Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PEKERJA SEKTOR INFORMAL Oleh : Setiawan Budi Santoso

PENDAHULUAN Penulisan analisis pekerja sektor informal bertujuan untuk mengidentifikasi lebih mendalam mengenai pekerja sektor informal di Kabupaten Batang. Pekerja sektor informal dianalisis pada 4 variabel, yaitu : variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan, kelompok umur, lapangan usaha utama dan jam kerja utama.

TINJAUAN PUSTAKA Istilah sektor informal pertama kali dikembangkan oleh Hart (1971), bermula dari penggambaran kehidupan angkatan kerja perkotaan yang berada di luar pasar tenaga kerja yang terorganisir. Pengertian dari sektor pekerjaan yang kurang terorganisir itu mencakup pengertian yang seringkali diistilahkan secara umum dengan usaha sendiri. Dalam penulisan ini, kriteria pekerja sektor informal didasarkan pada pendapat Kristianto dan Sigit (1987) yang mengklasifikasikan sektor formal dan sektor informal dengan menggunakan kombinasi 2 variabel, yaitu: variabel status / kedudukan pada pekerjaan utama dan jenis/ jabatan pada pekerjaan utama. Status / kedudukan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaannya, sedangkan jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang. Status / kedudukan terdiri dari: berusaha sendiri (1), berusaha dibantu buruh tidak tetap / tidak dibayar (2), berusaha dibantu buruh tetap / buruh dibayar (3), buruh / karyawan / pegawai (4), pekerja bebas di pertanian (5), pekerja bebas di non pertanian (6), pekerja keluarga / tak dibayar (7). Sementara itu, jenis pekerjaan terdiri dari: Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain yang berhubungan dengan itu (ybdi) (a), Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan (b), Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi (c), Tenaga Usaha Penjualan (d), Tenaga Usaha Jasa (e), Tenaga Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan Perburuan (f), Tenaga Produksi Operasional Alat Angkutan dan Pekerja Kasar (g) dan Lainnya (h).

METODOLOGI Metodologi yang digunakan untuk menentukan pekerja sektor informal adalah kombinasi antara status pekerjaan dengan jenis pekerjaan utama, yaitu: kombinasi If, lg, 2f, 2g, 4f, dan seluruh pekerja yang berstatus pekerja keluarga. Sedangkan kombinasi la, lb, lc, Id, le, 2a, 2b, 2c, 2d, 2e, seluruh yang berstatus berusaha dibantu pekerja tetap / dibayar, 4a, 4b, 4c, 4d, 4e, dan 4g diklasifikasikan sebagai pekerja sektor formal. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif.

SUMBER DATA Sumber data yang digunakan adalah hasil Survei Angkatan KerjaNasional (Sakernas) tahun 2011.

PEMBAHASAN 1. Pekerja Sektor Informal menurut Lapangan Usaha Pada Tabel 1 di bawah ini menggambarkan pekerja sektor informal menurut lapangan usaha pada pekerjaan utama. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa pekerja sektor informal terserap paling banyak di tiga lapangan usaha utama, yaitu: pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sebesar 42,45 %. Sektor industri pengolahan sebesar 18,69 % dan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi sebesar 18,57 %. Lapangan usaha yang sama sekali tidak menyerap sektor informal adalah sektor listrik, gas dan air minum, hal ini bisa dipahami karena sektor listrik, gas dan air minum merupakan sektor yang umumnya menggunakan teknologi tinggi, sehingga dituntut sumber daya manusia yang memiliki pendidikan dan kemampuan tinggi juga, sedangkan mereka yang tergolong pekerja sektor informal umumnya memiliki pendidikan yang rendah dan peralatan yang digunakan cukup sederhana. Lapangan usaha yang sedikit menyerap pekerja sektor informal adalah sektor pertambangan dan penggalian (1.33 %) dan lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan (0.11 %). Alasannya, karena kedua sektor ini ketersediaan lapangan pekerjaannya terbatas sehingga kecil peluangnya untuk memperoleh pekerjaan di sektor ini, dan ada syarat tertentu yang harus dipenuhi seperti pendidikan, keterampilan dan kemampuan yang baik.

Tabel 1 : Persentase Pekerja Sektor Informal menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Batang Tahun 2011 No (1) Lapangan Usaha (2) Persentase (3) 42,45 1,33 18,69 0,00 12,52 18,57 3,04 0,11 3,28 100.00 221.169

1 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2 Pertambangan dan Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas dan Air Minum 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 8 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Jasa Perusahaan 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Persentase Total Jumlah Pekerja sektor informal Sumber : Sakenas Tahun 2011

2. Pekerja Sektor Informal menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Gambaran pekerja sektor informal menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah. Pada Tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar pekerja sektor informal memiliki pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan SD ke bawah (rendah) mendominasi pekerja di sektor informal sebesar 77.91 %, selanjutnya pendidikan SLTP dan SLTA (menengah) sebesar 21,83 % dan yang berpendidikan Diploma Satu (D1) ke atas yaitu sebesar 0,26 %.

