PRESENTASI KASUS NEONATUS HIPERBILIRUBINEMIA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT HUSADA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Topik Penyaji NIM : Neonatus Hiperbilirubinemia : Isabella Valentina : 406047066
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat : Bayi J. A. S. : 6 hari : 10 Mei 2006 : Perempuan : Budha : Diketahui
Halaman
III. ANAMNESA
Alloanamnesa Keluhan Utama Keluhan tambahan : Ibu dan Ayah pasien, tanggal 15 Mei 2006, jam 14.15 WIB : Seluruh badan kuning sejak 6 jam SMRS : Tidak ada
Halaman
Halaman
Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi : Datar tidak tampak benjolan, tidak ada gambaran vena. : Supel, hepar 1/3 1/3 dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-). : Timpani. Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Genitalia Eksternal : Perempuan, tidak tampak kelainan dari luar. Ekstremitas Kulit : Ekstermitas Superior et Inferior dextra et sinistra tidak ada deformitas, tidak ada oedem, akral hangat. : Kuning pada wajah, dahi, badan dan keempat ekstremitas (telapak kaki tidak kuning), turgor baik, sianosis tidak ada, ruam kulit tidak ada, tanda lahir tidak ada, petechie tidak ada. Kelenjar getah bening : Submandibula, cervical, supra-infra clavicula, axilla, inguinal, femoral tidak teraba membesar.
Kelainan Bawaan :
laboratorium).
Cara Persalinan : Spontan (lancar, tidak mengalami masalah). Berat Badan Lahir : 3300 gram. 49 cm.
Ikterus saat lahir: Tidak Ada. Sianosis saat lahir : Tidak Ada.
KESAN: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (menurut NCHS Berat Badan dibanding umur).
Reflek Moro, Rooting Reflex, Succking Reflex: Ada. KESAN: Pertumbuhan dan perkembangan belum dapat dinilai. Refleks primitif baik.
X. RIWAYAT IMUNISASI
BCG DPT Polio Hepatitis B Campak Hib MMR Hepatitis A Tiphus : : : belum. belum. belum.
Kesan: Imunisasi dasar maupun imunisasi tambahan belum dilakukan. Imunisasi Hepatitis B belum lengkap.
Halaman
Hemoglobin Hematokrit Eritrosit Lekosit Trombosit Bilirubin Total Bilirubin Direk Total Protein Albumin Globulin G6PD
18.17
9.2
5.7
Tidak Diperiksa
XII. FOLLOW UP
15-05-06 Bilirubin Total Bilirubin Direk Kesadaran Berat Badan Lingkar Kepala Ikterus Suhu LLM, Nutrilon BAB 18.17 mg/dl CM 3750 gram Pada seluruh badan + 36.4 8 x @ 90 cc 4x 16-05-06 (pagi) 20.9 mg/dl 0.1 mg/dl CM 16-05-06 (sore) 15.90 mg/dl 0.90 mg/dl CM 17-05-06 9.2 mg/dl 18-05-06 5.7 mg/dl
VII. RESUME
Telah diperiksa seorang bayi perempuan berusia 6 hari dengan keluhan utama sekitar 6 jam sebelum masuk RS (SMRS) Husada, seluruh badan pasien terlihat berwarna
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RS Husada Halaman
kuning. Di rumah, pasien sudah dijemur matahari pagi secara rutin. Tidak ada demam, mencret, batuk ataupun pilek. Sebelumnya pasien juga pernah kuning seluruh badan ketika pasien berumur 3 hari, dirawat inap selama 1 hari dengan bilirubin 11 (diterapi dengan sinar) dan boleh pulang dengan bilirubin 9.7. Penyakit ibu pasien dalam masa kehamilan tidak ada, hanya mengkonsumsi obat vitamin. Makanan pasien adalah ASI eksklusif dan tidak diberi makanan lain selain ASI, kecuali waktu dirawat 1 hari di rumah sakit diberi susu kaleng dari rumah sakit. Golongan darah ibu pasien adalah B Rh (+). Golongan darah pasien B Rh (+). Ibu maupun ayah pasien tidak pernah kuning di badannya bila minum obat tertentu dan tidak tahu apakah sejak lahir badannya pernah kuning. Riwayat BAB dan BAK normal. Riwayat penyakit dahulu: Pasien pernah kuning umur 3 hari dengan bilirubin 11, dirawat di RS Husada selama 1 hari dan dipulangkan dengan bilirubin 9.7. Riwayat penyakit keluarga: Pasien adalah anak ke 3. Kakak I pasien yang berjenis kelamin perempuan juga mengalami penyakit yang sama seperti pasien dan dirawat di RS Husada dengan pengobatan terapi sinar. Dari pemeriksaan fisik didapatkan: Status Generalis: Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : dilakukan.
