Anda di halaman 1dari 92

1

I.
A. Pendahuluan

PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA

1. Latar Belakang Cuaca adalah keadaan atmosfer pada suatu saat (waktu yang pendek) dan pada tempat tertentu. Sedangkan iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Karakteristik iklim pada permukaan bumi akan berbeda dari tempat ke tempat. Tiap tanaman membutuhkan keadaan cuaca dan iklim tertentu untuk dapat tumbuh berkembang dengan baik sehingga didapatkan hasil yang setinggi-tingginya. Iklim merupakan faktor yang dinamis berpengaruh dalam proses kehidupan. Cuaca dan iklim mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertanian. Sebab dalam proses pembentukkan hasil pertanian sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan disekitar tanaman tumbuh. Cuaca dan iklim tidak hanya berpengaruh terhadap kegiatan manusia dalam usaha pertanian, tetapi juga dalam hal tempat tinggal, makanan kebudayaan serta dalam aspek kehidupan yang lain. Di Indonesia pengetahuan tentang cuaca dan iklim adalah sangat penting sekali karena sering adanya penyimpangan permulaan musim penghujan sangat mempengaruhi terhadap kegiatan usaha tani di Indonesia. Seperti kondisi suhu (temperatur) udara, curah hujan, pola musim sangat menentukan kecocokan dalam optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian. Selain itu, adanya manfaat-manfaat penting dalam mempelajari iklim yang ada di Indonesia dalam kegiatan pertanian yaitu: a. Pengetahuan hubungan iklim dan pertanian memungkinkan eksplorasi potensi iklim untuk perencaan intensifikasi dan ekstensifikasi produksi.
b. Sebagai dasar strategi penyusunan rencana dan kebijakan pengelolaaan

dan

usaha tani (pola tanam, irigasi, pemupukan, tindakan modifikasi, shelterbelt dan lainnya)

2. Tujuan Praktikum

Tujuan Praktikum Pengamatan Unsur-Unsur Cuaca bertujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui macam-macam unsur cuaca yang dipelajari dalam agroklimatologi. b. Dapat mengetahui dan mengenal macam-macam alat yang digunakan dalam klimatologi.
c. Dapat mengetahui pengaruh unsur cuaca dalam perkembangan dan

pertumbuhan tanaman. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk Acara 1 Pengamatan Unsur-Unsur Cuaca dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2011 pukul 10.00 11.30 WIB. Praktikum Agroklimatologi Acara 1 Pengamatan Unsur-Unsur Cuaca bertempat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret tepatnya di daerah Jumantono, Karanganyar. B. Tinjauan Pustaka 1. Radiasi Surya Radiasi matahari yang diterima permukaan bumi persatuan luas dan satuan waktu disebut isolasi atau kadang-kadang disebut radiasi global, yaitu radiasi langsung dari matahari dan radiasi yang tidak langsung yang disebabkan oleh hamburan dari partikel atmosfer (Bayong Tjasyono, 2004). Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan (Handoko, 1994). Radiasi surya merupakan sumber energi utama kehidupan di muka bumi ini. Setiap waktu hampir terjadi perubahan penerimaan energi radiasi

surya yang dapat mengaktifkan molekul gas atmosfer sehingga terjadilah pembentukan cuaca. Cuaca adalah keadaan fisik atmosfer jangka pendek dan mencakup wilayah yang relatif sempit. Perubahannya dapat dirasakan (kualitatif) dan diukur (kuantitatif). Keadaan minimum rata-rata jangka panjang kondisi cuaca membentuk suatu pola yang dinamakan iklim. Jadi iklim adalah keadaan unsur cuaca rata-rata dalam waktu yang relatif panjang, dengan unsur-unsur sebagai berikut: radiasi surya, suhu udara, kelembaban nisbi udara, tekanan udara, angin, curah hujan, evapotranspirasi dan keawanan. Unsur cuaca/iklim bervariasi menurut waktu dan tempat, yang disebabkan adanya pengcndali iklim/cuaca (climatic controls). Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi surya antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Pengendali iklim suatu wilayah akan sangat berbeda dari pengendali iklim di bumi secara menyeluruh.Pengendali iklim bumi yang dikenal sebagai komponen iklim terdiri dari lingkungan atmosfer, hidrosfer, litester, kriosfer, dan biosfer. Dalam hal ini akan terjadi hubungan interaksi dua arah di antara ke lima jenis lingkungan tersebut dengan unsur iklim/cuaca. Kondisi iklim/cuaca akan mempengaruhi proses-proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan kesesuaian ekologi dari komponen lingkungan yang ada (LIPI,2008) Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh pada metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, misalnya pada tumbuhan. Penyinaran yang lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar bagi tumbuha tersebut untuk memanfaatkanya melalui proses fotosintesis. Pergeseran garis edar matahari menyebabkan peruban panjang hari (lama penyinaran) yang diterima pada lokasi-lokasi di permukaan bumi. Perubahan panjang hari tidak begitu besar pada daerah tropis yang dekat dengan garis ekuator. Semakin jauh letak tempat dari garis ekuator maka fluktuasi lama penyinaran akan semakin besar (Benyamin Lakitan, 1994).

Radiasi surya terdiri dari spectra ultraviolet (panjang gelombang kurang dari 0.38 mikron) yang berpengaruh merusak karena daya bakarnya sangat tinggi, spectra photosynthetically Active Radiation (PAR) yang berperan membangkitan proses fotosintesis dan spectra inframerah (lebih dari 0.74 mikron) yang merupakan pengatur suhu udara. Spectra radiasi PAR dapat dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita spectrum yang masingmasing memiliki karakteristik tertentu. Ternyata spectrum biru memberikan sumbangan yang paling potensial dalam fotosintesis (Kartasapoetra, 2004). Umumnya di nusantara sinar matahari terdapat dalam jumlah yang cukup. Penyinaran yang terlalu kuat dapat merangsang proses pembungaan dan buahnya terlalu lebat dan karenanya hanya dapat memberi hasil yang baik untuk beberapa tahun saja. Terlalu banyak matahari juga dapat mengakibatkan terlalu cepat merosotnya keadaan tanah. Penghancuran humus di daerah-daerah tropis yang lebih rendah juga sudah berjalan dengan sangat cepat. Maka pada dasarnya semua hal yang ada di alam ini harus dipergunakan secara bijak tidak perlu dieksploitasi sedemikian rupa (Vink, 1984). Stasiun pencatat meteorologi dilengkapi dengan radiometer untuk mengukur radiasi gelombang-pendek yang datang dari matahari dan langit, dan radiasi murni yang merupakan jumlah aljabar dari semua radiasi yang datang dan radiasi gelombang-pendek dan gelombang-panjang yang direfleksikan dari permukaan bumi (Wilson, 1993). 2. Tekanan Udara Atmosfer adalah lapisan yang melindungi bumi. Lapisan ini meluas hingga 1000 km ke atas bumi dan memiliki massa 4.5 x 1018 kg. Massa atmosfir yang menekan permukaan inilah yang disebut dengan tekanan atmosferik. Tekanan atmosferik di permukaan laut adalah 76 cmHg (Anonim1, 2010). Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara, karena geraknya tiap 1 cm2 bidang mendatar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer. Satuannya : 1 atm = 76 cmHg. Tekanan 1 atm disebut sebagai tekanan normalTekanan udara makn berkurang dengan penambahan tnggi

