Anda di halaman 1dari 9

Makalah Metodologi Penelitian

Analisis Logam Kadmium pada Air Laut & Bulu Babi (Deadema setosum) di Wilayah Perairan Makassar

Di susun oleh: WIRA YULIADHA S. H 311 09 278

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

BAB I PENDAHULUA N

1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di berbagai negara termasuk indonesia semakin pesat, hal ini diakibatkan meningkatnya penduduk, kebutuhan lapangan kerja, serta pola konsumtif masyarakat yang mengharuskan pemerintah untuk membangun industri untuk menopang roda perekonomian negara. Namun, konsekuensi dari kebijakan pemerintah dalam hal pengembangan indusrti berakibat pada peningkatan angka pencemaran yang dihasilkan oleh polutan atau limbah buangan industri. Beberapa jenis limbah yang ditemukan utamanya di wilayah perairan berupa logam berat. Adapun jenis buangan logam berat ke dalam lingkungan perairan, baik esensial seperti Fe, Zn, Cu maupun non esensial seperti Hg, Cd, Pb merupakan racun bagi organisme hidup bila berada dalam konsentrasi yang tinggi (Anandraj et al.2002; Andersen 1996; Pyatt et al. 2002). Banyak logam berat terakumulasi kedalam organisme dan beberapa juga terakumulasi dalam rantai makanan (Andersen 1996; Han et al.1994; Scheifler et al.2002). Salah satu metode dalam menentukan parameter pencemaran yaitu biomonitoring. Selama beberapa dekade terakhir biomonitoring telah banyak digunakan sebagai pendekatan untuk mengestimasi stasus pencemaran logam berat di berbagai lingkungan, seperti udara (Chettri et al., 2000), tanah (Friedlova, 2010), sungai (Wepener et al., 2005) dan laut (Phillips, 1990; Flammang et al., 1997; Kobayashi & Okamura, 2004). Biomonitoring merupakan teknik evaluasi lingkungan berdasarkan analisis jaringan dan molekul organism yang terpapar logam berat

(Zhou et al., 2008). Biomonitoring telah banyak digunakan sebagai indikator pencemaran di laut dengan menganalisis konsentrasi logam berat pada berbagai jenis hewan laut seperti ikan Tinca tinca L (Shah, 2005), Asteria rubens (Temara et al., 1998), Cyprinu Selain itu, hewan laut lain juga dipakai sebagai biomonitoring seperti bulu babi (Bielmyer et al., 2005). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa akumulasi logam berat dalam bulu babi dapat mencerminkan kelimpahan dan bioavailabilitas dalam perairan laut yang terkontaminasi (Augier et al., 1989; Ablanedo et al., 1990; Flammang et al., 1997).s carpio (Vinodhini & Narayanan, 2008), dan dapat Paracentrotus dipaparkan lividus (Soualili metode et al., 2007). untuk

Biomonitoringnya

berupa

pendekatan

mengestimasi status pencemaran logam berat di berbagai lingkungan seperti udara, tanah, dan laut, teknik evaluasi lingkungan berdasarkan analisis jaringan dan molekul organisme yang terpapar logam berat serta indikator pencemaran laut dengam menganalisis logam berat pada berbagai jenis biota laut. Bioindikatornya berdasarkan akumulasi logam berat pada bulu babi dapat mencerminkan kelimpahan dan
bioavabilitas dalam perairan laut yang terkontaminasi

Mengingat efek logam berat Cd bagi organisme yang hidup di perairan maka tujuan dilakukan penelitian untuk mengetahui konsentrasi logam berat Cd pada air laut, dan bagian-bagian tubuh D. setosum (cangkang, daging, duri dan gonad) di laut sekitar perairan Makassar yang akan dipakai dan dikembangkan sebagai bioindikator pencemaran logam berat di perairan laut. 1.2 Rumusan Permasalahan 1.2.1 Seberapa besar konsentrasi logam Cd pada air laut Makassar? wilayah perairan

1.2.2 Bagaimana pemanfaatan dan pengembangan bulu babi (Deadema setosum) sebagai bioindikator pencemaran logam berat di wilayah perairan Makassar? 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.4.1 Maksud Penelitian Memberikan solusi alternative dalam pengembangan minat belajar siswa guna mendukung peningkatan mutu pendidikan di daerah pedesaan. 1.4.2 Tujuan Penelitian 1.4.1 Untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi logam Cd pada air laut wilayah perairan Makassar? 1.4.2 Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan dan pengembangan bulu babi (Deadema setosum) sebagai bioindikator pencemaran logam berat di wilayah perairan Makassar? 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah: 1.5.1. Untuk peneliti dan Universitas Dapat meningkatkan minat belajar sekaligus pemahaman siswa terhadap materi yang di ajarkan. 1.5.2 Untuk Masyarakat Dapat menjadi motivasi bagi guru untuk memacu prestasi belajar siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Filum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah sebuah filum hewan laut yang mencakup bintang laut, tripang, dan beberapa kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang sudah punah. Klasifikasi Ilmiah : Domain: Eukaryota Kerajaan: Animalia Upakerajaan: Eumetazoa Superfilum: Deuterostomia Filum: Echinodermata Lima atau enam kelas (enam bila Concentricycloidea dihitung) yang masih hidup sekarang mencakup:
1.

