Anda di halaman 1dari 22

Bisnis Waralaba di Indonesia berkembang dengan sangat pesat.

Seiring dengan perkembangan pesat ini, banyak pertanyaan mengenai apakah Master Franchise itu? Master Franchise adalah hak yang diberikan kepada penerima waralaba dari pemberi waralaba untuk membuka dan mengelola bisnis waralaba-nya dalam suatu wilayah tertentu. Penerima waralaba ini diberikan juga haknya untuk memberikan/menjual hak waralaba lanjutan kepada penerima waralaba lain di wilayahnya tersebut. Untuk itu master franchisee ini disebut Penerima Waralaba Utama. Kewajiban dari master franchise Master Franchisee adalah duplikasi dari kegiatan franchisor di wilayah (teritori) tertentu. Untuk itu kegiatannya berfungsi sebagai franchisor di wilayah tersebut. Umumnya, dari Pemberi Waralabanya, dia diberi hak untuk membuka outlet usahanya, mengelolanya sesuai ketentuan yang diperjanjikan dengan pemberi waralaba, dan dia juga diberi hak untuk menjual hak waralabanya kepada penerima waralaba lanjutan di wilayahnya tersebut. Sebagai pemberi waralaba lanjutan, dia mempunyai kewajiban untuk membina dan membantu suksesnya usaha penerima waralaba lanjutan. Target-target yang ditetapkan prinsipal terhadap master franchise Pada umumnya master franchisee mempunyai target terhadap pengembangan jumlah outlet. Bahkan master franchisee juga ditargetkan untuk memberikan kontribusi pembayaran tertentu dari jumlah outlet yang harus dibuka di wilayahnya. Berapa kira-kira jumlah pemegang master franchise di Indonesia? Jumlah pemegang master franchisee saat ini sulit di data secara akurat. Sumber dari media bisnis nasional ternama tahun 2004 jumlahnya 104 perusahaan. Sekarang jumlahnya sudah lebih dari itu, karena ada beberapa pemegang hak master franchise yang sudah mendapatkan haknya tetapi belum membuka usahanya. Sedangkan menurut PP No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba, setiap penerima franchise (asing) wajib mendaftarkan usahanya ke Departemen Perdagangan RI dan mendapatkan STPUW (Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba), yang saya cermati di Departemen Perdagangan jumlahnya yang telah mendaftarkan tidak lebih dari 40 perusahaan saja. Bisnis waralaba internasional pertama kali masuk di Indonesia sejak tahun 1960an, seperti merek mesin jahit Singer dan minuman Coca Cola hadir di Indonesia. Mereka adalah model product dan distribution franchising. Perkembangan bisnis waralaba international di Indonesia Dengan berkembangnya Free Trade Area (perdagangan bebas) baik di kawasan terbatas maupun antar dua negara (bilateral), tentunya perkembangan franchise asing/ internasional mau-tidak mau akan berkembang dengan pesat. Apalagi frekwensi traveling dari masyarakat luar ke dalam negeri, maupun sebaliknya juga semakin tinggi. Sehingga merek-merek asing akan saling dibutuhkan oleh masyarakat untuk hadir diberbagai tempat yang dinamis ini. Keunggulan franchise internasional dibandingan franchise lokal Untuk beberapa merek terkenal umumnya mereka lebih unggul disistem usahanya. Untuk itu mereka berani mempertaruhkan mereknya untuk bersaing secara internasional. Tetapi masih ada juga beberapa merek asing yang tidak terkenal dan berusaha untuk membuka outletnya di Indonesia dengan pengalaman yang sangat minim. Intinya kita perlu cermati betul kehadiran merek asing ini. Keunggulan merek-merek waralaba internasional umumnya di standarisasi dari sistem operasionalnya, pelatihannya, serta monitoring dan kontrolnya. Bisnis waralaba internasional umumnya sangat dominan di usaha-usaha makanan. Karena tingkat traveling yang tinggi tersebut, umumnya para treveler tersebut akan lebih favorable untuk mendapatkan kebutuhannya seperti yang mereka miliki ditempat asalnya. Kebutuhan ini tidak

semata-mata hanya bagi orang asing, tetapi juga oleh masyarakat kita yang pernah sekolah atau bekerja di luar negeri. Seperti kita ketahui, pasca krisis ekonomi banyak pelajar kita di luar negeri yang ditarik pulang ke Indonesia. Selain master franchise, dikenal juga istilah area franchising yaitu, si penerima waralaba mempunyai hak untuk membuka dan mengembangkan usahanya di wilayah tertentu, tetapi mereka tidak diperkenankan untuk menjual/mensub-franchisekan usahanya. Umumnya mekanisme ini diterapkan oleh pemberi waralaba karena mereka tidak mau mengambil lebih banyak resiko untuk mempunyai ikatan kerjasama dengan banyak orang yang mereka belum tahu karakternya. Jadi, mereka hanya berurusan dengan satu pihak di wilayah tertentu, yaitu dengan si penerima waralaba utama. Bisnis waralaba, dari sisi Penerima Waralaba utama tentunya akan lebih menguntungkan bila dapat mensubfranchisekan usahanya. Tetapi tentunya setiap langkah strategis mempunyai konsekwensi masing-masing. Hal-hal inilah yang perlu dipertimbangkan dengan matang, dan sebaiknya meminta masukan dari konsultan waralaba yang berpengalaman.

Pertumbuhan dunia bisnis zaman ini berkembang dengan sangat pesatnya, yang didukung juga dengan usaha untuk memperluas bisnis yang kian semakin variatif. Salah satu bentuk usaha untuk memperluas bisnis itu yaitu dengan menggunakan sistem bisnis Franchise . Lalu, sebenernya apa sih bisnis franchise itu ?? Franchisee adalah badan usaha atau perseorangan yang diberikan hak buat memanfaatkan dan menggunakan hak yang dimiliki oleh Franchisor. Franchisor atau juga yang disebut pemberi laba adalah badan usaha atau perseorangan yang memberikan haknya kepada orang lain untuk dikelola kepada franchise. Jadi intinya, bisnis dengan franchise adalah meode dalam pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Seperti yang telah dikatakan diatas, bahwa pemilik disebut franchisor, sedangkan pihak yang diberi tanggung jawab untuk mengelola disebut franchise. Dengan kata lain, pihak franchise diberi hak dan wewenang untuk menggumpulkan produk ataupun merek barang yang telah diciptakan oleh franchisor. Dilihat dari segi sistem bisnisnya, Franchise setidaknya akan menguntungkan dalam hal efisiensi usaha, yang artinya adalah franchise itu menggunakan nama usaha ( brain name ), merek bisnis, logo, dan cara memproduksinya. SEJARAH FRANCHISE di INDONESIA Di Indonesia, Franchise sering disebut juga dengan waralaba. Kata franchise dapat kita artikan sebagai Waralaba ( wara = lebih, dan laba = untung ), Jadi, waralaba, kita dapat artikan menjadi Lebih Untung. Franchise mulai dikenal pada sejak tahun 70an, yaitu ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen dan juga Burger King. Pada tahun 1995, perkembangan bisnis franchise ini mulai berkembang dengan sangat pesatnya.