tempt. Sebagai ketentuan, tiap naik 300 m tekanan udara akan turun 1/30 x. Tekanan udara mengalir dar tempat yang mempunya tekanan tinggi ke tempat yang memiliki tekanan lebh rendah, dapat secara vertikal atau horizontal (Wuryatno, 2000). Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer. Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar. Tekanan udara memiliki beberapa variasi. Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu yang berbeda, besarnya juga berbeda (Mohr,1998). Udara mempunyai massa/berat besarnya tekanan diukur dengan barometer. Barograf adalah alat pencatat tekanan udara.Tekanan udara dihitung dalam milibar. Garis pada peta yang menghubunkan tekanan udara yang sama disebut isobar. Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat dinamakan altimeter yang biasa digunakan untuk mengukur ketinggian pesawat terbang (Leonheart, 2010). Tekanan atmosfer tidaklah seragam di semua tempat. Tidak semata terjadi permukaan yang cepat dengan naiknya ketinggian, tetapi pada suatu ketinggian tertentupun ada varian dari suatu tempat ke tempat yang lain serta dari waktu ke waktu yang lainnya, meskipun tidak sebesar variasi yang disebabkan oleh ketinggian yang berbeda (Benyamin Lakitan, 1994). Tekanan udara antara lokasi yang satu dengan lokasi yang lain dan pada lokasi tertentu dapat berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Perbedaan atau perubahan tekanan uadara ini terutama disebabkan oleh pergeseran garis edar matahari, keberadaan bentang laut dan ketinggian tempat (Masson dan Cloud, 1962). 3. Suhu Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke bendabenda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam

sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.Alat pengukur suhu disebut termometer.Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu suhu yang tinggi disebut Pyrometer, misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama-tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu benda tertentu.Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut di bagi bagi dalam skala skala, yang menunjukan derajat derajat suhu. Skala-skala tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu. Dengan demikian suhu 30C tidak berarti 3 x 10C, dan 10C berarti skala derajat C ke sepuluh (Stasiun Metereologi, 2005). Pada umumnya suhu di nusantara terutama berkaitan dengan ketinggian di atas permukaan laut. Setiap pertumbuhan ketinggian 100 m, suhunya menurun, selanjutnya dengan situasi dan kondidi yang sama; 0,6 derajat. Pada suhu yang lebih rendah tumbuhnya tanaman menjadi lebih lambat (Vink, 1984). Temperatur tanah beragam dalam suatu pola yang khas yang didasari harian atau dasar musim. Sehingga suhu tanah mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Di bawah kedalaman sekitar 3 m temperatur sedikit tetap (Foth, 1991). Pembangunan membawa kesan ke atas sistem iklim mikro. Pembangunan mengubah iklim mikro suatu kawasan; kesan utama adalah terhadap imbangan sinaran tenaga dan gangguan terhadap kitaran hidrologi. Penebangan pokok mengakibatkan kuantiti sinaran tenaga yang diserap oleh tanah lapang meningkat. Ini menyebabkan peningkatan suhu permukaan tanah dan suhu udara. Pembalikan sinar tenaga bertambah hingga menyebabkan suhu udara meningkat (Anonim2, 2008).

Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara (Soewandi, 2005). Intensitas cahaya tinggi di siang hari berakibat meningkatkan hasil fotosintesis bruto. Bila siang hari cahaya surya terik kemudian diikuti oleh suhu udara rendah di malam hari, hal tersebut menguntungkan bagi tanaman karena akan meningkatkan produk fotosintesis netto. Pengurangan produk fotosintesis oleh respirasi sangat ditentukan oleh suhu udara. Suhu udara yang terus menerus tinggi akan mengurangi produk fotosintesis netto (Handoko, 1993). Suhu tanah beraneka ragam dengan cara yang khas pada perhitungan harian dan musiman. Fluktuasi terbesar terdapat di permukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Suhu tanah sebagai sifat tanah yang penting, digunakan untuk mengklasifikasikan tanah. Penggunaan tanah untuk pertanian dan kehutanan berhubungan penting dengan suhu tanah karena kebutuhan tumbuhan terhadap suhu yang khas. Selain itu suhu tanah juga mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman sehingga bila suhu tanah ideal bagi tanaman maka kegiatan fisiologisnya juga akan baik (Foth, 1994). 4. Kelembaban Udara Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam kelembaban kita mengenal beberapa istilah yaitu: a. Kelembaban mutlak : massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakan dalam gram/m3.
b. Kelembaban spesifik : perbandingan jumlah uap air di udara denagn

satuan massa udara yang dinyatakan dalam gram /kg


c. Kelembaban relatif : merupakan perbandingan jumlah uap air di udara

dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakan dalam % (Gunarsih, 2001).

Faktor cuaca yang paling dominan dan berpengaruh langsung terhadap produktivitas tanaman adalah kelembaban udara. Semakin tinggi kelembaban udara udara dapat menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Kelembaban udara disamping berpengaruh langsung juga berpengaruh tidak langsung terhadap produktivitas melalui evaporasi dan selanjutnya. Kelembaban udara dipengaruhi secara langsung oleh curah hujandan hari hujan maka kelembaban makin meningkat yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanaman (Herlina, 2003). Kelembaban udara merupakan uap air (gas) yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Soekirno, 2010). Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, spesifik dan relatif. Alat ukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier) (Anonim1, 2010). Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kandungan uap air di udara dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya pada kapasitas udara untuk menampung uap air (Jason, 2010). Udara dengan mudah menyerap kelengasan dalam bentuk uap air. Banyaknya bergantung pada suhu udara dan suhu air. Makin tinggi suhu udara, makin banyak uap air yang dapat dikandungnya (Wilson, 1993). Kelembaban nisbi suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air ditempat tersebut serta energi untuk menguapkannya (Handoko, 1993). Kelembaban udara dapat dinyatakan oleh tekanan uap air oleh koefisien hygrometrik/kelembaban relatif atau temperatur titik embun sebab sesungguhnya tekanan uap tidaklah cukup mencirikan kelembaban

sebenarnya. Ada banyak hal yang menunjukkan akan kelembaban itu sendiri. Namun, secara umum semakin bertambah ketinggian maka kelembaban udara juga akan semakin tinggi (Martha, 1993). 5. Curah Hujan Hujan merupakan susunan kimia yang cukup kompleks serta bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari musim ke musim pada tempat yang sama dan dari waktu hujan berbeda. Air hujan terdiri atas: ion-ion natrium, kalium, kalsium, khlor, karbonat dan sulfat yang merupakan jumlah yang besar bersama-sama (Soekardi, 1986). Hujan merupakan suatu bentuk presipitasi, atau turunan cairan dari angkasa, seperti salju, hujan es, embun, dan kabut. Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi, sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering, sejenis presipitasi yang dikenali sebagai virga (Anonim3, 2009). Penguapan berasal dari laut dan uap air diserap dalam arus udara yang bergerak melintasi permukaan laut. Udara bermuatan embun terus menyerap uap air tersebut hingga menjadi dingin mencapai temperatur di bawah temperatur titik embun, sehingga terjadilah presipitasi (hujan). Jika temperaturnya rendah, terbentuklah hujan es atau salju. Menurunnya temperatur massa udara disebabkan oleh konveksi, yaitu udara yang mengandung embun panas yang temperaturnya bertambah kemudian berkurang lagi sehingga membentuk awan dan selanjutnya dengan cepat menimbulkan hujan. Hal ini disebut presipitasi konvektif. Presipitasi orografis berasal dari arus udara di atas lautan yang bergerak melintasi daratan dan membelok ke atas karena adanya pegunungan sepanjang pantai, dan akhirnya berubah menjadi dingin di bawah temperatur jenuh dan menjadi embun (Wilson, 1993). Selain suhu, faktor yang penting dari iklim adalah curah hujan yang disebut pula presipitasi.Sebenarnya sebutan ini lebih luas cakupannya. Cakupannnya meliputi endapan air, salju, salju keras, butiran es sampai batu es, akan tetapi juga endapan kabut dan embun (Darldjoeni, 2000)

