ketika satu pihak memesan sejumlah barang ke pemasok, maka dia akan mengirimkan PO ke pemasok. Barang sesuai jumlah PO ini nantinya akan dibawa ke Gudang tempat yang disiapkan oleh si pemesan. Tim Gudang tentunya tidak selalu tahu jenis barang apa yang dipesan, oleh sebab itu tim Gudang perlu memastikan kesesuaian PO dengan fisik barang yang ada. Setelah PO diperiksa dan sesuai dengan seluruh item yang dibawa, maka selanjutnya dibuat Bukti Tanda terima Barang. Bukti Tanda Terima Barang Bukti Tanda Terima Barang serta Faktur akan berhubungan dengan penagihan uang. Bukti Tanda Terima barang akan dijadikan dasar oleh pihak supplier untuk menagih ke pemesan barang. Pentingnya untuk membuat Bukti Tanda Terima Barang ini asli dan ada tanda-tanda yang dilampirkan, semisal PO atau surat lain yang menjamin keaslian dokumen ini. Operasional Aktifitas operasional adalah bongkar barang, cek expired, cek kesesuaian pesanan serta memasukkan barang ke penyimpanan. Aktifitas operasional ini merupakan salah satu critical point, mengapa? Berikut beebrapa alasan versi saya : 1. Bongkar muat barang yang dilakukan oleh kuli bongkar rawan membuat rusak barang atau resiko kehilangan barang karena dicuri. 2. Cek kesesuaian barang dengan PO dan Expired date barang dilakukan oleh staff

penerimaan barang yang biasanya memiliki sejumlah alasan untuk tidak melakukan aktifitas ini dengan sejumlah alasan seperti : supaya cepat, sudah kenal dengan pemasok, disiplin melakukan sistem, dll. Intinya di poin 1 dan 2 kritis dikarenakan Faktor Sumber Daya Manusia. Penerimaan Barang di gudang rawan permainan dengan pihak supplier. Staff penerimaan tanpa diketahui oleh pemesan dapat melakukan deal-deal khusus yang merugikan pemesan dan menguntungkan pemasok. Jadi kontrol yang ketat terhadap personil penerimaan cukup penting, hal seperti melakukan rotasi pekerjaan rutin serta bekerja dalam jumlah kecil serta pembatasan wewenang adalah hal-hal praktis yang bisa dilakukan.

Sistem Administrasi Gudang Administrasi menurut saya merupakan sutradara dibalik segala operasional Gudang. Administrasi mengurus data-data gudang seperti data pemesanan barang, data persediaan, data pengeluaran barang, data permintaan, bahkan sampai peramalan permintaan. Oleh karena itu, ibarat sebuah film maka Administrasi adalah penulis skenario yang menentukan jalan ceritanya. Mengingat sistem begitu kompleks, diperlukan software yang menangani semuanya secara terintegrasi. Jika pada lingkup administrasi tidak ditangani dengan baik, maka yang kena getahnya adalah operasional di lapangan. Software yang mengatur transaksi gudang ini lebih baik bisa dieksekusi dalam keadaan real time, jadi seperti sistem informasi Bank. Semisal ambil uang Rp 200.000 di ATM, maka Bank langsung secara real time mengurangi saldo. Nah, kira-kira seperti itu yang software yang dibutuhkan di gudang. Tetapi saya sendiri gak begitu menguasai tentang software seperti ini, yang saya paham hanya sedikit alur administrasi gudang. Data pemesanan barang Sebuah gudang menyimpan barang-barang tertentu dan mengeluarkan dalam jumlah tertentu. Misalkan pengeluaran adalah x maka penyimpanan bisa saja x atau x + y , dimana y adalah buffer stock, Tingkat buffer diperlukan di Indonesia, mengingat kontinuitas suplai yang tidak terjamin oleh pemasok, padahal teori mengatakan zero stock adalah hal yang baik, tetapi itu beresiko tinggi terhadap potential loss sales dari perusahaan. Pemesanan dilakukan administrasi berdasarkan kebutuhan pengeluaran. Kebutuhan pengeluaran diramalkan terlebih dahulu melalui data historis ataupun diestimasi. Pemesanan dilakukan kepada pemasok dengan perjanjian waktu bayar (term of payment(TOP)), dimana TOP nantinya diusahakan angkanya lebih besar daripada DSI (Day Sales Inventory) atau waktu barang tersimpan dampai menjadi uang. Misalkan jika perusahaan berhasil menjual dalam waktu 3 hari dan TOP adalah 6 hari, maka perusahan untung, karena sudah berhasil menjual 2 kali tetapi baru membayar sebanyak 1 kali. Administrasi banyak berkaitan dengan pemasok. Perjanjian produk yang returnable juga menguntungkan perusahaan dibandingkan sistem beli putus. Perjanijian ini bahkan bisa sebegitu ketat, semisal satu peritel luar negeri yang tersangkut kasus di KPPU, salah satunya karena diduga mengadakan perjanjian pada pemasok supaya

harga yang masuk ke ritel tersebut harus lebih murah dibanding ritel mana saja yang memesan barang sama dengan pemasok. Ini merupakan bentuk praktek monopoli. Hubungan erat pihak administrasi juga dijalankan dalam rangka menjalin supplier relationship management. Banyak faktor yang mempengaruhi supplier relationship management dan itu banyak menyangkut etika bisnis. Data Inventory Administrasi menjadi ujung tombak seluruh pencatatan arus keluar masuk barang, sehingga pengendalian operasional lebih dimudahkan dengan adanya akurasi data. Bukti pencatatan barang keluar masuk akan mempengaruhi beberapa hal berikut : 1. Jumlah stok barang. 2. Klaim pembayaran barang masuk dan keluar. 3. Dasar memesan barang. 4. Mempelajari trend sales. Data persediaan ini menuntut akurasi data secara real time dan dapat dipertanggungjawabkan. Administrasi yang kuat perlu dibangun melalui integrasi antara komputerisasi dan sumber daya yang menjalankannya. Sistem informasi yang berkaitan dengan database memerlukan orang-orang yang akrab dengan database.

Sistem Manajemen Persediaan Gudang


Manajemen Persediaan dan Resiko Manajemen persediaan digambarkan sebagai proses untuk mengelola jumlah barang yang disimpan untuk menunjang usaha atau bisnis yang digerakkan. Idealnya suatu sistem manajemen persediaan bisa berada dalam tingkat paling ekonomis tanpa adanya potensi resiko pada perusahaan. Resiko yang dimunculkan akibat adanya persediaan adalah biaya persediaan, kerusakan barang, kehilangan barang serta space untuk penyimpanan barang. Jika meninjau komponen resiko tadi, bisa dibayangkan bahwa manajemen persediaan yang tepat adalah mata rantai dalam supply chain management yang cukup vital. Jika mengambil contoh pada resiko biaya persediaan, maka harus dicermati jumlah pembelian berada pada tingkat yang memenuhi permintaan dengan selisih yang mendekati 0 (Zero Inventory). Jika permintaan berada pada angka 200 setiap minggu dan gudang membeli sejumlah 800, maka dibutuhkan 4 minggu untuk menghabiskan persediaan. Dalam tingkat penjualan 200 maka gudang sudah menghabiskan biaya sejumlah 800. Yang disarankan adalah memiliki persediaan mendekati 200, atau bahkan dalam 1 minggu bisa memesan 2 kali atau beberapa kali pun untuk memenuhi angka permintaan 200. Variable ini bisa lebih unik lagi jika memasukkan faktor Term Of Payment kepada supplier yang lebih panjang dari Selling Point. Resiko kerusakan, kehilangan dan biaya space adalah biaya-biaya lain yang merugikan perusahaan. Kerusakan dan kehilangan muncul karena handling, operasional dan administrasi gudang yang tertata baik. Biaya space untuk penyimpanan adalah biaya yang hilang karena menyimpan barang di saat space itu lebih tepat digunakan untuk input lain yang lebih mempengaruhi tingkat output. Dari gambaran singkat mengenai resiko persediaan, maka bisa

dipastikan bahwa memiliki sistem manajemen persediaan yang baik akan menghindarkan (atau paling tidak meminimalisir) perusahaan dari sejumlah resiko biaya.
Mengelola Resiko

