Anda di halaman 1dari 12

Permisi...

buat juragan2 yang berwirausaha dan bergerak di bidang ekspor komoditas apa aja baik itu migas atau non-migas, kita bisa kumpul di sini, saling share n berharap kita bisa belajar sama2 untuk

kemajuan industri ekspor di negara kita tercinta ini pertama dimulai dari gw yah, ok saat ini gw tengah merintis usaha untuk ekpor komoditas furniture & craft, usaha kecil2an gw ini berdiri tahun 2007 dengan modal sama sekali dari 0 dan dengan segala lika-liku permasalahan yang pernah gw lewatin pada akhirnya gw bisa banyak belajar banyak ttg usaha ekspor ini, dan saat ini gw juga lagi pngen coba merintis untuk masuk ke pasar komoditas agro mengingat Indonesia punya banyak potensi alam terutama industri agro yang ga dimiliki ama negara lain, dan ini bisa jadi peluang kita buat masuk ke market2 di luar negri. ok silahkan bagi juragan2 sekalian yang mau cerita, curhat, konsultasi apapun mengenai permasalah bisnis terutama komoditi ekspor, atau yang mau share pengalaman juga silahkan, klo yang mau tanya2 gw akan jawab sebisa mungkin, dan mudah2an juragan yang udah punya banyak pengalaman bisa saling share di sini dan mudah2an kita semua bisa memandang persaingan sebagai usaha kita untuk sama2 menuju perbaikan kinerja dan kualitas

Spoilerfor "langkal awal untuk memulai ekspor":

Sebelum memulai kegiatan ekspor ada beberapa hal penting yang harus dilakukan antara lain: 1. Mempersiapkan SDM sebaik mungkin. 2. Mempersiapkan produk atau komoditas yang akan diperdagangkan (product knowledge). 3. Mengetahui jalur distribusi produk atau komoditas yang akan diperdagangkan, negara-negara tujuan ekspor dan eksportir pesaing negara lain. 4. Mampu menganalisa perkembangan atau peluang pasar dunia 1. Mempersiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) sebaik mungkin. Hal ini adalah penting sebagai dasar bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Suatu perusahaan ekspor harus memliki karyawan yang menguasai bahasa asing (dalam hal ini Bahasa Inggris), mengerti dan menguasai dalam pembuatan surat-surat penawaran (korespondensi), pembuatan dokumen ekspor dan tentunya mengusai dan mengerti tentang L/C atau sistem pembayaran ekspor lainnya seperti TT. Disamping itu suatu perusahaan ekspor komoditas pertanian juga harus memiliki orang-orang yang bertugas sebagai quality control (QC) barang, baik perusahaan tersebut sebagai produsen langsung ataupun sebagai trader karena qualitas barang yang dikirim akan menentukan performance kita di mata importir/buyer disamping ketepatan waktu pengiriman tentunya.

Beberapa contoh surat-surat dalam korespondensi sbb: - Surat Perkenalan Perusahaan (Introduce Letter) *contoh Surat ini dapat dikirimkan kepada calon-calon pembeli yang dianggap layak baik melalui e-mail, pos udara ataupun fax. Isi surat ini menerangkan tentang sekilas profile perusahaan dan produk atau komoditas yang dimiliki. -Surat Minat Dari Importir (Inquiry Letter) Surat ini datangnya dari calon pembeli/importir biasanya setelah melihat profile perusahaan atau iklan yang kita pasangkan dibeberapa website atau atas referensi atase perdagangan kita diluar negeri. Surat ini meminta agar kita memberikan penawarannya baik berupa harga (price), kemampuan supply (supply ability), kualitas yang kita miliki (quality), lamanya pengiriman (delivery time), kemasan (packing), syarat pembayaran (payment terms) dll yang dianggap perlu. -Surat Penawaran (Offersheet) *contoh Surat ini dibuat oleh eksportir kepada importir sebagai balasan atas surat minat dari importir dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sedemikian rupa sehingga menarik importir tersebut untuk terus berinteraksi sampai pada penempatan pesanan atau order. Perlu diingat bahwa transaksi ekspor awalnya dilakukan melalui korespondensi terlebih dahulu baik melalui e-mail, surat ataupun faximile. Kop surat perusahaan harus tampil menarik (anggun dan indah) yang dapat memberikan nilai tambah dan tata bahasa yang digunakan baik dalam korespondensi maupun promosi/iklan dapat menjadi cermin dan eksistensi perusahaan. 2. Mempersiapkan Produk Atau Komoditas Ekspor Sebelum melakukan penawaran kepada para calon pembeli pihak eksportir harus terlebih dahulu menyiapkan produk atau komoditas yang akan dilempar ke pasar dunia, untuk produk atau komoditas bukan hasil dari sebuah industri / pabrikasi sebaiknya mempersiapkan barang yang mudah didapat, jumlahnya yang dapat tersedia secara terus menerus (kontinuitas) dan mudah diproduksi. Suatu perusahaan wajib mengetahui secara detail produk tersebut baik menyangkut hal spesifikasi ataupun hal-hal lainnya. Untuk lebih mendukung dalam pemasaran nantinya sebaiknya suatu perusahaan juga menyiapkan sebuah website perusahaan atau dapat juga berupa katalog produknya untuk disertakan dalam korespondensi nantinya karena hal ini sering kali ditanyakan oleh

