Anda di halaman 1dari 25

Laporan Simulasi Kasus OTITIS EKSTERNA Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Untuk mengikuti Ujian Ilmu Farmasi

Kedokteran

Oleh : Ratih Amelia Dina Pebriany NIM. I1A001010 NIM. I1A004085

Pembimbing: dr. Agung biworo,M.Kes

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN BAGIAN FARMAKOLOGI BANJARBARU 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Otitis eksterna merupakan suatu radang atau infeksi dari radang liang telinga biasanya berhubungan dengan bakteri sekunder dan infeksi jamur dari kulit maserasi dan jaringan sel subkutan. Banyak faktor yang berpengaruh, perubahan lapisan kulit superficial sebagai pembuka jalan terjadinya infeksi merupakan penyebab mayor terjadinya penyakit pada telinga luar. Kondisi sistemik seperti anemia, defisiensi vitamin dalam tubuh, kelainan endokrin, misalnya diabetes dan lainnya yaitu dermatitis seperti seborrhea, psoriasis dan ekzema dapat memicu infeksi liang telinga luar sehingga menyebabkan berkembangnya otitis eksterna.1 Otitis eksterna akut merupakan infeksi tersering dari radang telinga luar, sering disebut dengan swimmers ear, tropical ear,atau Singapore ear. Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk dan kering. Berenang dan penggunaan lidi kapas juga dapat memicu terjadinya otitis eksterna baik akut maupun kronik.2 Penyebab tersering dari otitis eksterna akut yaitu Staphylococcus aureus (37%), Pseudomonas aeruginosa (29,6 %), Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus (18,5%), dan Candida (14,9%).1 Di Indonesia sampai saat ini penyakit telinga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Penyakit telinga ini berkaitan dengan kebersihan dan

kebiasaan individual dalam merawat tubuh, karena bentuknya yang kecil dan tidak terlalu diperhatikan maka telinga cenderung terabaikan kebersihannya sehingga dapat terjadi infeksi telinga yang memicu terjadinya otitis ekterna dan otitis media.3 Otitis eksterna dapat menimbulkan radang jinak hingga berpotensi mengancam kehidupan pada dewasa tua, yang dikenal sebagai otitis eksterna nekrosis. Perlu pemahaman tentang anatomi dan fisiologi dari liang telinga luar agar dapat menentukan diagnosis secara akurat dan cepat.4 Untuk pengobatan penyakit ini biasanya digunakan tetes telinga yang mengandung antibiotik dan atau anti jamur yang berhubungan dengan anestetika dan atau anti inflamasi. Obat sistemik diindikasikan jika terjadi komplikasi. Untuk pengobatan yang tepat dan rasional sebaiknya dilakukan tes sensitivitas terhadap mikroorganisme

penyebabnya.1 Karena perlunya diagnosis yang cepat dan tepat, maka perlu untuk memahami tentang perjalanan penyakit, diagnostik, penatalaksanaan dan pemilihan obat yang tepat, serta komplikasi dan prognosis sebagai landasan penting dalam pengelolaan dan pencegahan otitis eksterna secara rasional. 1.2 Definisi Otitis eksterna adalah radang liang telinga yang disebabkan oleh bakteri maupun jamur (otomikosis) pada kulit maserasi dan jaringan sel subkutan.1 Manifestasi klinik yang sering yaitu pruritus, nyeri, dan eritema, tetapi dapat menjadi edema, otorrhea dan hilang pendengaran jika penyakit sudah berkembang.5

1.3 Etiologi Otitis eksterna dapat terjadi akut dan kronik. Kasus akut biasanya disebabkan oleh bakteri, kasus ini sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang. Kasus kronik biasanya disebabkan oleh jamur, alergi atau manifestasi dari dermatitis. Ini terjadi sekitar 3-5% dari populasi. Pada 90% pasien otitis eksterna akut terjadi unilateral, insidensi meningkat pada usia 7 hingga 12 tahun dan menurun setelah usia 50 tahun, dan biasanya berhubungan dengan kelembaban tinggi, suhu panas, berenang dalam air yang tercemar, trauma lokal dan penggunaan alat bantu dengar maupun pelindung telinga.5 Nogueira et al dalam penelitiannya, dari 27 pus yang diambil dari 27 pasien dengan otitis eksterna Staphylococcus aureus 36%, Pseudomonas aeruginosa 30%, Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus 19%, and Candida 15%.1

1.1 Klasifikasi Adapun klasifikasi dari otitis eksterna yaitu otitis eksterna akut, kronis dan maligna sebagai berikut:3,6 a. Otitis eksterna Akut Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumkripta dan otitis eksterna difus

Otitis Eksterna Sirkumkripta (furunkel atau bisul) Kulit sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti

folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka ditempat ini dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel.