Pendapat saya mengenai manajemen persediaan adalah mengelola resiko yang akan muncul akibat adanya ketidaksesuaian persediaan dengan kebutuhan. Suatu tantangan bagi pekerja di logistik untuk mengelola munculnya resiko-resiko tadi, kata mengelola saya coba pakai karena untuk benar-benar menghilangkan resiko dalam prinsip manajemen persediaan diperlukan adanya nilai dari mata rantai lain yang cukup sulit dikendalikan atau dalam supply chain management, mata rantai ini bisa dikatakan mata rantai yang lemah. Bagian dari mata rantai manajemen persediaan untuk mengelola resiko adalah ketika manajemen persediaan dapat menyediakan jumlah barang pada waktu, jumlah, kualitas yang tepat pada tingkat harga / biaya yang paling ekonomis. Ketika duduk di bangku perkuliahan, lazim dipakai istilah Economic Order Quantity (EOQ) yang menjelaskan rumus / logika mengelola persediaan pada jumlah yang paling ekonomis. Sayang sekali jika EOQ harus dikubur dalam-dalam atau paling tidak membutuhkan sejumlah penyesuaian jika ingin dipakai dalam mengelola persediaan di dunia kerja yang memiliki variable kompleks. Untuk itu, dalam mengelola resiko dengan megelola persediaan sangat terkait dengan karakteristik industri / usaha masing-masing. Meski begitu prinsip-prinsip umum dapat menjadi batasan untuk memiliki manajemen persediaan yang tepat. Berikut beberapa prinsipprinsip umum untuk manajemen persediaan : 1. Persediaan dapat memenuhi permintaan serta tersedia buffer / penyangga pada tingkat tertentu. 2. Tersedia nya suatu sistem (baik menggunakan Warehouse Management Systems atau pencatatan manual / ms. excel) yang memungkinkan untuk penghitungan stock dan pemesanan ke supplier. 3. Adanya rumus untuk menghitung persediaan plus buffer yang dinyatakan di point no 1, lazimnya faktor-faktor yang diperhitungkan oleh rumus adalah : Average permintaan dalam periode tertentu, lonjakan permintaan beberapa periode terakhir, waktu tunggu dari supplier. Rumus nya sendiri bisa bermacam-macam, saya pernah sedikit mengulasnya pada tulisan saya Tingkat Persediaan [Ekonomis] Logistik. 4. Mengelola dengan tepat faktor waktu / tempo pembayaran ke supplier dengan waktu / tempo revenue yang dihasilkan oleh aktifitas persediaan. Istilah yang lazim di sini adalah Inventory Days / Day Sales Inventory / Inventory Turn Over (Saya agak lupa, semoga ke-3 istilah itu sama artinya) yang merupakan hari persediaan dan menggambarkan waktu yang dibutuhkan sampai barang tersebut keluar dan bisa ditagihkan (bahasa okem nya menjadi duit). Pembandingnya adalah Term of Payment atau jatuh tempo pembayaran kepada supplier. Sebisa mungkin sebelum membayar, persediaan sudah menjadi uang. Saya ingat dosen mata kuliah Manajemen Keuangan pernah mengajarkan bahwa tukang pisang goreng memiliki perputaran persediaan yang sangat baik, Pagi belanja, Sore sudah bisa menjadi duit begitu kata dosen saya dulu. Strategi Manajemen Persediaan

Setelah membahas mengenai prinsip umum dalam manajemen persediaan dimana penggunaan nya bisa terdiferensiasi kepada beberapa hal yang sangat spesifik dengan industri yang dijalankan, ada sedikit ulasan mengenai strategi manajemen persediaan.Strategi yang saya coba angkat adalah penggunaan-penggunaan prinsip lebih lanjut mengenai manajemen persediaan dan biasanya terkait dengan kondisi diproyeksikan. Strategi manajemen persediaan ini membutuhkan adanya satu perangkat Decision Support System / Sistem Pendukung Keputusan yang akan memberikan analisa yang lengkap dan bisa dijadikan dasar untuk strategi perusahaan. Dalam lingkup manajemen strategik, maka manajemen persediaan adalah strategy pada level divisi yang harus mendukung strategy dari coorporate secara keseluruhan. Misalkan : Strategi coorporate adalah memenuhi tingkat pengadaaan barang di pasaran sesuai dengan keinginan konsumen. Manajemen persediaan sudah bisa mengimplementasikan dengan menaikkan tingkat persediaan (mungkin seperti pull method), tentunya strategy ini sedikit mengesampingkan faktor biaya atau istilah nya with all cost. Contoh strategi lain adalah dalam mengelola beberapa karakteristik barang dengan variable : Margin (tinggi -rendah), Volume (besar-kecil), Sales (tinggi-rendah), Kerusakan (tinggirendah), Value lain yang mempengaruhi (Tinggi-Rendah) Variabel tadi akan saling berinteraksi dan bussines divisional strategy yang tepat dari manajer lini pertama perlu mendefinisikan strategy manajemen persediaan apakah yang akan dipakai? Semisal : Dengan tingkat keuntungan yang sama, suatu perusahaan akan berfokus pada barang yang memiliki margin besar namun sales kecil, ketimbang margin rendah namu sales besar. Trade off ini diperhitungkan dari perbedaan besarnya effort yang dikeluarkan oleh bagian operasional, tentunya net margin yang dihasilkan harus minimal sama atau lebih tinggi. Dapat dibayangkan kompleksitas yang diperhitungkan untuk mengambil kebijakan manajemen persediaan, kompleksitas ini juga menyimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan memainkan peranan yang cukup penting.
Decision Support Systems

DSS atau Sistem Pendukung Keputusan dalam manajemen persediaan merupakan hal penting yang sering disederhanakan oleh para pengambil keputusan. Perusahaan besar saat ini sudah menempatkan level ahli Inventory Analyst atau Planner dalam posisi yang cukup penting dan berkontribusi besar pada keputusan perusahaan. Investasi lain dalam bentuk database yang terintegrasi juga telah banyak dipakai. Hal ini dikarenakan perusahaan menginginkan adanya satu analisis komprehensif dan akurat dengan menggunakan data se-aktual mungkin. Salah satu contoh dalam kekuatan perusahaan yang memiliki Analyst / Planner dalam sistem manajemen persediaannya adalah ketika melakukan analisa Inventory Days setiap SKU yang disimpan. Melalui analisa tersebut dapat diidentifikasi SKU yang menyumbang kontribusi untuk perusahaan, serta ada juga SKU yang justru merugikan untuk perusahaan. SKU yang merugikan bisa dilihat dari sudut perputaran rendah, kerusakan tinggi, pemakaian space besar, dan hal-hal semacam nya yang memunculkan biaya untuk perusahaan di saat SKU tersebut tidak menyumbang revenue. Beberapa kali level Analyst / Planner sering disepelekan, karena ketidakmampuan mengabsorb kondisi lapangan yang riil. Sering juga perhitungan di atas kertas itu akhirnya

dicampakkan dan tidak dipakai oleh mentahnya asumsi yang diambil. Hal ini adalah tantangan bagi Analyst / Planner untuk meyakinkan partner atau kolega mereka kepada analisa yang dibuat. Sistem pendukung keputusan lainnya adalah software / database management. Software dasar tentunya adalah Ms. Excel yang digunakan untuk perhitungan. Software lainnya adalah Ms Visio untuk memodelkan atau memvisualisasi analisa-analisa yang diambil. Sistem pendukung keputusan bisa dalam bentuk database management system yang dipakai perusahaan, semisal : Foxbase, Oracle, dll. Saya kurang paham mendetail mengenai hal ini, namun setahu saya dalam struktur database tadi bisa dibuat program kecil untuk mengeluarkan hasil perhitungan yang sesuai dengan keinginan user. Misalkan mengeluarkan data barang yang memiliki rasio perputaran paling tinggi, menghitung seluruh persediaan dibagi dengan sales, melakukan replenishment otomatis dengan memberi indikator tertentu, dan masih banyak fungsi lainnya. Istilah Akhir tulisan ini saya coba menuliskan beberapa daftar istilah yang biasa muncul, ini benarbenar dari pengalaman saja dan kemungkinan pemahaman saya juga sedikit melenceng atau berbeda, monggo jika ada yang mau memperbaiki Reorder point, titik dimana pengambil keputusan harus melakukan pemesanan barang ke pemasok. Jika satu SKU mencapai jumlah tertentu, maka gudang harus melakukan pemesanan barang untuk mengantisipasi permintaan di kemudian hari, jika tidak dilakukan maka akan resiko nya adalah gudang tidak mampu memenuhi permintaan barang. Sederhananya : Jika rata-rata permintaan 10 dan waktu tunggu dari supplier adalah 2 hari, maka (jika tidak menghitung buffer) reorder point adalah 20. Jika stock sudah mencapai 10, maka gudang harus melakukan pemesanan barang. Average permintaan, adalah rata-rata historis permintaan suatu periode tertentu, biasanya dalam periode waktu kira-kira 3 bulan untuk mengabsorb lonjakan-lonjakan yang terjadi selama periode tersebut. Digunakan untuk menjadi dasar permintaan di masa mendatang. Buffer Stock, Angka atau jumlah yang digunakan untuk mengantisipasi adanya lonjakan permintaan. Bisa dikatakan idealnya minimum stock gudang adalah Average Permintaan + Buffer Uncertainty, Keadaan tidak pasti dari pasar yang harus diantisipasi atau disiasati dengan sistem manajemen persediaan. Semisal pemasok yang tidak konsisten sementara barang di pasar tinggi permintaannya. Pengelolaan terhadap ketidakpastian ini bisa menjadi kunci keberhasilan perusahaan untuk melakukan penetrasi pasar. Ketidakpastian lain adalah permintaan pengecer tradisional yang fluktuatif. Seasonal, Kondisi permintaan musiman. Misalkan musim liburan anak-anak, maka akan ada trend sejumlah barang tertentu yang harus disediakan dalam jumlah lebih besar daripada biasanya. Kemampuan menghitung hal ini diperlukan rentang data masa lalu yang cukup panjang, pemahaman kondisi pasar, perkembangan kompetitor, inflasi, trend belanja, dll. Saya pernah melihat bahwa kondisi seasonal ini menyumbang angka penjualan yang sangat besar dan momen ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pengecer.