Menurut Data Deperindag, pada tahun 1997, tercatat sekitar 259 perusahaan penerima franchise di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadinya krisis moneter pada saat itu. Hingga para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang sedang turun saat itu. Hingga tahun 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk kembali ke Indonesia. Hal itu karena disebabkan karena kondisi ekonomi dan politik yang masih belum stabil. Dan juga karena adanya perseteruan para elite politik. Barulah pada tahun 2003, usaha franchise di tanah air muali mengalami perkembangan yang pesat. SEJARAH FRANCHISE di BEBERAPA NEGARA Amerika Serikat Franchise pertama kali dimulai dari Amerika Serikat oleh Sewing Machine Company, yaitu produsen dari mesin jahit Singer di tahun 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menggunakan bisnis franchise pada tahun 1898 dan juga bisnis mulai diikuti oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika. Inggris Di Inggris, bisnis Franchise dimulai oleh J Lyons yaitu yang memulai usahanya dengan Wimpy dan Golden Egg pada tahun 60-an. Bisnis franchise disini tidak mengenal diskriminasi. Franchisor dalam menyeleksi calon mitranya berpedoman pada keuntungan bersama. Keberhasilan dari Bisnis Franchise adalah bergantung pada kerja keras dari franchisee dan juga nilai yangditambahkan oleh franchisor. JENIS WARALABA Waralaba dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Waralaba luar negeri Cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, mereknyapun sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Waralaba dalam negeri Menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha, tetapi tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bisnis ini. CONTOH PERUSAHAAN FURCHASE di INDONESIA McDonalds Corporation ( yang dikenal dengan sebutan McD ) adalah rangkaian rumah makan siap saji terbesar di dunia. Hidangan utama di restoran ini adalah hamburger, namun disini juga menyediakan minuman ringan, kentang goreng, filet ayam, ice cream, dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan dengan tempat restoran itu berada. Restoran McDonalds pertama didirikan oleh dua bersaudara yaitu Dick dan Mac McDonald pada tahun 1940, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia. Sampai pada tahun 2004, McDonalds memiliki 30.000 restoran di seluruh dunia dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang dan pengunjung per hari.

Lambang MacDonalds adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang diluar restoran mereka, yang memungkinkan pengunjung segera mengenali bahwa restoran tersebut adalah restoran McDonalds Franchisor dapat membuat uang dalam berbagai cara, yaitu : 1. Menjual franchise kepada franchisee 2. Menjual perlengkapan ke franchisee 3. Mengumpulkan presentase penjualan Beberapa keuntungan bagi Franchisor : 1. Produk atau jasa terdistribusi secara luas tanpa memerlukan biaya produksi dan biaya investasi. 2. Produk atau jasa dikonsumsi dengan mutu yang sama. 3. Keuntungan dari royalti atau penjual lisensi. 4. Bisnisnya berkembang dengan cepat di banyak lokasi secara bersamaan yang dapat meningkatkan keuntungan. Beberapa keuntungan bagi Franchisee : 1. Popularitas produk atau jasa sudah dikenal oleh konsumen yang dapat menghemat biaya promosi. 2. Mendapatkan fasilitas-fasilitas manajemen tertentu 3. Mendapatkan image sama dengan Franchisor Beberapa kerugian bagi Franchisee : 1. Biaya starup cost yang tinggi. 2. Tidak bebas dalam mengembangkan usahanya karena berbagai peraturan yang telah ditetapkan Franchisor. 3. Terikat pada pembelian bahan untuk produksi roduk atau jasa yang akan dijual. 4. Harus jeli dan tidak terjebak pada isi perjanjian dengan Franchisor. Masalah-masalah dalam membeli Franchise, yaitu : 1. Franchisee harus berhati-hati dalam mengevaluasi minat dan kemampuan agar dapat menemukan industri yang tpat, sehingga bisnis bisa berjalan dengan lancar. 2. Setiap calon Franchisee harus meneliti industri yang akan dibeli, potensi kompetitor dalam industri tersebut, dsb. 3. Hati-hati memeriksa kekuatan kompetitif waralaba di berbagai industri. 4. Mengidentifikasi sebuah Fanchisor yang sesuai dengan potensi yang terbaik. KESIMPULAN Franchase sangat mendukung perekonomian karena membantu mensejahterakapat mengurangi angka pengangguran yang semakin meningkat. Hal ini bisa membuat pertumbuhan ekonomi para pengusaha-pengusaha baru untuk membangun sebuah perusahaan yang telah ada sehingga ekonomi di Indonesia menjadi semakin baik dan maju, juga untuk bisa bersaing menghadapi perekonomian bebas dimasa yang akan mendatang. Franchise juga memiliki keuntungan dan kerugian yang kita juga dapat ketahui agar bisa mengatasi masalah-masalah yang akan kita hadapi saat menjalankan usaha tersebut.