Kuman

penyebab

biasanya

Staphylococcus

aureus

atau

Staphylococcus albus. Penyakit ini biasanya didahului oleh trauma ringan pada meatus akustikus eksternus (karena dikorek- korek atau dibersihkan), kemudian terjadi infeksi pada folikel rambut sehingga dapat menimbulkan supurasi. Otitis eksterna Difus Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edem dengan batas yang tidak jelas serta tidak terdapat furunkel. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escheria colli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Sebagai faktor predisposisi yaitu faktor endogen yang disebabkan oleh keadaan umum yang buruk akibat anemia, hipovitaminosis,diabetes melitus, atau alergi. Sedangkan faktor eksogen disebabkan oleh trauma karena tindakan mengorek telinga. Suasana lembab, panas,atau alkalis di dalam meatus akustikus eksternus (MAE). Udara yang lembab dan panas menyebabkan udem pada stratum korneum kuli MAE, sehingga menurunkan resistensi kulit terhadap infeksi. Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/ mandi menyebabkan maserasi. Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan dan mengakibatkan kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab. Keadaankeadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong penderita

mengorek telinga, sehingga trauma yang timbul akan memperhebat perjalanan infeksi. b. Otitis eksterna kronis Merupakan kelanjutan dari otitis eksterna akut yang dibiarkan dalam waktu lama, gejala klinis dapat berkurang atau bertambah dengan atau tanpa komplikasi. c. Otits eksterna maligna Otitis eksterna maligna adalah suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Bila pada otitis media peradangan hanya terjadi terbatas pada kulit, sedangkan pada otitis eksterna maligna peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan ke organ sekitarnya. Dengan demikian dapat menimbulkan kelainan, berupa khondritis, osteitis dan osteomielitis yang mengakibatkan kehancuran tulang temporal.

1.6 Gejala Klinis Gejala klinis yang terjadi tergantung dari tipe otitis eksterna, yaitu:3,6 a. Otitis Eksterna Akut Otitis Eksterna Sirkumkripta (furunkel atau bisul)

Gejala klinis ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Otorea purulen bercampur darah bila furunkel pecah. Dapat terjadi limfadenitis di depan tragus, di bawah atau belakang daun telinga. Liang telinga bagian luar (bagian tulang rawan) udem dan hiperemi, lumen menyempit.

Otitis eksterna Difus

Gejala klinis sama dengan otitis eksterna sirkumkripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media. Rasa gatal sampai nyeri di dalam liang telinga, otorea, pendengaran normal atau sedikit berkurang. Pada MAE terisi serous (alergi), purulen(infeksi kuman), keabu- abuan atau kehitaman (jamur). Kulit MAE udem, hiperemi merata sampai ke membran timpani. b. Otitis Eksterna Maligna Gejala klinis dimulai dengan rasa gatal diliang telinga yang dengan cepat diikutu oleh rasa nyeri yang hebat dan sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut akan makin menghebat,

liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi secara subur. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progesif yang disebabkan akibat infeksi kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat bersama-sama dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat. 1.7 Penatalaksanaan Pengobatan otitis eksterna akut didasarkan pada debridement lokal, penggunaan tetes telinga dengan bahan asam dan atau antimikroba pada kasus dengan edema yang parah dan atau sekresi purulenta akan digunakan antiinflamasi dan antimikroba oral. Penggunaan antimikroba parenteral

diindikasikan pada kasus otitis eksterna maligna. Jika tidak berespon baik maka dilakukan otolaryngologi.4 Pada prinsipnya, tujuan dari pengobatan ototopikal adalah mengurangi inflamasi, menurunkan pH liang dan eliminasi dari organisme penyebab. Obat ototopikal terdiri dari steroid, bahan asam, antiseptic dan antibiotic. Sediaan obat yang biasa digunakan adalah suspensi dan larutan. Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat

10

otik antiinfeksi juga mengandung bahan analgetika seperti antipirin dan anestetika local seperti lidokain dan benzokain. pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range pH antara 5 7,8. keefektifan obat telinga sering bergantung pada pH-nya. Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan tumbuh lebih cepat. Kebanyakan organisme tumbuh baik pada lingkungan basa. Hal ini yang menjadi alasan obat otitis mengandung bahan asam, dengan pH 3-6. Walaupun larutan asam menghambat pertumbuhan bakteri, bahan ini meyebabkan iritasi dan rasa terbakar. Suspense dengan pH 5 biasanya lebih sedikit mengiritasi daripada solution dengan pH 3-4. Jika pasien tidak dapat beradaptasi dengan efek ini, sediaan ototopikal antibiotik dapat digunakan, yaitu neomycin, polymyxin B, polymyxin E (colistin), and fluoroquinolone. Neomycin sangat aktif terhadap S aureus dan Proteus sp. Polymiksin merupakan bakterisid yang aktif terhadap organism gram negative khususnya Pseudomonas. Fluoroquinolon juga efektif terhadap pseudomonas dan staphylococcus. Pasien yang tidak berespon baik terhadap pengobatan inisial dapat mencoba tetes telinga yang mengandung siprofloksasin atau tobramycin.4 Ofloksasin dan siprofloksasin juga dapat digunakan sebagai tetes telinga. Keuntungan terbesar dari bahan ini, yaitu tidak ada efek ototoksik. Namun untuk penggunaan fluoroquinilon sistemik, kontraindikasi bagi anak-anak, tetapi untuk larutan topikalnya aman dan efisien. Berdasarkan penelitian oleh Loh et al,

11

gentamisin dan polymiksin B merupakan tetes telinga yang sangat efektif untuk pengobatan otitis eksterna yang disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa. Chloramfenicol juga digunakan sebagai tetes telinga, Sensitivitasnya sangat tinggi terhadap Staphylococcus aureus, seperti juga untuk quinolon, fluoroquinolon, neomycin dan oxacillin. Sefalosporin generasi kedua dan ketiga juga sensitif terhadap bakteri yang diuji dan dapat digunakan sebagai pilihan terapi. Pada pengobatan dengan infeksi jamur dengan obat anti jamur sistemik seperti polienes (nystatin oral dan amphothericin B) dan imidazole (miconazole oral dan ketoconazole IV dan oral). Tetes telinga dengan bahan anti jamur, khususnya imidazole mempunyai efek sangat baik pada otolaryngology. Pada penelitian, Candida sp sensitif terhadap amphothericin B, nystatin, fluconazole and

clotrimazole dan resisten miconazole.1 Tetes telinga yang terdiri dari kortikosteroid lebih efektif pada otits eksterna daripada yang hanya terdiri dari asam asetat saja. Van balen et al melaporkan dari 213 pasien secara random digunakan 3 tipe tetes telinga yang berbeda., ditemukan pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid gejala yang timbul lebih pendek atau cepat hilang, angka kekambuhan yang rendah, dan efek terapi yang tinggi daripada tetes telinga yang hanya mengandung bahan asam. Tetes telinga yang terdiri dari steroid dan antibiotic sama efektifnya dengan yang mengandung steroid dan asam asetat. Hal ini menunjukkan efektifitas dari asam asetat sebagai antiinflamasi berefek jika digabung dengan kortikosteroid.7 Antibiotik oral jarang digunakan, tetapi akan digunakan pada otitis eksterna menetap, ketika berhubungan dengan otitis media atau ketika terdapat