pihak importir. 3. Mengetahui jalur distribusi produk atau komoditas yang akan diperdagangkan, negara-negara tujuan ekspor dan eksportir pesaing negara lain. Bila kita telah memiliki suatu produk atau komoditas yang akan diekspor sebaiknya juga mengetahui jalur distribusinya, ke negara mana saja komoditas ini banyak diminati sehingga memudahkan kita dalam melakukan pemasaran. Selain itu kitapun sebaiknya mengetahui negara-negara pesaing yang memiliki komoditas yang sejenis dengan negara kita baik kualitas yang mereka miliki serta harga yang mereka lempar ke pasar dunia. Hal ini bertujuan agar kita mampu bersaing dengan mereka untuk meraih pangsa pasar dunia yang tersedia. 4. Mampu menganalisa perkembangan atau peluang pasar dunia Hal ini penting dilakukan bila kita ingin mengembangkan ekspor kita ke negara-negara lainnya dikarenakan banyaknya negara-negara didunia yang telah mendirikan pabrikasi pengolahan produkproduk hasil pertanian disamping sebagian juga mereka lempar kepasaran lokal seperti pasar-pasar tradisional ataupun supermarket seiring dengan terus berkembangnya populasi. Disamping itu perlu juga mengetahui trend harga pasar dunia untuk komoditas-komoditas yang akan dipasarkan. Hal-hal tersebut di atas terlihat sepele, tetapi hal-hal tersebut pula yang dapat menyebabkan suatu perusahaan sulit sekali menjual komoditasnya ke luar negeri. Selain itu fdianjurkan sesering mungkin melakukan diskusi baik dengan konsultan ataupun pelakupelaku bisnis yang telah memulai ekspornya terlebih dahulu guna menggali pengalamannya baik suka maupun dukanya sebagai pelajaran bagi perusahaan yang akan memulai ekspornya. Atau dapat pula mendapatkan pengalaman dan wawasan tambahan dari media masa ataupun internet. Bila kita memiliki pesanan pertama (first order/trial order) ini adalah ujian bagi eksportir yang akan dinilai oleh importir tentang bonafiditas perusahaan eksportir, apakah eksportir dapat menjaga komitmen yang telah disepakati khususnya tentang kualitas dan ketepatan waktu. Tetapi bila eksportir dapat melalui tahapan ini maka kepercayaan akan tumbuh dari importir dan ini merupakan langkah awal dalam meraih keberhasil an dalam bisnis ekspor. Lantas apa yang dilakukan bila kita telah dapat melakukan kegiatan ekspor? * Menjaga citra yang baik, dengan memberikan kinerja yang baik, informasi komoditas yang ditawarkan secara benar adanya serta selalu membalas surat baik melalui e-mail atau fax secara langsung tidak lebih dari 24 jam, karena pembeli biasanya menginginkan balasan segera mungkin.