Inventory Days, Hari persediaan yang merupakan jumlah stock dibagi rata-rata permintaan. Angka ini harus berada pada angka seminim mungkin dengan tingkat potensi loss sales yang paling rendah pula. Biasanya kesulitan terletak dari konsistensi pemasok dalam menyuplai jumlah barang yang diminta. Nah, kira-kira itu tadi yang saya ketahui tentang Sistem Manajemen Persediaan Gudang. Memang masih sedikit dan mungkin agak kurang matang, tetapi kurang lebih di 2-3 perusahaan yang saya lalui di bidang logistik selalu berada pada koridor-koridor di atas.

Sistem Operasional Gudang


Dalam tulisan Sistem Manajemen Gudang, Sistem Administrasi Gudang dan Sistem Penerimaan Barang telah dijelaskan beberapa alur kerja gudang. Pada tulisan ini sedikit saya mau merangkum apa yang saya baca dari literatur dan internet serta apa yang saya alami sebagai orang yang bekerja dekat dengan ranah logistik. Tidak terlalu mendetail karena berupa rekaman-rekaman singkat mengenai operasional gudang. Operasional gudang yang saya maksudkan di sini adalah kelanjutan dari pergerakan fisik barang setelah barang itu diterima dari pemanufaktur atau pemasok. Barang akan diletakkan pada gudang sesuai dengan sarana yang dimiliki. Sarana bisa berupa rak dan pallet atau pallet saja, bahkan ekstrimnya barang bisa diletakkan begitu saja di lantai, tentunya hal ini sesuai kebutuhan serta tergantung seberapa besarnya modal yang dimiliki perusahaan. Setelah barang diletakkan pada posisi tertentu, maka akan ada saatnya barang tersebut akan dikeluarkan sesuai kebutuhan perusahaan atau berdasarkan adanya permintaan terhadap barang yang disimpan. Proses peletakkan barang dari penerimaan serta proses pengeluaran barang saat ini telah banyak memakai teknologi komputer. Misalkan saja proses pick to light, Scanner, Barcode, RFID, Handheld, Optical character recognition. serta masih banyak proses lainnya. Bisa dilihat review singkatnya pada situs berikut ini. Operasional gudang menurut saya meliputi beberapa lingkup pekerjaan berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penanganan/Handling barang baik dan barang rusak Penghitungan stock (Stock Opname) Pengepakan barang Pengawasan operasional pekerja Perpindahan barang dari satu lokasi ke lokasi lain dll..

Barang yang telah diterima akan masuk sebagai stock gudang, dan menjadi tanggung jawab kepala gudang. Selanjutnya selain jumlah barang, penanganan yang baik juga merupakan hal yang penting. Seberapa banyak gudang anda memiliki barang rusak yang diakibatkan kesalahan handling? Handling barang sangat ditentukan volume, karakteristik barang serta perlengkapan yang dipakai (pallet, hand pallet, forklift, conveyor, dll). Besarnya produk rusak atau cacat tentunya membuat produktivitas rendah, konsep Lean Manufacturing yang dikombinasikan dengan Six Sigma yang terlahir pada konsep lean sigma bisa dipelajari oleh kepala gudang atau manajer gudang untuk mengetahui sistem atau konsep untuk mengurangi produk cacat/rusak. Jumlah pekerja gudang yang banyak dan berkualitas seadanya menjadi

batasan bagi kepala gudang untuk mengawasi secara efektif, untuk itu perlu adanya personilpersonil di bawah kepala gudang untuk mengawasi pekerja-perkerja dan memastikan operasional gudang berjalan dengan baik. Selisih dari perhitungan stock merupakan kelalaian dari pekerja gudang, namun menghilangkan selisih stock dalam satu tahapan pelayanan stock dalam volume besar juga sangat sulit diterapkan. Pada beberapa bagian ada budget toleransi terhadapa hal tersebut, meskipun sebenarnya hal ini bukan merupakan pembenaran terhadap kelalaian pekerja. Bagaimana dengan operasional gudang anda? Silahkan jika ada yang ingin berbagi ilmu mengenai operasional gudang memberi komentar atau tanggapan, atau jika ingin turut berkontribusi menulis tentang logistik di blog ini juga saya persilahkan, semuanya untuk dipakai dan dipelajari bersama

Business Analyst 1 (Warehousing) Diawali dari membaca dan review di blog ini, Pak Riza (demikian nama visitor blog ini) melakukan kontak melalui komentar di blog dan mulai berinteraksi dengan penulis blog ini via email dan chatting. Solusi yang dibutuhkan kira-kira adalah konsep untuk melakukan bisnis warehouse. Setelah berdisksusi 1-2 minggu disimpulkan bahwa bentuk konkret untuk memulai bisnis ini adalah : Cost Analysis, Layout Space & Ukuran, Quotation, Simple Inventory Report. Setiap file yang saya submit kepada user dilengkapi dengan manual / petunjuk untuk memahami penggunaan file-file tersebut.

Cost Analysis

Secara sederhana saya develop suatu template costing dari warehouse untuk membantu usaha warehouse ini menentukan harga jual pada tingkat margin tertentu. Sehubungan terpisah jarak cukup jauh (saya di Jakarta dan user di Surabaya) maka saya tidak bisa visit ke tempat user dan hanya mengandalkan data-data yang dikirimkan via email berupa foto, informasi cost, informasi ukuran serta market rate untuk bisnis sewa gudang.

Berikut template sederhana perhitungan sewa gudang :

Metode perhitungan sewa gudang dengan cost plus

Angka yang tercantum saya samarkan beberapa untuk kerahasiaan user. Solusi di atas secara sederhana adalah menyusun struktur biaya dari gudang termasuk biaya jika Investasi gudang tersebut di depositokan ke bank yang terhitung sebagai opportunity cost yang hilang karena uang diinvestasikan user ke bisnis rental warehouse.

Perhitungan harga handling barang di warehouse

Harga handling ini disusun dari komponen-komponen biaya yang langsung (direct) berhubungan dengan handling itu sendiri. Untuk perhitungan biaya indirect / overhead belum dimasukkan pada penentuan harga handling maupun harga sewa gudang di atas. Namun jika pada faktanya komponen biaya indirect / overhead akan diabsorb di perhitungan harga jual, maka sudah disediakan komponen biaya lain-lain / others pada template yang bisa diinput jumlahnya sesuai keinginan user. Layout Space & Ukuran Untuk advice dari layout gudang saya menggambarkan 3 layout yaitu : Layout 1 (Handling dengan Forklift & Hand Pallet), Layout 2 (Handling dengan Forklift saja) serta Layout 3 yaitu ukuran gudang. Dasar saya membuat layout adalah draft gambar dari user sendiri yang

saya re-draw dengan menggunakan software Microsoft Visio sehingga saya bisa detail memvisualisasikan luas space yang bisa dijual (utilisasi space) lengkap dengan zona untuk manuver forklift dan hand pallet.

