a adalah pembuat nol (zero bias) = O
min
- KI
min
Jika sebuah instrumen memiliki hubungan input-output tidak berupa garis lurus,
penyimpangan dari garis lurus tersebut dikenal sebagai nonlinieritas. Seringkali
nonlinieritas dinyatakan dalam nonlinieritas maksimum dalam bentuk prosentase
skala penuh, yaitu:
| |
% 100
min max
max
O O
a KI O
N
+
=
Sebuah alat ukur mempunyai nonlinieritas 1 % jika kurva hubungan input dan output
berkelok menyimpang 1%. Bentuk nonlinieritas dapat berupa parabola, berkelok,
lengkung dan sebagainya. Control valve linier pada 40 75 % bukaan, artinya
hubungan sinyal input dengan aliran (flow) yang melalui control valve linier pada 40
75 %.
Gambar 1. Linieritas dan Nonlinieritas
- Sensitivitas menunjukan seberapa jauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang
diukur. Sensitivitas sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan
perubahan keluaran dibandingkan unit perubahan masukan yaitu AO/AI. Untuk
elemen linear dO/dI sama dengan slope atau gradien K dari garis linear. Sedangkan
untuk elemen non-linear dO/d I= K+ dO/dI. Dapat dilihat pada Gambar 2. Beberapa
sensor panas dapat memiliki kepekaan yang dinyatakan dengan satu volt per
derajat, yang berarti perubahan satu derajat pada masukan akan menghasilkan
perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat saja memiliki
kepekaan dua volt per derajat, yang berarti memiliki kepakaan dua kali dari sensor
yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi sensitivitas dari sensor. Apabila
tanggapannya linier, maka sensitivitasnya juga akan sama (konstan) untuk jangkauan
pengukuran keseluruhan, yaitu sama dengan kemiringan garis.
Gambar 2. Sensitivitas Termocouple.
- Histerisis
Histeresis menunjukkan perbedaan nilai output pembacaan saat menggunakan nilai
input naik (dari rendah ke tinggi), dengan nilai output pembacaan saat menggunakan
nilai input turun (dari tinggi ke rendah). Histeresis biasanya dinyatakan dalam
histeresis maksimum dalam bentuk prosentase skala penuh, yaitu:
% 100
min max
O O
O O
H
I I
=
| +
Contoh : Suatu termometer digunakan untuk mengukur 60C, akan menunjukkan
angka yang berbeda jika sebelumnya digunakan untuk mengukur fluida 20C dengan
jika sebelumnya digunakan untuk mengukur fluida 100C.
Gambar 3. Histeresis
- Efek Lingkungan
Secara umum, output (O) tidak bergantung hanya pada sinyal input (I) tetapi
juga bergantung pada input dari lingkungan seperti suhu, tekanan atmosfer,
kelembaban, tegangan suplai, dan sebagainya. Ada dua tipe input dari lingkungan,
yaitu modifying input dan interfering input.
Modifying input I
M
menyebabkan sensitivitas linear sistem berubah. K adalah
sensitivitas pada kondisi standar kelika I
M
= 0. Jika input diubah dari nilai standar,
maka I
M
mengalami penyimpangan dari kondisi standar. Sensitivitas berubah dari K
menjadi K+ K
M
I
M
, dimana K
M
adalah perubahan kepekaan terhadap perubahan unit
I
M
. Gambar 4 (a) menunjukkan efek dari modifikasi suhu sekitar pada elemen linier.
Interfering input I
I
menyebabkan zero bias berubah. a adalah zero bias pada
kondisi standar ketika I
I
= 0. Jika input diubah dari nilai standar, maka I
I
mengalami
penyimpangan dari kondisi standar. Zero bias berubah dari a menjadi a+ K
I
I
I
,
dimana K
I
adalah perubahan zero bias untuk unit perubahan di I
I.
Gambar 4 (b)
menunjukkan efek dari gangguan suhu sekitar pada elemen linier.
Dengan demikian
Gambar 4. (a) Modifying dan (b) Interfering Input
2. Pengkondisian Sinyal
Pada teknik pengukuran, signal conditioning atau pengkondisian sinyal berarti
memanipulasi suatu sinyal agar sinyal tersebut memiliki karakteristik yang sesuai
dengan kebutuhan proses selanjutnya. Beberapa contoh pengkondisian sinyal yang
dapat dibuat menggunakan rangkaian pasif sederhana antara lain: pembagi tegangan
(voltage divider). Rangkaian ini sering digunakan untuk aplikasi elektronika praktis,
antara lain untuk mendapatkan tegangan sesuai dengan yang kita inginkan, dan juga
untuk aplikasi sensor. Rangkaian ini terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai
seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 5. Rangkaian pembagi tegangan
Tegangan keluaran (V
out
) dapat ditunjukkan dengan persamaan berikut:
in out
V
R R
R
V .