: 49 cm. : 34 cm.
Pemeriksaan Sistematis Kepala : Ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil belum menutup dan tidak cekung. Sutura Sagitalis, sutura Lambdoidal, sutura Coronaria teraba dan belum menutup. Mata Kulit : Sklera ikterik (+/+).
Telinga, Hidung, Mulut, Leher, Thorax, Jantung, Abdomen, Genitalia : Kuning pada wajah, dahi, badan dan keempat ekstremitas (telapak kaki tidak kuning), turgor baik, sianosis tidak ada.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan KESAN: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan (menurut NCHS Berat Badan dibanding umur). Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan KESAN: Pertumbuhan dan perkembangan belum dapat dinilai. Refleks primitif baik.
X. PEMERIKSAAN ANJURAN
Kadar bilirubin berkala. Pemeriksaan G6PD, Albumin, Globulin, Hb, Ht, hitung retikulosit.
XI. PENATALAKSANAAN
1. Kebutuhan cairan (KA-EN 1B).
Halaman Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RS Husada
Kebutuhan rumatan: 3.75 kg x 100 cc = 375 cc / 24 jam. Kebutuhan karena fototerapi: 12% x 375 = 45 cc / 24 jam. Total kebutuhan cairan: 420 cc / 24 jam. 2. Minum LLM dan Nutrilon (lebih banyak Nutrilon-nya) selang seling 60 cc tiap 2 jam atau 90 cc tiap 3 jam. 3. ASI dihentikan dahulu selama 2 3 hari. 4. Fototerapi 5. Plasbumin.
XI. PROGNOSA
Ad vitam : bonam Ad functionam : bonam Ad sanationam : dubia ad bonam
Halaman 10
INSIDENS
Di Amerika Serikat, hampir semua bayi yang baru lahir disertai dengan keadaan bilirubin indirek serum yang tinggi. Insiden bervariasi pada berbagai etnis dan geografi. Insidens tinggi di Asia Timur dan American Indian dan rendah pada African American. Insidens lebih tinggi pada populasi yang tinggal di daerah yang lebih tinggi. Tahun 1984, Moore et al melaporkan 32.7% neonatus dengan bilirubin serum lebih dari 12 mg/dl pada daerah dengan ketinggian 3100 meter.
ETIOLOGI
Metabolisme bilirubin neonatus adalah transisi dari stadium janin dengan plasenta sebagai jalur utama eliminasi bilirubin larut lemak ke stadium dewasa dimana bentuk bilirubin terkonjugasi yang larut air diekskresikan dari sel hepatik ke sistem bilier dan kemudian ke saluran pencernaan. Hiperbilirubinemia indirek dapat disebabkan atau meningkat akibat, sebagai berikut: Peningkatan jumlah bilirubin yang harus dimetabolisme oleh hati Kerusakan atau penurunan aktivitas enzim transferase (defisiensi (anemia hemolitik, polisitemia, peningkatan sirkulasi enterohepatik, infeksi). genetik, hipoksia, infeksi, hipotermia dan defisiensi tiroid).
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RS Husada Halaman 11
Kompetisi atau blokade enzim transferase (obat dan zat-zat lain yang Kecendrungan hilangnya atau penurunan jumlah enzim atau penurunan Efek toksisitas dari kenaikan level bilirubin tidak terkonjugasi dalam
memerlukan konjugasi asam glukuronat untuk ekskresinya). pengambilan/uptake bilirubin oleh hepatosit (defek genetik, prematuritas). serum meningkat oleh faktor yang menurunkan retensi bilirubin dalam sirkulasi (hipoprotenemia, tersingkirnya bilirubin dari ikatan albumin akibat kompetisi dengan obat seperti sulfisoxazole dan moxalactam, teh herbal Chuen-Lin, asidosis, peningkatan konsentrasi asam lemak bebas akibar sekunder dari hipoglikemia, kelaparan atau hipotermia) atau oleh faktor yang meningkatkan permeabilitas sawar otak (blood-brain barrier) atau membran sel saraf terhadap bilirubin atau peningkatan ketahanan sel otak terhadap toksisitas (asfiksia, prematuritas, hiperosmolaritas dan infeksi). Early feeding menurunkan sedangkan breast-feeding dan dehidrasi meningkatkan kadar bilirubin serum. Mekonium mengandung 1 mg bilirubin/dL dan berkontribusi terhadap ikterus oleh sirkulasi enterohepatik setelah dekonjugasi glukuronidase usus, Obat seperti oxytocin dan zat kimia yang digunakan di tempat penitipan anak seperti phenolic detergents dapat menghasilkan hiperbilirubinemia yang tidak terkonjugasi.