* Menjaga reputasi yang baik dengan terus menjaga mutu dan ketepatan waktu sehingga pembeli akan terus percaya terhadap eksportir dan memudahkan bagi eksportir tersebut untuk mengembangkan pasar kepembeli lainnya. * Mengembangkan pangsa pasar dan menjaga pasar yang telah ada agar tidak lepas kepada pesaing lain.
"Sekilas Tahapan Ekspor":

Pengertian dari ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Penjualan barang oleh eksportir keluar negeri dikenai berbagai ketentuan dan pembatasan serta syarat-syarat khusus pada jenis komoditas tertentu termasuk cara penangan dan pengamanannya. Setiap negara memiliki peraturan dan ketentuan perdagangan yang berbeda-beda. Khusus ekspor komoditas pertanian dan perikanan di indonesia sebagaian besar tidak memiliki ketentuan dan syarat yang terlalu rumit bahkan pemerintah saat ini mempermudah setiap perusahaan untuk mengekspor hasil pertanian dan perikanannya ke luar negeri. Yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan eksportir adalah masalah kualitas atau standar mutu, untuk ekspor hasil pertanian dan perikanan sebagian besar digunakan sebagai bahan konsumsi manusia (human consumption) oleh negara importir dalam arti setiap yang disyaratkan oleh importir terutama kualitas harus dipenuhi disamping itu pula harus dapat menjamin kontinuitas komoditas tersebut. Rata-rata para importir menginginkan pihak eksportir mensuplai secara terusmenerus atau kontinue, jadi sudah merupakan suatu kewajiban pihak eksportir dapat menjaga kredibilitasnya agar tidak kehilangan pangsa pasar yang telah ada. Sebelum suatu perusahaan melakukan kegiatan ekspor perlu diperhatikan beberapa hal yang sering diabaikan antara lain adalah : * Mampu menganalisa peluang pasar komoditasnya dan sasaran negara pasar yang akan diekspor, hal ini penting diperhatikan bila kita tidak mampu menganalisanya bukan tidak mungkin komoditas yang dimiliki tidak akan laku dipasaran atau akan lama terjual yang disebabkan kalah bersaing dengan komoditas sejenis yang dimiliki negara pesaing, dan juga standar mutu komoditas yang ditawarkan tidak memenuhi standar. * Dapat mengetahui harga pasar dunia terutama harga yang ditawarkan negara-negara pesaing untuk komoditas sejenis. * Dapat melakukan korespondensi/surat-menyurat dengan pihak pembeli secara baik dan memikat tanpa memberikan isi penawaran yang berlebihan. Perlu diingat bahwa transaksi ekspor awalnya dilakukan melalui korespondensi terlebih dahulu baik melalui e-mail, surat ataupun faximile. Kop surat perusahaan harus tampil menarik (anggun dan indah) yang dapat memberikan nilai tambah dan tata bahasa yang digunakan baik dalam korespondensi maupun promosi/iklan dapat menjadi cermin dan eksistensi perusahaan.

* Sesering mungkin melakukan diskusi baik dengan konsultan ataupun pelaku-pelaku bisnis yang telah memulai ekspornya terlebih dahulu guna menggali pengalamannya baik suka maupun dukanya sebagai pelajaran bagi perusahaan yang akan memulai ekspornya. Atau dapat pula mendapatkan pengalaman dan wawasan tambahan dari media masa ataupun internet. Bila kita memiliki pesanan pertama (first order/trial order) ini adalah ujian awal bagi eksportir yang akan dinilai oleh importir tentang bonafiditas perusahaan eksportir, apakah eksportir dapat menjaga komitmen yang telah disepakati khususnya tentang kualitas dan ketepatan waktu. Tetapi bila eksportir dapat melalui tahapan ini maka kepercayaan akan tumbuh dari importir dan ini merupakan langkah awal dalam meraih keberhasilan dalam bisnis ekspor. Untuk dapat melalui itu semua tentunya kita harus mengetahui tentang prosedur-prosedur ekspor sebelumnya. Adapun prosedur atau tahapan-tahapan ekspor dengan menggunakan sistem pembayaran berupa Letter of Credit (L/C) at sight adalah sebagai berikut: 1. Eksportir melakukan penawaran (offersheet) melaui korespondensi kepada pembeli/importer.. 2. Eksportir mengirimkan sales contract (kontrak penjualan) kepada pembeli terkadang disertakan dengan proforma invoice (PI), ini adalah salah satu dokumen penting dikarenakan berdasarkan perjanjian dalam sales kontrak/proforma invoice ini maka keduabelah pihak telah terikat. Dalam sales kontrak/proforma invoice ini umumnya tercantum jumlah barang, mutu, spesifikasi, harga, kondisi penjualan dll dan juga sales kontrak/proforma invoice ini juga dijadikan acuan oleh importir dalam mengajukan pembukaan L/C kepada banknya serta hal ini juga dimaksudkan oleh importir agar instansi terkait di negara importir memberikan izin impor atau izin devisa. 3. Importir meminta bank di negaranya untuk membuka Letter of Credit L/C (opening bank/issuing bank) kepada eksportir. 4. Issuing bank/opening bank membuka L/C tersebut kepada advising bank di negara eksportir. 5. L/C di teruskan/diadviskan oleh advising bank di dalam negeri kepada eksportir. 6. Eksportir menyiapkan barang dan mengirimkannya sesuai dengan yang disyaratkan dalam L/C tersebut. 7. Eksportir mendapatkan Bill of Lading (B/L) dari maskapai pelayaran dan melengkapi dokumendokumen ekspor lainnya yang disyaratkan dalam L/C tersebut yang digunakan oleh eksportir untuk melakukan negosiasi dengan negotiating bank di dalam negeri. Setelah semua dokumen diperiksa oleh negotiating bank dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam L/C maka eksportir sudah dapat menerima pembayaran hasil ekspor dari negotiating bank.

