Anda di halaman 1dari 5

FARMAKOLOGI PNEUMONIA PADA ANAK

Fadjriansyah Wahid G 501 11 049

1. Pendahuluan Pneumonia merupakan keadaan radang paru dengan beberapa atau seluruh alveoli terisi cairan dan sel-sel darah. Penyakit ini dimulai dengan infeksi dalam alveoli; membran paru mengalami perdangan dan berlobang-lobang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah putih keluar dari darah masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian alveoli, yang terinfeksi secara prograsif terisi dengan cairan dan sel-sel dan infeksi menyebar melalu perluasan bakteri atau virus dari alveolus ke alveolus. Akhirnya, daerah luas pada paru, kadang-kadang seluruh lobus bahkan seluruh paru menjadi berkonsolidasi yang berarti paru telah terisi cairan dan sisa-sisa sel (Guyton&Hall, 2007). 2. Penyebab Pneumonia Pneumonia pada anak balita paling sering disebabkan oleh virus pernapasan dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah sering disebabkan oleh bakterMycoplasma Pneumoniae. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : Virus sinsisial pernapasan Adnovirus Virus parainfluenza Virus influenza (Misnadiarly, 2008) 3. Tanda-Tanda Pneumonia Tanda pneumonia yakni berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah, bronchi, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

4. Penatalaksanaan Pneumonia Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, kepada penyakitnya yang tidak terlalu berat, bisa diberika antibiotik per oral (lewat mulut). Penderita anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak napas atau dengan penyakit jantung atau paru0paru lainnya, harus dirwat dan diberikan antibiotik melalui infus, mungkin perlu diberikan bantuan oksigen ataupu alat bantu nafas mekanik (Misnadiarly, 2008). Pneumonia biasanya diobati dengan antibiotik, tetapi ini hanya efektif bila pneumonia disebabkan oleh bakteri-tidak efektif untuk melawan virus. Pemilihan antibiotik tergantung pada tipe bakteri. Adapun jenis antibiotik untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu 1) Erythromycin (Eritromisin) Eritromisin termasuk golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Eritromisin efektif terhadap kuman grampositif seperti S. aureus (baik yang menghasilkan penisillinase maupun tidak), Streptococcus group A, Enterococcus, C. diphtheriae dan Pneumococcus. Juga efektif terhadap kuman gram-negatif seperti Neisseria, H. influenzae, B. pertusis, Brucella juga terhadap Riketsia, Treponema dan M. pneumoniae. Resistensi silang dapat terjadi antar berbagai antibiotika golongan makrolida. Pemberian Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian per-oral. Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan sebrospinal. Obat ini merupakan satu di antara sedikit antibiotika yang bedifusi ke dalam cairan prostat da mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat ini berkumpul di hati. Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih baik. Metabolisme Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450. Ekskresi Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik. 2) Amoxicllin Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang

sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase. Mekanisme kerjanya yakni menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sintesa dinding sel terganggu sehingga dinding sel yang terbentuk kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotik dari plasma (dalam sel) sehingga akibatnya sel pecah dan bakteri akan mati. Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian, penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut (hari pertama), meningen terinflamasi lebih permeable terhadap Amoxicillin, yang menyebabkan peningkatan rasio sejumlah obat dalam susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam serum. Bila infeksi mereda, inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk kembali. Jalan utama ekskresi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di ginjal, sama seperti melalui filtrate glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan. 3) Cefuroxim (Sefuroksim) Cefuroxim merupakan golongan cephalosporin yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit. Sefuroksim-axetil (Zinnat) adalah bentuk ester inaktif, yang setelah diresorpsi segera dihidrolisis oleh mukosa usus dan darah menjadi sefuroksim aktif. Resorpsi berlangsung optimal (k.l 55 %) bila diminum sesudah makan. Plasmat-nya 1-1,5 jam; ekskresinya untuk95% melelui kemih secara utuh. 4) Ceftriaxone Ceftriaxone merupakan cephalosporin spektrum luas semisintetik yang diberikan secara IV atau IM. Kadar plasma rata-rata cetriaxone setelah pemberian secara tunggal infus intravena 0,5;1 atau 2 gr dalam waktu 30 menit dan IM sebesar 0,5 atau 1 g pada orang dewasa sehat. Ceftriaxone juga serupa dengan seftizoksim dan sefotaksim, mempunyai waktu paruh yang sangat panjang sehingga diberikan sekali / dua kali sehari.

Ceftriaxone diabsorpsi lengkap setelah pemberian IM dengan kadar plasma maksimum rata-rata antara 2-3 jam setelah pemberian. Dosis multipel IV atau IM dengan interval waktu 12-24 jam, dengan dosis 0,5-2g menghasilkan akumulasi sebesar 15-36 % diatas nilai dosis tunggal. Sebanyak 33-67 % ceftriaxone yang diberikan, akan diekskresikan dalam urin dalam bentuk yang tidak diubah dan sisanya diekskresikan dalam empedu dan sebagian kecil dalam feses sebagai bentuk inaktif. Setelah pemberian dosis 1g IV, kadar rata-rata ceftriaxone 1-3 jam setelah pemberian adalah : 501 mg/ml dalam kandung empedu, 100 mg/ml dalam saluran empedu, 098 mg dalam duktus sistikus, 78,2 mg/ml dalam dinding kandung empedu dan 62,1 mg/ml dalam plasma. Dibanding pada orang dewasa sehat, farmakokinetik ceftriaxone hanya sedikit sekali terganggu pada usia lanjut dan juga pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal/hati, karena itu tidak diperlukan penyesuaian dosis. 5) Doxycycline (Doksisiklin) Doksisiklin merupakan Antibiotika golongan tetrasiklin dengan aktivitas antimikroba yang luas. Efektif terhadap bakteri Gram-negatif, seperti Sterptococcus, Staphylococcus, Bacillus anthracis, Brucella spp., Mycoplasma, Klebsiela spp., Treponema pallidum, Rickettsia. Doksisiklin diabsorpsi dengan cepat dan baik dari saluran pencernaan dan tidak tergantung dari adanya makanan. Doksisiklin bekerja secara bakteriostatik dengan cara mencegah sintesa protein mikroorganisame. Doksisiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus. Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Doksisiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Dosisiklin diekskresi melalui feses dan urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral kira-kira 20-55% diekskresi melalui urin. Dosisiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali

kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah. (Lyndon Saputra, 2008)

DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall.Je, 2007, BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN ED 11, EGC, Jakarta Misnadiarly, 2008, PENYAKIT INFEKSI SALURAN NAFAS PNEUMONIA PADA ANAK BALITA, ORANG DEWASA, USIA LANJUT, Pustaka Obor Populer, Jakarta Lyndon Saputra & Victor Satyadi, 2008, ENSIKLOPEDIA KEDOKTERAN KELUARGA, Karisma, Tanggerang

Anda mungkin juga menyukai