1 2
2
+
=
Dimana V
out
adalah tegangan keluaran, V
in
adalah tegangan masukan, dan R
adalah nilai resistansi dari resistor. Dari persamaan tersebut, maka kita bisa
menentukan tegangan keluaran yang diinginkan dengan cara mengubah-ubah nilai
kombinasi R
1
dengan R
2
.
C. PERALATAN DAN KOMPONEN PERCOBAAN
1. Hambatan Geser
2. Multimeter
3. Baterai 6V
4. Resistor
5. Kabel tunggal
6. Breadboard
7. Penggaris skala millimeter
D. LANGKAH PERCOBAAN
- Percobaan 1 :
1. Persiapkan alat dan rangkai seperti Gambar 5.
2. Tentukan nilai R1 (sesuai ketentuan asisten) dan nilai Vin sebesar 6V.
3. Ukur Vin dari baterai menggunakan multimeter.
4. Hubungkan kaki potensiometer ke multimeter dengan penunjukan hambatan.
5. Berikan pergeseran sebesar x cm (dengan x sesuai dengan ketentuan asisten)
dengan pergeseran naik.
6. Lihat dan catat besar hambatan pada keadaan x cm tersebut.
7. Catat Vout (tegangan keluaran) rangkaian tertutup Gambar 5 dengan menggunakan
multimeter.
8. Ulangi langkah 1 s.d. 6 dengan pergeseran sebesar x cm (dengan x sesuai dengan
ketentuan asisten) hingga diperoleh 10 data.
9. Isi Tabel 1 dengan data yang telah anda peroleh dari langkah no. 4 s.d. no. 6.
10. Ulangi langkah no. 1 s.d. no. 6 dengan pergeseran turrun dan menggunakan x
yang sama.
11. Isi Tabel 2 dengan data yang telah anda peroleh dari langkah no. 9.
12. Buat grafik hubungan antara:
a.x - O
b.O - Vout
Tabel 1 (Pergeseran naik)
Tabel 2 (Pergeseran turun)
- Percobaan 2 :
1. Lakukan kangkah-langkah no. 1 s.d. no. 7 pada Percobaan 1 dengan mengganti
nilai Vin sebesar 4,5 Volt.
2. Isi Tabel 3 dengan data yang anda peroleh dari langkah no. 1
3. Buat grafik hubungan x dengan Vout.
Tabel 3 Percobaan Pembagi Tegangan
Vin = volt
R1 = Kohm
No x (cm) Hambatan (ohm) Vout (V)
No Displacement (x) naik Vout (volt) Displacement (x) turun Vout(volt)
No x (cm) Hambatan (ohm) Vout (V)
E. ANALISIS PERCOBAAN
1. Lakukan perhitungan range input dan output, span, linieritas, nonlinieritas dan
histeresis dari data percobaan yang telah anda peroleh (Percobaan 1).
2. Buatlah analisis tentang pengaruh karakteristik statik elemen (Percobaan 1)
dengan karakteristik statik sistem pengukuran displacement.
3. Buatlah analisis tentang pengaruh lingkungan (berupa perubahan tegangan
suplai) terhadap karakteristik statik sistem pengukuran, dengan menghitung
nilai K
M
dan K
I
(Percobaan 2).
4. Simpulkan percobaan ini.
5. Ambil satu benda (sesuai ketentuan asisten) kemudian ukur dimensi (panjang,
lebar atau tinggi benda) menggunakan hambatan geser. Tanpa penggaris atau
alat ukur sejenisnya, tentukan dimensi (panjang, lebar atau tinggi) dari benda
yang diukur.
6. Buat laporan resmi percobaan.
MODUL II
PENGUKURAN KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami karakteristik dinamik dari suatu alat ukur.
