Anda di halaman 1dari 40

Makalah Kasus I

SISTITIS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Urinari I Oleh Tutor 6 Rizky Amalia Candra Noviana Shindy Yulia Salsabila Nizar Haqiki Harvien Amellia Gina Mandasari Dian Rusmiati Mala Syaripah Nurhadijah Marthina Sefany Irny Fuzi Wijayanti Novi Amellia 220110090065 220110090062 220110090061 220110090070 220110090066 220110090071 220110090056 220110090063 220110090136 220110090068 220110090057 220110090059

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

KASUS 1 Ny W usia 25 tahun status menikah, satu minggu yang lalu datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit saat beerkemih, berkemih keluar sedikit demi sedikit disertai rasa nyeri. Saat dikaji lebih lanjut oleh perawat dari hasil wawancara didapatkan : klien mengeluh urgency, frequency, dysuria dan diare. TD 120/80 mmHg, P 90x/menit, RR 24x/menit, S 39C. Setelah melakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil palpasi area suprapubik teraba tegang tenderness. Perawat menganjurkan pada Ny. W untuk banyak minum minimal 3 L/hari. Hasil pemeriksaan urine warna keruh, WBC (+++), kultur + bakteri, pyuria, eritrosit (+). Ny W mendapat terapi bachtrim 3x1 tab 400mg PO, phenazopyiridine 3X1 tab PO.

STEP 1 1. Bachtrim 2. Phenazopyiridine 3. Pyuria 4. WBC 5. Tenderness 6. Urgency 7. Suprapubik 8. Cultur 9. Frequency 10. Dysuria Jawaban : 1. Terapi untuk perbaikan jaringan yang rusak, antibiotik yang mengandung metocazole. 2. Obat sejenis antibiotik. 3. Kencing nanah. 4. White blood cell.

5. Terdapat benjolan, teraba tegang tapi masih bisa ditekan, biasanya juga disertai kaku dan kering. 6. Nyeri karena disentuh, tidak tertahankan. 7. Bagian atas tulang pubis, antara kemaluan dan pusa, area T12 - L3. 8. Pemeriksaan jenis bakteri dan biasanya membutuhkan waktu yang lama. 9. Pipis yang sering. 10. Urine yang sedikit, sakit saat berkemih.

STEP 2 1. Apa diagnosa medisnya? 2. Nyerinya seperti apa? 3. Apakah riwayat penyakitnya yang sekarang berhubungan dengan kesehatan produksinya? 4. Apakah disebabkan karena kurang minum? Etiologi lainnya apa? 5. Fokus bagian mana yang terkena? 6. Mengapa di urin ada sel darah putih dan sel darah merah? 7. Jelaskan anfisnya? 8. Tenderness disebabkan oleh apa? 9. Pemeriksaan lainnya yang pelu dilakukan? 10. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat? 11. Komplikasi dari penyakit ini? 12. Prognosisnya bagaimana? 13. Pencegahan serta penkes yang tepat untuk penyakit ini? 14. Faktor resiko dari penyakit ini? 15. Mengapa klien mengalami urgency, frequency dan dysuria? 16. Apakah ini penyakit menular? 17. Adakah hubungannya diare dengan penyakit ini? 18. Jenis bakteri yang bisa menyebabkan penyakit ini? 19. Bagaimana karakteristik urine normal? 20. Bagaimana proses refleks berkemih?

STEP 3 1. ISK, spesifiknya sistitis (infeksi kandung kemih) 2. Nyeri lepas, nyeri kronis, nyeri tajam. Dirasakan hanya saat berkemih saja. 3. Bakterinya bisa berasal dari pasangannya, bisa juga berasal dari diare kemungkinan cara penularannya melalui air 4. Tidak, kemungkinan dari air. Bisa mempengaruhi tapi bukan sebab utama. Penyebab utamanya adalah e. coli. 5. Kandung kemih 8. Tenderness : nyeri tekan (karena iritasi), kaku (kaarena otot-otot tegang) 9. USG, Urinalisis lengkap. 11. Gagal ginjal 12. Kemungkinan bisa sembuh total. 16. Sistitis, bukan penyakit menular. Karena disebabkan oleh e. coli dan biasanya karena hygiene yang kurang bersih. 17. Saat diare jika hygienenya kurang bersih maka dapat menyebabkan sistitis karena bakterinya dapat masuk ke saluran kemih. 18. Biasanya disebabkan oleh E.Coli

STEP 4 Mind Map Patof Anfis

Askep

SISTITIS

Konsep penyakit

Penkes
Pemeriksaan diagnostik

Penatalaksanaan

STEP 5 LO 6, 7, 10, 13, 14, 15, 19, 20

I.