12

gejala sistemik. Antibiotik oral juga diberikan pada pasien dengan suhu >38,30C sangat nyeri atau terjadi lymphadenopati regional dari preauricula atau cervical posterior dan anterior. Antibiotik sistemik juga diberikan pada pasien yang tanda awalnya seperti otitis eksterna nekrosis. Ketika pasien mengalami toksik atau infeksi dan tidak berespon terhadap pengobatan antibiotik oral, khususnya jika disertai dengan nyeri hebat dan jaringan granulasi pada liang telinga, antibiotic parenteral akan digunakan. Dan jika tetap tidak berespon baik maka akan dianjurkan otolaryngologist.8 Penatalaksanaan tergantung dari tipe otitis eksterna, yaitu:3,6 a. Otitis Eksterna Akut

Otitis Eksterna Sirkumkripta (furunkel atau bisul) Terapi tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanah. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polimixin B atau bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%) Bila dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat simpatomatis seperti analgetik dan obat penenang. Otitis eksterna Difus Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon yang

mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang

13

baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik. b. Otitis Eksterna Maligna

Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sebab penyakit akan segera menyerang dianjurkan bagian-bagian adalah penting disekitarnya. dosis Pengobatan tinggi yang

pemberian

antibiotika

terhadap

Pseudomonas aeruginosa yang dikombinasikan dengan aminoglikosida dan diberikan secara parenteral selama 4-6 minggu. Kombinasi yang sering digunakan adalah karbecillin, tikarcillin atau pipercillin dengan gentamicin, tobramicin, colistimethate atau amikacin. Di samping obatobatan sering kali diperlukan juga tindakan membersihkan luka (debrideman) secara radikal. Tindakan membersihkan luka (debrideman) yang kurang bersih akan menyebabkan makin cepatnya penjalaran penyakit. 1.8 Pencegahan Penggunaan alat bantu saat berenang ideal untuk menurunkan kelambaban telinga dan membantu mencegah otitis eksterna. Suatu penelitian mengevaluasi tingkat proteksi dari 7 jenis protektor telinga, dari benang katun hingga silicon wax dan klorida polyvinyl, dan hasilnya bahan dari katun dengan gel petroleum memberikan proteksi terbaik, nyaman dan mudah digunakan. Penggunaan larutan asam seperti asam asetat atau larutan asam boric untuk rekonstruksi lingkungan fisiologi normal dari liang telinga setelah terpapar oleh air juga efektif. Mengeringkan telinga dengan hairdryer yang diatur dengan panas yang rendah

14

hingga 60 detik dapat membantu mencegah penyakit ini. Menghindari manipulasi terhadap liang telinga akan mencegah iritasi lokal dan maserasi kulit. Penggunaan cotton bud dan peniti untuk membersihkan telinga berulang ulang harus dihindari.1 1.9 Komplikasi Otitis eksterna dapat berkomplikasi menjadi otitis eksterna kronik, stenosis liang telinga, sellulitis, cervikal adenopaty, parotitis, penyebaran infeksi keseluruh tubuh dan yang paling berbahaya adalah otitis eksterna nekrotik. 3,6

15

BAB II SIMULASI KASUS

2.1 Kasus Anamnesa Tn. chandra (30 tahun) pekerjaan pegawai perusahaan konsultasi hukum, datang ke Poliklinik dengan keluhan sakit telinga kiri. Telinga kiri nyeri hebat, nyeri semakin terasa bila daun telinga tersentuh. Sebelumnya kemarin pasien mengorek telinga kiri dengan ujung pensil, lalu ujung pensil patah dan telinga kiri berdarah sedikit. Tidak ada keluar cairan dan pendengaran tidak terganggu. Sudah makan parasetamol tetapi telinga tetap sakit. Pemeriksaan Fisik Tanda vital : TD = 120/80 mmHg RR = 20 x/menit N = 80 x/menit t = 37 0 C

Kepala dan leher : Nyeri sentuh aurikula, tragus pain (+), canalis auricularis externus udem dan hiperemis, nampak bekas iritasi oleh tusukan pensil tetapi tidak ada lagi perdarahan. Thorax Abdomen Ekstremitas Diagnosis : Jantung dan paru dalam batas normal : dalam batas normal : Tidak ada kelainan : Otitis Eksterna