Dewasa ini banyak kita lihat betapa meluas perkembangan bisnis di Indonesia ini. Didalamnya termasuk perkembangan bisnis yang franchising. Dimana franchising itu sangat membuat orang-orang Indonesia tergemari olehnya mulai dari pembelian KFC, DunkinDonuts, dan juga pembelian di Indomaret dan masih banyak lagi. Sehingga dalam Indonesia ini perkembangan bisnis franchising sangat meloncat naik dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Mengapa demikian?, karena waktu dulu orang Indonesia kurang mengenal makanan yang dari franchising. Tetapi karena, perkembangan zaman yang stiap waktu berubah , maka sgala apapun juga ikut berubah dan berkembang secara pesat termasuk franchisee makanan. Untuk itu, saya ingin mengambil pembahasan mengenai perkembangan franchise indomaret Perkembangan Franchise Indomaret Mulai tahun ini, Indomaret akan lebih berkonsentrasi melebarkan tentakel bisnisnya keluar Jawa, terutama Sumatra dan Bali. Di sana persaingannya belum ketat, kataLaurensius Tirta. Demi memperluas jaringan, Indomarco Prismatama rela menurunkan franchise fee dari Rp 82.5 juta menjadi Rp 36 juta saja untuk mendapatkan hak waralaba selama lima tahun. Biar lebih terjangkau. Sebab, peminat franchise kami banyak dari kalangan menengah, ujar Laurensius Tirta. Selain itu, Indomarco menawarkan tiga skema waralaba. Pertama, waralaba murni. Artinya terwaralaba benar-benar membuka toko baru. Tempatnya boleh menyewa, boleh milik sendiri. Dengan skema ini, terwaralaba mesti menyiapkan modal antara Rp 250 juta hingga Rp 300 juta. Dana ini untuk keperluan franchise fee, perijinan, renovasi, dan pembelian peralatan toko serta gudang. Tapi itu belum termasuk sewa atau beli tempat. Nah untuk luas area toko, Indomarco mematok kisaran 120 m2 hingga 150 m2 Skema waralaba lain adalah menjadi terwaralaba dengan cara mengambil alih (take over) gerai Indomaret milik Indomarco. Jika memilih skema ini, biayanya lebih mahal, yakni di atas Rp 300 juta. Maklum, terwaralaba tidak perlu lagi mencari atau menyediakan tempat, sebab bangunan toko sudah tersedia, bahkan toko sudah beroperasi dengan baik. Skema yang terakhir adalah menjadi terwaralaba dengan cara mengubah toko atau minimarket yang sudah ada menjadi gerai Indomaret. Biasanya, toko tersebut kurang berhasil. Jadi, tugas Indomaret membuatnya menjadi sehat dan menguntungkan. Nah, untuk jenis ini biasanya

investasinya di bawah Rp 300 juta. Untuk semua skema waralaba tersebut, Indomarco memperkirakan, terwaralaba akan balik modal dalam tempo antara 30 bulan hingga 40 bulan.Enaknya, terwaralaba Indomaret tidak perlu repot mengurusi sendiri tokonya. Indomarco bakal menangani segala tetek-bengeknya. Jadi, terwaralaba tinggal melakukan pengawasan saja. Sebagai imbalan, Indomarco akan menarik royalty fee dari omzet tiap bulan. Jika omsetnya Rp 175 ke bawah, kami tidak mengenakan royalty fee, kata Laurensius berpromosi. Baru, jika omzet toko Anda antara Rp 175 juta hingga Rp 200 juta royalty fee-nya 2%. Untuk omzet antara Rp 200 juta hingga Rp 250 juta kena royalty fee 3%. Selebihnya kena royalty fee 4%. Harap diingat, cara pemungutan biaya royalti waralaba Indomaret itu bertingkat. Jadi tidak dikalikan dengan total omzet. Ada beberapa factor factor yang mengembangkan bisnis franchisee Profil dan kinerja franchise Pertama, buatlah visi dan misi besar yang dapat mengantarkan bisnis Anda menuju kesuksesan. Selanjutnya lakukan seleksi calon franchisee secara ketat untuk mencapai visi dan misi tersebut. Sebab, kinerja para franchisee di lapangan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan kinerja Anda sebagai seorang franchisor. Semakin banyak jumlah franchisee Anda yang berhasil menjalankan usahanya, maka semakin besar pula penilaian positif dari masyarakat terhadap profil dan kinerja franchise di tawarkan. Merek Merek menjadi modal utama seorang pelaku bisnis franchise untuk mengembangkan usahanya dalam bentuk kemitraan. Untuk itu wajib bagi Anda untuk merancang, membangun kualitas merek, dan menjaga citra baik merek tersebut di depan masyarakat luas. Sebab, keberadaan merek menjadi faktor penting bagi bisnis Anda untuk memikat para konsumen maupun calon franchisee yang tertarik bermitra dengan Anda. Sistem franchasing

Selain keberadaan merek, faktor penting lainnya adalah membangun sebuah sistem. Sebelum menawarkannya kepada calon franchise, sebaiknya ciptakan sistem kemitraan yang benar-benar solid dan tahan banting terhadap tantangan serta persaingan pasar yang semakin pesat. Sehingga bisnis franchise yang Anda jalankan tidak tumbang di tengah jalan, dan jumlah mitra yang dimiliki juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Franchise support Setelah sistem mulai berjalan lancar, selanjutnya tugas utama franchisor adalah memberikan dukungan penuh kepada para mitranya. Dukungan yang diberikan kepada para franchisee menjadi salah satu strategi bagi Anda untuk meningkatkan loyalitas mereka terhadap peluang bisnis franchise yang dijalankan. Tidak hanya support awal saja yang wajib diberikan seorang franchisor kepada franchiseenya, namun juga support lanjutan selama kerjasama kemitraan tersebut masih berjalan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak. Konsumen Kepuasan konsumen menjadi fokus utama bagi para franchisor maupun franchisee dalam menjalankan usaha kemitraan. Karena itu, upayakan untuk menjaga kualitas produk atau jasa yang ditawarkan agar tingkat kepuasan yang didapatkan konsumen juga ikut terjaga. Bila tingkat kepuasan konsumen meningkat maka peluang yang Anda ciptakan untuk membawa bisnis tersebut menuju kesuksesan semakin terbuka lebar. Penampilanfranchisor Tidak hanya calon franchisee saja yang perlu diseleksi, dalam memilih franchisor pun kita juga butuh kehati-hatian agar tidak salah pilih dalam berinvestasi. Pilihlah franchisor yang benar-benar handal, memiliki dukungan manajerial yang cukup matang, serta memenuhi semua kewajibannya terhadap para mitra dengan baik hubungan yang baik.

