Anda di halaman 1dari 9

J urnal Geoaplika (2008)

Volume 3, Nomor 3, hal. 143 150




143

Aris Ismanto
Sugeng Widada
Heni Susiati

Kajian Dispersi Termal dalam Rencana Pembangunan
PLTN Muria : Sebuah Analisis

Diterima : 10 Juni 2008
Disetujui : 1 November 2008
Geoaplika 2008


























Aris Ismanto *
ProgramStudi Oseanografi
Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto SH Tembalang
Semarang
Email: aris.ismanto@gmail.com


Sugeng Widada
ProgramStudi Oseanografi
Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto SH Tembalang-
Semarang


Heni Susiati
Badan Tenaga AtomNasional
Jl. Mampang Prapatan, Gedung
BATAN, Jakarta Selatan



* Alamat korespondensi

Sari PLTN Muria direncanakan
dibangun di Semenanjung Muria -
J awa Tengah dengan mengambil air
laut sebagai pendingin pembangkit
listrik (power plant), serta
membuangnya kembali ke laut.
Untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya sirkulasi masuknya
kembali air panas ke inlet, maka
perlu dilakukan kajian dispersi
termal dalam rangka perencanaan
tersebut.
Dalam kajian ini dilakukan
pemodelan numerik untuk
mengetahui dispersi termal yang
keluar dari outlet pembangkit listrik
PLTN. Pemodelan dilakukan
dengan satu inlet dan dua outlet
pada musim barat dan musimtimur.
Masing-masing dimodelkan untuk
beberapa fasa pasang surut dengan
skenario debit aliran yang masuk
dari inlet (Q
in
) =73 m
3
/detik, debit
aliran yang keluar dari outlet (Q
out
)
=73 m
3
/detik, suhu polutan yang
keluar dari outlet = 36,9
0
C,
temperatur air laut aktual =29,8
0
C,
temperatur seimbang laut-udara =
29,0
0
C dan kecepatan angin (w) = 2
m/detik.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa
pada musim timur tidak terjadi
limpahan air panas dari outlet yang
masuk ke inlet, sedangkan pada
musim barat inlet masih
terpengaruh limpahan air dari outlet
yang 1
0
C lebih panas dibandingkan
temperatur air laut normal. Pada
musimbarat luas penyebaran panas
yang signifikan terhadap
lingkungan (di atas 1,0
o
C) sejauh
2,5 km dari outlet ke arah timur.
Sedangkan pada musim timur
penyebaran panas yang signifikan
terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C)
adalah sejauh 5 kmdari outlet ke
arah barat.
Kata kunci: dispersi, termal,
pemodelan numerik




Abstract Muria Nuclear Power
Plant has been planned to be built
in the Cape Muria, Central J ava,
using nearby seawater source as
water-coolant of the plant.
Therefore, a study of thermal
dispersion is necessary to identify
whether the used hot water being
re-circulation in the system.
A numerical modeling method has
been applied in thestudy to identify
thethermal dispersion once thehot
water poured fromthe outlet into
the sea. The model concerning
there were only single inlet with two
outlets, and measured in two
different seasons i.e. East and West
Monsoon Seasons. Each was
modeled in several tidal phases with
same inlet debit (Q
in
) and outlet
debit (Q
out
) of 73 m
3
/second,
temperature of poured hot water of
36,9
0
C, actual sea water
temperature of 29,8
0
C, air sea
interaction temperature29,0
0
C and
wind speed of 2m/second.
The simulation showed that during
theEast Monsoon Season therewas
no re-circulation of hot water from
outlet into inlet, but during the West
Monsoon Season the inlet slightly
was overflowed by the hot water
fromthe outlet which is 1
0
C hotter
than normal seawater. The study
also revealed that during the West
Monsoon Season there was
significant dispersion of effluent
water temperature (more than 1,0
o
C) into seawater up to 2,5 kmto
the east side of the outlet, while in
the East Monsoon Season up to 5
kmto thewest side of the outlet.
Keywords: dispersion, thermal,
numerical modeling