16

2.2 Tujuan pengobatan Pengobatan ditujukan untuk perbaikan fisiologi dari liang telinga luar, mengeliminasi infeksi serta mengurangi atau menghilangkan radang dan nyeri telinga. 2.3 Kelompok dan jenis obat Kelompok Obat 1. Antibiotika lokal 2. Analgetik Jenis Obat Polymixin B, kloramfenikol Asam mefenamat, ibuprofen

2.4 Perbandingan kelompok obat menurut khasiat, keamanan, dan kecocokan9,10,11 No Jenis Obat 1. Polimixin B Khasiat Antibiotika terhadap kuman Gram negative khususnya Pseudomonas aeruginosa Keamanan Kecocokan (Efek Samping (Kontraindikasi) Obat) Efek sampingnya: Kontraindikasi: Alergi (jarang Bila secara topical) daerah kulit yang akan Neurotoksisit diobati luas as ototoksisitas Nefrotoksik mungkin Kemerahan berbahaya, pada wajah khususnya Vertigo pada anak, Ataksia pasien lanjut Mengantuk usia, pasien parestesia dengan kerusakan ginjal Efek sampingnya: Kontraindikasi: Kelainan Wanita darah reversible hamil, menyusui Neuritis perifer Pasien porfiria Neuritis optic Eritema

2.

kloramfenikol Antibiotika spectrum luas

17

3.

Asam mefenamat

Analgetikantipiretik

multiforme Mual muntah Diare Stomatitis Glositis Hemoglobinu ria nokturnal Efek sampingnya: Diare iritasi lambung alergi

4.

Ibuprofen

Analgetikantipiretikantiinflamasi

Kontraindikasi: Tukak lambung dan usus hati-hati pada penderita tua, hipersensitivita s, asma, ginjal dan wanita hamil Efek sampingnya: Kontraindikasi: mual, ulkus muntah peptik berat dan aktif gangguan pencernaan; riwayat diare, konstipasi hipersensitif terhadap nyeri ibuprofen dan lambung obat NSAID ruam pada lain kulit sindrom bronkospa polip hidung sme angioderm trombosit a openi penderita yang bila menggunakan obat NSAID timbul gejala asma, rhinitis, urtikaria

18

2.5 Pilihan Obat dan Alternatif Obat yang digunakan9,10,11 AntibiotikaTopikal No. Uraian Obat Pilihan 1. Nama Obat Polimixin B 2 BSO (generic, Generic: paten, kekuatan) BSO : Paten : Otopain BSO : tetes telinga 10 ml merupakan sediaan kombinasi dalam 5ml mengandung Polimixin B sulphate 50.000 IU, neomycin sulphate 25mg, fludrocortisone acetate 5mg, lidocaine HCl 200mg 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. BSO yang diberikan dan alasannya Dosis referensi Dosis kasus tersebut dan alasannya Frekuensi pemberian dan alasannya Cara pemberian dan alasannya Saat pemberian dan alasannya Lama Pemberian dan alasannya Tetes telinga , sesuai untuk keadaan klinis pasien 2-4 kali sehari sebanyak 45 tetes pada telinga yang sakit 4 tetes/kali pada telinga yang sakit 3x sehari Tetes karena pasien masih sadar dan kooperatif Tidak ada aturan khusus 5 hari, tidak ada aturan khusus namun karena mengandung antibiotika maka diberikan standar lama pengobatan minimal Obat Alternatif Kloramfenikol Generic: chloramfenicol BSO : tetes telinga 3% Paten : Colme BSO : tetes telinga 8ml,mengandung chloramfenicol 10% dan lidocaine HCl 4%

Tetes telinga, sesuai untuk keadaan klinis pasien 3-4 kali sehari sebanyak 1-2 tetes pada telinga yang sakit 2 tetes/kali pada telinga yang sakit 3 x sehari Tetes karena pasien masih sadar dan kooperatif Tidak ada aturan khusus 5 hari, tidak ada aturan khusus namun karena mengandung antibiotika maka diberikan standar lama pengobatan minimal