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI 1. Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zatzat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria

3. Ginjal Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. abdomen. dan melekat langsung pada dinding

Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

4. Bagian-bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis). a. Kulit Ginjal

Pada

kulit

ginjal

terdapat

bagian

yang

bertugas

melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

b. Sumsum ginjal Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

c. Rongga Ginjal Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan

jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).

d. Fungsi Ginjal Mengekskresikan zat zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia. Mengekskresikan zat zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna). Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa. Keseimbangan (homeostasis) Ekskresi zat buangan toksin atau racun Menyimpan nutrient Mensekresi hormone yang membantu mengatur tekanan darah, erythropoietin dan Metabolisme kalsium Membentuk urine transportasi air dan zat terlarut

e. Peredaran darah dan Persyarafan Ginjal Perdarahan Ginjal mendapat relatif banyak darah. Sekitar 2025% dari curah jantung pergi ke ginjal. Setiap menitnya di lalui 1,2 L darah, dan seluruh darah tubuh disaringnya

sebanyak 60 kali sehari. Ginjal mendapat darah dari cabang aorta abdominalis melalui arteri renalis. Di dalam ginjal, arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris, yang berjalan di dalam kolumna renal. Sesampainya di batas korteks-medula, arteri ini menikung dan berjalan parallel basis pyramid. Arteri arkuata bercabang-cabang menjadi arteri interlobular, yang memasuki konteks dan mendarahi korpuskel renal. Arteri interlobular bercabang-cabang lagi menjadi arteriol aferen, yang membawa darah ke dalam glomerulus, tempat terjadi filtrasi dalam proses

pembentukan kemih awal. Setiap arteriol aferen bercabang-cabang membentuk sekelompok gulungan kapiler yang di sebut glomerulus. Di dalam glomerulus inilah darah disaring. Darah dari gelungan kapiler glomerulus keluar melalui arterior eferen, membawa darah keluar dari gromerulus. Arteriol eferen lebih kecil dari pada arterior aferen, dan perbedaan ini cenderung meningkatkan tekanan darah dalam glomerulus. Tekanan darah yang naik ini penting untuk berlangsungnya proses filtrasi di glomerulus Arteriol eferen kemudian bercabang-cabang lagi membentuk jalinan kapiler kedua (glomerulus adalah yang pertama) sekitar tubuli, yaitu kapiler peritubuler. Kapilerkapiler peritubuler menyatu membentuk vena interlobular, yang membawa darah keluar korteks menuju vena arkuata. Vena arkuata menyatu membentuk vena interlobar di dalam kolumna renal, dan vena interlobar akhirnya membentuk satu vena renalis, yang membawa darah bersih keluar ginjal masuk vena kava inferior. Persyarafan

Ginjal

mendapat

persyarafan

dari

fleksus

renalis

(vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison. f. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25 30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) Lapisan tengah otot polos Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

10

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik. g. Vesika Urinaria

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

11

Bagian vesika urinaria terdiri dari : Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). h. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

12

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya 20 cm. Uretra pada laki laki terdiri dari : Uretra Prostaria 2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa

Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan : Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung

pembuluh darah dan saraf. Lapisan mukosa Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.

Uretra

pada

wanita

terletak

dibelakang

simfisis

pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi. 5. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)

13

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis. 6. Urin

14

Sifat-sifat air kemih : Jumlah eksresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat obatan dan sebagainya. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. Baerat jenis 1.015 1.020. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). Komposisi air kemih Air kemih terdiri dari kira kira 95 % air Zat zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat Pigmen (bilirubin, urobilin) Toksin Hormon

7. Mekanisme pembentukan urin Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali. a. Proses filtrasi

15

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal. . cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus. b. Proses reabsorpsi Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis. c. Augmentasi (Pengumpulan) Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. 8. Mikturisi

16

Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 23 ml urine. Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya. 9. Ciri-ciri urin normal a. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. b. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan. c. Baunya tajam. d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

II.

