Anda di halaman 1dari 12

BAB V PEMBAHASAN

Pada BAB ini akan di bahas mengenai gambaran karakteristik responden meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan serta umur bayi. Kemudian pada BAB ini juga akan dibahas mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi meliputi tingkat tahu, tingkat memahami, tingkat aplikasi, tingkat analisis, tingkat sintesis dan tingkat evaluasi tentang pijat bayi di Desa Sepakek Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah. A. Gambaran Karakteristik Responden 1. Umur Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berada pada rentang umur 20-35 tahun dan tidak ada responden yang berumur di atas 40 tahun. Hal ini sesuai dengan kategori Pasangan Usia Subur yaitu berumur antara 20-40 tahun. sehingga kelompok umur ini sangat baik untuk melahirkan bayi. Apabila berumur di luar kategori Pasangan Usia Subur ini maka ditakutkan akan terjadi kelainan pada ibu atau bayinya. Selain itu umur antara 20-40 tahun termasuk juga kedalam umur dewasa muda yang lebih peka terhadap hal-hal yang baru. Sesuai dengan pendapat Wiriatmadja (1974) dalam

Notoatmodjo, (2010) menyatakan bahwa usia antara 20-40 tahun

52

53

(dewasa muda) yang ditinjau dari sasaran penyuluhan maka kelompok usia ini termasuk dalam kelompok penganut dini (early adopter) yang mempunyai ciri antara lain bersifat terbuka dan cepat menerima hal-hal baru, sehingga sangat cepat jika diberikan suatu penyuluhan. 2. Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

pendidikan responden adalah SD dan terdapat responden yang berpendidikan tinggi atau perguruan tinggi, sehingga sebagian besar responden termasuk dalam kategori responden yang berpendidikan rendah, hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran responden akan pentingnya pendidikan dan masyarakat yang termasuk ke dalam kategori masyarakat miskin. Sehingga masyarakat akan sedikit mendapat pemebelajaran atau informasi mengenai pijat bayi. YB Mantra dalam Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

54

3. Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar

responden tidak bekerja atau hanya sebagai IRT dan yang paling sedikit bekerja sebagai Guru. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden termasuk dalam kategori pendidikan rendah sehingga menyebabkan sebagian besar responden tidak memiliki pekerjaan atau hanya sebagai IRT. Sehingga sosialisai dengan dunia luar berkurang.Hal ini didukung Kerja juga memberikan status yang mengikat seseorang pada individu yang lain serta masyarakat (Anoraga, 1998). Menurut Thomas dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan, sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. B. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi 1. Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Tahu Tentang Pijat bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pada tingkat tahu tentang pijat bayi berada pada kategori kurang yaitu ibu hanya mengetahui satu bagian dari pernyataan tentang tahu mengusap-usap pada seluruh badan bayi.

55

Pengetahuan responden berada pada kategori kurang hal ini disebabkan karena sebagian besar responden berada pada kategori pendidikan rendah dan lebih banyak responden yang tidak bekerja atau hanya sebagai IRT, dari hasil wawancara peneliti kepada responden mengatakan kurangnya sosialisasi atau

penyuluhan mengenai pijat bayi di Posyandu Desa Sepakek maupun di Puskesmas Pringgarata, sehingga menyebabkan kurangnya informasi tahu tentang pijat pada bayi yang didapatkan oleh ibu. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, 2003). Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo,

mengatakan bahwa pengetahuan seseorang tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya yaitu: umur, pendidikan dan pekerjaan. Pengetahuan timbul karena adanya rasa ingin tahu dalam diri seseorang tergantung pada tingkat pendidikan yang diperolehnya.

56

Semakin

tinggi

pendidikan

maka

semakin

tinggi

pula

pengetahuannya. Sesuai dengan pendapat Wiriatmadja (1974) dalam

Notoatmodjo, (2010) menyatakan bahwa usia antara 20-40 tahun (dewasa muda) yang ditinjau dari sasaran penyuluhan maka kelompok usia ini termasuk dalam kelompok penganut dini (early adopter) yang mempunyai ciri antara lain bersifat terbuka dan cepat menerima hal-hal baru, sehingga sangat cepat jika diberikan penyuluhan tentang pijat pada bayi. Hal ini juga didukung oleh usia responden yang sebagian besar berada pada usia 25-39 tahun. Dari hasil penelitian dan teori teori, maka menurut peneliti hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo(2007), yaitu Cukup atau kurangnya pengetahuan dipengaruhi oleh arus informasi, karena informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. 2. Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Memahami Tentang Pijat bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pada tingkat memahami tentang pijat bayi berada pada kategori kurang yaitu ibu hanya memahami satu bagian dari pernyataan tentang pijat bayi dapat membuat ibu lebih dekat dengan anaknya, hal ini disebabkan karena tingkat tahu tentang pijat bayi masih kurang. Sehingga mempengaruhi pemahaman tentang pijat bayi juga semakin berkurang.