10

Hujan adalah uap air di atmosfer yang mengembun menjadi butir-butir air dan jatuh ke tanah.Satuan ukuran hujan adalah mm. Yang dimaksud banyaknya hujan (curah hujan) adalah tinggi air hujan bila tidak ada yang merembes ke dalam tanah. Sebagai patokannnya ialah 100 cc air hujan = 10 mm curah hujan. Alat pengukurnya menggunakan ombrometer yang dibagi menjadi 2 tipe yaitu observatorium (biasa) dan otomatis (Soekirno, 2000) Perubahan curah hujan, distribusi hujan sangat berpengaruh pada ketersediaan air. Hal ini sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman. Curah hujan mempengaruhi kelembaban udara (Herlina, 2003). Jumlah air hujan diukur menggunakan pengukur hujan atau ombrometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0,25 mm. Satuan hujan menurut SI adalah milimeter yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi (Anonim1, 2010). Curah hujan dihitung harian, mingguan, hingga tahunan, sesuai kebutuhan. Pembangunan saluran drainase, selokan, irigasi serta pengendalian banjir selalu menggunakan data curah hujan, untuk mengetahui jumlah curah hujan yang terjadi di suatu tempat. Curah hujan sebesar 1 mm artinya adalah tinggi air hujan setinggi 1 mm pada daerah seluas 1 m2 (Bocah, 2008). Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dipermukaan tanah selama periode tertentu yang diukur dalam satuan tinggi diatas permukaan horizontal apabila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran dan peresapan. Dinyatakan sebagai tebal lapisan air yang jatuh diatas permukaan tanah rata seandaiya tidak ada infiltrasi dan evaporasi. Satuannya adalah mm. curah hujan 1mm berarti banyaknya hujan yang jatuh diatas sebidang tanah seluas 1m2 = 1mm x 1m2 = 0,01dm x 100dm2 = 1dm3 = 1liter. Hari hujan adalah suatu hari dimana terkumpul curah hujan 0,5mm atau lebih (Guslim et al., 1987). 6. Angin Angin merupakan udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara (tekanan tinggi ke

11

tekanan rendah) di sekitarnya. Angin merupakan udara yang bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari suhu udara yang rendah ke suhu udara yang tinggi (Soemarto, 1987). Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin disekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjadi penas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi (Suyono, 2006). Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara atau perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah.Hal ini berkaitan dengan besarnya energi panas matahari yang di terima oleh permukaan bumi. Pada suatu wilayah, daerah yang menerima energi panas matahari lebih besar akan mempunyai suhu udara yang lebih panas dan tekanan udara yang cenderung lebih rendah. Perbedaan suhu dan tekanan udara akan terjadi antara daerah yang menerima energi panas lebih besar dengan daerah lain yang lebih sedikit menerima energi panas, yang berakibat akan terjadi aliran udara pada wilayah tersebut (Sriharto, 2000). Pada bulan April-Oktober, matahari berada di belahan langit utara, sehingga benua asi lebih panas daripada benua australia. Akibatnya, di asia terdapat pusat-pusat tekanan udara rendah, sedangkan di australia terdapat pusat-pusat tekanan udara tinggi yang menyebabkan terjadinya angin dari australia menuju asi. Di indonesia terjadi angin musim timur di belahan bumi selatan dan angin musim barat daya di belahan bumi utara. Oleh kerena tidak melewati lautan yang luas maka angin tidak banyak mengandung uap air oleh karena itu pada umumnya di indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat sumatera, sulawesi tenggara, dan pantai selatan irian jaya. Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba (peralihan), yaitu : Musim kemareng yang merupakan peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, dan musim labuh yang merupakan peralihan musim kemarau ke musim penghujan.

12

Adapun ciri-ciri musim pancaroba yaitu: Udara terasa panas, arah angin tidak teratur dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan lebat (Ponce, 1989). Angin darat dan angin laut Angin ini terjadi di daerah pantai.Angin laut terjadi pada siang hari daratan lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan lautan.Angin bertiup dari laut ke darat.Sebaliknya, angin darat terjadu pada malam hari daratan lebih cepat melepaskan panas dibandingkan dengan lautan.Daratan bertekanan maksimum dan lautan bertekanan minimum. Angin bertiup dari darat ke laut (Sudjarwadi, 1995). Erosi angin pada dasarnya disebabkan pengaruh angin pada partikelpartikel yang ukurannya cocok untuk bergerak dengan saltasi. Erosi angin dapat dikendalikan; (1) Bila partikel-partikel tanah dapat dibentuk ke dalam kelompok/butiran yang terlalu besar ukurannya untuk bergerak dengan saltasi, (2) Bila kecepatan angin dekat permukaan tanah dapat dikurangi melalui penggunaan tanah, oleh tanaman tertutup, (3) Dengan menggunakan jalur-jalur tunggul/tanaman penutup lain yang cukup untuk menangkap dan menahan partikel-partikel yang bergerak dengan saltasi (Foth, 1994). Angin mengakibatkan meningkatnya penguapan, yang dengan kelembaban yang cukup mungkin dapat menguntungkan.Namun di daerahdaerah kering, banyak angin berpengaruh sangat buruk, karena mengakibatkan pengeringan yang kuat.Angin mempunyai pengaruh mekanis, yang kadang-kadang besar artinya (Vink, 1984). Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak panas matahari dibandingkan tempat yang lain. Permukaan tanah yang panas membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara mengembang dan menjadi lebih ringan (Anonim4, 2007). Angin mengakibatkan meningkatnya penguapan, yang dengan kelembaban yang cukup mungkin dapat menguntungkan. Namun di daerahdaerah kering, banyak angin berpengaruh sangat buruk, karena mengakibatkan pengeringan yang kuat. Angin mempunyai pengaruh mekanis, yang kadang-kadang besar artinya (Vink, 1984).