DEFINISI Sistitits adalah : inflamasi akut pada mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri. Sistitits merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari uretra. (Nursalam, F., 2006)

III.

ETIOLOGI Disebabkan oleh beberapa mikroorganisme yaitu: Mikroorganisme E. coli Enterobacter Proteus morganella Staphylococcus aureus Persentase biakan 50 - 90% 10 - 40% 5 10 % 1 2 %

17

Sistitis dapat terjadi karna beberapa hal,antara lain : a. Jenis kelamin dan aktivitas seksual Lebih sering terjadi pada wanita dikarenakan uretra wanita lebih pendek dan letaknya dekat dengan anus. BAK sebelum dan sesudah hubungan seksual akan membantu memperkecil resiko sistitits.

b. Kehamilan Kekuatan ureter yang menurun dan penurunan peristaltik ureter menjadi kecenderungan klien mengalami sistitis

c. Disfungsi neurogenik kandung kemih Infeksi dapat diawali penggunaan kateter untuk drainase kandung kemih

d. Refluks vesikouretal Dapat terjadi karna peningkatan tekanan pada kandung kemih, yag menyebabkan urin refluks hingga ke pelvis renal

IV.

KLASIFIKASI 1. Menurut Schrock Theodore (1995): a. Sistitis primer Sistitis yang langsung disebabkan oleh mikroorganisme atau penyebab utama lainnya, seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra. b. Sistitis sekunder :sistitis yang bersumber dari penyakit lain (bentuk komplikasi) seperti uretritis dan prostatitis.

2. Menurut Mitchell, R. N. (2008): a. Sistitis Tuberkulosa gejala sisa dari tuberkulosa ginjal.

18

b.

Sistitis Hemoragik disebabkan oleh agen kemoterapi seperti siklofosfamd dan busulfan.

c.

Sistitis Polipoid disebabkan oleh kateter balon yang digunakan dalam waktu lama sehingga mengakibatkan penonjolan mukosa ke dalam lumen yang membentuk polip.

d.

Sistitis Interstisial merupakan bentuk sistitis kronik yang biasanya timbul pada wanita dan pada jenis ini ditemukan perdarahan submukosa, ulserasi lokal (ulkus hunner) dengan inflamasi dan fibrosis pada semua lapisan dinding kandung kemih sehingga menyebabkan rasa nyeri dan disuria.

e.

Malakoplakia merupakan sistitis bakterialis kronik yang bercirikan plak mukosa (berisi sel-sel limfosit dan histiosit yang berbusa) yang lunak, berwarna kuning dan sedikit menonjol dengan diameter 3-4 cm.

3. Menurut Sabiston (1994): a. Sistitis Tuberkulosis Genitalis keterlibatan tuberkulosis menahun dapat menyebabkan vesika urinaria yang berfungsi buruk dan kontraksinya yang memburuk. b. Sistitis Akut disebabkan oleh radiasi radioterapi eksterna yang

menyebabkan perubahan berupa ulserasi dan nekrosis dinding serta menimbulkan kontraksi vesika urinaria. c. Sistitis Interstisial sistitis yang disebabkan oleh hal yang belum jelas namun diduga karena autoimun dengan hasil endoskopi terdapat perdarahan diskrit kecil dengan distribusi plak.

19

d.

Sistitis bakteri berulang sering ditemukan pada wanita penderita diabetes, kehamilan atau anomali kongenital.

4. Menurut Behrman, R. E (2000): a. Sistitis Hemoragik akut seringkali disebabkan oleh E. Coli. b. Sistitis Adenovirus lebih sering terjadi pada laki-laki dan sembuh dengan sendirinya dengan hematuria selama sekitar 4 hari. c. Sistitis Eosinofilik sisititis pada anak yang belum diketahui penyebabnya.

V.