Geografi: Insidens lebih tinggi pada populasi yang tinggal di daerah tinggi. Orang Yunani yang tinggal di Yunani mempunyai insidens yang lebih tinggi dibanding dengan orang Yunani yang tidak tinggal di Yunani.
Halaman 12
METABOLISME BILIRUBIN
1. Produksi normal bilirubin (0.2 0.3 gm/hari) dihasilkan di retikuloendotelial sistem, yaitu 75% berasal dari pemecahan eritrosit dan sisanya berasal dari degradasi myoglobin dan sitokrom. 2. Ektrahepatik bilirubin terikat denagn albumin serum dan dibawa ke hepar. 3. Pengambilan/uptake hepatoselular dan (4) proses glukuronisasi dalam endoplasmik retikulum menghasilkan mono- dan di- glukuronil bilirubin yang larut dalam air dan siap untuk diekskresikan ke empedu. 5. Bakteri usus meng-de-konjugasi bilirubin dan mendegradasikannya menjadi urobilinogen yang tidak berwarna. Urobilinogen dan residu pigemen diekskresikan ke feces dengan reabsorpsi dan re-ekskresi ke empedu.
Halaman 13
MANIFESTASI KLINIS
Ikterus/Jaundice dapat muncul saat lahir atau pada setiap saat periode Ikterus biasanya mulainya pada wajah dan seiring dengan kenaikan neonatal, tergantung penyebabnya. bilirubin serum berlanjut ke abdomen dan ekstremitas bawah. Muka = 5mg/dL; Mid-abdomen = 15 mg/dL; Telapak kaki = 20 mg/dL
Ikterus dengan kadar bilirubin 13 mg/dL Ikterus neonatal pertama kali muncul di wajah dan dahi. Pemeriksaan
dapat dibantu dengan cara menekan pada kulit. Kemudian ikterus akan terlihat pada badan dan ekstremitas. Pola ini disebut juga cephalocaudal. Ikterus akan hilang pada tempat yang berlawanan dengan munculnya ikterus. Fenomena ini secara klinis sangat penting, bila ikterus tampak di tungkai maka merupakan suatu indikasi untuk memeriksa kadar bilirubin serum. Pada kebanyakan bayi pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan warna kuning. Semakin beratnya ikterus akan menyebabkan drowsiness (tampak mengantuk). Pemeriksaan lain yang mungkin ditemukan seperti kejang atau Hepatomegali, petechie, mikrocepali yang berhubungan dengan perubahan karakteristik tangisan. anemia, sepsis dan infeksi kongenital juga harus diperhatikan.
Halaman 14
Halaman 15
Halaman 16
DIAGNOSA BANDING
Halaman 17
bilirubin total mencapai 12 mg/dl atau lebih pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayi kurang bulan bila kadarnya lebih dari 10 mg/dl.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Kadar bilirubin serum Selain kadar bilirubin serum dapat dilakukan pemeriksaan anjuran lainnya seperti: Golongan darah dan Rh pada bayi dan ibu. Direk Coombs test pada bayi. Kadar Hb dan Ht. Kadar albumin serum. Pengukuran End Tidal CarbonMonoxide (ETCO) dalam pernafasan. Pemeriksaan morfologi eritrosit darah tepi. Hitung retikulosit. Test fungsi hati: peningkatan SGOT dan SGPT pada penyakit
hepatoselular.
Halaman 18
Analisis gas darah: Resiko toksisitas sistem saraf pusat meningkat pada
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dalam penatalaksanaan neonatal hiperbilirubinemia adalah untuk mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kernikterus serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. 1. Terapi Sinar Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer tahun 1958. Banyak teori yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerasisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresikan oleh hati ke dalam saluran empedu. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg/dl dan pada bayi dengan proses hemolisis yang ditandai oleh adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transfusi tukar, terapi sinar dilakukan pula sebelum dan sesudah transfusi tukar. Pada saat penyinaran diusahaka agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluasluasnya, yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi diubah-ubah setiap 6 8 jam agar bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya. Selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi dipantau secara berkala dan terapi dihentikan apabila kadar biirubin menurun kurang dari 10 mg/dl. Lamanya penyinaran biasanya tidak melebihi 100 jam. Penghentian atau peninjauan kembali penyinaran juga dilakukan apabila ditemukan efek samping terapi siar. Beberapa efek samping yang perlu diperhatikan antara lain: enteritis, hipertermia, dehidrasi, kelainan kulit, gangguan minum, letargi
Halaman 19
dan iritabilitas. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan kadang-kadang penyinaran dapat diteruskan sementara keadaan yang menyertainya diperbaiki.