Handling Forklift & Hand Pallet

Handling dengan hanya menggunakan forklift

Untuk Layout 3 berupa ukuran detail dari layout kira-kira mirip dengan gambar di atas, hanya fungsinya difokuskan untuk memvisualisasikan kepada calon customer nantinya dimana barang akan diletakkan dan sebagai attachment dan kelengkapan data. Solusi berupa layout ini diimplementasikan user untuk melakukan re-layout gudang yang akan di tawarkan kepada calon customer. Quotation

Selain Cost Analysis dan Layout, saya juga memberi solusi template Quotation untuk memudahkan user saya untuk menawarkan space gudang kepada calon customer. Template tersebut memuat beberapa informasi teknis yang biasanya dibutuhkan oleh orang yang membutuhkan space gudang (layout, denah, fasilitas, harga, terms and condition, dll). Simple Inventory Report User saya kali ini juga membutuhkan semacam template simple untuk support dari sisi administrasi gudang, Dengan space yang tidak begitu luas serta jumlah orang terbatas, maka tentunya akan muncul cost cukup besar jika menyewa orang khusus dedicated untuk mengurusi administrasi, oleh karena itu pekerjaan administrasi tentunya akan dikerjakan petugas operasional. Untuk mempermudah administrasi (khususnya pembuatan Inventory Report) maka saya coba membuatkan template simple yang bisa diupdate dengan mudah hanya dengan menggunakan 2 sheet, yaitu sheet Master dan sheet Stock Gab

Sheet ini digunakan untuk master data

Sheet Reporting Stock yang diupdate setiap hari

Selain advice / konsultasi berupa Cost Analysis, Layout Space & Ukuran, Quotation, Simple Inventory Report lengkap dengan manual guidance nya, saya juga membantu user saya dengan mereview Jasa Logistik dan Warehousing yang dimiliki dalam tulisan : Jasa Logistik Warehousing dan Distribusi di Surabaya dengan kata kunci / tag : Sewa Gudang Rungkut / Surabaya, Sewa Gudang Murah ,dsb. Kemudian sidebar blog ini juga memvisualisasikan usaha dari user saya ini. Berikut statistik wordpress dari tulisan / review Jasa Logistik Warehousing dan Distribusi di Surabaya :

Statistik Tulisan WordPress Review BMC Logistics

Memang tulisan ini belum terlalu terindeks dengan baik oleh visitor yang melakukan googling atau pun yang sedang mencari-cari tulisan tentang logistik di blog saya. Secara rata-rata per hari hanya di sekitar 4 hits / hari atau sekitar 120 hits / bulan, bandingkan dengan tulisan lain semisal tentang Sistem Manajemen Gudang, Sistem Manajemen Gudang (WMS) atau Kartu Stock Sebagai dokumen kendali persediaan yang kira-kira per tulisan bisa di click > 100 kali per hari. Menurut user tersebut traffic 4 hits / hari saat ini juga cukup mendatangkan prospect customer yang cukup bagi usaha sewa gudang dan distribusi yang dijalankan. Dalam proses advice / konsultasi ini saya selalu berusaha memberi tenggat waktu bagi saya untuk me-reply pertanyaan-pertanyaan (biasanya 124 jam) serta memberi fedback yang baik untuk setiap revisi file yang sudah saya submit, karena penting bagi saya untuk mengetahui bahwa analisa yang saya lakukan benar-benar bisa berjalan secara aktual dan turut serta memberi nilai / sumbangsih bagi pengembangan bisnis user saya. Demikian tulisan seri 1 saya tentang Business Analyst, ke depan nya saya akan lanjutkan beberapa project seputar business analyst yang saya dapatkan dari kegemaran saya menulis blog ini.

Business Analyst 2 (Transportation Cost Analysis)

Dari banyak diskusi dengan pengunjung blog ini via email, ada beberapa yang memiliki case cukup unik dan memutuskan menggunakan advice / konsultasi dengan saya terkait dengan trucking cost. Dari beberapa pengunjung tersebut rata-rata menginginkan output sbb : 1. Memiliki template excel yang user friendly serta secara otomatis bisa memberi informasi / reporting terkait tingkat benefit cost yang dikeluarkan. 2. Pemilik perusahaan trucking kecil-menengah yang merasa bahwa secara report Profit & Loss tidak pernah positif / hijau. 3. Ingin memiliki tampilan / design excel yang sudah di re-enginer. Sehingga tinggal menempatkan 1 admin untuk input dan langsung terupdate pada dashboard / rekapitulasi. 4. Ingin melakukan investasi trucking karena saat ini menggunakan vendor / forwarder. Meminta untuk dibuatkan benefit cost secara detail. 5. Memiliki supporting tools untuk memberikan selling rate kepada customer dengan input nya adalah jarak , beberapa biaya variabel serta simulasi margin Dari beberapa hal di atas, yang saya coba share di sini adalah advice / konsultasi saya dengan pembaca blog adalah Budgeted Project Cost & Revenue, Monthly Report Benefit Cost, Delivery Calculation & Sample Delivery Cost Template. Sebenarnya masih ada beberapa template / form lain yang biasa dipakai untuk me-manage transportasi seperti : Format Cost Control, Insentif Driver, Service Control (Oil, Maintenance, Tyre Changing, etc), Fuel Ratio Recap, etc. Namun template-template tersebut memang unique sesuai nature dari business user nya, saya share beberapa yang general saja pernah dipakai.

Budgeted Project Cost & Revenue

Template Budgeted Cost & Revenue

Template di atas paling tidak memiliki beberapa fungsi :


Sebagai tools bagi sales untuk menentukan harga jual. Lebih customize based on operating cost, jarak, jenis truck, gross margin. Tentunya akan sangat bergantung pada beberapa operating cost yang berbeda setiap tujuan (misal : Insentif, Uang Mel, dsb). Sebagai dokumentasi pre-sales yang akan menjadi kontrol terhadap biaya aktual. Sebagai data pendukung untuk rekapitulasi Operating Cost.

Dengan fungsi-fungsi template tersebut user diharapkan lebih mudah untuk melakukan aktifitas administratif dalam perusahaan trucking. Monthly Report Benefit Cost User yang sama yang membutuhkan template Budgeted Project Cost & Revenue juga saya provide template rekapitulasi nya sbb :

Ketika itu saya berpikir template rekapitulasi ini menolong user untuk melihat secara keseluruhan cost & revenue yang dikeluarkan per project, komponen variable cost dan fixed cost (divisualisasikan dengan conditional formatting bars), margin dan gross profit. Saya juga terpikir sebenarnya melakukan rekapitulasi ini dalam bentuk grafik, namun karena masih bingung / belum ada ide grafik seperti apa yang diinginkan user, maka saya belum menyediakan nya pada advice / konsultasi yang saya berikan. Rekapitulasi ini merangkum beberapa template Budgeted Cost & Revenue sbb :

Jadi idealnya seluruh data cost & revenue untuk 1 unit trucking di rekap dalam 1 file Microsoft Excel seperti gambar di atas. Delivery Calculation & Sample Delivery Cost Template

Sample perhitungan pada gambar di atas saya buat dalam Microsoft Excel tujuannya untuk memudahkan user template ini mudah mengidentifikasi biaya, menentukan harga jual ideal, komponen biaya variabel dan fixed serta tampilan yang enak dilihat. Beberapa pengunjung blog ini berkomentar memang meminta advice / konsultasi atau raw template dari Ms.Excel tersebut. Terkadang saya berdiskusi via chatting /email untuk

identifikasi kebutuhan, sehingga ketika mendevelop template baru harapannya menjadi solusi bagi bisnis pembaca blog ini. Beberapa asumsi yang saya pakai dalam mendevelop template excel tentunya harus sering diverifikasi oleh user, sesuai data aktual di lapangan. Sebagai contoh untuk Fuel Consumption Truck di daerah Jabodetabek tentu sangat berbeda dengan Fuel Consumption daerah Jawa Tengah, kemudian untuk Tyre Consumption di daerah Jawa tentu berbeda dengan Tyre Consumption di daerah Kalimantan. Artinya asumsi-asumsi yang saya ambil berlaku kasuistik dan tidak berlaku general. Demikian tulisan seri 2 saya tentang business analyst ini, seri 1 sebelumnya adalah Business Analyst Warehousing , akan ada beberapa seri tulisan lagi seputar project-project yang saya kerjakan secara freelance.