2. Menentukan hubungan input dan output sebagai fungsi waktu.
B. DASAR TEORI
Karakteristik dinamik dari sebuah alat ukur menggambarkan perilakunya
antara waktu yang terukur dengan perubahan nilai dan waktu ketika instrument output
mencapai nilai stabil. Seperti dengan karakteristik statis, nilai-nilai untuk karakteristik
dinamis dikutip dalam lembaran instrumen data hanya berlaku pada saat instrumen
yang digunakan dalam kondisi lingkungan tertentu. Dalam setiap sistem, pengukuran
linier invarian waktu, persamaan umum yang dapat ditulis antara input dan output
untuk waktu t > 0:
dimana qi adalah jumlah yang diukur,
...
adalah sebuah
konstanta output,
...
...
...
, kecuali
Jika persamaan (2.6) diselesaikan secara analitik, kuantitas output
dalam
menanggapi setiap perubahan
,
Dimana C
i
= koefisien Sensitifita pada Ketidakpastian Ke-I
U
c
= Ketidakpastian kombinasi / gabungan
Ui = ketidakpastian individual ke-I
Vi = Derajat Kebebasan pada ketidakpastian individual ke-I
Pada contoh diata , telah didapat ketidakpastian kombinasi,
U
C
= 0,085
o
C
U
A
= 0,0224
o
C, v = 9
U
B1
= 0.0498
o
C, v = 50
U
B2
= 0,0289
o
C, v = 50
U
B3
= 0,058
o
C, v =
Veff =
0
50
) 0289 , 0 (
50
) 0498 , 0 (
9
) 0224 , 0 (
) 085 , 0 (
4 4 4
4
+ + +
= 316,5
Pada tabel T-StudentsDistribution, didapatkan k = 1,96
Jadi ketidakpastian diperluas , U
95
= k. Uc
= 1,96 x 0,085 = 0,1666
= + 0,16
o
C
Jadi hasil lengkap pengukuran adalah (39,45 + 0,16)
o
C
Tingkat kepercayaan , U
95
Tingkat kepercayaan merupakan tingkatan keyakinan akan keberadaan nilai sebenarnya pada
suatu tindak pengukuran dengan menggunkanalat tertentu. Penjelasan lengkap telah
diberikan pada ilustrasi kasus diatas
Faktor Cakupan , k
faktor cakupan meruakan faktor pengali pada ketidakpastian, sehingga membentuk cakupan
logis pada penggunaan keseharian. Faktor cakupan dicari menggunakan tabel T-Student
Distribution, yang diberikan pada halaman akhir dari materi ini.
RINGKASAN CARA PENENTUAN KETIDAKPASTIAN
Secara umum dalam menentukan nilai ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tentukan model matematik pengukurannya
2. Tentukan koefisien sensitifitas , Ci
3. Tentukan derajat kebebasan
4. Tentukan ketidakpastian standar pada masing-masing kontributor u
5. Tentukan ketidakpastian kombinasi , Uc
6. Tentukan derajat kebebasan efektif, V eff
7. Tentukan tingkat kepercayaan yang dipilih, misal 95 %
8. Tentukan faktor cakupan, k
9. Tentukan ketidakpastian diperluas, Uexp
Membuat model
Matematik
Daftar sumber
sumber U
Hitung U untuk
Tipe A dan B
Hitung Ci
Hitung der. Keb. eff Hitung Uc ( gabungan)
Hitung U diperluas
Uexp = k. Uc
Selesai
Sedangkan untuk mendapatkan faktor cakupan yang nantinya digunakan untuk
mendapatkan ketidakpastian diperluas , maka salah satu pemecahannya adalah dengan
menyajikan tabel T-Student Distribution, Dimana probabilitasnya dinyatakan sbb:
Degree of
freedom V
Probabilitas / Tingkat kepercayaan (%)
68,27 % 90 % 95% 99%
1 1,84 6,31 12,71 63,66
2 1,32 2,92 4,30 9,92
3 1,20 2,35 3,18 5,84
4 1,14 2,13 2,78 4,60
5 1,11 2,02 2,57 4,03
6 1.09 1,94 2,45 3,71
7 1,08 1,89 2,36 3,50
8 1,07 1,86 2,31 3,36
9 1,06 1,83 2,26 3,25
10 1,05 1,81 2,23 3,17
11 1,05 1,80 2,20 3,11
12 1,04 1,78 2,18 3,05
13 1,04 1,77 2,16 3,01
14 1.04 1,76 2,14 2,98
15 1,03 1,75 2,13 2,95
16 1,03 1,75 2,12 2,92
17 1,03 1,74 2,11 2,90
18 1,03 1,73 2,10 2,88
19 1,03 1,73 2,09 2,86
20 1,03 1,72 2,09 2,85
25 1,02 1,71 2,06 2,79
30 1,02 1,70 2,04 2,75
35 1,02 1,70 2,03 2,72
40 1,02 1,68 2,02 2,70
45 1,02 1,68 2,01 2,69
50 1,01 1,68 2,01 2,68
100 1,005 1,660 1,984 2,626
1 1,645 1.960 2,576
MODUL III
TIMBANGAN DIGITAL
METODE PENGUKURAN DAN KALIBRASI TIMBANGAN
1. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan analitik elektronik dgn
rentang ukur/kapasitas sampaidengan 200 gram. Metode ini juga digunakan untuk
pemeriksaan bulanan dan enam bulanan sesuai butir 5.1 dan 5.2
2. Standar Metode
The Calibration of Balances, David B. Prowse, CSIRO, Australia, 1995, butir 6
Technical Note 13 NATA, Australia, Agustus, 1994.