13

Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin diberi nama sesuai dengan arah mana angin datang, misalnya angin laut adalah angin yang bertiup dari laut ke darat (Hanum, 2009). Mata angin merupakan panduan yang digunakan untuk menentukan arah. Umum digunakan dalam navigasi, kompas, dan peta. Berpandukan pada pusat mata angin, maka kita akan melihat 8 arah yaitu dengan urutan sebagai berikut (mengikuti arah jarum jam): 1.Utara (0o), 2. Timur Laut (45o), 3. Timur (90o), 4. Tenggara (135o), 5. Selatan (180o), 6. Barat Daya (225o), 7. Barat (270o), 8. Barat Laut (315o) (Anonim3, 2009). Kecepatan dan arah angin masing-masing diukur dengan anemometer dan penunjuk arah angin. Anemometer yang lazim adalah anemometer cawan yang terbentuk dari lingkaran kecil sebanyak tiga (kadang-kadang empat) cawan yang berputar mengitari sumbu tegak. Kecepatan putaran mengukur kecepatan angin dan jumlah seluruh perputaran mengitari sumbu itu memberi ukuran berapa jangkau angin, jarak tempuh kantung tertentu udara dalam waktu yang ditetapkan (Foth, 1991). 7. Evapotranspirasi Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999). Sedangkan Menurut Lee (1988), evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi uap, ini terjadi jika cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal, pada daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang basah. Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu proses yang berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan sering juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah gundul maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap air atap dan jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson, 1993). Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total kehilangan air (penggunaan air) untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman.

14

Secara potensial ET ditentukan hanya oleh unsur unsur iklim, sedangkan secara aktual ET juga ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman (Handoko, 1995). Jumlah total air yang hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara bersama disebut evapotranspirasi (ET). Evaporasi merupakan suatu proses yang tergantung energi yang meliputi perubahan sifat dari fase cairan ke fase gas. Laju transpirasi merupakan fungsi dari landaian tekanan uap, tahanan terhadap aliran, dan kemampuan tanaman dan tanah untuk mentranspor air ke tempat terjadinya transpirasi. Kehilangan air ke atmosfer ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan dan faktor dalam tanaman. Pengaruh lingkungan terhadap ET disebut tuntutan atmosfer atau tuntutan evaporisasi (Anonim2, 2008). Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun evapotranspirasi dari air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah tidak mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima (Anonim3, 2009). Penguapan adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan, danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi (Wuryanto, dkk, 2000). Penguapan cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah yang mempunyai suhu tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah. Daerah subtropik biasanya merupakan daerah yang langsung menerima insolasi (pemanasan dari matahari) tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan daerah yang mempunyai angin yang kuat dan mempunyai nilai kelembaban yang rendah (Hutabarat, 1986). Kecepatan hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi pada dasarnya ditentukan oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan

15

pada daun/permukaan tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien tekanan-uap terhubung dengan sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain (Buckman dan Brady, 1982). Pengukuran langsung evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih belum masih belum dimungkinkan. Pendekatan penginderaan jauh terhadap penentuan evapotranspirasi terletak pada pengukuran jumlah dan lamanya gerakan air dari tanah ke atmosfer. Untuk peliputan kawasan yang luas alat yang paling tepat bagi penelitian evaporasi adalah radiometer inframerah dan pancatat citra dari udara (Handoko, 1994.). Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan. Umumnya banyaknya transpirasi yang diperlukan untuk menghasilkan satu gram bahan kering disebut laju transpirasi (Karim, 1985). 8. Awan Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: 1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. 2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi uap air. Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan ini (Doorenbos dkk, 1977) Awan kumulus adalah awan yang bentuknya seperti bunga kol. Awan ini terjadi karena proses konveksi. Secara lebih rinci awan ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu: strato kumulus yaitu awan kumulus yang baru tumbuh, kumulus, dan kumulonimbus yaitu awan kumulus yang sangat besar dan

16

mungkin terdiri beberapa awan kumulus yang bergabung menjadi satu (Suroso, 2005) Awan Stratus adalah awan yang berwarna keabu-abuan yang biasanya menutupi seluruh langit.Kita menyebutnya langit mendung.Awan ini mirip kabut yang tak mencapai tanah.Terkadang gerimis mengiringi awan stratus.Kalau menghasilkan hujan, namanya adalah nimbo stratus.Kalau kamu lihat, awan itu sering berupa gabungan dari jenis-jenis di atas. Cirrus, misalnya, bisa menjadi pertanda badai akan datang, bila awan menebal menjadi cirro stratus yang menutupi langit (Rachmad Jayadi, 2000). Awan dapat terdiri dari butir-butiran, kristal-kristal es, atau kombinasi keduanya. Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari atau bulan menembusnya, awan tersebut sering melahirkan pengaruh-pengaruh optik yang memungkinkannya dapat dibedakan antara awan kristal es dan awan butir air (Masson, 1962). Penyebaran keawanan hampir sama dengan penyebaran hujan jadi pada lintang ekuator dimana banyak terjadi konvergensi horizontal besar, terdapat keawanan maksimum. Tidak sejelas seperti maksimum hujan di ekuator, sebab daerah tropis lebih banyak awan konektif atau tipe cumulus.awan-awan tebal ini (Manan, 1980). Awan dapat terdiri dari butir-butir air, kristal-kristal es atau kombinasi keduanya. Bila awan demikian tipisnya hingga sinar matahari atau bulan menembusnya, awan tersebut sering melahirkan pengaruh-pengaruh optik yang memungkinkan dapat dibedakan antara awan kristal es dan awan butir air (Masson, 1962). Awan mencegah radiasi penuh matahari mencapai permukaan bumi, akan mengurangi masukan energi dan dengan demikian memperlambat proses evaporasi. (Wilson, 1993). Awan adalah merupakan titik-titik air yang melayang-layang tinggi diangkasa. Terjadinyta awan ini dapat disebabkan oleh :
- Adanya inti-inti kondensasi yang banyak sekali pada ruang yang basah -

Adanya kenaikan tingkatan kelembaban relatif dengan disertai banyak inti-inti kondensasi atau sublimasi.

- Adanya pendinginan

17

(Benyamin Lakitan, 1994). Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di atmosfir. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit. Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Penguapan ini bisa bisa terjadi dengan dua cara : a. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. b. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air (Anonim2, 2008). C. Alat dan Cara Kerja 1. Radiasi Surya a. Alat yang digunakan : sunshine recorder tipe cambell stokes b. Cara Kerja : 1) Memasang kertas pias pada tempat yang telah disediakan. Kertas pias akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh ke bola, bola kaca disini berfungsi memfokuskan sinar yang jatuh di atasnya sehingga dapat membakar kertas pias yang berada dibawahnya.
2) Menghitung presentasi kertas pias yang terbakar. 3) Menggambar kertas pias yang telah digunakan. 4) Menentukan lama penyinaran matahari dalm satu hari pengamatan.

2. Tekanan Udara a. Alat yang digunakan : Barometer b. Cara Kerja : 1) Membaca angka yang berada pada barometer, yang dibaca adalah angka yang berada di baris kedua dari pinggir, yang paling dalam (berwarna merah)

18

2) Melakukan pengamatan tiap 20 menit sekali dan merekap untuk satu hari tersebut. 3. Suhu (Suhu Tanah dan Suhu Udara) a. Alat yang digunakan : 1) Thermometer minimum-maksimum
2) Thermometer minimum-maksimum tipe six

b. Cara Kerja

: Suhu udara terendah dalam suatu periode

1) Suhu Udara a) Untuk mengetahui tertentu (Termometer Minimum) dapat diketahui dengan membaca angka pada skala bertepatan dengan ujung kanan penunjuk. b) Untuk mengetahui Suhu udara tertinggi dalam suatu periode tertentu (Termometer Maksimum) dapat diketahui dengan membaca angka pada skala yang bertepatan dengan air raksa. 2) Untuk mengetahui Suhu Tanah (thermometer tanah bengkok) dapat diketahui dengan mengamati angka pada skala yang bertepatan dengan air raksa pada tiap kedalaman tanah. 4. Kelembaban Tanah dan Udara a. Alat yang digunakan : termohigrograft b. Cara Kerja : Kelembaban Udara dapat diketahui dengan membaca skala pada termohigrograf, skala bagian atas untuk suhu udara dan skala bagian bawah untuk kelembaban udara. 5. Curah Hujan a. Alat yang digunakan : ombrometer dan ombrograft
b. Cara Kerja c. Prinsip Kerja