skema ekspor sederhana Bila kita perhatikan prosedur ekspor ini sangatlah sederhana dan tidak sulit seperti yang kita bayangkan, jadi tidak ada salahnya kita mencoba melakukan bisnis ekspor tetapi dengan persiapan

yang matang terlebih dahulu tentunya. Sekarang kita dapat membahas sedikit pengertian tentang Letter of Credit (L/C) secara sederhana. L/C adalah instrumen alat pembayaran dalam transaksi ekspor-impor yang lazim dipakai untuk melindungi eksportir (penjual) dan importir (pembeli) dari resiko tidak dipatuhinya kewajibankewajiban yang dipersyaratkannya oleh kedua belah pihak. Sedangkan tujuan dari L/C itu sendiri agar pihak eksportir merasa hasil ekspornya akan dibayarkan (adanya jamianan suatu pembayaran) asalkan persyaratan-persyratan L/C tersebut dapat terpenuhi dan juga sekaligus memberikan rasa aman bagi pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang diadakan karena L/C juga merupakan suatu perjanjian bank-bank dalam menyelesaikan transaksi komersial internasional. L/C dalam perdagangan ekspor umumnya adalah Irrevocable L/C artinya dalam L/C ini bank pembuka menyatakan janji untuk tidak dapat ditarik kembali dalam pembayaran hasil ekspor atau mengaksep wesel yang diajukan dengan dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam L/C dan L/C ini hanya dapat dibatalkan dengan persetujuan pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu terkadang kita sering mendapatkan penawaran dari importir untuk menerima L/C yang sifatnya transferable. Maksud dari L/C ini bahwa L/C tersebut dapat dipindahkan dari beneficiary asal/pertama kepada satu atau beberapa beneficiary lainnya. Jenis L/C ini hanya dapat ditransfer sekali yang berarti bahwa beneficiary kedua tidak diperbolehkan memindahkan ke beneficiary ketiga kecuali ada instruksi/pernyataan lain yang jelas tercantum dalam L/C tersebut. Pemindahan jenis L/C ini haruslah dilakukan sesuai dengan L/C yang asli terkecuali sebagai berikut: * Nama dan alamat beneficiary pertama dapat menggantikan nama aplicant dari L/C (importir) tersebut. * Nilai L/C yang dipindahkan dapat dikurangi sesuai dengan margin keuntungan yang diinginkan beneficiary pertama. * Masa berlaku L/C dapat diperpendek.

Negosiasi Bisnis Ekspor


Spoiler for negosiasi bisnis ekspor:

Dalam setiap terjadinya suatu transaksi tentunya harus diawali dengan suatu tahap negosiasi sebelumnya antara pihak eksportir dengan importir. Negosiasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan negosiasi secara langsung adalah dengan melakukan pertemuan antara eksportir dengan importir (face to face negotiation) baik dipertemukan pada saat