2. Transfusi Tukar Bahaya dari hiperbilirubinemia adalah terjadinya kernikterus yang dapat menimbulkan kelainan menetap pada bayi. Keadaan ini perlu dihindarkan dan transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan cepat bilirubin inditek dalam tubuh. Tujuan transfusi tukar selain menurunkan kadar bilirubin indirek, juga bermanfaat dalam mengganti eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan hemolisis. Tindakan transfusi tukar hanya dilakukan apabila pada suatu saat dijumpai kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Beberapa keadaan lain yang memerlukan transfusi tukar adalah kadar bilirubin tali pusat lebih dari 4 mg/dl dan kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl atau apabila terdapat peninggian bilirubin yang terlalu cepat (1mg/dl tiap jam). Pada bayi yang menderita asfiksia, sindrom gawat nafat, asidosis metaboik, tanda kelainan susunan saraf pusat dan bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram dapat pula dipertimbangkan untuk dilakukan transfusi tukar walaupun kadar bilirubin belum mencapai 20 mg.dl. Hal ini dilakukan karena keadaan tersebut bilirubin mudah melalui sawar otak. 3. Pemberian albumin Pemberian albumin dapat mengikat bilirubin indirek. Albumin dapat diganti dengan plasma dengan dosis 15 20 ml/kgBB. Albumin biasanya diberikan sebelum transfusi tukar dikerjakan oleh karena albumin akan mempercepat keluarnya bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin yang diikatnya lebih mudah dikeluarkan dengan transfusi tukar. 4. Phenobarbital Phenobarbital dapat meningkatkan proses konjugasi dan ekskresi dan bilirubin. Pemberian phenobarbital bisa saat prenatal pada ibu atau post natal pada bayi. Tetapi karena efek metabolisme bilirubin biasanya baru tampak pada beberapa
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RS Husada Halaman 20
hari setelah pemberian phenobarbital, karena kurang efektif fibanding fototerapi dan karena mempunyai efek sedatif maka pemberian phenobarbital secara rutin pada hiperbilirubinemia tidak direkomendasikan.
5. Sn-protoporphyrin Pemberian Sn-protoporphyrin juga dapat menurunkan kadar bilirubin. Hal ini karena Sn-protoporphyrin dapat menghambat enzim heme oksigenase. Efek pemberian Sn-protoporphyrin jangka panjang belum diketahui sehingga diperlukan evaluasi klinis yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA Nelson W. E., Jaundice and Hyperbilirubinemia on the Newborn, Nelson Textbook of Pediatrics, 17th edition, W. B. Saunders Company, United States of America, 2004, page 592 598. Markum A. H., Ikterus dan Hiperbilirubinemia pada Neonatus, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, hal 313 317. Hall and Guyton, Bilirubin Formation and Excretion, Textbook of Medical Physiology, W. B. Saunders Company, United States of America, 1996, page 887.
Halaman 21
Halaman 22
PEMBAHASAN KHUSUS
1. karena: Riwayat terapi sinar pada kakak pasien. Bilirubin total > 12 mg / dl pada bayi cukup bulan disertai ikterus pada Ikterus muncul pada hari ke 6 (yang pertama pada hari ke 3). Golongan darah ibu dan pasien sama, yaitu B Rh (+). Tidak ada riwayat G6PD pada kedua orang tua. Pasien tidak mengalami infeksi ataupun penyakit lainnya. Setelah ASI dihentikan 1 2 hari, kadar bilirubin total menurun Terapi: pasien ini. Pasien diberi terapi sinar karena diagnosa neonatal hiperbilirubinemia patologis sudah ditegakkan dan bilirubin total pasien > 10 mg / dl dan cukup bulan. Pasien diberi cairan tambahan 10 12 % dari kebutuhan rumatan Diberi Plasbumin karena dari hasil laboratorium terdapat Kebutuhan gizi bayi adalah energi 110 kkal/ kgBB / hari, protein 2 Pemeriksaan Anjuran: Kadar bilirubin berkala: untuk memonitor bilirubin dan efektifitas Pemeriksaan G6PD, Albumin, Globulin, Hb, Ht, hitung retikulosit: terapi yang diberikan. untuk mendeteksi dan menyingkirkan kemungkinan penyebab neonatal hiperbilirubinemia lainnya pada pasien ini.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RS Husada Halaman 23
dengan cepat. Pemberian ASI dihentikan selama 2 hari karena ASI dapat
karena hipertermia akibat sinar fototerapi. hipoproteinemia. 3. 2.5 g / kgBB / hari dan lemak 35% dari total energi.
Halaman 24