19

Analgetik No. Uraian Obat Pilihan 1. Nama Obat Asam mefenamat 2 BSO (generic, Generic: Asam mefenamat paten, kekuatan) BSO : kaptab salut selaput 250mg,500 mg Paten : Mefinal BSO : kapsul 250mg, kaptab salut selaput 500 mg 3. 4. 5. 6. 7. 8. BSO yang diberikan dan alasannya Dosis referensi Dosis kasus tersebut dan alasannya Frekuensi pemberian dan alasannya Cara pemberian dan alasannya Saat pemberian dan alasannya Lama Pemberian dan alasannya Kaptab salut selaput, sesuai untuk keadaan klinis pasien 500mg, 3 kali sehari 500 mg/x 3 x sehari, sesuai dengan waktu paruh Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan Sesudah makan karena dapat menimbulkan iritasi mukosa lambung 3 hari karena sifatnya simptomatis Obat Alternatif Ibuprofen Generic : Ibuprofen BSO : tablet salut selaput 200 mg, 400mg, supositoria, sirup, salep Paten : Farsipen BSO : Kaplet salut selaput 200 mg, 400 mg Tablet salut selaput, sesuai untuk keadaan klinis pasien 200 mg 3x1, maksimal 2400 mg/hari 200 mg/x 3 x sehari, sesuai dengan waktu paruh Peroral sebab pasien dewasa dan tidak ada gangguan menelan Sesudah makan untuk mengurangi efek saluran cerna yang ditimbulkan 3 hari karena sifatnya simptomatis

9.

20

1.6

Penulisan Resep Pilihan dr. Indah gunawan,Sp.THT SIP. 0555/2006 Praktek Spesialis Alamat Praktek Jl. Bumi Handayani 3 no 17 Banjarmasin Telp. 7722224 Banjarmasin, 12 Agustus 2009 R/ Otopain gtt auric 8 ml S t.d.d gtt IV auric sin (o.8 h) No. IX Lag No. I Alamat Rumah Jl. Manggis no 55 Banjarmasin Telp.7722225

R/ Asam mefenamat Caps 500mg S prn. t.d.d Caps I pc (Nyeri)

Pro : Tn. Chandra (30 tahun) Alamat : Jl. Dharma praja 5 no 33 banjarmasin

21

Penulisan Resep Alternatif

dr. Indah Gunawan, Sp.THT SIP. 0555/2006 Praktek Spesialis Alamat Praktek Jl. Bumi Handayani 3 no 17 Banjarmasin Telp. 7722224 Banjarmasin, 12 Agustus 2009 R/ Chloramfenikol gtt auric 3% S t.d.d gtt II auric sin (o.8 h) Lag No. I Alamat Rumah Jl. Manggis no 55 Banjarmasin Telp.7722225

R/ Ibuprofen tab 200 mg S prn.t.d.d tab 1 pc (Nyeri)

No. IX

Pro : Tn. Chandra 30 tahun Alamat : Jl. Dharma praja 5 no 33 banjarmasin

22

2.7 Pengendalian Obat Pengendalian obat dilakukan dengan memperhatikan dosis, frekuensi pemberian, cara pemberian, saat pemberian, lama pemberian dan efek samping. Bila timbul efek samping, obat harus dihentikan dan dapat diganti dengan obat lain yang khasiatnya sama. Penggunaan antibiotik untuk terapi kausatif harus habis dan tidak boleh terputus, sesuai lama pemberian yang ditentukan untuk mencegah resistensi obat. Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien Telinga kiri nyeri hebat, nyeri semakin terasa bila daun telinga tersentuh. Sebelumnya kemarin pasien mengorek telinga kiri dengan ujung pensil, lalu ujung pensil patah dan telinga kiri berdarah sedikit. Tidak ada keluar cairan dan pendengaran tidak terganggu. Sudah makan parasetamol tetapi telinga tetap sakit. Pada kasus diatas pasien datang dengan keluhan sakit (nyeri) telinga, pasien ini didiagnosis dengan otitis eksterna. Pemilihan terapi penyakit ini yaitu memberikan terapi kausatif antibiotik lokal yaitu otopain. pengobatan secara lokal karena pada penderita terdapat iritasi yang mengalami peradangan disekitarnya yang disinyalir sebagai tanda terjadinya infeksi oleh bakteri. Pengobatan antibiotik secara topikal diberikan Polimiksin B yaitu Otopain dalam bentuk tetes yang diteteskan pada telinga yang sakit. Diharapkan dengan pemberian obat tetes ini akan mempercepat penyembuhan, karena didalam Otopain mengandung Polimixin B sulphate 50.000 IU, neomycin sulphate 25mg, fludrocortisone acetate 5mg, lidocaine HCl 200mg. Polimixin B ditujukan sebagai antibiotika terhadap bakteri gram negatif dan neomycin lebih ditujukan sebagai anti staphylococcus.