Tabel 2 : Persentase Pekerja Sektor Informal menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Batang Tahun 2011 No (1) 1 2 3 SD kebawah (Rendah) SLTP & SLTA (Menengah) Dl keatas (Tinggi) Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (2) Persentase (3) 77,91 21,83 0,26 100.00 221.169

Persentase total Jumlah Pekerja sektor informal Sumber : Sakenas Tahun 2011

3. Pekerja Sektor Informal menurut Jam Kerja Utama Tabel 3 berikut ini menggambarkan pekerja sektor informal menurut jam kerja utama, yaitu: Tabel 3 : Persentase Pekerja Sektor Informal menurut Jam Kerja Utama di Kabupaten Batang Tahun 2011 No (1) (2) 1 2 3 < 35 jam (Dibawah Jam Kerja Normal) 35 jam (Jam Kerja Normal) > 35 jam (Diatas Jam Kerja Normal) Jumlah Jam Kerja Persentase (3) 34,13 4,49 61,38 100.00 221.169

Persentase total Jumlah Pekerja sektor informal Sumber : Sakenas Tahun 2011

Dari Table 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja sektor informal menggunakan jam kerjanya di atas jam kerja normal (35 jam) dalam seminggu. Hal ini dapat dipahami bahwa pekerja sektor informal umumnya tidak memiliki jam kerja yang teratur, kadang bisa sangat lama atau sangat sebentar, istilah awamnya sesukanya saja. Berbeda dengan pekerja di sektor formal, umumnya sektor formal memiliki aturan jam kerja yang

jelas dan teratur. Terlihat dari Tabel 3 diatas bahwa pekerja sektor informal sebagian besar (61,38 %) menggunakan jam kerja diatas jam kerja normal.

4. Pekerja Sektor Informal menurut Kelompok Umur Dalam artikel ini, umur dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : kelompok umur anak-anak (15-17 tahun), muda (18-24 tahun), utama (25-54 tahun) dan lanjut usia (54 tahun ke atas). Gambaran mengenai pekerja sektor informal menurut kelompok umur terlihat pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4 : Persentase Pekerja Sektor Informal menurut Kelompok Umur di Kabupaten Batang Tahun 2011 No (1) 1 2 3 4 Persentase total Jumlah pekerja sektor informal Sumber : Sakenas Tahun 2011 Kelompok Umur (2) 15-17 Tahun (Anak-anak) 18-24 Tahun (Muda) 25 - 54 Tahun (Utama) > 54 Tahun (Lanjut Usia) Persentase (3) 3,91 9,48 66,45 20,16 100.00 221.169

Pada dasarnya baik di sektor formal maupun sektor informal, kelompok umur utama (25-54 tahun) yang paling mendominasi. Untuk sektor informal kelompok umur utama sebesar 66,45 %. Kemudian diikuti pekerja sektor informal pada kelompok umur lanjut usia (54 tahun ke atas) yaitu sebesar 20,16 %, kelompok umur muda (18-24 tahun) sebesar 9,48 % dan pekerja sektor informal kelompok umur anak-anak (15-17 tahun) sebesar 3,91 %. Angka 20 persen untuk ukuran umur lanjut usia yang masih bekerja, merupakan angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan pekerja di sektor formal, oleh karena kelompok umur lanjut usia sangat kecil kemungkinannya untuk bisa masuk ke sektor formal. Alasannya, karena umumnya orang yang akan bekerja di sektor formal dibatasi dengan batasan maksimal umur.

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan mengenai karakteristik pekerja sektor informal di Kabupaten Batang, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pekerja sektor informal paling banyak diserap di lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, industri pengolahan dan perdagangan, rumah makan. Sedangkan sektor yang tidak menyerap pekerja informal adalah listrik, gas dan air minum. 2. Pendidikan yang dimiliki pekerja di sektor informal didominasi oleh pekerja dengan pendidikan rendah (SD ke bawah). 3. Jumlah jam kerja pekerja sektor informal pada umumnya diatas jam kerja normal (35 jam dalam seminggu). 4. Kelompok umur lanjut usia masih cukup banyak yang terserap di sektor informal, hal ini berbanding terbalik dengan sektor formal.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2011 (Pedoman Pencacahan). Jakarta. 2011. ____________________ , "Peningkatan Kemampuan Statistik {Statistical Capacity Building) bagi Pejabat BPS Kabupaten/Kota", Jakarta.2004. ____________________ , "Analisis Penggangguran Terdidik, Jakarta.2006. ____________________ , Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia 2002, Pendidikan menurut Bidang Studi dan Kode Pelatihan Kerja. Jakarta.2009. Setiawati, Ayu. Prasetyo, Hari. Rohmana. Jaelani, Ujang, Analisis Pekerja Sektor Informal di DKI Jakarta Tahun 1998. STIS. Jakarta. 2000.

Anda mungkin juga menyukai