Anda di halaman 1dari 7

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan diameter pertumbuhan Trichoderma pseudokoningii Rifai.

No

Suhu (oC) Vertical (mm)

Hari 3 Horizontal (mm) 85 60 30 80 50 84 78 26 56 59

Diameter Hari 3 (mm) 87 67 34.5 71 47.5 83 79 26.5 56 59.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

30 35 40 45 50 55 60 65 70 75

89 74 39 62 45 82 80 27 56 60

Rumus mengukur diameter koloni jamur : D= Keterangan: D = diameter jamur T. pseudokoningii d1= diameter vertical koloni jamur T. pseudokoningii d2=diameter horizontal koloni jamur T. pseudokoningii

Dari data tabel diatas bisa disimpulkan bahwa suhu pengeringan terbaik agar jamur Trichoderma pseudokoningii dapat berkembang baik adalah pada suhu 600C dimana jamur mencapai diameter tertinggi yaitu = 73,83 mm. Ini

20

dikarenakan pada suhu tersebut merupakan suhu yang optimum bagi jamur untuk dapat berkembang.

Gambar Diameter Terbesar padaa suhu 600C,

Untuk suhu 700C pada hari ke-2 dan seterusnya, pengamatan diameter jamur terus dilakukan karena tidak terjadi kontaminasi oleh bakteri pada saat inokulasi jamur kedalam media. 4.2. Kecepatan Tumbuh Trichoderma pseudokoningii Rifai

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Suhu (oC) 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75

Laju Pertumbuhan (mm) 29 22,33 11,5 23,66 15,83 27,66 26,33 8,83 18,66 0

21

Kecepatan tumbuh jamur yang paling tinggi adalah pada suhu 300C karena pada suhu 300C merupakan suhu yang sesuai, dan jamur akan tumbuh serta berkembang dengan baik, jika suhu pengeringan terlalu tinggi kemungkinan jamur tidak akan bertahan atau mati. 4.3. Uji Daya Hambat Formulasi Terhadap Jamur G. Boninense Persentase penghambatan dihitung dengan rumus: P= x 100%

Keterangan : P=kemampuan penghambatan (%) r1=jari-jari koloni patogen yang menjauhi formulasi biofungisida r2=jari-jari koloni patogen yang mendekati formulasi biofungisida

No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Suhu (oC)
30 35 40 45 50 55 60 65 70 75

MENDEKAT (mm) 10 8 10 10 8 8 3 15 15 3

H8 MENJAUH (mm) 20 12 25 20 20 22 11 27 20 4

UDH (%) 50.00 33.33 60.00 50.00 60.00 63.64 72.73 44.44 25.00 25.00

a. Suhu300C r1= 20 r2=10 P=

22

b. Suhu 350C P= c. Suhu 400C P= d. Suhu 450C P= e. Suhu 500C P= f. Suhu 550C P= g. Suhu 600C P= h. Suhu 650C P= i. Suhu 700C P= j.Suhu 750C P=

23

Dari uji daya hambat dari jamur Trichoderma pseudokoningii terhadap G. bonineense yang paling baik adalah dengan menggunakan formulasi biofungisida berbentuk pelet dengan suhu pengeringan 600C. Karena daya antagonisnya bisa mencapai 72,73%, hal ini terbukti dengan tidak adanya koloni pathogen yang mampu mendekati koloni jamur antagonis dalam hal ini adalah jamur Trichoderma pseudokoningii.

24

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan Perkembangan jamur yang paling baik dan memiliki kecepatan tumbuh paling tinggi adalah pada biofungisida berbentuk pelet dengan suhu pengeringan 600C. Biofungisida berbentuk pelet yang memiliki daya antagonis paling tinggi adalah dengan menggunakan suhu pengeringan 600C. 5.2. Saran Disarankan agar memakai biofungisida berbahan jamur Trichoderma pseudokoningii dengan berbentuk pelet pada suhu pengeringan 600C untuk

mengendalikan pathogen yang menyerang tanaman kelapa sawit yaitu Ganoderma bonineense.

25

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A. L. 1987. Biologi Ganoderma boninense pat. Pada tanaman kelapa sawit (Elaeis giuneensis jacq) dan pengaruh beberapa mikroba tanah antagonik terhadap pertumbuhannya. Disertasi Doctor. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Elfina, Y. S. 2001. Studi kemampuan isolat jamur Trichoderma spp. yang beredar di Sumatra Barat untuk mengendalikan patogen Sclerotium rolfsii Sacc. pada bibit cabe. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Andalas. Padang. Tidak dipublikasikan. Elfina, Y. S. dan Rianti.2004. Penggunaan Trichoderma harzianumuntuk pengomposan limbah pertanian. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. . Elfina, Y. S.,F. Puspita, dan N. A. Fitridayanti.2010.Penggunaan Trichoderma spplokal Riauuntukmengendalikan Ganoderma boninesePat pada pembibitan awal kelapa sawit. Prosiding Badan Kerja Sama Pusat Studi Lingkungan Hidup ke- XX. 14-16 Mei. Pekanbaru. Sastrahidayat, I. R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya Semangun, H. 2006. Pengantar Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. . 2008. Penyakit- Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Supriyadi 2006. Analisis resiko agenshayati untuk pengendalian patogen pada tanaman. Jurnal Litbang Pertanian 25 (3): 75-80. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM- Press. Malang Yanti, F. Dan A susanto. 2004. Cara praktis isolasi tubuh buah G. boninense pada medium potato dexrose agar (PDA). Jurnal PPKS vol 12 (2-3): 11-1

26

Anda mungkin juga menyukai