144
Pendahuluan
Masalah sirkulasi air pendingin suatu
pembangkit listrik (power plant) merupakan
masalah yang sifatnya teknis tapi juga dapat
merupakan masalah sosial jika terjadi konflik
dengan pihak yang mempunyai kepentingan
lain (conflict of interest). Masalah teknis hampir
selalu bisa diatasi dengan solusi teknologi atau
teknis pula, tetapi penyelesaian masalah sosial
kadang-kadang atau sering mengalami
kebuntuan (deadlock). Untuk mengurangi
masalah sosial, maka masalah yang terkait
dengan teknis harus dirancang sedemikian
sehingga perubahan alam yang terjadi dapat
diminimalkan, disamping sosialisasi merupakan
hal yang harus dilakukan. Untuk keperluan
tersebut, maka perubahan temperatur air laut
akibat sirkulasi air pendingin pembangkit listrik
harus diprediksikan terlebih dahulu, sebelum
pelaksanaan konstruksinya.
PLTN Muria direncanakan mengambil air
pendingin dari laut dan membuangnya kembali
ke laut di perairan Semenanjung Muria.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dilakukan
simulasi dispersi termal untuk mengetahui
sejauh mana sebaran termal akan terjadi.
Penyebaran temperatur di badan air akan
dipandang sebagai penyebaran material yang
konservatif yang tidak mengalami peluruhan
oleh proses kimia dan biologi didalamair, jadi
perubahahan temperaturnya hanya disebabkan
oleh proses fisis saja.
Proses fisis yang terjadi pada penyebaran
temperatur dari air pendingin suatu pembangkit
tenaga listrik terbagi dalamtiga bagian besar.
Pertama; perubahan temperatur akibat proses
adveksi, yaitu proses penyebaran massa air yang
bertemperatur tertentu berubah akibat adanya
aliran air atau oleh arus laut dalam hal
pergerakannya di perairan pantai. Kedua;
perubahan temperatur akibat proses difusi, yaitu
perubahan temperatur akibat gradien
(perbedaan) temperatur terhadap ruang yang
menyebabkan adanya rambatan panas dari
temperatur yang tinggi ke yang rendah. Ketiga;
perubahan temperatur akibat interaksi
permukaan air dengan udara di atasnya.
Proses pertama sangat ditentukan oleh kondisi
atau pola kecepatan aliran/arus air. Di perairan
pantai arus laut dipengaruhi oleh pasang surut
air laut, tiupan angin di atas permukaan laut,
gelombang laut, dan aliran dari kanal outlet
pembangkit listrik (power plant). Pada proses
difusi akan terjadi rambatan panas dari mulut
kanal outlet yang temperaturnya relatif besar ke
arah lepas pantai yang temperaturnya alami
yang umumnya lebih rendah.
Interaksi air-udara dapat menyebabkan
temperatur permukaan air laut berkurang atau
bertambah tergantung pada apakah temperatur
air lebih besar atau lebih kecil dari pada
temperatur udara. Proses ini dipengaruhi oleh
perbedaan temperatur udara-laut, kecepatan
angin, kelembaban udara, bergelombang
tidaknya permukaan air, tutupan awan dilangit,
curah hujan, kecepatan penguapan, dan lamanya
penyinaran matahari.
Dalam kajian ini perhitungan penyebaran
temperatur dilakukan dengan menggunakan
model numerik yaitu model hidrodinamika dan
disperse temperatur dua dimensi (2D) horisontal
yang diharapkan mencerminkan atau mendekati
keadaan yang sebenarnya di alam.
Prosedur Penelitian
PLTN Semenanjung Muria terletak di J epara,
J awa Tengah dengan outletnya direncanakan
berada pada koordinat (6
o
25 23,0 LS, 110
o