Asteroidea (bintang laut): sekitar 1.500 spesies yang menangkap mangsa untuk makanan mereka sendiri

2.

Concentricycloidea, dikenal karena sistem pembuluh air mereka yang unik dan terdiri dari hanya dua spesies yang baru-baru ini digabungkan ke dalam Asteroidea.

3.

Crinoidea (lili laut): sekitar 600 spesies merupakan predator yang menunggu mangsa.

4.

Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir): dikenal karena duri mereka yang mampu digerakkan; sekitar 1.000 spesies.

5.

Holothuroidea (teripang atau ketimun laut): hewan panjang menyerupai siput; sekitar 1.000 spesies.

6.

Ophiuroidea (bintang ular dan bintang getas), secara fisik merupakan ekinodermata terbesar; sekitar 1.500 spesies.

Bentuk hewan yang sudah punah dapat diketahui dari fosil termasuk Blastoidea, Edrioasteriodea, Cystoidea, dan beberapa hewan Kambriumf awal seperti Helicoplacus, Carpoidea, Homalozoa, dan Eocrinoidea seperti Gogia. Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang hidup di air tawar atau darat. Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan Chordata (yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata. Banyak di antara anggotanya yang berperan besar dalam ekosistem laut, terutama ekosistem litoral pantai berbatu, terumbu karang, perairan dangkal, dan palung laut. Spesies bintang laut Pisaster ochraceus misalnya, menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di pesisir barat Amerika Utara, spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru ([[Mytilus edulis]])sehingga spesies yang lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi secara berlebihan. Contoh lain adalah Acanthaster planci yang memakan polip karang di

perairan Indo-Pasifik. Kendati sering dianggap desktruktif, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa A. planci sebenarnya adalah predator yang penting untuk ekosistem terumbu karang, sehingga terjadi rekruitmen karang baru yang menggantikan koloni-koloni tua, juga mengurangi tekanan kompetisi antara satu spesies karang dengan yang lain. Echinodermata mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi bagian tubuhnya yang hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka timun laut akan menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Kelak, organ tubuh yang hilang akan tumbuh kembali

BAB III METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol, labu ukur 100 mL, gelas kimia, cawan porselen, oven, desikator dan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) (Simadzu AA 6200). Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel biota air (ikan, kerang), HNO3, H2SO4, HClO4, aquades, serbuk Cd . Bahan kimia tersebut diperoleh secara komersial dari Wako Ltd, Japan. Metode Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel biota air kerang dan ikan (insang, hati dan isi perut) yang diambil pada aliran sungai di kawasan Lambaro, Lamnyong dan Pantee Pirak. Sampel diambil pada 3 titik sampling pada setiap sungai dan setiap dari tiga titik sampling dijadikan satu (komposit). Pengambilan sampel dilakukan selama tiga bulan. Uji kepekaan dan Presisi Alat Uji AAS Uji kepekaan dan presisi alat uji AAS dilakukan dengan mengukur serapan larutan standar 2 ppm dengan 3 kali pengukuran, sedangkan presisi alat uji ditentukan dengan menghitung simpangan baku dari pengukuran 6 kali serapan larutan standar tersebut. Pembuatan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi standar untuk penentuan logam Cd dan Pb diperoleh dengan mengukur serapan larutan standar masing-masing unsur pada kondisi

optimum unsur. Kisaran larutan standar Pb adalah 0,1 2,5 mg/L, sementara Pb dan Cd dibuat dengan memvariasikan konsentrasinya dalam rentang 0,01 1,5 mg/L. Kurva kalibrasi diperoleh dengan membuat kurva antara konsentrasi terhadap serapan masing-masing unsur. Perlakuan Sampel Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 10oC selama 24 jam dan didinginkan di dalam desikator, kemudia n sampel ditimbang sebanyak 2 g yang dimasukkan dalam wadah tertutup, selanjutnya di tambahkan 1,5 mL HClO4 pekat dan 3,5 mL HNO3 pekat ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya larutan yang diperoleh dipanaskan di atas penangas air pada suhu 60 larutan

hampir kering. Didinginkan pada suhu ruangan dan ditambahkan 1 mL HNO3 pekat dan diaduk pelan-pelan, kemudian ditambahkan 9 mL aquades. Sampel siap diukur dengan AAS menggunakan nyala udara-asetilen.

Anda mungkin juga menyukai