MANIFESTASI KLINIS 1. Urgensi ( terdesak rasa ingin berkemih ) 2. Rasa panas dan nyeri saat berkemih 3. Nokturia ( berkemih dimalam hari/mengompol ) 4. Nyeri dan spasme pada daerah supra pubik dan kandung kemih 5. Pyuria yakni adanya kandungan bakteri yang mati dalam urin 6. Leukosuria yakni adanya sel darah putih dalam urin 7. Hematuria yakni urin mengandung sel darah merah 8. Peningkatan frekuensi miksi secara urnal maupun nocturnal 9. Dysuria karna epithelium yang meradang tertekan

VI.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Urinalisis a. Leukosuria Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen ar kemih

menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya

20

leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi. b. Hematuria Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK yaitu bilamana dijumpai 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria dapat pula disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan

glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis papilaris.

2. Bakteriologis a. Mikroskopis Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bilamana dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. b. Biakan bakteri Bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell, yaitu : Wanita simtomatik 102 organisme koliform/mL urin plus piuria atau 105 organisme pathogen apa pun/mL urin atau Adanya tumbuhnya organism pathogen apa pun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik. Lelaki sitomatik 103 organisme pathogen/mL urin Pasien asimtomatik 105 organisme pathogen/mL urin pada 2 contoh urin berurutan.

3. Tes Kimiawi

21

Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai ialaha tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dilihat dengan perubahan warna pada uji carik. Tes terutama dipakai untuk penyaringan atau pengamatan pada pasien rawat jalan. Sensitivitas pemeriksaan ini 90,7 % dan spesifitas 99,1 % untuk mendeteksi bakteri gram negative. Hasil negative palsu dapat terjadi, bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, dieresis yang banyak, infeksi oleh enterokoki dan

asinetobakter.

4. Tes Plat-Celup (Dip-slide) Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan berupa lempeng plastic bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus. Lempeng tersebut

dicelupkan ke dalam air kemih pasien atau dengan digenangi air kemih. Setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastic tempat penyimpanan tabung semula, lalu dilakukan pengeraman semalam pada suhu 370 C. penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL air kemih yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui. (Tessy, Agus dkk, 2001)

5. Tes Penunjang a. Intravenous Pyelogram (IVP)

22

IVP adala pemeriksaan radiologis yang dilakukan untuk memvisualisasikan tract urinary dengan menggunakan cat radiopaque. Pasien kadangkala alergi dengan bahan ini sehingga sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan apakah mereka alergi terhadap iodine, makanan laut, cat. Jika pasien alergi terhadap salah satu diantaranya, maka tes tidak jadi dilakukan. IVP dikontraindikasikan bagi pasien yang mengalami penurunan fungus ginjal. Tidak ada persiapan khusus untuk tes ini, namun beberapa

departemen menghendaki pasien dipuasakan selama 8 jam sebelum dilakukan eksaminasi ini. b. Retrograde Pyelography Cara yang dilakukan adalah cat dimasukkan melalui lubang uretra kemudian dilakukan radiasi sinar x. prosedur ini dilakukan pada anestesi local atau umum dan memerlukan inform consent. Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi infeksi dan efek anestesi. c. Cystoscopy Digunakan untuk memeriksa kandung kemih, memasukan kateter uretra, menghilangkan calculi, mendapatkan biopsies, dan menghentikan perdarahan. Pemberian sedasi pra-prosedur dan anesthesia local atau umum perlu diberikan. Pasien harus benar-benar mengetahui hal ini. Pasien harus cukup mendapatkan hidrasi untuk menjaga kelancaran urin. Komplikasi yang mungkin dirasakan adalah rasa sakit akibat kejang pada kandung kemih, rasa terbakar saat urinasi, hematuria, dan frekuensi urinasi. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah penahanan urinary, infeksi kandung kemih, dan perforasi pada kandung kemih. d. Cystogram

23

Menunjukkan dan memvisualisasikan kandung kemih dan mengevaluasi katup ureterovesical. Cat radipaque

dimasukkan kedalam kandung kemih melalui cateter uretra atau cytoscope. Eksaminasi ini akan mendeteksi diverticula, batu, dan tumor. Cystogram pembuangan air dilakukan untuk mengetahui pembukaan kandung kemih dan uretra. e. Cystometrogram Untuk mengevaluasi tonus kandung kemih. Ini meliputi kateter yang dimasukkan ke dalam kandung kemih, satu liter air, dan cystometer. Tekanan diukur kemudian cairan dimasukkan kedalam kandung kemih hingga pasien merasa ingin mengeluarkan urin, kemudian tekanan diukur kembali. Setelah buang air, maka tentukanlah urin residualnya. f. Portable Bladder Scan Digunakan untuk melakukan asesmen karena

dimungkinkan terdapat residu urin pasca urinasi. Alat ini memberikan teknik noninvasive untuk mengevaluasi penyimpanan urinary. Diyakini alat ini dapat menurunkan terjadinya infeksi sistem urinary nosokomial. (Reeves, Charlen J dkk,2001)

VII.