eksportir mengikuti suatu kegiatan promosi dalam rangka pameran internasional atau kunjungan bisnis langsung ke tempat pembeli atau importir. Pada negosiasi secara langsung ini penjual mengerahkan segala bentuk kemampuan dan keahliannya dalam mempresentasikan keunggulan produknya baik mutu, harga dan sebagainya sehingga importir merasa tertarik bahkan bukan tidak mungkin untuk langsung menempatkan pesanannya. Pada dasarnya negosiasi secara langsung maupun tidak langsung memiliki banyak kesamaan dengan tujuan akhir mencapai suatu kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Dikarenakan semakin berkembangnya suatu teknologi komunikasi maka negosiasi dapat dilakukan secara berjauhan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, baik melalui surat elektornik atau yang lebih kita kenal dengan e-mail, telepon atau bahkan melalui fasilitas chatting yang disediakan secara gratis seperti yahoo, google ataupun hotmail. Dewasa ini hampir keseluruhan eksportir dan importir memafaatkan fasilitas tersebut dalam melakukan negosiasi untuk menekan biaya-biaya operasional tentunya. Pada negosiasi yang dilakukan secara tidak langsung dimulai setelah eksportir mengirimkan surat penawaran (offersheet letter) kepada calon importir, disini mulai terjadi tawar menawar yang biasanya ditekankan pada harga, kuantitas, waktu pengiriman dan cara pembayaran. Sebelum melakukan negosiasi pihak eksportir haruslah benar-benar mempersiapkan data-datanya secara matang dan akurat agar tidak salah dalam mencapai suatu perjanjian dengan syarat-syarat yang disepakati didalamnya. Syarat Dan Kondisi Yang Perlu Diperhatikan Secara Umum Dalam Mencapai Kesepakatan 1. Penentuan harga (Price) Perhitungkan dengan sebaik dan seakurat mungkin harga yang akan ditawarkan, termasuk di dalamnya dengan menghitung biaya produksi (production cost) atau biaya bahan baku (raw material cost), kemasan (packaging), pengangkutan (trucking) dari gudang ke pelabuhan muat, pajak ekspor (export tax) bila ada, biaya dokumen-dokumen (documents cost) yang disyaratkan, biaya pengiriman (delivery cost) ke pelabuhan tujuan bila kondisi penjualan CNF atau CIF, biaya asuransi (insurance cost) bila kondisi penjualan CIF dan biaya-biaya lainnya ditambahkan dengan keuntungan (profit) yang diinginkan sehingga menghasilkan harga yang sesuai untuk dinegosiasikan. 2. Kemasan (Packaging) Untuk eksportir skala kecil dan menengah yang bukan pabrikasi sebaiknya memberikan penawaran dalam hal kemasan yang sesederhana mungkin yang tidak memerlukan permesinan berat dan menelan banyak biaya tetapi masih memiliki standar ekspor. Tetapi untuk perusahaan berskala besar atau pabrikasi seperti makanan dan minuman, mainan dan sebagainya kemasan yang ditawarkan haruslah memiliki daya tarik tersendiri. 3. Kuantitas (Quantity) Kuantitas atau banyaknya jumlah barang yang ditawarkan haruslah disesuaikan dengan kemampuan permodalan perusahaan eksportir atau juga kemampuan dalam mengumpulkan bahan baku karena hal ini dapat menentukan ketepatan waktu kita dalam mengirimkan pesanannya. 4. Kualitas (Quality)

Kualitas atau mutu produk yang ditawarkan haruslah sesuai dengan yang dimiliki, tidak melebih-lebihkan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari setelah pesanan diterima pembeli. Terkadang pembeli meminta Sertifikat Pemeriksaan (Certificate of Inspection) yang memeriksa dan mencatat mutu dan jumlah barang, ukuran dan berat barang, pengemasan/pengepakan barang, banyaknya satuan isi masing-masing pengepakan. 5. Pembayaran (Payment Terms) Pembayaran yang disepakati bisa berbagai macam bentuknya, untuk perusahaan yang baru dikenal oleh importir biasanya mereka menginginkan sistim pembayaran berupa L/C (Letter of Credit) , CAD (Cash Against Documents) atau D/P (Document Against Payment) tetapi dari sistim pembayaran tersebut bila eksportir belum mengenal secara baik reputasi perusahaan importir tersebut sebaiknya menerima sistim pembayaran berupa L/C. Sistim pembayaran ekspor akan dijelaskan dalam bab berikutnya. 6. Waktu Pengiriman/Pengapalan (Delivery Time) Waktu pengiriman disini maksudnya adalah waktu atau tanggal pengiriman/pengapalan yang tidak melebihi batas waktu yang telah ditetapkan. Disini pihak eksportir harus berhatihati dalam menyepakati tanggal pengapalan, bila eksportir telah memiliki persediaan sehingga dapat mengirimkan/mengapalkan barang pesanannya secepat mungkin tanpa menunggu batas waktu pengiriman/pengapalan habis maka hal ini merupakan nilai tambah (value added) bagi eksportir tersebut dimata importir. 7. Syarat Pembayaran/Perdagangan atau Kondisi Penjualan (Sale of Conditions) Umumnya dalam perdagangan ekspor syarat perdagangan yang sering dilakukan : FOB (Free On Board) yaitu harga barang sampai di atas kapal dan kondisi dimana penjual atau eksportir hanya bertanggung jawab terhadap barang sampai di atas kapal yang ditunjuk oleh pembeli. CNF atau CFR (Cost and Freight) yaitu harga barang sampai pelabuhan tujuan dan kondisi dimana penjual atau eksportir menanggung semua biaya pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan. Untuk kondisi FOB dan CFR ini asuransi ditutup oleh pihak importir. CIF (Cost Insurance and Freight) yaitu harga barang sampai pelabuhan tujuan dan kondisi dimana penjual atau eksportir menanggung semua biaya pengapalan sampai ke pelabuhan tujuan dan ekpsortir wajib menutup asuransinya. Untuk meningkatkan daya saing, kondisi CFR/CNF dan CIF sebaiknya diterima oleh penjual atau eksportir. 8. Kondisi Lainnya (Additional Conditions). Pengiriman Sebagian (Partial Shipment) diperbolehkan (allowed) atau tidak diperbolehkan (prohibited). Bila eksportir mendapatkan pesanan dalam jumlah sangat banyak sebaiknya mencoba melakukan negosiasi agar pengiriman sebagian diperbolehkan dll.