Terakhir, faktor pendorong yang paling penting adalah terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara franchisor dan franchiseenya. Setelah kesepakatan kerjasama franchise telah terjalin, maka secara tidak langsung Anda berada dalam sebuah keluarga besar, dimana antar anggota keluarganya memiliki kewajiban untuk saling membantu agar bisnis yang dijalankan bisa mencapai sukses bersama. Perkembangan bisnis franchise yang belakangan ini mulai menjamur, membuat persaingan bisnis franchise semakin ketat. Setiap harinya muncul para franchisor baru yang secara tidak langsung meningkatkan jumlah franchisee di pasaran, sehingga persaingan antar pelaku usaha saat ini kian tinggi. Tanpa adanya strategi pemasaran yang jitu, sebuah brand franchise pun bisa mati di tengah maraknya persaingan merek baru yang kini mulai bermunculan. berikut beberapa strategi pemasaran yang bisa dilakukan untuk mendukung perkembangan produk franchise : 1. Kenali perilaku konsumenm dan pasar potensial Salah satu kunci kesuksesan dalam pemasaran produk yaitu mengenali perilaku setiap konsumen dan pasar potensial yang bisa dimanfaatkan. Dengan begitu dapat menentukan bagaimana strategi promosi yang paling tepat untuk memasarkan produk franchise yang diikuti. 2. Brand dan tampilan unik dari bisnis Anda menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap konsumen. Nilai lebih yang dimiliki bisnis franchise dibandingkan peluang bisnis non franchise hanya terletak pada kekuatan brand dan penampilan both (tempat usaha) yang menarik. Jadi usahakan untuk menjaga penampilan produk serta menawarkan brand yang benar-benar unik dan menarik, sehingga konsumen tidak ragu untuk mampir di outlet Anda. 3. Gunakan alat promosi seperti media massa yang ada di sekitar Anda Sebut saja iklan di radio, televisi, majalah bisnis, tabloid, surat kabar, serta masih banyak lagi media elektronik maupun media cetak lainnya yang dapat Anda gunakan untuk mempromosikan bisnis franchise yang dijalankan.

4. Posisikan diri Anda sebagai solusi bagi permasalah konsumen Anda Dengan menjadi orang yang ahli.

PENDAHULUAN Franchising pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, kecuali kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee. Fenomena yang menarik dibeberapa tahun ini yaitu makin tumbuh suburnya Bisnis Franchise, terutama pada bidang makanan. Kalau kita amati saat ini banyak sekali usaha baru yang sangat kreatip menawarkan berbagai jenis produk dan jasa, misalnya usaha makanan modern. Beberapa diantara mereka membuka gerainya di pusat-pusat pertokoan atau di jalan utama di lokasi yang strategis di tengah kota. Contoh yang sangat mudah adalah usaha makanan Mc Donald, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Dunkin Donuts. Itupun disusul dengan sangat banyak lagi usaha franch ise asing lain seperti Bread Story, Bread Talk, Wendys, Kafe Dome dan sebagainya. Beberapa pemilik usaha berada di luar negri seperti Mc Donald, Dunkin Donuts, Kentucky Fmarket demandried Chicken, Pizza Hut, Wendys, Starbucks yang berasal dari Amerika Serikat, Bread Story dari Malaysia dan Bread Talk dari Singapura dengan pembeli yang cukup banyak. Pembeli rela untuk meluangkan waktu yang cukup lama tertib dalam antrian untuk memilih produk dan membayarnya. Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi perhatian adalah faktor-faktor apa yang mendorong pertumbuhan Bisnis Franchise di Indonesia ? Selain itu makalah ini memfokuskan pada dua hal. Yang pertama adalah untuk membeli franchise. Yang lain adalah untuk membeli bisnis yang ada. Kedua kegiatan memiliki peluang dibandingkan dengan memulai bisnis baru dan akan dikaji dalam makalah ini, diawali dengan franchising.

Perkembangan franchise di Indonesia pada saat sekarang ini semakin menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk meluaskan usahanya di setiap daerah di Indonesia, sebut saja franchise Indomaret. Franchise Indomaret saat sekarang ini sangat gampang ditemukan dan bahkan di sebuah jalan terdapat 2 toko Indomaret. Franchise Indomaret yang berkembang di Indonesia hampir sama jaringan kerjanya dengan franchise Seven Eleven yang sangat menjamur di negara Taiwan. Jika perkembangan

franchise di Indonesia telah berkembang dengan pesat, maka kemungkinan terjadinya pelanggaran hukum sangatlah besar. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan hukum kepada para pihak yang terkait dalam kontrak franchise. Perkembangan franchise yang sangat pesat di Indonesia saat sekarang ini telah menjadi bagian yang tidak dapat dihindarkan dalam praktik bisnis di Indonesia. Hal ini disebabkan bisnis franchise tidak saja menguasai perdagangan barang-barang konsumen melainkan telah merambah ke perdagangan jasa, pendidikan dan perhotelan. Seyogyanya suatu perkembangan bisnis juga harus diikuti dengan perkembangan hukum yang mengaturnya, namun di Indonesia bisnis franchise ternyata tidak diikuti dengan perkembangan perhatian dari pihak pemerintah, sehingga hal ini menimbulkan banyak masalah dalam kontrak franchise. Perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang terikat kontrak franchise ini sangatlah penting agar tidak merugikan salah satu pihak yang mengadakan kontrak. Para ahli ekonomi mengakui bahwa hukum sangat penting sebagai motor penggerak modernisasi masyarakat. Pendapat ini mengandung pengertian bahwa eksistensi hukum sangat diperlukan di dalam kehidupan bermasyarakat di segala bidang. Dengan demikian, eksistensi hukum di bidang ekonomi dan dalam pertumbuhan sektor ekonomi itu merupakan gejala resiprokal atau saling mempengaruhi dan melengkapi. Perkembangan bidang perekonomian nasional, dalam hal ini pertumbuhan franchise yang cukup pesat juga mempunyai konsekuensi yang logis, yaitu semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan di bidang ekonomi. Kesempatan yang ada tentu saja memerlukan suatu proses, pengaturan, mengarahkan dan membatasi, khususnya kerugian dan masalah pemutusan kontrak secara sepihak, terutama dalam bidang franchise. Bisnis dengan sistem franchise pada dasarnya merupakan sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Pemilik metode dinamakan dengan franchisor sedangkan pihak yang diberi hak untuk menggunakan metode tersebut dinamakan dengan franchise. Dengan perkataan lain, pihak franchise diberi hak dan wewenang untuk menggunakan kumpulan produk, merek dagang dan sistem bisnis yang diciptakan oleh franchisor. (Moch. Basarah dan H.M. Faiz Mufidin, Bisnis Franchise dan Aspek-aspek Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal. 2.) Masalah kemudian timbul sehubungan dengan perlindungan terhadap franchise karena adanya kekhawatiran akan adanya pemutusan secara sepihak sebuah kontrak perjanjian (franchise agreement) antara pihak franchisor dengan pihak franchise. Selain masalah tadi, ternyata masih terdapat kekhawatiran bagi pihak franchise bahwa pihak franchisor akan menolak untuk memperbaharui perjanjian dan kemudian mendistribusikan sendiri produknya di wilayah franchise. Dalam hal ini timbul sebuah pertanyaan apakah undang-undang yang mengatur pemutusan perjanjian untuk melindungi kepentingan franchise memang diperlukan dan bermanfaat bagi franchise atau justru mengakibatkan kondisi pasar menjadi tidak efisien. Ketika kondisi pasar menunjukkan bahwa angka permintaan atas produk menurun, apakah hal tersebut dapat dikualifikasikan sebagai alasan yang bagus (good cause) untuk memutuskan perjanjian kontrak franchise ini. Sehubungan dengan keadaan ini, maka di Indonesia perlu dikaji mengenai masalah perlindungan terhadap franchise tersebut sehingga tidak merugikan pihak franchise maupun pihak franchisor.