3. Peralatan
Massa (anak timbangan), yg sudah dikalibrasi beserta sertifikat.
Pinset yg ujungya plastik.
Termometer dgn resolusi 1C
Tissue halus
4. Persiapan
Catat semua spesifikasi timbangan pada lembar kerja
Periksa bahwa timbangan bekerja baik
Letakkan timbangan pada tempat yg kokoh dan rata (level)
Bersihkan dudukan timbangan dari debu
Hidupkan timbangan selama 30 menit untuk pemanasan
Buat beberapa percobaan pengukuran
5. Prosedur
5.1. Pemeriksaan Skala
5.1.1. Pilih massa yg mendekati Calibration Mode
5.1.2. Nol kan timbangan, catat pembacaan pada kolom 3 sebagai z1.
5.1.3. Timbang massa standar (M) dan catat pada kolom 3 sbg m1.
5.1.4. Sentuh pan diamkan 30 detik dan catat pada kolom 3 sbg m2.
5.1.5. Ambil massa dan tunggu sampai nol, lalu catat pada kolom 3 sbg z2
5.1.6. Hitung rata-rata dari z dan m lalu catat hasilnya pada kolom 4
5.1.7. Hitung koreksi C dgn rumus:
C = M (m z) dan catat pada kolom 5
5.1.8. Jika koreksi lebih besar dari 3, dimana adalah standar deviasi dari
kemampuan baca sebelumnya diketahui maka timbangan perlu disetel
5.1.9. Setelah timbangan disetel maka ulangi butir 1 sampai 8
5.1.10. Hitung ketidakpastian dari kemampuan baca timbangan yang didapat dari resolusi
timbangan
UR = Resolusi/2
3
5.2. Kemampuan Baca Kembali
Lakukan untuk dua posisi yaitu setengah kapasitas dan kapasitas penuh dari
Timbangan.
5.2.1. Nol kan timbangan catat pada kolom 1 sbg z1
5.2.2. Timbang massa standar (M) yg mendekati setengah kapasitas dan catat
pembacaan pada kolom 2 sbg m1.
5.2.3. Ambil massa, tunggu sampai stabil dan catat kolom 1 berikutnya z1.
5.2.4. Ulangi butir 1 sampai dengan 3 sampai 10 kali pembacaan
5.2.5. Hitung perbedaan (r1) dgn rumus
ri = mi zi,
kapasitas setengah/penuh dan catat pada kolom 3
5.2.6. Hitung standar deviasi dari perbedaan dgn rumus :
=(ri r)
n 1
dimana : ri = perbedaan ke-1..,n
r = rata-rata perbedaan
n = jumlah pembacaan = 10
Catat pada baris 11
5.2.7. Tentukan dan catat perbedaan maksimum berturut-turut dan catat pada baris 12 dgn
cara mengurangkan dari pembacaan satu thd berikutnya.
5.2.8. Ulangi butir 1 sampai dengan 7 untuk kapasitas penuh
5.2.9. Catat standar deviasi maksimum pada baris 13. Catatan: Gunakan standar deviasi
terbesar untuk perhitungan ketidakpastian.
5.2.10. Hitung ketidakpastian standar, Ut ;qUt = maks/n
dimana : maks = standar deviasi maksimum Pada butir 9
n = jumlah pembacaan = 10
Catat hasilnya pada baris 14
5.3. Penyimpangan Nilai Nominal
5.3.1. Pilih 10 titik pada daerah kapasitas timbangan dgn pembagian teratur.
5.3.2. Nol kan timbangan dan catat pada kolom 5 sbg z1.
5.3.3. Timbang Massa Standar yang sesuai pada penimbangan pertama dan catat pada kolom
5 sbg m1.