47 12,0 BT), sedangkan inletnya (6
o
25 23,0
LS, 110
o
48 21,0 BT) yang kesemuanya
berada di perairan pantai Semenanjung Muria.
Kedalaman perairan pantai Semenanjung Muria
bervariasi antara 1 meter di tepi garis pantai
sampai dengan 13 meter ke arah utara (lepas
pantai). Secara garis besar, peta batimetri dan
lokasi model dapat dilihat pada Gambar 1.
Desain Model
Daerah model meliputi wilayah perairan sekitar
PLTN Muria dan PLTU Tanjung J ati dengan
batas-batas lintang dan bujur sebagai berikut :
Batas utara : 6,405
0
LS
Batas selatan : 6,427
0
LS
Batas barat : 110,716
0
BT
Batas timur : 110,811
0
BT
Secara garis besar, lokasi model dapat dilihat
pada Gambar 1.
Daerah model ini terbagi menjadi 141 x 81 grid
(148 grid arah barat-timur dan 81 grid arah
utara-selatan) dengan ukuran tiap grid dx =dy =
100 m. Langkah waktu perhitungan (dt) yang
digunakan adalah 2 detik. Dengan lama simulasi
7 hari.
145


















Skenario Model
Model hidrodinamika dan dispersi temperatur
disimulasikan dengan memasukkan gaya
pembangkit pasang surut, angin, dan debit air di
inlet dan outlet. Simulasi dilakukan dalam
berbagai skenario dengan memperhatikan kondisi
pasang surut dan angin musim, yaitu: skenario 1:
Musim Timur dan skenario 2: Musim Barat.
Masing-masing skenario dimodelkan dalam
kondisi beberapa fasa pasut, yaitu:
- Air menuju ke pasang
- Air pasang tertinggi
- Air menuju ke surut
- Air surut terendah
Semua skenario simulasi dilakukan dengan data
di bawah ini:
- Debit aliran yang masuk dari inlet (Q
in
) =
73 m
3
/detik
- Debit aliran yang keluar dari outlet (Q
out
) =
73 m
3
/detik
- Suhu Polutan yang keluar dari outlet =36,9
0
C
- Temperatur air laut aktual =29,8
0
C
- Temperatur seimbang laut-udara =29,0
0
C
- Kecepatan angin (w) = 2 m/detik
Tahapan Simulasi
Model hidrodinamika
Model hidrodinamika dijalankan untuk
mensimulasi arus yang dibangkitkan oleh aliran
dari buangan air pendingin PLTN. Debit air
pendingin ini mempengaruhi sirkulasi arus di
dekat mulut inlet dan outlet PLTN di perairan
pantai. Arus di perairan pantai dipengaruhi pula
oleh pasang surut dan angin yang bertiup di atas
laut. Gelombang laut sebenarnya juga
mempengaruhi arus laut di dekat pantai, tapi
dalam model yang telah dijalankan pengaruh
arus yang dibangkitkan oleh gelombang
dianggap kecil.
Gerak sirkulasi arus di perairan pantai yang
dangkal dapat diasumsikan sebagai aliran masa
air yang bercampur sempurna (homogen) mulai
dari permukaan laut sampai kedasar perairan dan
pengaruh angin di permukaan diasumsikan
mencapai dasar laut. Oleh karena itu persamaan
model yang dipakai adalah persamaan yang
diintegrasikan terhadap kedalaman. Dalammodel
ini air laut dianggap sebagai fluida yang tak
mampu mampat (incompresible fluid).


Gambar 1. Lokasi studi di kawasan Jepara dan Muria
(BATAN - PPLH UNDIP, 2006)

146
Model hidrodinamika tersebut terdiri dari :
- Persamaan kontinuitas, dimana dalam
persamaan ini debit air pendingin PLTU
akan dimasukkan.
- Persamaan kekekalan momentum, dimana
pengaruh angin dan pasang surut akan
diperhatikan.
Persamaan Kontinuitas sebagaimana
dimaksudkan di atas dirumuskan sebagai
berikut:
s
U V
+ + = Q
t x y
c c c
c c c
(1)

Persamaan Kekekalan Momentum dirumuskan
sebagai berikut:
H
V
+
U
rU +
x
gH +
y
U
H
V
+
x
U
H
U
+
t
U
2
2 2
c
c
c
c
c
c
c
c