Mengingat bahwa Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil menyebutkan bahwa franchise merupakan salah satu pola kemitraan antara usaha kecil dengan usaha besar dan usaha menengah. Akan tetapi perlu juga kiranya diperhatikan kepentingan konsumen atas tersedianya barang-barang di pasar dengan harga yang lebih murah menjadi faktor utama atas terjadinya sebuah kontrak franchise. Konsumen Indonesia sekarang ini cukup kritis di dalam membeli suatu produk. Pola pikir konsumen Indonesia sekarang ini dalam membeli barang bukan hanya didasarkan kepada murahnya suatu produk, melainkan didasarkan kepada masa berlakunya produk dan kepentingan konsumen atas produk tersebut. Tidak seperti jaman dahulu di mana murahnya suatu produk menjadi pilihan utama dalam membeli. Dengan berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, maka penulis menjadi sangat tertarik untuk menyusun sebuah skripsi yang berkaitan dengan masalah kontrak franchise ini. Alasan pertama penulis memilih judul tentang Tinjauan Yuridis Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Franchise Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 lebih didasarkan atas keinginan penulis untuk memperluas cakrawala berpikir tentang masalah franchise. Oleh karena menurut pemikiran penulis, bahwa untuk masa-masa yang akan datang masalah kontrak antara franchise dengan franchisor akan semakin meningkat terutama franchisor dari luar negeri.

SEJARAH FRANCHISE Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima franchise di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. Para penerima franchise asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat pesat. Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris franchise dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60-an. Franchise saat ini lebih didominasi oleh franchise rumah makan siap saji. Kecenderungan ini dimulai pada tahun 1919 ketika A&W Root Beer membuka restaurant cepat sajinya. Pada tahun 1935, Howard Deering Johnson bekerjasama dengan Reginald Sprague untuk memonopoli usaha restauran modern. Gagasan mereka adalah membiarkan rekanan mereka untuk mandiri menggunakan nama yang sama, makanan, persediaan, logo dan bahkan membangun desain sebagai pertukaran dengan suatu pembayaran. Dalam perkembangannya,

sistem bisnis ini mengalami berbagai penyempurnaan terutama di tahun l950-an yang kemudian dikenal menjadi franchise sebagai format bisnis (business format) atau sering pula disebut sebagai franchise generasi kedua. Perkembangan sistem franchise yang demikian pesat terutama di negara asalnya, AS, menyebabkan franchise digemari sebagai suatu sistem bisnis diberbagai bidang usaha, mencapai 35 persen dari keseluruhan usaha ritel yang ada di AS. Sedangkan di Inggris, berkembangnya franchise dirintis oleh J. Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg, pada tahun 60-an. Bisnis franchise tidak mengenal diskriminasi. Pemilik franchise (franchisor) dalam menyeleksi calon mitra usahanya berpedoman pada keuntungan bersama, tidak berdasarkan SARA. DEFINISI

Masing-masing negara memiliki definisi sendiri tentang franchise. Amerika melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri. Sedangkan menurut British Franchise Association, franchise sebagai garansi lisensi kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan: 1. Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor. 2. Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama periode perjanjian. 3. Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subjek bisnis yang dijalankandi dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen atau yang lainnya. 4. Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama franchise untuk membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti untuk produk atau service yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee. Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap franchise. Campbell Black dalam bukunya Blacks Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek tersebut. David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi

yang mapan dibawah asistensi franchisor. Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati. Selain definisi menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang definisi franchise. Salah satunya seperti yang diberikan oleh LPPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), yang mengadopsi dari terjemahan kata franchise. IPPM mengartikannya sebagai usaha yang memberikan laba atau keuntungan sangat istimewa sesuai dengan kata tersebut yang berasal dari wara yang berarti istimewa dan laba yang berarti keuntungan. Sementara itu, menurut PP No.16/1997 franchise diartikan sebagai perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Definisi inilah yang berlaku baku secara yuridis formal di Indonesia. Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Franchise merupakan sistem kerja sama dimana pihak pertama yang disebut pemberi waralaba (franchiser) memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut penerima waralaba (franchisee) untuk menyalurkan produk atau jasa secara selektif dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu dengan menggunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian hak dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba (franchisee agreement). LATAR BELAKANG PADA FRANCHISING Pemilik usaha disebut franchisor atau seller, sedangkan pembeli Hak Menjual disebut franchisee. Para pengusaha adalah franchisee. Isi perjanjian adalah franchisor akan memberikan bantuan dalam memproduksi, operasional, manajemen dan kadangkala sampai masalah keuangan kepada franchisee. Luas bantuan berbeda tergantung pada policy dari franchisor. Misalnya beberapa franchisor memberikan bantuan kepada franchisee dari awal usaha mulai dari pemilihan lokasi, mendesain toko, peralatan, cara memproduksi, standarisasi bahan, recruiting dan training pegawai, hingga negosiasi dengan pemberi modal. Ada pula franchisor yang menyusun strategi pemasaran dan menanggung biaya pemasarannya. Sebaliknya franchisee akan terikat dengan berbagai peraturan yang berkenaan dengan mutu produk / jasa yang akan dijualnya. Franchisee juga terikat dengan kewajiban keuangan kepada franchisor seperti pembayaran royalty secara rutin baik yang berkenaan maupun yang tidak dengan tingkat penjualan yang berhasil dicapainya. Keberhasilan franchising adalah bergantung pada kerja keras dari franchisee dan nilai yang ditambahkan oleh franchisor. Franchisor dapat membuat uang dalam berbagai cara termasuk:

1. 2. 3. 4.

dalam

menjual franchise kepada menjual perlengkapan ke mengumpulkan persentase beberapa kasus perusahaan menyediakan pelatihan

franchisee, franchisee, penjualan, khusus / bahan.