Strategi Memasuki Pasar Mancanegara


Spoiler for Strategi Memasuki Pasar Mancanegara :

]Persaingan dagang semakin sengit, setiap perusahaan di dalam maupun luar negeri berlomba-lomba meraih pangsa pasar yang ada karena semakin dekatnya jarak antar eksportir dan importir dikarenakan perkembangan teknologi dan transportasi yang terus berkembang. Perusahaan yang telah lama berdiri dengan kegiatan ekspornya berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan pangsa pasarnya dan terus mengembangkan pasarnya. Lantas bagaimana dengan perusahaan yang baru memulai kegiatan ekspornya? Mampukah bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang telah memulai kegiatan ekspor sebelumnya? Hal tersebut dapat sekali dilakukan dikarenakan peluang pasar mancanegara yang masih banyak tersedia dengan berbagai macam komoditas yang diminati. Selain hal-hal tersebut di atas yang perlu diperhatikan juga ada beberapa strategi memasuki pasar mancanegara dalam upaya menerobos, mempertahankan maupun memperluas pangsa pasar, antara lain: 1. Produk Produk yang akan dipasarkan haruslah memiliki standar mutu yang baik (export quality) sehingga dapat memuaskan konsumen serta pengiriman barang yang tepat waktu yang dapat berdampak terhadap pemesanan secara reguler. Disamping itu eksportir haruslah mengerti selera konsumen negara tujuan ekspor. Bagaimana caranya mengetahui selera konsumen negara tujuan ekspor? Lakukanlah survei pasar dan indentifikasi selera konsumen melalui informasi-informasi yang didapat baik melalui internet, media massa, instansi terkait misalnya Departemen Perdagangan ataupun Badan Pengembangan Ekspor Nasional (www.nafed.go.id) atau dapat juga langsung meminta informasi dari Atase Perdagangan kita.Untuk produk jadi yang akan dipasarkan haruslah memiliki kemasan semenarik mungkin, lakukanlah inovasi-inovasi sekreatif mungkin sehingga menarik minat konsumen. Untuk pengiriman produk bahan baku haruslah dikemas sebaik mungkin untuk menghindari kebocoran kemasan yang berakibat rusaknya produk yang dikirimkan. 2. Harga Harga yang ditawarkan haruslah harga yang kompetitif (bersaing) dengan para pesaing lainnya, berikan penawaran-penawaran yang menarik disamping kualitas dan singkatnya waktu pengiriman juga bila masih memungkinkan dapat memberikan diskon/potongan harga. Untuk menumbuhkan kepercayaan awal sebaiknya pihak eksportir meminta sistim pembayaran berupa Letter of Credit (L/C) dari importir, bila untuk awal pihak eksportir sudah meminta sistim pembayaran berupa pembayaran didepan (advance payment), maka biasanya pihak importir merasa keberatan atau bahkan tidak merespon sama sekali. Hal ini dapat dimaklumi karena pihak importir memiliki resiko yang cukup besar, tetapi hal ini biasanya dapat terjadi bila kedua belah pihak telah lama menjalin hubungan dagang. Bila pihak eksportir menemukan importir yang menginginkan kondisi penjualan atau harga berdasarkan CNF /CFR (Cost and Freight) atau CIF (Cost Insurance and Freight) maka sebaiknya diterima karena tidak semua importir menghendaki kondisi penjualan FOB (Free On Board). 3. Promosi Lakukan promosi atau iklan yang efesien dan efektif dapat melalui media massa, majalah ataupun situs-situs (website) perdagangan dan e-mail (surat elektronik). Iklan yang ditampilkan haruslah semenarik mungkin tetapi tidak berlebihan, alangkah lebih baik bila