Biaya truck pada transportasi logistik


Memulai tulisan ini saya coba membuka dengan beberapa pertanyaan yang lazim saya temui ketika menghitung biaya perjalanan dari sebuah truck, beberapa pertanyaan tersebut adalah sbb : Berapa banyak biaya-biaya transportasi yang dikeluarkan untuk aktifitas logistik sebuah perusahaan? Berapa banyak yang harus dibayarkan ke hal-hal yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seperti : Uang Mel, Uang Portal, Uang Polisi, Timbangan, Preman, dll? Berapa liter konsumsi pemakaian bahan bakar dari setiap truck yang dimiliki? Berapa besar biaya perawatan untuk setiap truck? Biaya pemakaian vendor sangat besar, apakah jika melakukan investasi truck menurunkan biaya logistik? Pertanyaan-pertanyaan tadi membuka pemikiran besarnya biaya yang dibutuhkan untuk aktifitas transportasi logistik pada setiap jenis usaha. Pada buku Logistical Management (Closs and Bowersox, p368) komponen dari biaya transportasi adalah biaya Variabel, Fixed, Joint and Common. Saya coba membahas Variabel dan Fixed Cost dimana Variabel muncul setiap ada aktifitas pengiriman dan Fixed adalah biaya yang sudah dipastikan tetap ada meskipun tidak ada aktifitas pengiriman. Joint Costs dan Common Costs yang disebutkan di buku tersebut menurut saya sebenarnya sudah tercover pada komponen Variable Costs.

Contoh di atas adalah resume data riil biaya variabel untuk pengiriman dengan menggunakan truck berpendingin dari daerah Jakarta timur ke beberapa destinasi. Template di atas dirancang untuk mengetahui secara detail biaya perjalanan dari sebuah truck dan tentunya bersifat sebagai data mentah untuk dianalisa oleh penyelia atau manajer. Tentunya data-data mentah tersebut belum bisa dibaca untuk menjadi pendukung keputusan atau kebijakan, diperlukan adanya pengolahan data lebih mendalam serta analisa untuk

membuat data tersebut berbicara menjadi sebuah informasi detail yang nantinya akan menjadi dasar sebuah keputusan. Adanya data-data tersebut mungkin bisa menjawab beberapa pertanyaan berikut :

Apakah biaya truck sudah berada pada tingkat paling efisien? Seberapa jauh pergerakan data biaya satu truck dengan truck yang lain? Apakah para driver / helper melakukan pencurian BBM, atau apakah terjadi penggantian ban dengan ban yang lebih murah? Apakah uang jalan dari setiap destinasi sudah benar demikian adanya? Apa komponen biaya perjalanan paling besar?

Saya mencoba membuat satu template perhitungan biaya truck untuk memonitor biaya-biaya dan memastikan bahwa pendapatan yang dihasilkan sebuah truck berada di atas biaya yang dikeluarkan. Saya mengasumsikan bahwa saya adalah pemilik truck yang akan menjual jasa penyewaan truck kepada perusahaan atau orang yang membutuhkan, Pada kasus ini, saya menginginkan adanya sebuah template yang memudahkan saya mengetahui apakah harga jual saya sudah mengcover seluruh biaya dan apakah penjualan ini menguntungkan bagi saya?

Melalui asumsi-asumsi umum yang diambil, maka pemilik truck bisa menentukan struktur biaya dari setiap perjalanan truck. Nantinya setelah seluruh biaya bisa didefinisikan dengan baik, maka pemilik truck bisa mengetahui apakah pendapatan yang dihasilkan truck ini sudah berada pada tingkat yang menguntungkan. Output dari data-data di atas kira-kira adalah sbb :

Data-data fixed dan variable cost tersebut bisa didapatkan dari input data mentah yang dimasukkan setiap hari sehingga menghasilkan biaya yang kurang lebih mendekati actual. Jika sudah memiliki data fixed dan variable cost tertentu, maka kita bisa menganalisa prosentase biaya tersebut, serta untuk lebih menarik dan sedikit menggunakan simulasi, kita bisa mengasumsikan sejumlah pendapatan dari truck dan menganalisanya ke dalam bentuk sebuah grafik sbb :

Dengan menggunakan angka penjualan per km yang didapatkan dari sebuah truck, maka bisa diketahui dengan singkat bahwa pendapatan yang dihasilkan truck lebih besar daripada biaya yang ditimbulkan, sehingga keputusannya adalah tetap bertahan pada level harga tersebut. Pada data di atas, saya sebagai pemilik truck baru akan untung jika Revenue saya berada di atas Total Cost yang ditunjukkan pada Kilometer 800-1,000, artinya utilisasi kendaraan saya harus berada pada angka tersebut per bulannya. Contoh template di atas tentunya mungkin masih jauh dari sempurna atau dapat dilakukan penggalian analisa yang lebih mendalam lagi, namun secara umum pemakaian template untuk analisa harus memudahkan user. Pembuat template excel haruslah memikirkan kemudahankemudahan bagi user untuk melakukan input pada cell excel yang benar, menggunakan asumis tepat dan dengan sebuah formula maka output dalam bentuk hasil grafik ataupun informasi untung rugi sudah harus bisa didapatkan. Penggunaan template semacam ini memudahkan pengambilan keputusan secara cepat dan mendukung monitoring terhadap biaya transportasi.

Kartu stock sebagai dokumen kendali persediaan


Kartu stock Prinsip kartu stock adalah pencatatan pergerakan transaksi keluar masuk satu item yang mengidentifikasi tipe transaksi (masuk dari supplier, masuk dari retur store, keluar ke store, keluar disposal, keluar untuk pemakaian tertentu, dll) lengkap dengan jam transaksi, jumlah barang, keterangan tujuan / asal barang. Kartu stock menjadi penting sebagai dokumentasi persediaan yang menjadikan pekerja / karyawan dapat memonitor setiap item yang terdapat pada sebuah gudang. Pencatatan kartu

stock sejauh yang saya kenal sangat efektif untuk melacak terjadinya kejanggalan persediaan yang terjadi karena kelalaian karyawan atau kesalahan sistem. Idealnya kartus stock di create /terekam secara otomatis ketika ada transaksi keluar masuk satu item pada gudang. Layaknya prinsip buku tabungan, setiap ada pengambilan, pembayaran, tabungan, maka saldo tabungan langsung berkurang/bertambah secara otomatis (sedapat mungkin tercatat secara real time). Hal ini harus didukung adanya sistem yang terinstal pada sistem pergudangan. Jika tidak melalui sistem maka pilihan yang ada tentunya dilakukan secara manual, baik pencatatan di kertas maupun diinput dalam program terpisah seperti Microsoft Excel. Opsi manual ini sangat rentan oleh kesalahan karyawab yang melakukan pencatatan, terlebih jika item yang harus dicatat kartu stock cukup banyak. Bagaimana kartu stock melacak barang Saya pernah menyaksikan kartu stock mampu menyelamatkan kehilangan barang dagangan. Kasusnya ketika itu adalah ada satu item yang datang dengan kemasan baru (sebelumnya isi 10 diganti ke isi 12). Data pengambilan oleh helper menunjukkan angka 20 pcs, namun helper (karena faktor kebiasaan) mengambil sebanyak 2 case (yang seharusnya 2 x 10 = 20 pcs pada kemasan lama). Tetapi yang terjadi justru helper melakukan pengambilan 2 x 12 = 24 pcs, yang berarti terjadi kelebihan 4 pcs. Sepintas kesalahan terjadi oleh karena kelalaian helper, tetapi untuk menyelesaikan masalah tersebut maka staf gudang mendata seluruh outlet yang terindikasi kelebihan pengiriman dan berkomunikasi dengan seluruh outlet. Akhirnya potensi kehilangan barang dapat terselesaikan dengan membuatkan pengiriman secara data tanpa melakukan proses fisik (karena fisik sudah terkirim lebih sebelumnya). Pelacakan ini dilakukan melalui data pada kartu stock. Outlet yang dikirim setelah penerimaan barang dengan jumlah kemasan yang berbeda terdata pada kartu stock. Selanjutnya tinggal melihat saldo sebelum penerimaan dan dengan asumsi FIFO berjalan baik, maka data outlet yang terkirim lebih jelas terpampang pada kartu stock. Contoh kartu stock

Contoh kartu stock manual seperti gambar di samping mengharuskan pekerja untuk menuliskan setiap transaksi yang terjadi. Secara singkat ada kolom tanggal, Nomer dokumen, Diterima dari / Keluar ke, Quantity Masuk, Quantity Keluar, Sisa. Kartu stock seperti ini memerlukan perhatian khusus oleh bagian administrasi gudang untuk terus mengupdate pencatatan kartu stock. Hal ini rentan terhadap terjadinya kesalahan / kesalahan yang diakibatkan ketidaktelitian oleh karyawan (human error), sehingga proses pencatatan tidak berlangsung dengan baik. Contoh kartu stock di atas adalah contoh tampilan program yang saya ambil dari thread kaskus berikut. Prinsipnya pencatatan kartu stock setiap SKU terjadi secara otomatis jika ada penerimaan / pengeluaran barang. Penerimaan barang dari supplier biasanya akan menambahkan stock dan tercatat di kartu stock secara otomatis jika sudah diinput oleh admin gudang sedangkan pengeluaran akan tercatat di kartu stock saat surat pengiriman / surat jalan / nota kirim ke outlet tertentu dibuat oleh administrasi gudang. Kartu stock mencegah permainan oknum gudang Tidak dapat dipungkiri jika di dalam gudang selalu ada tikus-tikus yang bermain dengan melakukan manipulasi terhadap data dan fisik barang. Sebagai contoh oknum petugas administrasi yang melakukan key in penerimaan barang dari supplier namun secara riil tidak menerima fisik barang. Atau contoh kasus lain, melakukan key in pengeluaran barang lebih sedikit dibandingkan fisik, melakukan revisi terhadap transaksi, dan sejumlah trick manipulasi lainnya. Dalam sistem yang terkomputerisasi, kartu stock akan merekam semua transaksi sehingga historical suatu item dapat diketahui.