Beberapa keuntungan bagi Franchisor (perusahaan induk) : 1. Produk atau jasa terdistribusi secara luas tanpa memerlukan biaya promosi dan biaya investasi cabang baru. 2. Produk atau jasa dikonsumsi dengan mutu yang sama. 3. Keuntungan dari royalti atau penjual lisensi. 4. Bisnisnya bisa berkembang dengan cepat di banyak lokasi secara bersamaan, meningkatnya keuntungan dengan memanfaatkan investasi dari franchisee. Bagi Franchisee (pemilik hak-jual) : 1. Popularitas produk atau jasa sudah dikenal konsumen, menghemat biaya promosi. 2. Mendapatkan fasilitas-fasilitas manajemen tertentu sesuai dengan training yang dilakukan oleh franchiser. 3. Mendapatkan image sama dengan perusahaan induk. Kerugian bagi franchisee (pemilik hak-jual) : 1. Biaya startup cost yang tinggi, karena selain kebutuhan investasi awal, franchisee harus membayar pembelian franchise yang biasanya cukup mahal. 2. Franchisee tidak bebas mengembangkan usahanya karena berbagai peraturan yang diberikan oleh franchisor. 3. Franchisee biasanya terikat pada pembelian bahan untuk produksi untuk standarisasi produk /jasa yang dijual. 4. Franchisee harus jeli dan tidak terjebak pada isi perjanjian dengan franchisor, karena bagaimanapun biasanya perjanjian akan berpihak kepada prinsipal / franchisor dengan perbandingan 60:40. Penghasilan yang terus mengalir ke franchisor dari royalti dan penjualan masukan kepada franchisee yang lebih penting adalah sumber pendapatan dari biaya awal untuk menjual waralaba. Dengan demikian, franchisor dan franchisee mencapai sukses dengan membantu satu sama lain.
Format Franchise antara lain :

format ini adalah yang paling kemudahannya. 2. Area Franchise Pada format ini, terwaralaba memiliki hak untuk menjalankan usahanya dalam teritori tertentu. 3. Master Franchise Format ini memberikan hak pada pemegangnya untuk menjalankan usaha di sebuah teritori dan pemegang hak juga dapat menjual lisensi kepada sub franchise dengan ketentuan yang telah disepakati.

1. Single sederhanadan paling

Unit Franchise banyak digunakan karena

MEMBELI FRANCHISE Pengusaha yang terbaik adalah yang paling siap untuk kemungkinan berhasil, apakah fokus bisnis yang dimulai dari awal, membeli franchise, atau membeli bisnis yang ada. Dengan memulai usaha kecil sebagai franchisee, pengusaha harus mempersiapkan perusahaannya agar mampu mewakili sosok perusahaan induk dan memiliki produk dan jasa yang mutu serta citranya sama dengan produksi perusahaan induk. Selain itu, pengusaha harus pandai memilih perusahaan induk yang punya potensi untuk dijual dan dikenal luas. Franchise dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu Franchise Asing dan Franchise Lokal. Franchise asing adalah franchisornya berasal dari luar negri cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi. Beberapa Franchise Asing yang sukses di Indonesia misalnya dalam bidang usaha makanan, minuman dan cafe antara lain Quickly, Baskin Robin, Starbucks, Mc Donalds, Pizza Hut, Wendys, Tony Romas, Bread Story, Bread Talk, Kentucky Fried Chicken, Kafe Dome, Hard Rock Caf, Planet Hollywood, sedangkan bidang usaha lain misalnya Sogo Department Store, Marks & Spencer, Ace Hardware, ERA Indonesia, Ray White, English First, Future Kids, dan lain-lain. Dalam waktu yang singkat beberapa Franchise Asing ini

berkembang dibanyak kota di tanah air. Franchise Lokal menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba. Contohnya antara lain Es Teler 77, Mr Celup, Ayam Bakar Wong Solo, dan lain sebagainya. Masalah-masalah dalam membeli franchise dapat dilihat sebagai masalah umum atau masalah-masalah khusus untuk itu franchisor : 1. Dalam memilih satu atau beberapa industri yang akan dibeli franchise-nya, franchisee harus hati-hati dalam mengevaluasi minat dan kemampuan agar dapat menemukan industri yang tepat sehingga bisnis pun dapat berjalan lancar. 2. Ketika akan menentukan industri mana yang akan dimasuki, setiap calon franchisee harus meneliti industri tersebut, potensi kompetitor dalam industri tersebut, dsb sebelum franchisee baru memasuki industri tersebut. 3. Hati-hati memeriksa kekuatan kompetitif waralaba di berbagai industri. Misalnya, apakah mereka memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di pasar? 4. Mengidentifikasi sebuah franchisor yang sesuai dengan potensi yang terbaik dalam hal dukungan, sejarah, rencana ekspansi, dll 5. Franchisees menghubungi franchisor untuk mendiskusikan pengalaman serta membandingkan franchisor lain kesempatan. Biaya franchise meliputi: o Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI. o Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional. Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan. Beberapa keuntungan bentuk franchise makanan antara lain yaitu: 1. Franchising saat ini populer bagi usaha kecil dan menengah karena franchisor menawarkan keuntungan, bantuan managerial dan pemasarannya bagi pengusaha yang bersedia menjualkan produk dan jasa franchisor. 2. Franchisor akan melakukan pelatihan secara berkala kepada pegawai franchisee sehingga standard operasional dan mutu produk serta jasa sesuai dengan standard franchisor. 3. Franchisee akan mempunyai keuntungan pengalaman mengakses management skills dari suatu bisnis besar. 4. Franchisee tak usah memulai bisnisnya dari nol karena bisnis franchisor sudah terkenal dan mempunyai pasar. 5. Franchisee mempunyai peluang untuk berkembang cepat.