5.3.4. Sentuh Pan, tunggu 30 detik kemudian catat pada skala 5 sbg m1.
5.3.5. Ambil Massa Standar, tunggu sampai stabil dan catat pada kolom 5 sbg z2. Jangan
me-nol-kan timbangan.
5.3.6. Hitung rata-rata pembacaan nol dan catat pada kolom 6 sbg z1.
5.3.7. Hitung rata-rata pembacaan massa pada timbangan dan catat pada kolom 6 sbg m1.
5.3.8. Hitung perbedaan ri = mi zi dan catat pada kolom 7 sbg ri.
5.3.9. Hitung koreksi dgn rumus C = M ri dan catat pada kolom 8 sbg C1.
5.3.10. Ulangi butir 2 sampai dengan 9 utk titik lainnya sampai 100% kapasitas timbangan
5.3.11. Pilih nilai koreksi maksimum sbg Q.
5.3.12.Jumlahkan ketidakpastian dari Massa Standar yg digunakan, catat pada kolom 3
5.3.13. Hitung ketidakpastian Massa Standar
UMc = (UMi)
2
5.4. Pengaruh Pembebanan Di Tengah
5.4.1. Lakukan pada penimbangan kira-kira 1/3 dari kapasitas maksimum timbangan, jika
dispesifikasikan pabrik pembuat maka lakukan sesuai dgn pabrik pembuat.
5.4.2. Catat ukuran dan bentuk Pan.
5.4.3. Letakkan massa standar ditengah-tengah pan, timbangan di Tare dan catat
pembacaan pada kolom 2.
5.4.4. Pindahkan massa ke depan, belakang, kiri, dan kanan pada daerah garis Pan dan catat
pembacaannya pada kolom 2.
5.4.5. Hitung perbedaan maksimum dgn cara mengurangkan hasil terbesar dgn hasil terkecil.
Jika massa lebih dari 500 g maka gunakan piringan non magnetik dgn diameter yg
sesuai dgn besarnya diameter massa.
6. Batas Unjuk Kerja Timbangan
Hitung dengan rumus sbb:
F = 2maks + Q
Dimana :
maks = Standar deviasi maksimum pada kemampuan baca kembali,
Q = Nilai koreksi maksimum dari penyimpangan nilai nominal
7. Ketidakpastian Penimbangan
Hitung dengan rumus sbb :
U95 = k . Uc
= 2.(UR) + (Ut) + (UM)
Dimana :
UR =Ketidakpastian standar dari kemampuan baca (resolusi) timbangan
Ut = Ketidakpastian standar dari kemampuan baca kembali timbangan
UM = Ketidakpastian dari massa standar
8. Formulir
Lembar kerja yg digunakan No. QF.FKT
Sertifikat kalibrasi yg digunakan No. QF.SKT
MODUL IV
THERMOMETER DIGITAL
METODE PENGUKURAN DAN KALIBRASI THERMOMETER
1. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi THERMOMETER DIGITAL dengan
menggunakan thermometer digital standard ( sensor thermocouple/ RTD) dengan rentang
ukur / kapasitas sampai 600
o
C.
Metode ini juga digunakan untuk pemeriksaan rutin ( kalibrasi internal sesuai dengan
kebutuhan.
2. Standar Metode
Test Method for inspection and verification of thermometer ASTM E-77, 1998
Guide to the expression of uncertainty in measurement, ISO / TAG 4, 1993 .
3. Peralatan
Thermometer digital standard beserta sertifikat.
Media kalibrasi yang sudah terkalibrasi.
Tabel konversi ASTM
Bak Cairan
4. Persiapan
Catat semua spesifikasi thermometer pada lembar kerja
Periksa terlebih dahulu prinsip kerja kedua instrumen
Posisikan sensor kedua termometer pada jarak ideal
Posisikan tampilan thermometer sedemikian rupa agar mudah terbaca
Bersihkan tampilan termometer dari kotoran dan debu
Hidupkan timbangan selama 30 menit untuk pemanasan
Buat beberapa percobaan pengukuran
5. Prosedur
5.1Pemeriksaan Skala
5.1.1. Pilih salah satu dari skala thermometer untuk dilakukan pengukuran
5.1.2 pastikan bahwa suhu telah steady, dan catat pembacaan nilai nominal pada kolom 1.