57

Memahami

artinya

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah faham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. Dari hasil penelitian dan teori teori, maka menurut peneliti hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010), yaitu bahwa manusia sebagai ciptaan tuhan yang sempurna, dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahauan (sebagai hasil dari tahu manusia). 3. Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Aplikasi Tentang Pijat bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pada tingkat aplikasi tentang pijat bayi berada pada kategori kurang yaitu ibu hanya mampu mengaplikasikan atau melakukan 18 tehnik dari 15 tehnik pijat. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuannya tentang pijat bayi kurang sehingga kemampuan ibu untuk melaksanakan pijat juga semakin berkurang. Begitu pula dengan pindidikan ibu yang rendah sehingga pengetahuan tentang pelaksanaan pijat berkurang. Informasi yang belum didapatkan tentang pijat bayi mempengaruhi aplikasi atau pelaksanaan terhadap metoda/tata cara pijat bayi

58

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). penggunaan Aplikasi disini dapat rumus, diartikan metode, aplikasi prinsip, atau dan

hukum-hukum,

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003). Artinya dalam hal ini bagaimana kemampuan ibu dalam menggunakan tehnik pijat terhadap bayinya. Dari hasil penelitian dan teori teori, maka menurut peneliti hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Koentjoroningrat (1997), yaitu pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal yang menunjang kesehatan seperti pelaksanaan yentang pijat bayi sehingga meningkatkan kualitas hidup bayi. Oleh sebab itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan semakin mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga seseorang lebih mudah menerima terhadap nilai-nilai yang baru dikembangkan. 4. Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Analisis Tentang Pijat bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pada tingkat sintesis tentang pijat bayi berada pada kategori kurang yaitu ibu hanya mampu menjawab satu bagian pernyataan tentang melakukan pijat bayi dengan tujuan untuk mencegah anak sakit. Hal ini dikarenakan tingkat memahami ibu tentang pijat bayi

59

berada pada kategori kurang sehingga kemampuan ibu untuk menganalisis atau menyatakankan kegunaan pijat bayi juga berkurang. Rendahnya tingkat analisis atau kemampuan untuk menyatakan tentang pijat bayi rendah dipengaruhi oleh tingkat memahami ibu tentang pijat bayi. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Adapun pengetahuan pada tingkat analisis yaitu mampu menyatakan tentang kegunaan atupun manfaat pijat bayi. Dari hasil penelitian dan teori teori, maka menurut peneliti hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo (2003) yang menyatakan memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menganalisis secara benar tentang objek (Materi tentang pijat bayi) yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah faham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

60

5. Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Sintesis Tentang Pijat bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pada tingkat analisis tentang pijat bayi berada pada kategori cukup yaitu ibu hanya mengetahui dua bagian dari pernyataan tentang mengusap minyak telon di tubuh bayi setelah mandi dan menyusui bayi agar tenang dan tidak menangis. Hal ini dikrenakan kebanyakan ibu-ibu melakukan kebiasaan sehari-hari mengusap minyak telon di tubuh bayi setelah mandi, menggendong bayi sambil menepuk-nepuk dan menyusui bayi agar tenang dan tidak menangis yang dilakukan dirumahnya. Kebiasaan inilah merupakan pengalaman pengetahuan. Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu yang menjadikan orang dalam memperoleh

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. Adapun pengetahuan pada tingkat analisis yaitu kemampuan untuk menyusun formulasi baru tentang pijat bayi yaitu dengan mengusap minyak telon di tubuh bayi setelah mandi merupakan termasuk pijat bayi, dengan menggendong bayi sambil menepuknepuk sebagai pijat bayi, dengan cara menyusui bayi dapat membuat bayi tenang (Roesli. 200).

61

Dari hasil penelitian dan teori teori, maka menurut peneliti hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Notoadmojo (2003) Pengalaman memperoleh pengalaman pribadipun pengetahuan yang pernah dapat digunakan cara sebagai upaya kembali

dengan

mengulang dalam

diperoleh

memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu. Selain itu mitos-mitos yang ada pada masyarakat yang beranggapan dengan mengurut tubuh bayi menggunakan minyak atau ramuan yang ada dapat juga

memberikan kenyamanan pada bayi ketika sakit. Hal ini

mempengaruhi tingkat analisis atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru tentang cara pijat bayi. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyono (2009) yang menyatakan secara tidak sadar, kita telah melakukan pijatan pada bayi seusai memandikan, yakni ketika mengolesi tubuh si kecil dengan minyak telon dan dengan cara menyusui. Sentuhan-sentuhan itu merupakan hal yang disukai karena memberikan rasa nyaman bagi bayi. 6. Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Tingkat Evaluasi Tentang Pijat bayi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu pada tingkat evaluasi tentang pijat bayi berada pada kategori cukup yaitu ibu hanya mengetahui dua bagian dari pernyataan tentang pijatan pada tubuh bayi dapat membuat bayi sehat dan pijatan pada perut akan membuat bayi menjadi lapar. Hal ini

62

dikarenakan pengalaman ibu-ibu yang selalu membawa anaknya apabila sakit dan sering rewel kedukun pijat setelah itu mengalami kesembuhan dan tidak rewel lagi, sehingga pengetahuan dari hasil pemijatan terhadap bayinya menjadi cukup. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Adapun pengetahuan pada tingkat evaluasi yaitu mengenai hasil akhir dari pemijatan seperti dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar, pijat bayi dapat meningkatkan berat badan, meningkatkan ASI,

membuat bayi merasa tenang dan nyaman, meningkatkan gerak pristaltik untuk pencernaan, memperkuat sistem kekebalan

tubuh(Roesli, 2001). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2003) Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.Penelitian ini didukung oleh pendapat diatas karena dengan mengulangi kembali pengetahuan yang di dapat menurut responden dianggap baik juga merupakan evaluasi dari prilaku atau tindakan yang pernah dilakukan sebelumnya seperti mengusap-

63

usap anaknya menggunakan minyak telon setiap habis mandi. Hal ini pula dapat memberikan pengetahuan yang cukup bagi responden.

Anda mungkin juga menyukai