eksportir memiliki situs perusahaan sendiri sehingga importir dapat dengan mudah membaca profil perusahaan serta produk-produk yang dimiliki pihak eksportir disamping itu dapat menambah performance perusahaan. Selain itu dapat juga eksportir mengikuti Pameran Internasional yang diselenggarakan di dalam maupun di luar negeri baik secara langsung ataupun dapat dikordinir melalui instansi tertentu, salah satunya melalui Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN). Keuntungan dari promosi ini pihak eksportir dan importir dapat bertemu secara langsung (face to face negotiation) untuk membahas kualitas, kuantitas, kemasan, harga dan sebagainya dan bukan tidak mungkin importir langsung menempatkan ordernya kepada eksportir. 4. Perwakilan Guna mempermudah untuk mendapatkan dan mengembangkan pangsa pasar maka pihak eksportir dapat mencari mitra kerjasama diluar negeri baik sebagai agen ataupun sebagai perwakilan dagang (representative) di negara tujuan ekspor. Banyak perusahaan luar negeri yang menawarkan jasanya sebagai pemasaran atau kepanjang tangan eksportir. Biasanya pihak perwakilan tersebut telah cukup mengetahui produk yang dimiliki eksportir (product knowledge) serta mengetahui seluk beluk jalur distribusi produk tersebut. Cara ini cukup efektif dan efesien bagi eksportir dimana seluruh aktivitas dan biaya pemasaran akan dilakukan perwakilan kita di negara bersangkutan, pihak eksportir biasanya mengirimkan contoh-contoh produk, spesifikasi, profil perusahaan serta data-data penunjang pemasaran lainnya kepada perwakilan kita. Pihak perwakilan ini akan mendapatkan fee commision dari eksportir atas setiap transaksi yang terjadi, tentunya dikuatkan dalam perjanjian (agreement) sebelumnya. Tetapi tentunya eksportir tidak dapat secara sembarangan memilih perwakilannya di negara tujuan, sebaiknya eksportir meminta terlebih dahulu profil perusahaan calon perwakilan dagang kita diluar negeri serta sejauh mana mereka mengetahui produk-produk yang akan dipasarkan. Biasanya bila telah terjadi kesepakatan maka pihak eksportir tidak lagi diperkenankan memasarkan secara langsung produknya ke negara perwakilan yang telah ditunjuk.

Kegagalan Dalam Mewujudkan Suatu Transaksi Ekspor


Spoiler for Kegagalan Dalam Mewujudkan Suatu Transaksi Ekspor :

Kegagalan dalam melakukan suatu transaksi ekspor, diluar musibah (force majeur) secara umum banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik yang dapat terjadi pada saat kita melakukan penawaran hingga dapat terjadi pada saat kita telah menerima sistim pembayaran baik berupa L/C ataupun pembayaran di muka (advance payment). Penawaran Yang Tidak Lengkap Dalam hal melakukan penawaran (offersheet) yang kita berikan kepada calon pembeli atau calon importir terkadang kita sebagai eksportir sering kali mengabaikan informasi produk secara detail. Semua calon pembeli menginginkan setiap produk yang ditawarkan kepadanya harus disertai dengan data-data atau syarat dan kondisi yang lengkap baik data spesifikasi atau mutu barang, sistim pembayaran, harga, waktu pengiriman, pelabuhan muat, kemasan, kondisi penjualan apakah FOB, CNF atau CIF dan sebagainya yang diangap perlu diketahui oleh pembeli bahkan lebih baik setiap penawaran juga disertai brosur/katalog atau photo produk. Terkadang setiap penawaran yang tidak spesifik kurang mendapatkan respon yang baik dari para calon pembeli.