MENGEVALUASI SEBUAH FRANCHISE Masalah-masalah yang perlu dipertimbangkan dalam membeli franchise meliputi: apa saja yang termasuk franchise, kewajiban franchisor dan franchisee, langkah dalam memperoleh hak, dan kekhawatiran dalam membeli franchise. Setiap masalah ini akan dikaji secara bergantian.

APA SAJA YANG TERMASUK FRANCHISE? Ketika membeli franchise, biasanya konsisten pada beberapa item yang dibeli, meskipun secara khusus tentang apa yang sedang dibeli dalam setiap kasus harus diperiksa. Ini umumnya adalah sebagai berikut: 1. Membentuk sebuah nama, merek produk, dan pelayanan.

2. Kemampuan untuk beroperasi di bawah nama merek untuk jangka waktu tertentu. Jangka waktu biasanya beberapa standar seperti 5, 10 atau 20 tahun. 3. Satu toko atau hak untuk memiliki lebih dari satu unit.

Memang memilih franchise saat ini lagi populer dan menjanjikan keuntungan, namun ada pula franchisee yang terpaksa menutup usahanya. Jadi memilih franchisor berikut produk/jasanya juga perlu dipertimbangkan dengan masak, terutama isi ikatan perjanjian antara hak dan kewajiban serta prospek keberhasilan penjualannya. KEWAJIBAN FRANCHISOR DAN FRANCHISEE Unsur unsur Franchise : 1. Adanya minimal 2 pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak franshisor sebagai pihak yang memberikan franchise sementara pihak franshisee merupakan pihak yang diberikan/ menerima franshise tersebut.

2. Adanya penawaran paket usaha dari franchisor. 3. Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak franchisee. 4. Dipunyainya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan memanfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor. 5. Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dan pihak franchisee. Fee : Fee merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh penerima waralaba (franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor) yang umumnya dihitung berdasarkan persentase penjualan. Franchise Fee (Biaya Pembelian Hak Waralaba) : Franchise Fee adalah biaya pembelian hak waralaba yang dikeluarkan oleh pembeli waralaba (franchisee) setelah dinyatakan memenuhi persyaratan sebagai franchisee sesuai kriteria franchisor. Umumnya franchise fee dibayarkan hanya satu kali saja. Franchisee fee ini akan dikembalikan oleh franchisor kepada franchisee dalam bentuk fasilitas pelatihan awal, dan dukungan set up awal dari outlet pertama yang akan dibuka oleh franchisee. Hak Cipta (Copyright) : Hak cipta adalah hak eklusif sesesorang untuk menggunakan dan memberikan lisensi kepada orang lain untuk menggunakan kepemilikan intelektual tersebut misalnya sistem kerja, buku, lagu, logo, merek, materi publikasi dan sebagainya. Initial Investment : Initial investment adalah modal awal yang harus disetorkan dan dimiliki oleh franchisee pada saat memulai usaha waralabanya. Initial investment terdiri atas franchise fee, investasi untuk fixed asset dan modal kerja untuk menutup operasi selama bulan-bulan awal usaha waralabanya. Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) : Perjanjian waralaba merupakan kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitment yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-nya. Didalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketetentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor. Outlet Milik Franchisor (Company Owned Outlet, Pilot Store) : Franchisor yang terpercaya adalah franchisor yang telah terbukti sukses dan mengoperasikan outlet milik mereka sendiri yang dinamakan Company Owned Outlet atau Pilot Store. Jangan pernah membeli hak waralaba dari franchisor yang tidak memiliki outlet yang sejenis dengan outlet yang dipasarkan hak waralabnya. Advertising Fee (Biaya Periklanan) : Advertising Fee (Biaya Periklanan) nerupakan biaya yang dibayarkan oleh penerima waralaba (franchisee) kepada pemberi waralaba (franchisor)

untuk membiayai pos pengeluaran/belanja iklan dari franchisor yang disebarluaskan secara nasional/international. Besarnya advertising fee maksimum 3% dari penjualan. Tidak semua franchisor mengenakan advertising fee kepada franchiseenya. Alasan dari adanya advertising fee adalah kenyataan bahwa tujuan dari jaringan waralaba adalah membentuk satu skala ekonomi yang demikian besar sehingga biaya-biaya per outletnya menjadi sedemikian effisiennya untuk bersaing dengan usaha sejenis. Mengingat advertising fee merupakan pos pengeluaran yang dirasakan manfaatnya oleh semua jaringan, maka setiap anggota jaringan (franchisee) diminta untuk memberikan kontribusi dalam bentuk advertising fee.

Dasar Hukum Franchise : 1. Perjanjian sebagai dasar hukum KUH Perdata pasal 1338 (1), 1233 s/d 1456 KUH Perdata; para pihak bebas melakukan apapun sepanjang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kebiasan, kesopanan atau hal-hal lain yang berhubungan dengan ketertiban umum, juga tentang syarat-syarat sahnya perjanjian dsb. 2. Hukum keagenan sebagai dasar hukum; KUH Dagang (Makelar & Komisioner), ketentuan-ketentuan yang bersifat administrative seperti berbagai ketentuan dari Departemen Perindustrian, Perdagangan dsb. Seringkali ditentukan dengan tegas dalam kontrak franchise bahwa di antara pihak franchisor dengan franchisee tidak ada suatu hubungan keagenan. 3. Undang-undang Merek, Paten dan Hak Cipta sebagai dasar hukum; berhubung ikut terlibatnya merek dagang dan logo milik pihak franchisor dalam suatu bisnis franchise, apalagi dimungkinkan adanya suatu penemuan baru oleh pihak franchisor, penemuan dimana dapat dipatenkan. UU No.19 (1992) Merek, UU No 6 (1982) Paten, UU No.7 (1987) Hak Cipta. 4. UU Penanaman Modal Asing sebagai dasar hukum; Apabila pihak franchisor akan membuka outlet di suatu Negara yang bukan negaranya pihak franchisor tersebut maka sebaiknya dikonsultasi dahulu kepada ahli hukum penanaman modal asing tentang berbagai kemungkinana dan alternative yang mungkin diambil dan yang paling menguntungkannya. Franchise justru dipilih untuk mengelak dari larangan-larangan tertentu bagi suatu perusahaan asing ketika hendak beroperasi lewat direct investment. 5. Peraturan lain lain sebagai dasar hukum : a. Ketentuan hukum administrative, seperti mengenai perizinan usaha, pendirian perseroan terbatas, dll peraturan administrasi yang umumnya dikeluarkan oleh Departmen Perdagangan. Kepmen Perdagangan No 376/Kp/XI/1983 tentang kegiatan perdagangan.