5.1.3. secara berturut turut catat bacaan alat pada kolom 2 dan standar pada kolom 3.
5.1.4. Ulangi 5.1.1 sampai 5.1.3 sebanyak 5 kali
5.1.5. Hitung koreksi dengan rumus:
Q = P
standa
r P
alat
Dimana :
P
standar
= pembacaan termometer digital standar
P
alat
= Pembacaan termometer digital yang di kalibrasi
5.1.6. Catat error of specification
5.1.7. Catat Koreksi minimum
5.1.8. Catat koreksi maksimum
5.1.9. Tentukan nilai koreksi maksimum
5.1.10. Bila nilai koreksi maksimum lebih besar dari toleransi spec alat, maka termometer
digital yang dikalibrasi perlu di Adjust ulang atau di repair.
5.2 KEMAMPUAN BACA KEMBALI
Lakukan untuk minimal 3 posisi, masing masing sesuai dengan titik suhu yang kita
harapkan ( atau pembagian skalanya adalah 1/3, 2/3 dan skala penuh )
5.2.1. Pastikan pembacaan termometer digital telah stabil, mulai lakukan pengukuran untuk
suhu dengan nilai nominal tertentu.
5.2.2. Catat pembacaan alat pada kolom 2 dan pembacaan standar pada kolom 1
5.2.3. ulangi butir 5.2.1 sampai 5.2.2 samapai 10 kali pembacaan
5.2.4. Hitung Koreksi :
P
standar
- P
alat
, dan catat pada kolom 3
5.2.5. Lakukan butir 5.2.1 sampai 5.2.4 untuk titik selanjutnya
5.2.6. Hitung rata rata koreksi
5.2.7. Hitung standar deviasi dari koreksi maksimum dengan rumus :
=(Di D)
n 1
Dimana; Di = koreksi ke- i
D = rata rata koreksi
N = Jumlah koreksi
5.2.8. Hitung Error Regresi
5.2.9. Hitung ketidakpastian standar U
A1
U
A1
=
n
maks
o
Dimana
maks
o = standar deviasi maksimum koreksi
5.2.10. Hitung Ketidakpastian regresi U
A2
dengan rumus;
U
A2
=
2 n
SSR
Dimana SSR = sum square residual
5.2.11. Hitung ketidakpastian Resolusi U
B1
dengan rumus:
U
B1
= Resolusi/2
3
5.2.12. Hitung Ketidakpastian termometer standard U
B2
dengan rumus
U
B2
=
k
a
Dimana a = ketidakpastian kalibrator ( termometer standar )
K = faktor cakupan
5.2.13. Hitung ketidakpastian media kalibrasi U
B3
dengan rumus:
U
B3
=
k
a
5.3. Ketidakpastian Termometer Digital
5.3.1. Hitunglah besarnya Uc( ketidakpastian kombinasi) dengan rumus :
U
c
=
2
3
2
2
2
1
2
2
2
B B B A AI
U U U U U + + + +
5.3.2. Tentukan besarnya V
eff
dengan formulasi sebagai berikut:
Veff =
i
i
c
v
U
U
4
4
) (
) (
5.3.3. Dengan tingkat kepercayaan CL = 95 %, hitung faktor cakupan k
5.3.4. Hitung ketidakpastian termometer Uexp dengan rumus:
Uexp = k. Uc
Dimana : k = faktor cakupan
Uc = ketidakpastian kombinasi
5.4. Formulir
5.4.1. Lembar kerja yang digunakan No. QF. FKS
5.4.2. Lembar sertifikat yang digunakan No. QF. SKS
LAMPIRAN
LEMBAR KERJA KALIBRASI
I. LEMBAR KERJA KALIBRASI TIMBANGAN
(selengkapnya disajikan pada lembar berikutnya )
II. LEMBAR KERJA KALIBRASI TERMOMETER
(selengkapnya disajikan pada lembar berikutnya )
DAFTAR PUSTAKA
1. TC , ISO/ IEC 17025, SNI 19-17025, persyaratan Laboratorium kalibrasi, BSN, 2005
2. Musyafa.Ali, abadi,Imam, modul kalibrasi istrumentasi dan metrologi, Jurusan teknik
Fisika, 2002
3. David B Prowse, uncertainty for mass and balance, Australia , 2000
4. TIM KIM LIPI, kalibrasi dan metrology, LIPI, serpong, 2000