W
+
W W
= )
y
U
+
x
U
(
A
2
y
2
x
x
2
2
2
2
h

c
c
c
c

(2)
2 2
2
V U V V V +
U V
+ + +gH +rV
t H x H y y
H
c c c c
c c c c

W
+
W
W
= )
y
V
+
x
V
(
A
2
y
2
x y
2
2
2
2
h

c
c
c
c

(3)
Dalamhal ini:
x,y : koordinat ruang bertambah besar ke
arah timur dan utara (m).
u,v : kecepatan arus arah-x dan arah-y
(m/detik)
U : transpor dalamarah sb-x ( m
2
/detik )
-h
U = udz

}
, dimana
dz u
h+
1
= u
h -
}

(4)
V : transpor dalamarah sb-y ( m
2
/detik)
dz v = V
h -
}

, dimana
-h
1
v = vdz
h+

}
(5)
t : parameter waktu (detik)
: elevasi dari permukaan laut terhadap
muka air rata-rata (m)
g : percepatan gravitasi bumi (m/detik
2
)
H : kedalaman aktual =h + (m)
h : kedalaman laut yang tetap (m)
r : koefisien gesekan dasar
A
h
: koefisien gesekan eddy horisontal (m
2
/
detik)
: koefisien gesekan angin
W
x
,W
y
: kecepatan angin arah-x dan arah-y
(m/detik)
Q
s
: debit yang disedot di inlet dan/atau
yang dibuang lagi di outlet PLTN
(m
2
/detik)

Model hidrodinamika tersebut diselesaikan
dengan menggunakan metode semi implisit
dua langkah dimana variabel-variabelnya dihitung
pada deretan sel ruang pada setiap langkah
waktu. Metoda ini dipilih karena dalampemilihan
langkah waktu simulasi tidak bergantung pada
kriteria stabilitas Courant - Friedrich-Lewy
(CFL) seperti pada metoda eksplisit, sehingga
memori komputer dapat dihemat dan simulasinya
menjadi lebih ekonomis.
Data-data yang digunakan pada model ini adalah
peta situasi dan batimetri, data pasang surut,
angin rata-rata, dan kondisi fisik di sekitar lokasi
proyek (bangunan pantai, debit inlet dan outlet,
dan lainnya).
Model Dispersi Temperatur
Model dispersi termal di kanal/ kolamdan di
laut pada dasarnya dapat dipandang sebagai
penyebaran materi terlarut dalamair, yaitu:
a) Dengan adanya kecepatan dari aliran fluida
mengakibatkan temperatur terdispersi
secara langsung oleh aliran fluida. Proses
gerak ini disebut adveksi.
b) Proses difusi turbulen berhubungan dengan
variasi kecepatan dalam arah penampang
melintang aliran oleh adanya gerak
turbulensi
Kedua proses tersebut dan pertukaran panas
antara udara-laut serta panas yang berasal dari
outlet PLTN dirumuskan dalam persamaan
berikut :
( )
2 2
x y E T 2 2
p
T T T T T A
U V K K T-T Q
t x y x y Ch


