Anda di halaman 1dari 4

BAB TINJAUAN PUSTAKA Kanker Laring Pada laring, terdapat pita suara yang berperan penting dalam komunikasi

verbal. Lokasinya tepat diatas bukaan trake yang membantu agar makanan dan minuman tidak masuk menuju trakea. Bagian laring terbagi menjadi tiga bagian; yakni supra glotis, glotis dan subglotis. 1 Terkait dengan keganasan yang menyerang laring, mayoritas keganasan sekitar 90% kejadian pada seluruh kanker yang terjadi pada kepala dan leher adalah berupa Karsinoma sel skuamosa, sedangkan sisanya berupa kejadian keganasan hasil metastasis dari melanoma maligna, dan limfoma non hodgkin. 1

Etiologi Beberapa faktor yang berperan dalam proses onkogenesis pada kanker laring yakni riwayat merokok, infeksi HPV, dan refluks gaster. Infeksi HPV yang paling sering adalah HPV tipe 16. Infeksi HPV menyebabkan deregulasi siklus sel dan apoptosis dengan meng-inakivasi Rb dan p53 protein tumor supresor gen.2 Pada skema di bawah ini, secara ringkas terdapat hubungan dan proses yang menjelaskan adanya peranan genetik, polimorfisme gen dari host dan perubahan regulasi sel menjadi sel kanker. Keseluruhan faktor inilah yang bekerja secara sinergistik menghasilkan keganasan, dan dalam hal ini terutama keganasan laring. 1,2

Epidemiologi Kejadian kanker laring banyak terjadi pada pria, berdasarkan data kejadian di Eropa, keganasan laring pada pria sekitar 6:1 dari wanita, dan khasnya kanker ini terjadi pada dekade pertengahan usia antara 55-60 tahun. Faktor yang mungkin berperan berupa pola hidup, pajanan lingkungan terhadap karsinogen, dan genetik. Namun mekanisme pastinya masih belum terlalu dapat dipahami. Yang pasti dari faktor genetik, terjadi kegagalan mekanisme repair pada DNA yang mengalami abnormalitas karena pengaruh mutasi oleh karsinogenik. 1

Gejala Pasien dengan kanker laring umumnya datang dengan riwayat sakit tenggorokan, keluhan disfonia, disfagia, otalgia, dan adanya terasa massa di leher. Disfonia merupakan gejala khas bahwa keganasan kemungkinan berada pada daerah glottis, yang dekat dengan pita suara. Untuk pasien dengan kelluhan disfagia, awalnya sulit menelan benda padat, namun lama-kelamaan gejala bersifat progresif atau semakin parah karena pasien juga perlaha sulit untuk meneguk dan menelan masukan cair. Hal

ini khas jika kanker berada di supraglottis. Jika gejala disfonia dan disfagia sudah muncul, besar kemungkinan kanker sudah menginvasi kartilago laring dan akan disertai dengan penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat. Selain gejala diatas, neri tenggorok pada pasien umumnya juga disertai dengan batuk, yang jika berlanjut kerap menimbulkan hemoptisis. Pada perabaan akan didapatkan adanya perbesaran kelenjar limfe pada lokasi midjugular ( III) dan subdigastric (II).1Adapun diagnosa banding dari kanker laring berupa TB laring, sifilis laring, penyakit kronis laring. 2

Dalam mendiagnosa, selain anamnesis dan pemeriksaan THT rutin, pemeriksaan pendukung yang dibutuhkan berupa laringoskop indirek, foto polos leher dan dada, pemeriksaan CT Scan dan MRI, serta yang paling baku adalah pemeriksaan histopatologi dari biopsi laring sebagai pendukung diagnosa pasti. Dalam rangka menyingkirkan diagnosa banding, maka pemeriksaan gigi lengkap juga perlu dipastikan untuk menyingkirkan gangguan infeksi pada rongga mulut. Dari sebuah data penelitian di Eropa, pasien dengan kanker laring yang didiagnosa dengan derajat keparahan berbeda-beda, memiliki kemungkinan bertahan hidup yang juga berbeda satu dengan lainnya. Adapun data selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut: 3

Tabel : National Cancer Institute. Bethesda, MD, based on November 2011 SEER data submission,
posted to the SEER web site, 2012.

Pengobatan Secara umum, terdapat tiga tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kanker laring dan sebelum menentukan pilihan tindakan dalam tatalaksana pasien, penting diketahui sejauh mana keparahan kanker laring melalui staging kanker. Untuk teknik pembedahan, terbagi dua cara dengan indikasi yang berbeda. 3

1. Pembedahan Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring stadium I dan stadium II yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi. Berbeda dengan laringektomi total yang berupa tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin trakea. 2 2. Diseksi leher radikal, tindakan ini diindikasikan untuk tumor glotis yang belum metastase jauh, bisa berupa stadium dini T1 hingga T2. 1 Tindakan radioterapi dilakukan pada tumor laring terutama glotis dan supraglotis dengan T1 dan T2 dengan harapan angka kesembuhannya sekitar 90 %. Kelebihan penggunaan teknik radioterapi adalah laring tidak cedera sehingga suara dapat dipertahankan. Selain radioterapi, terdapat kemoterapi yang diberikan pada tumor stadium lanjut sebagai terapi ajuvan atau paliativ. Obat yang diberikan biasanya berupa cisplatinum 80-120 mg/m2. 2

Daftar Pustaka 1. Anniko, matti. Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. European manual medicine. Springer 2010. P.502-6. 2. Hanafee WN, Ward PH. The Laring, Radiology, Surgery, Pathology. Vol. I. New York. Thieme Med. h. 46-7. 3. Howlader N, Noone AM, Krapcho M, Neyman N, Aminou R, Altekruse SF, Kosary CL, Ruhl J, Tatalovich Z, Cho H, Mariotto A, Eisner MP, Lewis DR, Chen HS, Feuer EJ, Cronin KA (eds). SEER Cancer Statistics Review, 19752009 (Vintage 2009 Populations),

Anda mungkin juga menyukai