23

Fludrocortisone dimaksudkan sebagai anti inflamasi dan lidocain berguna untuk menghilangkan nyeri lokal pada telinga yang sakit. Sebagai obat alternatifnya diberikan Chloramfenikol tetes telinga. Pemberian asam mefenamat ditujukan sebagai obat simptomatis yaitu analgesik, dan obat alternatifnya dapat dipilih ibuprofen. Pemberian ibuprofen dapat menimbulkan efek analgesik yang sama dengan aspirin, dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Obat ini tidak menimbulkan efek samping yang serius pada dosis analgesiknya. Obat ini bekerja dengan cara menurunkan aktivitas siklooksigenase, sehingga konversi asam arakhidonat menjadi

prostaglandin terganggu. Pemberian obat simptomatis sebaiknya sesingkat mungkin dan diberikan bila perlu saja. Setelah obat yang diberikan habis, penderita hendaknya memeriksakan kembali penyakitnya, sehingga dokter dapat memutuskan apakah penyakit tersebut sudah benar-benar sembuh, baik secara klinis maupun laboratorik.

24

BAB III PENUTUP

Telah dibahas suatu kasus otitis eksterna pada seorang laki-laki umur 30 tahun. Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluh telinga kiri nyeri hebat, nyeri semakin terasa bila daun telinga tersentuh. pasien ada riwayat mengorek telinga kiri dengan ujung pensil, lalu ujung pensil patah dan telinga kiri berdarah sedikit. Tidak ada keluar cairan dan pendengaran tidak terganggu. Sudah makan parasetamol tetapi telinga tetap sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit , respirasi rate 20 x/menit, suhu 37
0

C, telinga kiri nyeri sentuh aurikula,

tragus pain (+), canalis auricularis externus udem dan hiperemis, nampak bekas iritasi oleh tusukan pensil tetapi tidak ada lagi perdarahan. Jantung, paru, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Obat kausatif pilihan yang diberikan pada kasus ini adalah antibiotika lokal yaitu tetes telinga otopain, dengan obat alternatifnya Chloramfenikol tetes telinga. Obat simptomatik pilihan untuk kasus ini asam mefenamat dan obat alternatifnya dapat dipilih ibuprofen.

25

DAFTAR PUSTAKA 1. Nogueiral JCR, Diniz MFF, Lima EO, Lima ZN. Identification and antimicrobial susceptibility of acute external otitis microorganisms. Brazilian Journal of Otorhinolaryngol, 2008; 74(4):526-30. 2. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. http://www.bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm. agustus 2009 Available from : Diakses tanggal 10

3. Soepardi, EA . 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok dan Kepala Leher edisi 5. FK UI. Jakarta. 4. Hughes E, Lee JH. Otitis externa. Pediatr. Rev,2001;22(6);191-97. 5. Osguthorpe JD, Nielsen DR. Otitis Externa: Review and Clinical Update. American family physician,2006;74(9). 6. Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2000. Obat yang Digunakan untuk Pengobatan Infeksi. Dalam: Informatorium Obat nasional Indonesia 2000 (IONI). Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan makanan. 7. Van balen FAM, smit WM, Zuithoff NPA, Verheii TJM. Should ear drops for acute otitis externa contain steroids?. BMJ, 2003;327(7425). 8. Sander R. Otitis Externa: A Practical Guide to Treatment and Prevention. American Family Physician,2001;63(5). 9. Ganiswarna S. (ed).1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Penerbit FK UI, Jakarta 10. Winotopradjoko, M dkk. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. Akarta, Volume 39, 2004. 11. Tjay, TH & Rahardja K. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek sampingnya. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta, 2002

Anda mungkin juga menyukai