+ + = + + +
(6)
Dalamhal ini:
T =temperatur aktual (
o
C)
T
E
=temperatur alami (
o
C)
Q
T
=laju perubahan temperatur outlet PLTN
(
o
C/detik)
147
U,V =kecepatan transport arah x dan y
(m/detik)
K
x,
K
y
=koefisien difusi turbulen arah x, dan y
(m
2
/detik)
A =(4,48 +0,049T) +f(1,12 +0,0180T +
0,00158T
2
)
=koefisien pertukaran panas laut-udara
yang berdimensi (kkal/m
2
detik
o
C)
f =3,6 + 2,5W
3 ;
faktor angin untuk
koefisien A
W
3
=kecepatan angin yang diukur pada
ketinggian 3 mdi atas permukaan laut
(m/detik)
=densitas air laut (kg/m
3
)
C
p
=panas spesifik pada tekanan konstan
(kkal/kg
o
C)
h =kedalaman laut (m)
Untuk keperluan praktis dapat diasumsikan
daerah perairan yang ditinjau cukup kecil maka
nilai T
E
diambil dari nilai temperatur alamiah
air laut di tempat jauh dari titik sumber panas.
Proses pertukaran panas antara laut dan udara
dalammodel dispersi termal pada sirkulasi air
pendingin PLTN dapat mengurangi suhu air
akibat penguapan dan konduksi panas dengan
lapisan udara, walaupun demikian suku
pertukaran panas dapat menambah temperatur
air laut akibat adanya paparan radiasi matahari
pada siang hari.
Distribusi temperatur air laut secara vertikal
diasumsikan cukup homogen atau variasinya
tidak besar karena telah terjadi percampuran
turbulen yang hampir sempurna dari permukaan
sampai dasar laut, sehingga model termal dua
dimensi horisontal dapat dipakai dan mendekati
proses dispersi di kolam/kanal/laut. Persamaan
model 2D diselesaikan dengan metoda numerik
upstreamdan koefisien pertukaran panas antara
laut dan udara menggunakan perumusan yang
diperoleh secara empiris.
Model termal ini disimulasikan sesuai dengan
skenario yang didesain sama dengan skenario
simulasi model arus seperti telah diuraikan di
muka, karena model hidrodinamika dan model
termal dijalankan secara bersamaan atau biasa
disebut model kopel dari dua model tersebut.
Diskusi
Verifikasi hasil simulasi model
hidrodinamika
Verifikasi elevasi muka laut hasil model
terhadap elevasi muka laut hasil observasi pasut
pada tanggal 31 Maret 14 April 2007 dengan
hasil model global TMD (Tidal Model Driver)
menunjukkan hasil yang baik. Verifikasi
tersebut dilakukan di Tanjung J ati pada
koordinat 11045 42,1 BT dan 62623,6 LS
(lihat Gambar 2)
Hasil Simulasi dengan (AT
outlet
) =7,7
0
C
Simulasi model ini dilakukan pada 2 skenario
yaitu MusimBarat dan MusimTimur.
Hasil Simulasi pada Musim Barat
Penyebaran temperatur sesuai dengan
pergerakan arus yang didominasi oleh pengaruh
angin barat, yaitu ke arah timur dengan interval
kecepatan 0,66 sampai 1,5 m/det. Pada kondisi
pasut yang dicuplik (surut menuju pasang,
pasang tertinggi, menuju surut, dan surut
terendah) dapat dilihat bahwa luas penyebaran
panas PLTN Muria yang signifikan terhadap
lingkungan (diatas 1,0
o
C) maksimum dengan
jauh penyebaran 2,5 km dari outlet ke arah
Timur. Arah arus yang bergerak dari barat ke
timur menyebabkan penyebaran termal
selanjutnya mengikuti pola yang sama. Simulasi
dalam waktu satu hari menghasilkan
penyebaran menuju arah timur dengan suhu
disekitar 32
o
C.









Plot suhu di inlet pada musim barat,
menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
sebesar 1.0
0
C. Hal ini disebabkan oleh
limpahan air yang keluar dari outlet bergerak
menuju inlet sehingga sebagian air masuk ke
arah inlet.
Hasil Simulasi pada Musim Timur
Penyebaran temperatur sesuai dengan
pergerakan arus yang didominasi oleh pengaruh
angin timur, yaitu ke arah barat dengan interval
kecepatan 0,3 sampai dengan 1,81 m/det.

Gambar 2 Verifikasi pasut Tanjung Jati Jepara
148











Gambar 3. Kondisi surut menuju pasang











Gambar 4. Kondisi pasang tertinggi











Gambar 5. Kondisi pasang menuju surut













Gambar 6. Kondisi surut terendah

Pada kondisi pasut yang dicuplik dapat dilihat
bahwa luas penyebaran panas PLTN Muria
yang signifikan terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C) maksimumdengan jauh penyebaran 5 km
dari outlet ke arah barat. Arah arus yang
bergerak dari timur ke barat menyebabkan
penyebaran termal selanjutnya mengikuti pola
yang sama. Simulasi dalam waktu satu hari
menghasilkan penyebaran menuju arah timur
dengan suhu 34
o
C.
149









