b. Ketentuan Ketenagakerjaan, c. Hukum Perusahaan (UU PT No 1 (1995)), d. Hukum pajak adalah pajak ganda, pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak withholding atas royalty dan pajak penghasilan atas tenaga kerja asing. e. Hukum persaingan, f. Hukum industri bidang tertentu misalnya aturan tentang standar mutu, kebersihan dan aturan lain lain yang bertujuan melindungi konsumen, atau bahkan UU pangan sendiri. g. Hukum tentang kepemilikan- hak guna bangunan, hak milik, etc. h. Hukum tentang pertukaran mata uang- RI menganut rezim devisa bebas, maka tidak ada larangan maupun batasan terhadap keluar masuknya valuta asing dari/ke Indonesia. i. Hukum tentang rencana tata ruang; apakah wilayah tersebut memungkinkan dibukannya sebuah franchise, kualitas bahan untuk gedung tersebut memenuhi syarat, dll. j. Hukum tentang pengawasan ekspor/ impor misalnya dalam hal pengambilan keputusan apakah barang barang tertentu mesti dibawa dari Negara pihak franchisor atau cukup diambil saja dari Negara pihak franchisee. k. Hukum tentang bea cukai apakah lebih menguntungkan barang-barang tertentu dipasok dari luar negeri Atau cukup menghandalkan produk local semata. KEKHAWATIRAN DALAM MEMBELI FRANCHISE Perjanjian waralaba tersebut merupakan salah satu aspek perlindungan hukum kepada para pihak dari perbuatan merugikan pihak yang lain. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Perjanjian Waralaba (Franchise Agreement) memuat kumpulan persyaratan, ketentuan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh franchisor bagi para franchisee-nya. Di dalam perjanjian waralaba tercantum ketentuan berkaitan dengan hak dan kewajiban franchisee dan franchisor, misalnya hak teritorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, ketentuan pelatihan, biaya-biaya yang harus dibayarkan oleh franchisee kepada franchisor, ketentuan berkaitan dengan lama perjanjian waralaba dan perpanjangannya dan ketetentuan lain yang mengatur hubungan antara franchisee dengan franchisor. Hal-hal yang diatur oleh hukum dan perundang-undangan merupakan das sollen yang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian waralaba. Jika para pihak mematuhi semua peraturan tersebut, maka tidak akan muncul masalah dalam pelaksanaan perjanjian waralaba. Akan tetapi sering terjadi das sein menyimpang dari das sollen. Penyimpangan ini menimbulkan wanprestasi. Adanya wanprestasi dapat menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. Terhadap kerugian yang ditimbulkan dalam pelaksanaan perjanjian waralaba ini berlaku perlindungan hukum bagi pihak yang dirugikan, yaitu pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi kepada pihak yang menyebabkan kerugian. Seperti perjanjian pada umumnya ada kemungkinan terjadi wanprestasi di dalam pelaksanaan perjanjian waralaba. Wanprestasi terjadi ketika salah satu pihak tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana tertera di dalam perjanjian waralaba. Jika karena adanya wanprestasi, salah satu pihak merasa dirugikan, maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut pihak yang wanprestasi untuk memberikan ganti rugi kepadanya. Kemungkinan pihak dirugikan mendapatkan ganti rugi ini merupakan bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh hukum positif di Indonesia. Bentuk-bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian waralaba tergantung kepada siapa yang melakukan wanprestasi tersebut. Wanprestasi dari pihak franchisee dapat berbentuk tidak membayar biaya waralaba tepat pada waktunya, melakukan hal-hal yang dilarang dilakukan franchisee, melakukan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sistem waralaba, dan lain-lain. Wanprestasi dari pihak franchisor dapat berbentuk tidak memberikan fasilitas yang memungkinkan sistem waralaba berjalan dengan sebagaimana mestinya, tidak melakukan pembinaan kepada franchisee sesuai dengan yang diperjanjikan, tidak mau membantu franchisee dalam kesulitan yang dihadapi ketika melaksanakan usaha waralabanya, dan lain-lain.

KESIMPULAN

1. Bentuk franchise yang merupakan bisnis instant banyak diminati oleh pengusaha Indonesia karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa keuntungan dari bentuk franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial dan operasional yang diberikan oleh franchisor. 2. Bisnis franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya sehingga dapat lebih bertahan dari ancaman pasar. 3. Terjadinya pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi budaya modern membantu suksesnya bisnis franchise makanan. 4. Motivasi membeli makanan asing / baru secara keseluruhan sangat tinggi, namun loyalitas merk rendah. Konsumen makanansangat peka terhadap perubahan mutu dan harga. 5. Menu bisnis franchise makanan menjangkau konsumen segala umur dengan berbagai paket menu untuk anak dan dewasa.

6. Kelas sosial tidak menjadi penghambat bagi keberhasilan pertumbuhan bisnis franchise makanan karena bisnis franchise makanan sudah membagi sendiri segmen pasarnya, seperti fine dining restaurant untuk kelas menengah atas, sedangkan fast food restaurant untuk kelas menengah bawah. 7. Bisnis franchise makanan mengantisipasi perubahan gaya hidup. Gaya hidup pasangan muda yang suami istri bekerja, tingkat persaingan didunia kerja yang tinggi menyebabkan tingkat stress tinggi, demikian pula tingkat stress anak yang tinggi akan membutuhkan suasana makan diluar, selain itu kecenderungan didunia kerja adalah makan siang diluar sambil melakukan negosiasi bagi calon mitra kerjanya. 8. Faktor kepribadian yang mulai terbuka terhadap makanan asing membantu keberhasilan bisnis franchise makanan. 9. Sumber daya manusia dengan keahlian yang dibutuhkan banyak tersedia, program pelatihan dari franchisor secara rutin, mendorong tingginya pertumbuhan bisnis franchise makanan. 10. Yang menjadi penghambat majunya pertumbuhan bisnis franchise makanan di Indonesia adalah kemampuan manajerial yang rendah, lalai atau kurang komitmen. Walaupun franchisor memberikan bantuan pengelolaan namun statusnya sebagai konsultan sedangkan franchisee sebagai pelaksana yang dituntut kerja keras.

Anda mungkin juga menyukai