PENATALAKSANAAN 1. Farmakologi a. Antimikroba berdasarkan pola kuman yang ada; bila hasil tes resistensi kuman sudah ada, pemberian anti mikroba di sesuaikan. b. Pada ISK asimtomatik antibiotik hanya diberikan pada pasien dengan resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi yang serius

24

(seperti

transplantasi dan

ginjal pasien

atau yang

pasien akan

dengan menjalani

granulositopenia) pembedahan.

c. Antibiotik oral direkomendasikan untuk ISK tak berkomplikasi dengan lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan 10-14 hari pada laki-laki. Antibiotik parental untuk ISK

berkomplikasi dengan lama pemberian tidak kurang dari 14 hari. d. Antibiotik golongan fluorokuinolon seperti

ciprofloksasin masih digunakan sebagai pengobatan pilihan pertama. Kadang pengobatan kombinasi masih digunakan pada infeksi yang sulit dikendalikan, terutama infeksi

karena enterococcus dan pseudomonas. Golongan lain yang biasa digunakan adalah aminoglikosida, sefalosporin generasi ke-3 dan ampisilin. e. Terapi jangka panjang : trimetoprim-sulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali tiap seminggu setiap malam, fluorokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat di perpanjang 1-2 tahun lagi. f. Phenazopyridin untuk mengurangi nyeri. Analgesik lokal yang didampingi dengan antibiotik, tetapi penggunaannya hanya 2 hari-antibiotik tetap dilanjutkan.

2. Non-farmakologi a. Minum banyak cairan 2 3 liter/hari untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine b. Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam air c. Pembedahan, bila ada sumbatan aliran kemih atau kelainan struktur

25

d. Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang e. Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang f. Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon g. Istirahat dan nutrisi adekuat h. Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK

VIII. PROGNOSIS Sistitis dapat disembuhkan apabila ditangani dengan baik dan tuntas. Penanganan yang dilakukan dalam waktu 3 hari pada wanita biasanya telah adekuat. Namun, dapat terjadi infeksi kambuhan pada 20 % dari wanita penderita sistitis dalam waktu 2 minggu setelah waktu terapi yang disebabkan karena penanganan awal yang tidak adekuat ataupun jangka waktu penanganan yang terlalu pendek sehingga organisme penyebab dari galur yang salah masih tersisa dalam tubuh. Pada pria, infeksi kambuhan dapat terjadi akibat persistensi organisme yang sama.

IX.

PENDIDIKAN KESEHATAN 1. Kebersihan diri. Jika setelah BAB dan BAK bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang dan mencuci kulit di sekitar dan antara rectum dan vagina setiap hari. 2. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual. Serta membiasakan untuk BAK sebelum dan sesudah berhubungan seksual. 3. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui urine 4. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil

26

5. Mengkonsumsi vitamin C yang dapat membuat urin menjadi lebih asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam sistem perkemihan 6. Hindari pemakaian celanana dalam yang membuat keadaan lembab 7. Bagi wanita yang menstruasi, ganti pembalut setiap 4 jam sekali 8. Minum jus cranberry mencegah beberapa jenis bakteri untuk menginfeksi ke dinding kandung kemih dan mungkin mengurangi resiko infeksi.

X.

KOMPLIKASI 1. Pembentukan Abses ginjal atau perirenal 2. Gagal ginjal 3. Sepsis

XI.

PATOFISIOLOGI (Terlampir)

XII.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data Biografi Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan :: Ny.W : 25 tahun : Perempuan :-

Diagnosa Medis : Cyistitis Anamnesa Data Subjektif : - klien mengeluh sakit pada saat berkemih Data Objektif : - Adanya urgency, frekuensi,dysuria dan diare.