: Membaca skala yang tertera pada alat ombrograf. : Curah hujan yang jatuh pada corong mengalir ke

tabung penampung sehingga permukaan air naik dan mendorong pelampung dimana sumbunya bertepatan dengan sumbu pena. Tangkai pena bertinta akan ikut naik dan member bekas pada kertas berskala,

19

bergeraknya ke atas searah dengan putaran jarum jam dan sesuai dengan waktu yang ada. 6. Angin a. Alat yang digunakan : 1) Anemometer 2) Wind vane
b. Cara Kerja : 1) Arah angin

: Melihat dan mencatat arah panah yang menunjuk

ke salah satu arah mata angin.


2) Kecepatan angin : Membaca skala yang tertera pada anemometer

7. Evaporasi
a. Alat yang digunakan : evaporimeter (untuk mengukur evaporasi)

b. Cara Kerja : Membaca skala yang tertera pada alat tersebut. 8. Awan a. Cara Kerja : 1) Mengamati awan beserta ciri-cirinya kemudian memberikan nama sesuai dengan family awan tersebut dan ketinggiannya. 2) Menggambar bentuk awan yang ada setip 1 jam sekali.

D. Hasil Pengamatan Tabel 1.4 Alat-alat yang Terdapat di Stasiun Klimatologi Jumantono No Foto Alat 1 Radiasi Surya . Fungsi Untuk mengetahui lama penyinaran Prinsip Kerja Memasang kertas pias pada tempat yang telah disediakan (kertas pias akan terbakar jika ada sinar matahari yang jatuh ke bola kaca, fungsi bola kaca adalah memfokuskan sinar yang jatuh di atasnya sehingga dapat membakar kertas yang berada di bawahnya). Menghitung prosentase kertas pias yang terbakar kemudian

Gambar 1.1 Sunshine Recorder tipe Campbell Stokes

20

2.

Tekanan udara

Mengukur tekanan udara

menggambar kertas pias yang telah digunakan. Menentukan lama penyinaran matahari dalam satu hari pengamatan. Adapun satuan pengukuran sunshine recorder tipe campbell stokes adalah jam/ hari. Membaca angka yang berada pada barometer, yang dibaca adalah angka yang berada di baris kedua dari pinggir, yang paling dalam (berwarna merah).

3.

Gambar 1.2 Barometer Suhu a) Tanah

Mengukur suhu tanah

Gambar 1.3 Thermometer Tanah Bengkok b) Udara

Mengukur suhu udara

4.

Gambar 1.4 Psychrometer Standar Kelembaban udara

Mengetahui kelembaban udara dan suhu udara

Dapat diketahui dengan mengamati angka pada skala yang bertepatan dengan air raksa pada tiap kedalaman tanah. a. Termometer maksimum dan minimum serta termometer maksimum dan minimum tipe six. b. Thermometer Bola Kering : tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya. Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering. c. Thermometer Bola Basah : tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi. Membaca skala pada termohigrograf. Skala pada bagian atas untuk kelembaban udara dan skala bagian bawah untuk suhu udara

Gambar 1.5 Termohigrograf

21

5.

Curah Hujan a) Ombrograf

Mengukur banyaknya curah hujan (otomatis)

Gambar 1.6 Ombrograf

b) Ombrometer Mengukur banyaknya curah hujan (manual). Gambar 1.7 Ombrometer Angin a) Wind Vane

Curah hujan yang jatuh pada corong mengalir ke tabung penampung sehingga permukaan air naik dan mendorong penghisapan/pelampung dimana sumbunya bertepatan dengan sumbu pena.Tangkai pena bertinta ikut naik dan memberi bekas baris/garis pada kertas yang berskala bergeraknya ke atas searah putaran jarum jam dan sesuai dengan waktu yang ada Membaca skala yang tertera pada alat tersebut.

6.

Menentukan Melihat dan mencatat arah panah arah angin yang menunjuk ke salah satu arah mata angin

Gambar 1.8 Wind Vane b) Anemometer Menentukan Penggunaan anemometer cukup kecepatan dengan membaca skala yang tertera angin pada anemometer. Anenometer digunakan dalam kaitannya dengan pertanian yakni untuk mengetahui seberapa besar kecepatan angin di suatu wilayah. Jika kecepatan angin dapat merugikan tanaman, maka sudah tentu akan diperlukan pembuatan Wind Breaker sehingga tidak akan merusak hasil usaha tani.

Gambar 1.9 Anemometer

22

7.

Evapotranspirasi

Gambar 1.10 Panci evaporimeter

Menghitung laju kehilangan uap air pada tanah dan tanaman (evapotrans pirasi)

a) Pengukuran dilakukan pada

permukaan air dalam keadaan tenang didalam tabung peredam riak (Still Well Cylinder) berbentuk silinder untuk mencegah terjadinya gelombang air pada ujung jarum yang digunakan untuk mengukur tinggi permukaan air pada panci evaporimeter. b) Batang pancing ini terletak menggantung ditabung peredam riak sebagai petunjuk tinggi permukaan air.

8.

Awan

Gambar 1.11 Awan Sumber : Laporan Sementara E. Pembahasan 1. Radiasi Surya

Mengklasifik asikan awan a) Mengamati awan beserta ciricirinya kemudian memberikan nama sesuai dengan famili awan tersebut dan ketinggiannya. b) Menggambar bentuk awan yang ada setiap 1 jam sekali.

Matahari adalah sumber energi bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab pokok dari perubahan-perubahan dan pergerakan-pergerakan dalam atmosfer sehingga dapat dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar. Jumlah radiasi matahari yang diterima oleh bumi berbeda-beda. hal ini disebabkan oleh : a. Jarak dari matahari : Semakin dekat dengan matahari maka radiasi yang diterima juga semakin besar dan semakin jauh jarak dengan matahari maka radiasi yang diterima juga semakin sedikit. b. Intensitas radiasi matahari : Semakin besar nilai intensitas radiasi maka radiasi yang diterima juga semakin besar dan semakin kecil nilai intensitas radiasi maka radiasi yang diterima juga semakin kecil.

