Anda di halaman 1dari 7

Tugas Analisis Kestabilan Lereng Disusun Untuk Memenuhi Tugas Geomekanika

Disusun Oleh: Hafizh Pangestu Aji 270110090006

JU R U S A N T E K N I K G E O L O G I FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI U N I VE R S I T A S P A D JA D J A R A N JA T I N A N G O R 2013

I.

Latar Belakang
Dalam pertambangan, lereng merupakan suatu masalah terutama lereng rawan longsor.

Untuk mengantisipasi keruntuhan lereng perlu dilakukan analisis kestabilan lereng agar didapat rancang-bangun lereng stabil, yang kemudian dilaksanakan pula manajemen lingkungan pada lereng dan wilayah sekitarnya agar lereng stabil tetap terpelihara. Terdapat beberapa faktor untuk timbulnya longsor seperti rembesan dan aktifitas geologi seperti patahan, rekahan dan liniasi. Kondisi lingkungan setempat merupakan suatu komponen yang saling terkait. Bentuk dan kemiringan lereng, kekuatan material, kedudukan muka air tanah dan kondisi drainase setempat sangat berkaitan pula dengan kondisi kestabilan lereng (Verhoef, 1985). Lereng dapat dianalisis melalui perhitungan Faktor Keamanan Lereng dengan melibatkan data sifat fisik tanah, mekanika tanah dan bentuk geometri lereng (Pangular, 1985). Secara khusus, analisis dapat dipertajam dengan melibatkan aspek fisik lain secara regional, yaitu dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisiknya, baik berupa kegempaan, iklim, vegetasi, morfologi, batuan/tanah maupun situasi setempat. Kondisi lingkungan tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan tanah dan merupakan karakter perbukitan rawan longsor (Anwar & Kesumadharma, 1991; Hirnawan, 1993, 1994). Data log bor sangat penting untuk ditindak lanjuti karena dengan data log bor tersebut kita dapat mengetahui litologi dibawah permukaan, memperkirakan arah pelapisan batuan tersebut, mengetahui kondisi lereng yang seusai apabila daerah tersebut akan dilakukan eksploitasi tambang terbuka, yang hasil akhirnya adalah memberikan perkiraan keamanan saat melakukan eksploitasi pada tahap eksploitasi di tambang terbuka.

II.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan beberapa permasalahan yang terkait dengan

Analisis Kestabilan Lereng sebagai berikut : 1. Berapa nilai RMR, SMR, dari data hasil pemboran 2. Bagaimana hubungan antara RMR dengan kedalaman 3. Bagaimana simulasi lereng setelah ada data pemboran,RMR, serta SMR ? dan berapa nilai Fs yang didapat ? Solusi dari pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna dalam menentukan target sebelum melakukan eksploitasi dalam suatu tambang terbuka: 1. Identifikasi RMR dan SMR, serta hubungan dengan kedalaman.
2. Identifikasi Kestabilan Lereng agar lereng stabil.

III.

Metoda Penelitian
Metoda penelitian yang dibuat meliputi tahap pembutan log dari hasil pemboran,

menghitung nilai RMR serta SMR, simulasi kestabilan lereng, serta penulisan laporan. 1. Pembuatan Log dari Hasil Pemboran Pada prinsip nya tahap ini yaitu membuat log litologi berdasarkan hasil dari pemboran dengan ditambahkan beberapa indikator seperti : kedalaman, water level, jenis litologi, deskripsi litologi, wathering stage, sampling for lab test, slacing potential, SPT, Kekuatan batuan (E, RQD, UCS), joint space, joint condition, groundwater condition, excavation method, serta perhitungan hasil RMR dan SMR. Dibuat bisa dengan menggunakan logplot ataupun coreldraw. 2. Menghitung nilai RMR sera SMR RMR (Rock Mass Rating) adalah pembobotan massa batuan. Sistem pemobotan dapat dilihat pada tabel Klasifikasi Geomekanik. Tabel klasifikasi geomekanik (Bieniawski, 1973, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996), dipakai dalam memperkirakan kestabilan suatu pengupasan lereng massa batuan. Penilaian kestabilan lereng menggunakan data hasil observasi lapangan dan data laboratorium sehingga dalam pembobotan dapat dilihat nilai RMR. Massa batuan diklasifikasikan sebagai berikut : Kondisi Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik Nilai RMR 0 20 21 40 41 60 61 80 81 100