27

- TD = 120/80, HR = 90 x/menit, RR = 24 x/menit, suhu = 390C Keluhan Utama : - klien mengeluh sakit pada saat berkemih Pengkajian PQRST oP : klien menyatakan sakit terjadi saat berkemih. Tanyakan apakah yang menyebabkan nyeri flank pain dan apakah nyerinya menyebar. oQ : Tanyakan nyeri seperti apa yang klien rasakan, sensasi terbakar atau tertusuk. oR : Tanyakan saat berkemih nyeri terasa di bagian mana. Klien menyatakan adanya flank pain. oS : Tanyakan rentang nyeri 1 -10 atau sejauh mana klien merasakan nyeri. oT : Klien menyatakan sakit saat berkemih. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang o Adanya urgency, frekuensi,dysuria dan diare. o Klien mendapat anjuran dari perawat supaya banyak minum minimal 3L/hari. Riwayat Kesehatan Dahulu Tanyakan kapan diare terjadi. Tanyakan apakah sebelumnya klien pernah mengalami hal yang sama. Tanyakan apakah klien memiliki riwayat batu ginjal. Tanyakan apakah klien memiliki riwayat DM dan jantung.

28

Riwayat Kesehatan Keluarga Tanyakan apakah ada anggota keluarga klien yang mengalami hal yang sama.

Riwayat Psikososial Tanyakan pada klien tentang masalah masalah psikologi yang dialami klien berkaitan dengan penyakitnya. Tanyakan bagaimana interaksi klien dengan lingkungan sekitar.

Riwayat Penggunaan obat Klien menjalani terapi : Bachtrim 3x1 tab PO 400mg dan Phenozopyridine 3x1 tab PO.

Pola Persepsi Pemeliharaan Kesehatan Tanyakan bagaimana klien menjaga kebersihan organ

intimnya, karena hal tersebut berhubungan dengan kesehatan klien. Pemeriksaan Fisik o Palpasi kandung kemih o Inspeksi daerah meatus a. Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine b. Pengkajian pada costovertebralis : Nyeri ketok

kostovertebra pada regio flanc. Perbandingan data normal No Data 1. 2 3. 4. 5. TD HR RR Suhu Warna urine Normal 120/80 12 20 x/menit 360C Kuning jernih Kasus 120/80 Interpretasi normal normal dispnea demam Tdk normal

80 100 x/menit 90 x/menit 24 x/menit 390C Keruh

29

6. 7. 8.

Bakteri Eritrosit WBC

(-) (-) (-)

(+) (+) (++++)

Tdk normal Tdk normal Tdk normal

Pemeriksaan diagnostic Pemeriksaan melalui Urogram intravena dan ultrasound untuk mengetahui lokasi obstruksi di traktus urinarius Pengukuran BUN,kadar kreatinin dan klirens kreatinin Radiografi: Foto polos abdomen, IPV, Micturating cystogram, seharusnya dipertimbangkan bila pasien masih tetap demam setelah 72 jam untuk menyingkirkan faktor komplikasi yang lebih jauh seperti abses renal. Pemeriksaan Laboratorium Urinalisis Leukosuria atau piuria, jika terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih Hematuria, jika terdapat 5 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

Bakteriologis Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.2)Biakan bakteri Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji

30

B. Analisa Data

No Data Yang Menyimpang 1. DS : klien mengeluh dan dysuria DO : leukosit ++++ eritrosit (+) kultur bakteri (+) pyuria

Etiologi (Patofisiologi)

Masalah Nyeri

2.

DO:

(Patofisiologi)

Perubahan eliminasi

pola

DS: 3. DO: (Patofisiologi) Kurang pengetahuan DS: tentang penyakit

C. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan infeksi pada saluran kemih 2. Perubahan pola eliminasi 3. kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi penyakit

31

D. Asuhan Keperawatan N o 1. Diagnosa Nyeri berhubunga n dengan Tujuan Tupan : Nyeri hilang Intervensi 1. Kaji intensitas, lokasi, factor dan yang Rasional 1. Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi

infeksi pada Tupen: saluran kemih Setelah dilakukan 3x24jam tindakan keperawatan, pasien nyaman nyerinya berkurang. Kriteria Hasil : Leukosit () Eritrosit (+) Kultur bakteri (-) Tidak ada pyuria merasa dan

memperberat atau meringankan nyeri.

2. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10)

2. Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan nyeri penyebab

penyebaran nyeri.

3. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, dan bau pola

3. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan

berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau

32

hasil urinalisis ulang

4. Berikan rasa nyaman (sentuhan teraupetik, perubahan posisi, pijatan/kompr es pada punggung) dan untuk melakukan teknik relaksasi(latih an dalam nafas dorong hangat

4.

Menurunkan tegangan otot , memfokuskan kembali perhatian, kompres hangat akan dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

5. Anjurkan minum banyak liter 2-3

5. membentu membilas saluran berkemih

Kolaborasi : - Berikan Sulfamethoxa zole dengan sesuai

Kolaborasi : sulfamethoxazol e mengobati sauran

infeksi kemih

33

kebutuhan dan evaluasi keberhasilann ya - Berikan fenazopiridin -

,.Menghancurka n bakteri dalam saluran kemih menghilangkan gejala kemih sehungan dengan atau infeksi prosedur saluran yang

urologic: nyeri, gatal, terbakar, urgensi, frekuensi. rasa

2.

Perubahan Pola Eliminasi

Tupan :

1. awasi pemasukan

1. memberi informasi tentang ginjal dan adanya komplikasi.

Tupen 2x24jam

dalam klien

dan pengeluaran dan karakteristik urine

dapat miksi

2. tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi

2. Kalkulus

dapat

menyebabkan eksitabilitas saraf, yang

menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya

34

frekuensi urgensi meningkat kalkulus mendekati pertemuan uretrovesikal

dan

bila

3. dorong meningkatkan pemasukan cairan (minum setiap 2-3jam sekali)

3. Peningkatan hidrasi membilas bakteri, dan debris. darah,

4. palpasi distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine

4. Retensi dapat

urine terjadi,

menyebabkan distensi kandung kemih

5. observasi perubahan status mental, perilaku, atau tingkat kesadaran

5. Akumulasi uremik

sisa dan

ketidakseimbang an dapat elektrolit menjadi

toksisk pada SSP

3.

kurang pengetahua n

Tupan

tidak 1. Kaji proses penyakit

ulang

1. Memberikan pengetahuan

terjadinya

tentang kekambuhan

dan

dasar

dimana

35

penyakit berhubunga n

penyakit

harapan yang akan dating

pasien

dapat

membuat pilihan beradasarkan informasi.

dengan Tupen: klien atau orang terdekat

kurangnya informasi penyakit

mengatakan mengerti proses metode pencegahan, perawatan rumah, melaporkan dokter kambuh. ke jika di tentang 2. Berikan penyakit, informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan 2. Agar mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya dan pengetahuan apa yang klien

diharapkan dapat mengurangi ansietas m,embantu mengembankan kepatuhan terhadap terapetik. klien rencan dan

3. Pastikan

3. Instruksi

verbal

36

pasien

atau

dapat

dengan

orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaan. dan

mudah dilupakan.

4. Instruksikan pasien untuk

4. Pasien

sering

menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri

menggunakan obat yang

diberikan,dan minum kurang lebih 2 3 liter/ hari dan berikan buah berri. sari

membantu mempertahankan keadaan urin mencegah pertumbuhan bakteri. asam dan

5. Berikan kesempatan

5. Untuk mendeteksi isyarat indikatif

37

kepada pasien untuk mengekspresi kan dan perasaan masalah

kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu

mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

tentang rencana pengobatan.

38

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk . (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 , Jilid 1. Jakarta : EGC Behrman, dkk, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3 Edisi 15. Jakarta: Penerbit EGC Mitchell, R. N,. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran. Edisi 7. Jakarta : EGC Nursalam, F. (2006). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit: Pathophysiologi Clinical Concept of Disease Processes. Edisi: 4. Jakarta: EGC Reeves, Charlen J dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Buku 1. Jakarta : Salemba Medika Sabiston, D. (1994). Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit EGC Smeltzer , B . (2001). Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddart. volume 2. Jakarta : EGC Tessy, Agus dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

39

Anda mungkin juga menyukai