Produk Yang Tidak Memenuhi Standar Apabila dalam penawaran yang kita berikan mendapatkan respon yang cukup baik dari calon pembeli maka sudah merupakan suatu kebiasaan bahwa setiap calon pembeli menginginkan contoh produk tersebut untuk dianalisa baik secara visual maupun uji laboratorium. Bila contoh produk yang dikirimkan sesuai dengan spesifikasi yang diminta atau yang ditawarkan maka kita akan melanjutkan ke tahap berikutnya seperti negosiasi harga atau bahkan calon pembeli langsung menempatkan pesanannya bila sebelumnya telah terjadi suatu kesepakatan tentang syarat dan kondisinya. Harga Yang Tidak Bersaing Harga (price), ya harga merupakan salah satu faktor utama seorang ekspotir tidak dapat menjual barangnya ke luar negeri. Perlu di ingat bahwa seorang importir mendapatkan banyak penawaran dari berbagai macam eksportir dalam negeri bahkan eksportir luar negeri sebagai pesaing kita. Tentu saja seorang importir akan lebih mengutamakan merespon penawaran dengan harga termurah dengan kualitas yang sama dengan penawaran lainnya. Analisa Dan Perhitungan Yang Tidak Tepat Sewaktu kita melakukan negosiasi kita harus melakukan analisa dan perhitungan sematang mungkin, karena hasil dari suatu negosiasi akan melahirkan suatu kesepakatan yang akan dituangkan sebagai pengikatan dalam faktur proforma (proforma invoice) atau kontrak jualbeli (sales contract) dan bila sistim pembayaran kita berupa L/C maka semua syarat dan kondisinya yang telah disepakati akan tercantum didalamnya. Bila sistem pembayaran telah kita terima dari importir adakalanya eksportir gagal mengirimkan barang yang dipesan, bisa karena banyak faktor antara lain : * Faktor cuaca yang tidak kita prediksi sebelumnya, misalnya seorang importir menempatkan pesanannya berupa produk yang diharuskan pengeringannya dengan menggunakan sinar matahari, sehingga kita tidak dapat mengirimkan produk tersebut tepat waktu karena sulitnya pengeringan dimusim hujan sedangkan batas waktu pengiriman hampir selesai. Bila menghadapi permasalahan seperti ini sedini mungkin segeralah meminta dilakukan perubahan-perubahan syarat L/C (L/C Amendments) atas persetujuan pihak-pihak yang terkait antara lain untuk memperpanjang tanggal pengapalan (latest shipment) dan perpanjangan masa berlakunya L/C (date of expiry), tetapi biasanya pihak importir tidak memberikan masa perpanjangan tanggal pengapalan dan masa berlakunya L/C terlalu lama, dan bukan tidak mungkin barang yang dipesan sama sekali tidak dapat dikapalkan atau gagal kirim sehingga berakibat kerugian dikedua belah pihak. * Pada saat kita telah menerima L/C, kita baru menyadari bahwa harga yang telah disepakati sebelumnya mengalami kekeliruan akibat kita salah dalam hal perhitungan biayabiaya seperti produksi, pengangkutan dari gudang ke pelabuhan (trucking), biaya pengiriman ke pelabuhan tujuan (bila kondisi penjualan/syarat pembayaran CNF atau CIF) dan biaya-biaya lainnya yang dapat berakibat kerugian di pihak eksportir. Agar hal-hal tersebut tidak terjadi yang dapat berakibat kerugian di kedua belah pihak dan berdampak buruknya citra eksportir dimata importir, maka dalam bernegosiasi kita perlu melakukan analisa dan perhitungan yang tepat seperti untuk harga barang, waktu pengiriman, masa berlaku L/C, dokumen-dokumen yang diminta, syarat pembayaran/perdagangan FOB, CNF atau CIF dan sebagainya.

Contoh-contoh dokumen ekspor 1. Commercial Invoice 2. Packing List


3. Certificate Of Origin 4. Certificate Of Phytosanitary 5. Certificate Of Fumigation 6. B/L (Bill Of Lading)

Contoh Dokumen Pembayaran

L/C (Letter Of Credit)


Contoh Dokumen Tambahan 1. Proforma Invoice 2. Shipping Isntruction (Fungsinya untuk memesan tempat pada pengapalan barang, memberitahukan tanggal pengiriman barang dll. Instruksi ini diberikan kepada forwarder / perusahaan pelayaran)

Anda mungkin juga menyukai