Gambar 7. Kondisi surut menuju pasang
Gambar 8. Kondisi pasang tertinggi
Gambar 9. Kondisi pasang menuju surut
Gambar 10. Kondisi surut terendah
150
Dari hasil plot inlet selama simulasi, terlihat
bahwa hampir tidak ada peningkatan suhu di
inlet. Ini terjadi karena pengaruh angin timur
sangat besar, sehingga suhu dari outlet
menyebar ke arah barat

Kesimpulan dan Saran
1. Simulasi pada musim timur menunjukkan
bahwa massa air menyebar ke arah barat.
Hampir tidak ada limpahan dari outlet yang
masuk ke inlet pada waktu angin berasal
dari timur, jadi hampir tidak terjadi
resirkulasi air pendingin.
2. Simulasi pada musim barat menunjukkan
bahwa penyebaran suhu bergerak ke arah
timur laut karena pengaruh angin yang
dominan. Pernyataan ini didukung oleh plot
suhu di inlet, yang menunjukkan
peningkatan suhu rata-rata sebesar 1,0
0
C.
3. Pada musimbarat dapat dilihat bahwa luas
penyebaran panas PLTN Muria yang
signifikan terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C) mencapai jarak maksimum sebesar 2,5
km dari outlet ke arah timur. Simulasi
dalam waktu satu hari menghasilkan
penyebaran menuju arah timur dengan suhu
sekitar 32
o
C.
4. Pada musimtimur dapat dilihat bahwa luas
penyebaran panas PLTN Muria yang
signifikan terhadap lingkungan (diatas 1,0
o
C) mencapai jarak maksimumsebesar 5 km
dari outlet ke arah barat. Simulasi dalam
waktu satu hari menghasilkan penyebaran
menuju arah barat dengan suhu sekitar
34
o
C.

Rekomendasi
1. Hasil simulasi secara umum telah
menggambarkan pola sebaran air pendingin
di Semenanjung Muria, walaupun demikian
hasil ini masih memerlukan pengujian
(verifikasi) lebih rinci lagi.
2. Data yang diperlukan untuk verifikasi
model adalah arus, pasang surut, sebaran
temperatur, angin, debit sungai, debit inlet
dan outlet yang berupa data time series
(deret waktu) serta batimetri terbaru di tiap
lokasi.
3. Keakuratan data pendukung untuk
menjalankan model secara umum masih
perlu ditingkatkan, misalnya data debit
inlet-outlet pembangkit sebaiknya diambil
dari data pengukuran lapangan.
Survey atau paling tidak kunjungan lapangan di
atau ke masing-masing lokasi PLTN sangat
diperlukan agar input model sesuai dengan
kenyataan di lapangan.

Daftar Pustaka

Astuti, P., 1998. Model
Penyebaran Panas di
Perairan Muara Karang
Jakarta Utara dengan
Menerapkan Metoda
Quickest. Tesis
Magister, Program
Magister Oseanografi
dan Sains Atmosfer,
Departemen Geofisika
dan Meteorologi,
Institut Teknologi
Bandung.
James, A., 1993. An Introduction
to Water Quality
Modelling, Second
edition. John Wiley &
Son, Chichester,
England.
Kowalik, Z., dan Murty, T.S.,
1993. Numerical
Modelling of Ocean
Dynamics. World
Scientific, Singapore.
Leonard, B. P., 1978. Elliptic
Systems : Finite-
Difference Method.
Departement of
Mechanical
Engineering, The
University of Akron,
Akton, Ohio.
Leonard, B.P., 1979. A stable
and accurate convective
modelling procedure
based on qudratic
upstream interpolation.
A J ournal of Computer
Methods in Applied
Mechanics and
Engineering, North-
Holland Publishing
Company.
Van Leer, B., 1985. On
Numerical Dispersion
by Upwind Differencing.
Dept. of Mathematics
and Informatics of Delft
University.


J urnal Geoaplika (2008)
Volume 3, Nomor 3, hal. 143 150


143

Anda mungkin juga menyukai