23

c. Lamanya

penyinaran

matahari

Lamanya

radiasi

juga

akan

mempengaruhi kuantitas, kualitas dan intensitas karena adanya kelengasan yang jenuh sehingga radiasi surya tidak sampai pada permukaan bumi. d. Atmosfer dalam penyaluran sinar matahari mencapai bumi akan melewati atmosfer dimana selama perjalanannya itu akan mengalami beberapa hambatan sehingga energi yang diterima juga akan mengalami pengurangan yang disebabkan oleh
1) Absorbsi, yaitu penyerapan energi sinar matahari yang dilakukan oleh

uap air, O2, O3 dan CO2. 2) Refleksi pemantulan energi sinar matahari oleh partikel-partikel yang berdiameter lebih besar dari gelombnag cahaya, contoh: awan. 3) Scattering, pembauran cahaya oleh partikel-partikel yang berdiameter kurang dari gelombang cahaya, contoh : uap dan aerosol. Pada Pratikum kali ini diperkenalkan alat ukur penyinaran menggunakan sunshine recorder tipe cambell stokes, alat ini digunakan untuk mengukur lama penyinaran. Prinsip kerja dari sunshine recorder ini adalah penangkapan sinar matahari oleh bola Kristal kemudian sinar tersebut diteruskan pada kertas pias, dan sinar terusan ini akan membakar kertas pias tersebut. Pengaruh panjang hari sering disebut duration atau lamanya penyinaran matahari. Panjang siang hari di sekitar equator hampir selalu sama. Tetapi pada tempat-tempat yang jauh dari equator panjang siang hari tidak sama. Dan ini dikarenakan gerak matahari dari 23
0

LS, bolak-

balik. Lama penyinaran yang diterima suatu daerah dipengaruhi oleh letak daerah tersebut, letak yang dimaksud adalah daerah tropis dan subtropis. Pada daerah tropis akan mendapatkan lama penyinaran selama 12 jam dan pada daerah subtropik akan mendapat lama penyinaran lebih banyak, yakni selam 14 jam. Perbedaan lama penyinaran ini nantinya akan berpengaruh pada jenis tumbuhan yang tumbuh kemudian disebut dengan tanaman hari pendek, intermediet dan panjang. Dalam perkembangan tumbuhan lama penyinaran dikaitkan dengan fotoperiodisme (lama penyinaran yang

24

diterima tumbuhan untuk masuk pada fase pembungaan). Fotoperiodisme juga akan menentukan tanaman yang bisa tumbuh pada daerah tropis maupun pada daerah subtropis. 2. Tekanan Udara Tekanan udara adalah berat udara pada permukaan bumi sampai batas atmosfer, pada daerah seluas 1 cm2, temperatur 00 C, pada ketinggian 0 m (di atas permukaan air laut) dan pada garis lintang 450C. Makin tinggi tempat dari permukaan air laut (altitude) maka tekanan udara makin menurun. Hal ini disebabkan karena gradien tekanan udara vertikal (gradient vertikal). Gradien vertikal ini tidak selalu tetap, sebab kerapatan udara dipengaruhi oleh faktor suhu kadar uap air di udara dan grafitasi. Satuan ukuran tekanan udara adalah atmosfir. Tekanan udara merupakan tekanan yang terjadi akibat adanya massa udara yang diukur di permukaan bumi hingga batas atmosfer tiap 1 cm2. Tekanan udara merupakan komponen iklim yang tidak berpengaruh langsung terhadap aktivitas kehidupan makhluk hidup. Akan tetapi dengan adanya perbedaan tekanan udara dapat mengakibatkan perubahan disekitar lingkungan tanaman tumbuh. Faktor iklim diukur dengan barometer dengan satuan milibar. Untuk keperluan pencatatan data meteorologist, satuan tekanan udara yang dipakai adalah bar. 1 Bar = 1000 milibar = 106dyne/cm2 760 mm hg (76 cm hg) = 1,013 bar = 1013 milibar (mb) Tekanan 760 mm Hg disebut tekanan normal. Tinggi angka yang ditunjukkan oleh barometer selain ditentukan oleh tekanan udara pada saat itu, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : a. Latitude (lintang bumi) Bumi ini tidak bulat sempurna tetapi agak pepak (pipih) pada kedua kutubnya (karena adanya rotasi bumi). Jari-jari bumi di khatulistiwa adalah yang terpanjang sedangkan yang terpendek di bagian kutub. Akibatnya gravitasi bumi di khatulistiwa terkecil dan di kutub terbesar, sehingga tekanan udara di sekitar khatulistiwa cenderung menunjukkan yang lebih tinggi.

25

b. Suhu Jika suhunya naik, air raksa akan mengembang dan jika suhunya turun, air raksa akan menyusut. Karena itu pengukuran tekanan udara di daerah tropis cenderung menunjukkan angka yang lebih tinggi. c. Altitude (tinggi tempat, elevasi) Makin tinggi suatu tempat tekanan udara makin rendah. Hal ini disebabkan karena : 1) Makin tinggi tempat, kerapatan udara makin berkurang. 2) Kolom udara makin pendek. 3. Suhu Untuk mengukur panas udara siang dan malam biasanya menggunakan Thermometer maksimum dan minimum , sekaligus dapat mengetahui berapa temperature tertinggi dan terendah dalam sehari semalam. Perkembangan tumbuhan pada aktifitas perakaran dipengaruhi oleh suhu tanah dan udara. Pada Suhu tanah banyak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya sinar matahari dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan reaksi kimia termolekuler. Pengukuran suhu tanah dilakuakan dengan menancapkan termometer ke dalam tanah dengan kedalaman yang bervariasi. Yaitu 0 cm, 2 cm, 5 cm, dan 10 cm dari permukaan tanah. Makin dalam tanah maka akan semakin turun suhunya. Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Satuan suhu yang biasa digunakan adalah derajat celcius (0C). Suhu maksimum adalah suhu tinggi tertentu, dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Sedangkan suhu minimum adalah suhu terendah di mana tanaman masih dapat hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi ialah : a) Jumlah radiasi yang diterima b) Pengaruh daratan atau lautan c) Pengaruh ketinggian tempat d) Pengaruh angin secara tidak langsung, misalnya angin yang membawa panas dari sumbernya secara horizontal.

26

e) Penutup tanah : tanah yang ditutup vegetasi mempunyai temperatur yang kurang daripada tanah tanpa vegetasi. f)
4.

Tipe tanah : tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi. Kelembaban Udara Kelembaban tanah merupakan keadaan keseimbangan kandungan air

dengan suhu di dalam tanah yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Penentu utamanya adalah kandungan air dan suhu. Kelembaban udara yaitu banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Keadaan kelembaban di atas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya kelembaban yang tertinggi di daerah khatulistiwa sedangkan yang terendah pada lintang 400C. Daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujannya kecil. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di dalam atmosfer selalu ada uap air yang jumlahnya tidak tetap. Uap air adalah suatu gas yang tak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Dalam klimatologi, yang dimaksud dengan kelembaban udara adalah kelembaban nisbi udara (Relatif Humidity/RH) yaitu perbandingan antara banyaknya uap air saat itu dan uap air maksimum yang dapat dikandung oleh hawa saat itu (temperature itu) pula. Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air dalam udara menurun. Untuk mengukur kelembaban udara dengan menggunakan alat Higrometer atau Termohigrogaf yang sensornya berupa benda higroskopis. Besar kelembaban suatu daerah merupakan factor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban tertinggi dicapai pada musim penghujan dan terendah pada musim kemarau. Adapun hal khusus terjadi pada daerah pantai. Pantai-pantai di Indonesia pada umumnya bersuhu tinggi akan tetapi mempunyai kelembaban yang tinggi pula. Hal demikian terjadi karena banyaknya evaporasi air laut yang besar.

27

5.