Kartu stock ini menyimpan historical transaksi pada satu item, namun bagi para pekerja yang bertanggung jawab terhadap akurasi stock, kartu stock memiliki fungsi yang sangat penting yaitu sebagai dokumen kendali untuk melakukan pelacakan terhadap pergerakan barang. Kartu stock dapat diaudit dan dibandingkan dengan dokumen penerimaan/pengeluaran (yang di file oleh administrasi) untuk mencegah manipulasi oknum-oknum pekerja gudang. Nah, fungsi kartu stock yang demikian penting tentunya membuat semua gudang / pusat distribusi tentunya mau menerapkan kartu stock dalam sistem pencatatan administrasi. Pemilihan pencatatan manual dan otomatis tentunya sangat dipengaruhi oleh jumlah item, pergerakan barang, volume barang, modal, jumlah pekerja, dan lainnya.

First Expired First Out (FEFO)


Menceritakan tentang istilah FIFO yang lebih tepat diabsorb melalui istilah FEFO (First Expired First Out). Silahkan melihat dan mengomentari :

Dalam teori-teori mengenai pergudangan istilah flow produk yang sering digunakan adalah FIFO dan LIFO. FIFO yang berarti yang pertama kali masuk harusnya yang pertama kali pula yang diprioritaskan untuk keluar. Sebaliknya LIFO berarti yang terakhir kali masuk justru yang pertama kali keluar. Biasanya konsep yang banyak digunakan adalah FIFO, wajar saja yang pertama kali antri pastinya yang harus dilayani. Tapi bagaimana jika produk yang dimaksud berupa Pasir yang hanya diletakkan di suatu tempat besar. Tidak mungkin kita mengambil bagian bawahnya terlebih dahulu kan, sehingga yang pertama kali dikeluarkan pastinya yang bagian atas. Hal yang berbeda terjadi untuk produk-produk makanan, minuman, obat-obatan, alat kesehatan ataupun produk-produk yang memiliki masa kadaluarsa seperti Voucher pulsa. Walau pada dasarnya menggunakan konsep FIFO, tapi ketika produk tersebut mengalami perpindahan gudang yang cukup sering bahkan bisa terjadi bolak-balik keluar masuk gudang yang sama maka tidak menutup kemungkinan produk yang terakhir kali masuk justru memiliki masa kadaluarsa lebih awal. Kok bisa? Ilustrasi Anggaplah contoh minuman dalam kemasan memiliki kadaluarsa bulan Januari 2010 tiba di gudang bulan ini. Sesuai dengan lancarnya permintaan produk tersebut didistribusikan ke gudang-gudang cabang di seluruh pelosok tanah air bahkan sudah sampai juga ke pedagang eceran. Seiring berjalannya waktu, persaingan minuman dalam kemasan cukup tinggi akibatnya penjualan di daerah sulewesi sangat jelek karena kalah dengan produk lokal. Karena masa kadaluarsa sudah semakin dekat, tentunya sangat disayangkan jika minuman tersebut dibiarkan tidak bergerak di sulawesi. Kebetulan penjualan di Jakarta lebih baik, sehingga perlu dipertimbangkan minuman tersebut ditarik kembali ke gudang jakarta. Padahal gudang Jakarta saat ini sudah menyimpan produk minuman dengan masa kadaluarsa Januari 2012. Alhasil produk yang terakhir masuk di gudang Jakarta saat ini adalah produk yang akan expired pada tahun 2010. Dengan kondisi seperti ini, maka produk yang diprioritaskan untuk keluar gudang terlebih dahulu adalah yang memiliki masa kadaluarsa paling dekat.

Syukurnya aplikasi WMS (Warehouse Management System) yang sudah beredar saat ini sudah menunjang untuk proses FEFO ketimbang FIFO yang konvensional. Bahkan saat ini hampir seluruh produk akan mulai mengarah pada sistem FEFO walaupun untuk produk spare-part sekalipun. Tentu saja FEFO ini diperlukan untuk fungsi gudang yang banyak berfungsi sebagai hub keluar masuk dari berbagai sumber. FEFO mungkin saja akan berdampak pada sistem accounting, terlebih jika terjadi perbedaan harga. Bagaimana implikasinya di accounting? bisa saja ternyata diterapkan dengan konsep FIFO atau LIFO (pada sistem accounting konvensional) . Tapi dengan adanya ERP saat ini, pencatatan tiap produk sangat mungkin dilakukan hingga tingkat yang paling detail.

Mengenal secara singkat istilah Planogram


Dalam dunia pengecer (retail), istilah planogram seringkali dipakai untuk menunjukkan rencana visual yang menunjukkan penempatan produk di rak-rak display pengecer. Planogram ini sering disampaikan dalam bentuk diagram atau gambar, dan biasanya ditangani oleh visual merchandising atau tim merchandising (sumber). Secara umum pengertian planogram sendiri adalah : Sebuah teknik visual (diagram, bagan, foto, gambar, dsb) yang memberikan secara terperinci dan mendatail mengenai informasi penempatan tiap produk di display pengecer untuk tujuan produktifitas perusahaan, pengertian produktifitas terkait pada penjualan dan biaya. Penjualan produk misalnya dipengaruhi oleh harmonisasi peletakkan produk atau kemudahan dilihat oleh konsumen. Biaya produk misalnya pemakaian space tiap produk. Lalu ketika setiap SKU telah behasil disimulasikan pada planogram dan kemudian di tempatkan di display pertanyaan berikutnya adalah benefit perusahaan pada pemakaian planogram ini. Keuntungan pemakaian planogram di retail adalah :

Dapat mengetahui potensi space per m2 Memuaskan pelanggan dengan daya tarik visual yang lebih baik Pengendalian persediaan dan mengurangi stock out Kemudahan pengisian barang oleh personil

Diciptakan oleh K-Mart, planogram telah terus berkembang sampai saat ini. Banyak perusahaan pengecer di bidang fashion atau FMCGG memakai planogram pada tempat display mereka. Berikut kutipan sejarah singkat planogram dari wikipedia The planogram originated from K-Mart. Planograms are created with the help of a planograming software. Most planogram software applications were produced in the last 15 years. Due to hard and software limitations at that time the software was based on manual painting of shelving units. This resulted in a high need of human resource to create planograms for stores. Today, planograming software has greatly evolved and the retail industry utilizes the automated software with the goal of ensuring the right products are in the right place in the

right quantities at the right time on a store-by-store basis. As the retail industry grows increasingly competitive, retailers are turning to planogram software to reflect each stores unique customer desires and localized demand, while maintaining centralized control and supply chain efficiencies. During the last few years some software packages focused upon FMCG and hard goods sectors made some enhancements to transfer parts of shelving elements to single store measurements which according to the producers should increase the efficiency. Further, software companies have synchronized both assortment and space into its software, promising concise plans that are executable in store. Untuk para pelaku logistik partai besar seperti gudang atau distribution center, sepertinya istilah planogram tidak terlalu berpengaruh. Jelas saja, karena pemahaman planogram saat ini terfokus pada tempat display di pengecer. Namun dalam jumlah SKU (Stock Keeping Unit) yang besar maka penataan visual lebih lanjut mengenai tiap SKU di gudang perlu dipikirkan. Hal ini sangat mempengaruhi kemudahan pengendalian stock dan arus keluar masuk berikut integrasi dengan warehouse management system dapat dipermudah. Pada level pengecer dengan kekuatan modal di dunia seperti 7-eleven, Circle K, atau seperti distribution center untuk toko spare part mobil, apotik yang memiliki jumlah SKU ribuan, maka sepertinya sudah ada implementasi dari pemakaian planogram warehouse. Hal ini coba saya googling berkali-kali dengan kata kunci Planogram Warehouse atau sebaliknya tetap tidak membuahkan hasil dan informasi yang diinginkan.