SMR (Slope Mass Rating) adalah penerapan nilai SMR untuk memperkirakan sudut kemiringan lereng kupasan. Terdapat 4 cara untuk mendapatkan nilai SMR, tetapi pada kali hanya digunakan 2 cara yaitu menggunakan cara Laubscher (1975), serta menggunakan cara Hall (1989) Laubscher (1975, dalam Djakamihardja 7 Soebowo, 1996) membahas hubungan RMR dan SMR sebagai berikut :

Sudut lereng yang disarankan (Pembobotan SMR) 75 65 55 45 35 massa

Untuk nilai RMR

lereng, (Pembobotan massa batuan) 81 - 100 61 - 80 41 - 60 21 - 40 0 - 20

Hall (1985, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) memberikan nilai SMR , sebagai berikut : SMR = 0,65 RMR + 25 Berikut ini merupakan table geomekanika Bieniawski (1973)

Tabel klasifikasi geomekanik (Bieniawski, 1973)

Perhitungan RMR sangat diperlukan untuk mengetahui nilai dari SMR, yang selanjutnya sangat berguna untuk menentukan perkiraan slope pada simulasi kestabilan lereng.

3.

Simulasi Kestabilan Lereng Simulasi kestabilan lereng dapat dilakukan dengan menggunakan software

GeoStudio 2004, pada prinsip nya software ini menggunakan data yang telah ada seperti data litologi, kedalaman litologi, dip litologi nya, RMR, SMR, basic properties, residual, c residual, dan untuk batubara nya digunakan residual,c residual. Dari hasil simulasi ini dihasilkan simulasi lereng, nilai Fs, serta pemecahan masalah dari lereng tersebut.

4. Penulisan Laporan Pada penulisan laporan dibuat dalah beberapa bab yaitu, latar belakang, tujuan, metode penelitian, serta pembahasan.Pada penulisan laporan ini dimasukan hasil pembuatan log, perhitungan RMR, SMR, simulasi kestabilan lereng, serta interpretasi nya.

IV.

Pembahasan
Dilihat dari grafik dari RMR dengan kedalaman, dapat dilihat tidak terdapat pola yang berarti. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan litologi batuan seperti pada litologi log terdapat claystone, sandstone, siltsone, coal, serta mekanika batuan yang berbeda beda di setiap batuan yang ada dalam litologi log. Mekanika batuan meliputi kekuatan batuan utuh seperti point load, RQD, spasi rekahan, serta kondisi air tanah. Hal ini lah yang mempengaruhi nilai dari RMR disetiap litologi pada kedalaman tertentu. SMR didapat dari hasil perhitungan RMR yang kemudian digunakan untuk menentukan sudut lereng yang akan dibentuk untuk simulasi kestabilan lereng. Simulasi kestabilan lereng yang dihasilkan dari software GeoSlope 204 stelah memasukan beberapa indikator yang dibutuhkan, didapat nilai Fs yaitu 1,196 yang termasuk ke dalam lereng kritis atau lereng yang pernah terjadi longsor dengan besar sudut lereng dari hasil SMR yaitu 45. Nilai Fs ini dapat diperbesar dengan cara mengupas lereng seperti yang diperlihatkan dalam simulasi lereng yaitu mengupas sebagian soil. Dengan mengupas soil tersebut maka lereng tersebut akan menjadi lebih aman.

Anda mungkin juga menyukai