Angin Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu massa udara

dari satu tempat ke tempat lain secara horisontal. Yang dimaksud dengan massa udara yaitu udara dalam ukuran yang sangat besar yang mempunyai sifat fisik (temperatur dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang horisontal. Gerakan dari angin biasanya berasal dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah dan kecepatan. Arah angin biasa dinyatakan dengan dari mana arah angin itu datang. Arah angin diamati dengan alat wind vane. Sedangkan kecepatan angin diukur dengan anemometer. Di stasiunstasiun Klimatologi, pengamatan kecepatan angin biasanya dipasang pada ketinggian 2 m. Nilai dari kecepatan angin diperoleh dengan menghitung selisih antara skala awal dan skala akhir yang ada pada anemometer. Angin akan bertiup pada suatu wilayah ke wilayah lain dengan membawa uap air yang dikandungnya. Pada wilayah-wilayah dimana angin bertiup berasal dari daerah gersang atau panas maka angin tersebut kurang mengandung uap air sehingga angin tersebut bersifat hangat. Akibatnya, wilayah atau daerah yang dilewati akan dipengaruhi oleh angin yang bersuhu tinggi dari tempat yang dilewati. Sebaliknya angin yang berasal dari daerah perairan banyak mengandung uap air sehingga akan mempengaruhi kandungan uap air pada daerah yang dilewatinya. 6. Evapotranspirasi Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi gas (uap air) dan perpindahannya dari suatu permukaan benda ke atmosfer. Pada pengamatan tersebut alat yang digunakan untuk mengukur evapotranspirasi adalah evaporimeter yang menggunakan bejana penguapan berupa panci yang berisi air bersih dan berwarna metalik (silver) yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh radiasi. Nilai evaporasi merupakan nilai dari selisih tinggi permukaan dari dua kali pengukuran setelah nilai curah hujan.

28

Proses evapotranspirasi sangat penting dalam siklus hidrologi dan CWR (Crop Water Requirement = banyaknya air yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh). Syarat terjadinya evapotranspirasi : a. Ada energi pengendali utama b. Difusi Setelah uap air terbentuk berpindah. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi : a. Suhu udara b. Angin Kecepatan angin bertambah maka laju evapotranspirasinya bertambah sampai pada batas tertentu. c. Tekanan uap air di atmosfer Jika tekanannya rendah maka evapotranspirasinya cepat.
d. Kualitas air. e. Sifat dan bentuk permukaan.

7. Awan Awan adalah kumpulan butir-butir air, kristal es atau gabungan antara keduanya yang masih melekat pada inti-inti kondensasi antara 2-40 mikron. Awan dapat dibagi menjadi : a. b. c. d. Awan tinggi, yaitu yang terdapat pada ketinggian 7 km dari permukaan laut, terdiri dari : cirrus, cirrostratus, cirrocumulus. Awan pertengahan, ada pada ketinggian 2 km ke atas dari permukaan laut tetapi kurang dari 7 km, terdiri dari alto stratus, alto cumulus. Awan rendah, ada pada ketinggian kurang dari 2 km dari permukaan laut, terdiri dari : strato cumulus, stratus. nimbo stratus. Awan yang berkembang vertikal, pada ketinggian 1-20 km dari permukaan laut, terdiri dari : cumulus, cumulo nimbus. Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata awan yang ada adalah stratocumulus (awan rendah), yang berpotensi besar terjadinya hujan. Keadaan radiasi dengan adanya penutup awan sangat berbeda-beda dengan keadaan langit yang cerah. Radiasi yang dipancarkan bumi akan mencapai awan dan oleh awan akan diabsorbsi serta selanjutnya dipantulkan lagi ke

29

bumi, sehingga mengakibatkan temperatur awan dan bumi menjadi lebar. Akibat dari sifat awan yang dapat mengabsorbsi dan meradiasikan semua gelombang maka pengaruh penutup awan dapat menghalangi pendinginan bumi pada malam hari, terutama pada musim kemarau. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan
a. Alat untuk mengukur lama penyinaran adalah Sunshine Recorder tipe

Cambell Stokes.
b. Alat untuk mengukur tekanan udara adalah barometer. c. Alat untuk mengukur suhu adala termometer maximum dan minimum

type six.
d. Termohigrograf alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara.

e. Alat untuk mengukur curah hujan adalah ombrometer da ombrograf.


f. Alat untuk mengetahui arah angin adalah Wind Vane. g. Alat untuk mengetahu kecepatan Angin adalah anemomoter. h. Alat untuk mengetahui laju evaporasi dengan menggunakan panci

evaporimeter.
2. Saran

a. Sebaiknya alat-alat yang sudah tidak bisa digunakan sama sekali diganti. b. Dalam hal pengamatan unsur-unsur cuaca alangkah baiknya peralatan pengamatan unsur-unsur cuaca dijaga dengan baik. Sebab cuaca sangat berperan penting dalam pertanian.

30

DA FT AR PU ST AK A Anonim1. 2010. Hujan.www.wikipedia.org/wiki/Hujan. Diakses hari minggu, 15 Mei 2011 pukul 15.15 Anonim2. 2008. Pentingnya Pemahaman Unsur Cuaca. http://www.jplh.or.id. Diakses pada tanggal 21 Mei 2011. Anonim3. 2009. Kelembaban Udara. http://abuhaniyya.wordpress.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2011. Anonim4. 2009. Seputar Angin. http://one.indoskripsi.com/.Diakses pada tanggal 20 Mei 2011. Darldjoeni. 2000. Prinsip Kerja Peralatan Klimatologi. UT. Jakarta. Bayong Tyasono. 2004. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Benyamin, Lakitan. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Bocah. 2008. Unsur-unsur Cuaca dan Iklim. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/unsur-unsur-cuaca-daniklim/ Diakses pada Hari Minggu, 15 Mei 2011.

Buckman Brady. 1982. Dasar Klimatologi. Erlangga. Jakarta. Doorenbos. 1977. Peralatan Agroklimatologi dalam Menunjang Dunia Pertanian Secara Umum. Bina Insan Press. Jakarta. Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-6. Erlangga. Jakarta Gunarsih.2001. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. BinaAksara. Jakarta Guslim, O.K Nazaruddin H, Roeswandi, A. Hamdan, dan Rosmayati. 1987. Klimatologi Pertanian. USU Press. Medan. Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor.

31

Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur iklim. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Handoko. 1995. Klimatologi Dasar Edisi 2. Pustaka Jaya. Bogor. Hanum. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Program Studi Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Herlina.2003. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. UniversitasBrawijaya. Malang. Hutabarat. 1986. Manfaat Klimatologi Bagi Pertanian. Bumi Penerbit. Surabaya. Jason. 2010. Yang Dimaksud Kelembaban Udara. www. Answers.yahoo.com. Diakses Hari Minggu pukul 16.30 Karim, K. 1985. Dasar-Dasar Klimatologi. Jurnal Agrista. 2 (2): 127-137 Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi : Pengaruh iklim Terhadap Tanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. LIPI. 2008. Agroklimatologi Alat dan Prinsip Kerja. http://www.lipi.go.id Diakses pada hari Minggu,15 Mei 2011. Leonheart, 2010. http://taufikanugrah.blogspot.com/2010/04/unsur-unsur-cuacadan-iklim.html Diakses pada Hari Minggu, 15 Mei 2011. Manan. 1980. Unsur Cuaca dan Iklim. Sains Media. Tangerang Martha W.J. 1993. Mengenal DasarDasar Hidrologi. Nova. Bandung. Masson, B. J. & Cloud. 1962. Rain And Rain Making, Cambridge. London. Mohr. 1998. The Cultural Turn in American SociologyA Report from the Field. http://www.ibiblio.org/culture/newsletter/cult172and3.pdf Diakses pada hari Minggu, 15 Mei 2011. Ponce. 1989. Manfaat dan Peranan Iklim bagi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Reisenauer, H.M. 1976. Soil and Plant Tissue Testing in California. Divison of agricultural sciences university of California. California. Rachmad Jayadi. 2000. Dunia Pertanian Era Milenium. Nova. Bandung. Sriharto. 2000. Pertanian Era Sekarang. Kompasiana. Jakarta Soekardi. 1986. Persaingan dalam bercocok tanam jagung (Zea Mays). Jurnal Budidaya Pertanian. 12 (1) : 13-19. Soekirno. 2010. Ilmu Iklim dan Pengairan. Bina Cipta. Bandung Soemarto. 1987. Manfaat dan Peranan Agroklimatologi. Bina Aksara. Jakarta. Soewandi, A. 2005. Prosedur dan Pengambilan Contoh Analisa Tanaman. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogjakarta.