Tingkat Persediaan [Ekonomis] Logistik


Dalam kegiatan atau aktifitas logistik, salah satu komponen pembentuknya adalah menentukan tingkat persediaan yang ekonomis. Begitu banyak teori yang diangkat termasuk EOQ, Forecasting, Reorder Point, dan lainnya. Namun karena belum melihat koneksi nyata dari sejumlah rumus tersebut dengan relita lapangan, maka saya tertarik untuk membahas dari sisi lain. Seperti pengamatan sekitar dan penggunaan di lapangan, digabungkan dengan sedikit pengetahuan mengenai beberapa teori. Satu pertanyaan, apakah di tempat saya bekerja tingkat persediaan yang ekonomis adalah sama dengan rumus EOQ, Reorder Point, Forecasting atau rumus lainnya?

EOQ memiliki syarat Harga barang per unit konstan, Setiap saat perusahaan memang butuh bahan mentah secara stabil, Jumlah produksi dengan bahan mentah dan pemeliharaan di gudang. Sedangkan Reorder Point memiliki unsur safety stock, lead time dan pemakaian barang selama lead time. Untuk Forecasting dengan metode terbaik sepertinya metode Winter, sepertinya jika dimodelkan dalam bentuk grafik, maka hasil peramalan Winter selalu terlambat 1 periode. Lalu apa? Bagaimana menentukan tingkat persediaan yang ekonomis bagi suatu aktifitas logistik? Pertama-tama, pemahaman yang perlu diketahui adalah apa akibatnya jika persediaan yang dimiliki terlalu besar / terlalu kecil? Terlalu besar, maka jelas ada pengendapan modal / uang. Seharusnya uang dan modal itu bisa terus diputar dan menjadi profit baru namun dikarenakan mengendap dan tidak berputar maka profit berkurang. Belum lagi resiko kerusakan barang jika handling dalam jumlah besar, semisal resiko expired, resiko barang rusak karena kesalahan penanganan dan sejumlah resiko lain. Terlalu kecil, maka terjadi potensi loss sales dan performa bisnis juga bisa menurun. Kedua, tentukan grafik pergerakan stock yang dimiliki. Semisal stock akan memiliki permintaan tinggi pada pertengahan bulan, maka hitunglah periode terbaik kapan harus dipesan ke pihak ke tiga. Mungkin mirip Reorder point? Tetapi yang mau dibilang bahwa penguasaan mendalam mengenai sejumlah teori akan percuma jika tidak bisa fleksibel menghadapi problem di lapangan. Jika pergerakan stock sudah dikuasai, maka bisa ditentukan kapan akan membeli sejumlah barang. Ketiga, setelah mengerti dan menguasai karakteristik persediaan maka saatnya mulai memodelkan perhitungan persediaan ke dalam sebuah lembar kerja (bisa worksheet excel). Ketika memodelkan perhitungan manfaat terbesar adalah mengetahui selisih/error dari model yang kita buat versus realisasi nya. Memodelkan suatu perhitungan tidak sulit, boleh memakai berbagai macam cara. Moving Average, Winter, Linear, Seasonal, Average, dll. Saya yakin banyak textbook dan teori mengenai ini. Dalam memodelkan harus konsisten kemudian pemakaian model harus sesuai dengan karakteristik pergerakan stock (poin kedua).

Keempat, ini paling basi tapi paling urgent dan sesuai dengan prinsip continous improvement. Evaluasi pemodelan dengan error. Teliti penyebab error, bisa jadi karena ada semacam miss dari poin kedua dan ketiga. Menurut saya hal itu sangat-sangat wajar, Edison menemukan lampu bukan dari sejumlah keberhasilan pendahuluan tetapi karena tidak menyerah sama kegagalan. Melalui langkah keempat yang sangat klasik ini model persediaan akan terus disempurnakan sampai ke dalam tingkat ideal, yaitu persediaan tidak over dan tidak under, bahkan bahasa kerennya (kalau tidak mau dibilang impossible) adalah Zero stock. Nah, keempat langkah di atas saya kira adalah salah satu dari sejumlah pekerjaan di dunia logistik yang sangat menarik, menantang dan menurut saya belum ada satu ilmu yang bisa memastikan jawaban serta rumusan yang tepat untuk seluruh karakteristik usaha. Apakah persediaan kursi, lampu, meja di retailer ACE Hardware menggunakan rumus sama dengan persediaan kabel, paku, pasir di toko bangunan Maju Jaya? saya kira tidak, demikian juga Hypermarket sekelas Makro, Carefour, dll menyediakan barang di tempat terbatas yang nyaman dan ber-AC untuk dipajang semenarik mungkin bagi konsumen pastilah memiliki dasar pemikiran berapa jumlah barang yang tersedia. Nah, bagaimana dengan yang lain? Model persediaan apa yang dipakai di tempat anda bekerja? Bisa share disini? Atau jika terlalu panjang boleh menjadi salah satu posting di blog ini kok, hitung-hitung meramaikan tulisan mengenai logistik, silahkan loh kalau mau ikutan mengisi dan membagi pengalaman.

Tipe dan jenis gudang


Gudang adalah jenis yang paling umum dari tempat penyimpanan meskipun memang ada bentuk-bentuk lain (misalnya, tangki penyimpanan. Beberapa gudang memiliki bangunan besar dan luas sehingga memungkinkan kegiatan pembongkaran barang dari truk pemasok dan kegiatan memuat barang ke pelanggan secara bersamaan Di bawah ini kita membahas lima tipe gudang:

Gudang Pribadi/Swasta- jenis gudang ini dimiliki dan dioperasikan oleh pemasok dan reseller untuk digunakan dalam kegiatan distribusi mereka sendiri. Sebagai contoh, jaringan ritel besar menyediakan gudang untuk toko mereka atau grosir mengoperasikan sebuah gudang di mana ia menerima dan mendistribusikan produk. Gudang Publik/Umum gudang umum pada dasarnya adalah ruang yang dapat disewakan untuk mengatasi kebutuhan distribusi dalam jangka pendek. Pengecer yang memiliki gudang sendiri mereka sendiri terkadang mencari ruang penyimpanan tambahan jika kapasitas gudang mereka tidak mencukupi atau jika mereka melakukan pembelian produk dalam jumlah besar dengan alasan tertentu. Sebagai contoh, pengecer bisa memesan tambahan barang untuk memaksimalkan penjualan di toko atau ketika ada harga promosi dari pemasok jika membeli dalam jumlah besar. Gudang otomatis Dengan kemajuan teknologi komputer dan robotika banyak gudang sekarang memiliki kemampuan otomatis. Tahapan otomatisasi sampai pada pemakaian conveyor belt untuk mengangkut barang sehingga memerlukan orang yang lebih sedikit untuk menangani kegiatan penyimpanan.

Climate-Controlled Warehouse. Iklim-Controlled Warehouse Gudang penyimpanan yang menangani berbagai jenis produk dengan penanganan khusus kondisi seperti freezer untuk menyimpan produk beku dan kelembaban lingkungan. Distribution Centre, Ada beberapa gudang yang hanya menyimpan produk dalam waktu sangat cepat. Gudang ini berfungsi sebagai titik dalam sistem distribusi pada produk yang diterima dari berbagai pemasok dan segera dikirimkan ke banyak pelanggan. Misalkan, seperti dengan penanganan Distribution Centre untuk Perishable Food sebagian besar produk yang masuk di pagi hari dan didistribusikan pada akhir hari,

Praktek SCM dan Gudang


Dalam bekerja di sebuah Gudang, meskipun penuh dengan naluriah dan insting, beberapa kali saya menginginkan tahapan ideal dengan mensinkronkan dengan teori-teori yang berlaku di bidang logistik. Salah satu teori yang ada di bidang logistik adalah Supply Chain Management (SCM). Jadi meski bekerja pada daerah yang penuh dengan penerapan dan praktek, bukan berarti teori dilupakan. Salah satu dari definisi dari SCM adalah perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan dan sumber yang terlibat dalam pengadaan, konversi, dan semua kegiatan Manajemen Logistik. Penting, hal ini juga mencakup koordinasi dan kolaborasi dengan mitra saluran, yang dapat pemasok, perantara, pihak ketiga penyedia layanan, dan pelanggan. Pada dasarnya, Supply Chain Management terintegrasi dan permintaan manajemen di dalam dan di seluruh perusahaan. Beberapa bacaan membedakan manajemen logistik (logistic management) dengan SCM, ada yang mengatakan manajemen logistik adalah bagian dari SCM, ada juga yang mengatakan manajemen logistik dan SCM bisa memiliki daerah yang beririsan, buat saya SCM menerangkan secara utuh manajemen logistik, bisa dibilang pembaruan dari manajemen logistik sendiri. Elemen dari SCM Supplier Relationship Management, Internal Supply Chain Management, dan Customer Relationship Management. Jika Manajemen Logistik mungkin banyak bermain pada daerah Internal Chain Management. Pembahasan setiap elemen dari SCM dan hubungannya dengan kegiatan pergudangan lebih asyik kalau dibahas pada postingan lain deh. Performance SCM Pengukuran SCM dapat dilihat melalui beberapa hal : Siklus persediaan, DPMO (Defect per million Order), Rasio Produktifitas (biaya, jumlah pekerja, dll), Waktu pengerjaan, Ketersediaan informasi, Pelayanan pelanggan. Dalam beberapa hal, performance memang harus dalam bentuk kuantitatif, jika performance berada dalam tingkatan kualitatif, maka citra dari performance kuantitatif itulah yang harus dibangun. Semisal : pelayanan pelanggan, dalam melayani seorang customer service gudang harus melakukan dalam waktu secepat mungkin dan melakukan skala prioritas terhadap complain yang dilayani. Dalam pelayanan

cepat, dan komunikasi tepat maka konsumen akan merasakan kualitas yang baik atau setidaknya muncul image atau citra bahwa ada usaha melakukan pelayanan seoptimal mungkin. Kesulitan SCM SCM memiliki sejumlah batasan yang menyebabkan beberapa perusahaan atau daerah di Indonesia sulit menerapkannya. Contoh sederhana saja mengenai ketersediaan bahan dari pemasok. Gudang sulit mendapatkan kiriman barang dalam jumlah dan waktu yang tepat. Jika memesan barang 300, sementara kapasitas mobil pemasok adalah 200, maka pemasok akan menunggu pesanan masuk lagi dari gudang sejumlah 100, agar bisa mengirim pas sejumlah 2 mobil ke gudang. Waktu tunggu diperlama maka estimasi produksi terganggu dan output tidak tepat sesuai peramalan. Menjadi fantasi saya bagaimana luar negeri mengatasi masalah-masalah sederhana seperti ini, masalah kecil yang membuat SCM tidak bisa dilakukan secara utuh.

Penerapan Lean Manufacturing pada Aktifitas Pergudangan


Lean adalah suatu upaya terus menerus untuk menghilangkan pemborosan dan meningkatkan nilai tambah produk agar memberikan nilai kepada pelanggan. Pada fakta di lapangan konsep lean akan tergambar pada rasio-rasio antara nilai tambah dibandingkan pemborosan. Di Indonesia rasio nilai tambah dengan pemborosan masih sekitar 10% dan baru masuk ke tahapan lean jika rasio telah mencapai 30%. Begitulah pembukaan paragraph pendekatan lean pada buku Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Membaca pembukaan buku itu dan melihat kepada aktifitas tempat kerja, sungguh anggapan saya semua itu adalah teoritis dan tidak mungkin diterapkan. Beberapa alasannya adalah : 1. SDM berkualitas pada level lulusan SMA sangat minim, dengan gaji UMR mentalitas mencari lembur adalah waste tersendiri. 2. Terlalu banyak variabel eksternal yang tidak dapat dikontrol dan diselesaikan, sehingga aktifitas pekerjaan tidak dapat stabil. Kalaupun stabil adalah stabil pada batas kontrol bawah. 3. Parameter biaya dan pengeluaran yang dibatasi, sehingga segala bentuk inovasi yang memerlukan biaya sulit dilakukan, sekalipun bisa diperlukan riset mendalam yang memakan kapasitas, di lain hal aktifitas harian tetap memakan kapasitas. Pemikiran tersebut sedikit terbuka ketika membaca bahwa Lean didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistemik dan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan serta aktifitas tidak bernilai tambah melalui peningkatan terus menerus secara radikal dengan cara mengalirkan produk dan informasi menggunakan sistem tarik dari pelanggan eksternal dan internal untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan. Selanjutnya semakin menarik ketika dideskripsikan jenis-jenis pemborosan dan contohcontoh penerapan lean pada beberapa jenis industri. Ingatan saya terbawa kepada sistem

kaizen yaitu prinsip peningkatan kualitas terus menerus meskipun dalam tahapan-tahapan kecil. Kata kunci nya adalah peningkatan terus-menerus dan setiap hari. Kemudian dari kata kunci tersebut dan aktifitas pergudangan di sekitar saya maka mulai muncul ide-ide liar serta mimpi-mimpi bahwa saya mampu membawa konsep ini kepada tim yang akhirnya akan mengimplementasikan pendekatan lean itu pada aktifitas pergudangan.

Ide kecil yang dilakukan secara konsisten dan sistematis memerlukan suatu konsep yang kuat. Sebelum mengimplementasikan Lean pada aktifitas sekitar, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi seluruh alur pekerjaan pada aktifitas pergudangan. 2. Mengidentifikasi pemborosan pada alur pekerjaan yang telah diidentifikasi. 3. Melihat kemungkinan adanya pertambahan nilai dalam aktifitas pergudangan atau menghilangkan pemborosan. 4. Mencoba membuat sebuah simulasi mengenai rasio nilai tambah dan pemborosan yang diidentifikasi. 5. Mempresentasikan simulasi kepada tim. 6. Implementasi dan Evaluasi. 7. Melakukan perbaikan terhadap implementasi. Sebenarnya mirip siklus PDCA juga jadinya, tetapi inilah yang ada di pikiran saya. Apa sih pemborosan pada aktifitas pergudangan? Tentunya pemborosan yang paling utama adalah biaya. Pemborosan biaya dibentuk dari komponen-komponen lain, misalkan barang rusak, hilang, biaya gaji dan lembur, listrik, air, makan, minum perbaikan dan beberapa hal lain yang muncul sesuai karakteristik setiap gudang. Kemudian mengenai nilai tambah, apa saja yang merupakan nilai tambah pada aktifitas pergudangan. Hal ini memerlukan data dan fakta lebih lanjut, namun beberapa pengamatan di website dan buku-buku serta tempat kerja, nilai tambah akan meliputi beberapa hal : 1. Nilai tambah terhadap perubahan besar (high cost)

2. Nilai tambah terhadap perubahan kecil (low cost) Saya mungkin akan sedikit mereview mengenai perubahan berbiaya rendah. Semisal set up time yang lama, ketika perkerja datang maka tidak langsung bekerja. Terkadang datang merokok terlebih dahulu, makan pagi, bercanda, dll. Maka akan lebih baik dibuat secara regular briefing pagi setiap jam masuk, selama 5 menit, membacakan target hari ini dan memeriksa kesiapan pekerja gudang. Briefing juga ditutup dengan pembacaan doa, hasilnya seluruh pekerja gudang tahu apa target hari ini, dan langsung bergerak ke tempat mereka akan beraktifitas. Hal lain yang memberi nilai tambah adalah kualitas dan kuantitas barang. Pelanggan eksternal sering melakukan complain jika kualitas dan kuantitas barang tidak sesuai dengan pesanan. Setelah dianalisa ternyata diakibatkan beban kerja berlebih, pekerja gudang minim, sehingga bekerja tidak lagi optimal. Kemudian dihitung biaya karena complain dan kehilangan pelanggan lalu dibandingkan dengan penambahan orang yang dilakukan, ketika perhitungan dan analisa menyatakan bahwa penambahan orang akan memberi nilai tambah yang lebih dibandingkan dengan pengeluaran maka keputusannya adalah penambahan orang, jika nilai tambahnya lebih kecil, maka keputusannya adalah tetap pada kondisi saat ini. Masih banyak penerapan lean dalam aktifitas pergudangan, beberapa ada dalam konsep dan beberapa sudah berjalan. Ada beberapa kegagalan, dan ada beberapa yang menghasilkan. Mimpi saya suatu saat bekerja dalam perusahaan yang memiliki cacat sangat kecil mendekati zero defect atau bisa juga 3,4 DPMO

Anda mungkin juga menyukai