32

Sosrodarsono.1999. Ilmu Usaha Tani. LSM Pertanian. Purwokerto. Suroso. 2005. Era Baru Pertanian. Erlangga. Jakarta. Suyono. 2006. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Usaha Tani. UGM Press. Jogjakarta Sudjarwadi. 1995. Pertanian Dahulu, Masa Kini dan Masa Depan. UI Press. Jakarta. Vink, G.J. 1984. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia. PT. Midas Surya Grafindo. Jakarta. Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik. ITB. Bandung. Wuryanto. 2000. Agroklimatologi. USU Press. Medan

33

II. PENGUKURAN SUHU TANAH

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Tanah terdiri kumpulan benda alam di permukaan bumi mengandung gejala-gejala kehidupan dan menompang atau mampu menopang pertumbuhan tanaman diluar rumah. Sifat-sifat tanah bergantung pada besar kecilnya partikel-partikel yang merupakan komponen-komponen tanah tersebut. Tanah mengandung partikel-partikel mineral, sisa-sisa tanaman dan binatang, air, berbagai gas dan komposisi lainnya yang menjadikan tanah tersebut menjadi subur, yang menjamin berlangsungnya kehidupan berbagai makhluk di bumi. Panas dalam tanah adalah keadaan yang timbul akibat dari adanya radiasi sinar matahari, panas bumi, reaksi kimia dalam tanah,maupun aktifitas biologi dalam tanah. Adanya panas didalam tanah diukur dengan menggunakan istilah suhu tanah. Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan radiasi matahari. Yang dimaksud dengan suhu disini adalah suhu tanah maupun suhu udara disekitar tajuk tanaman. Tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah

34

Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah merupakan sifat penting dalam tanah karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan mempengaruhi kelembaban, aerasi, struktur, aktifitas mikroba dan enzim, dekomposisi residu tanaman serta ketersediaan unsur hara tanaman.

2. Tujuan Praktikum

33

Tujuan dari pratikum Pengukuran Suhu Tanah ini yaitu : a. Untuk mengetahui variasi suhu tanah pada beberapa perlakuan.
b. Untuk memberikan pemahaman terhadap jenis-jenis perlakuan yang

mampu digunakan dalam pembudidayaan tanaman. c. Untuk mampu menenrtukan jenis perlakuan mana yang sesuai untuk jenis tanaman tertentu. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Waktu dan tempat praktikum Agroklimatologi Acara 2 Pengukuran Suhu Tanah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Mei 2011 bertempat di Gedung Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB.

B. Tinjauan Pustaka Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 C (Benyamin, 1997).

35

Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 C 6 C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994). Suhu merupakan karakteristik yang dimiliki oleh suatu benda yang berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka suhu benda tersebut akan meningkat. Sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika benda yang bersangkutan kehilangan panas. Akan tetepi, hubungan antara panas (energi) dengan suhu bukan merupakan suatu konstanta, karena besarnya peningkatan suhu akibat peneriman panas dalam jumlah tertentu yang dipengaruhi oleh daya tampung panas (heat capacity) yang dimiliki oleh benda penerimaan tersebut (Lakitan, 1994). Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran udara. Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh panas yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil membawa zat pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara bagian atas. Jika terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas udara dingin seperti suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang pembentukan Co dan O. Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap berada didalam campuran yang telah didingankan tersebut karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah (Kristanto, 2002). Temperatur (suhu) adalah salah satu sifat tanah yang sangat penting secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba, dan enzimetik, dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan ketersidian hara-hara tanaman. Tenperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana

36

halnya air, udara dan unsur hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah dipengaruhi oleh temperatur tanah (Hanafiah, 2005). Tentang suhu tanah pengaruhnya penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah biasanya dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 100 cm. Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan, curah hujan, angin, kelembapan udara. Faktor dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanda, kadar iar tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah. Makin tinggi suhu maka semakin cepat pematangan pada tanaman (Kartasapoetra, 2005). Suhu tanah beraneka ragam dengan cara khas pada perhitungan harian dan musiman. Fluktasi terbesar dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Kelembapan waktu musiman yang jelas terjadi, karena suhu tanah musiman lambat bantuk fluktasi suhu pada peralihan suhu diudara atau dibawah tanah yang lebih besar. Suhu total untuk semalam tanaman mungkin terjadi pada tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch terdapat variasi harian pada suhu tanah (Sostrodarsono, 2006). Mulsa jerami atau mulsa yang berasal dari sisa tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti plastik. Jadi jenis mulsa yang berbeda memberikan pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu, kelembaban, kandungan air tanah, penekanan gulma dan organisme pengganggu. Namun manipulasi lingkungan tumbuh dengan cara teknik budidaya tersebut akan berbeda pengaruhnya jika dilakukan pada tanaman kentang dengan kultivar yang berbeda, begitu juga perbedaan jenis mulsa akan berbeda pengaruhnya terhadap perbedaan lingkungan terutama suhu tanah sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kentang untuk tiap kultivar akan berbeda pula (Hamdani, 2009). Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman merupakan teknik konservasi secara vegetatif/kultur teknis yang mudah dilaksanakan. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa

37

organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Adanya mulsa akan dapat mampu memelihara struktur tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi pencucian hara dan menekan pertumbuhan gulma sehingga akan menambah kemampuan tanah dalam mendukung tanaman yang ada di atasnya sehingga hasil usaha taninya baik (Sumarni, dkk,2005). Secara umum penggunaan mulsa plastik hitam perak meningkatkan suhu rizosfir yang ditutupi mulsa dibanding tanpa mulsa. Peningkatan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam perak lebih rendah dibanding dengan suhu tanah di bawah mulsa plastik hitam. Peningkatan suhu tanah akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam menguraikan bahan organik yang tersedia. Sehingga terjadi penambahan hara tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam. Hasil penelitian menujukkan bahwa konsentrasi karbon dioksida rizosfir di bawah mulsa plastik lebih tinggi dibanding tanpa mulsa. Karbon dioksida ini keluar melalui lubang tanam yanga mencapai 560 ppm, sehingga tanaman akan berada dalam kondisi kaya akan karbon dioksida yang dapat mencapai 1350 ppm. gulma yang tumbuh di bawah mulsa plastik transparan tumbuh dengan baik, karena hampir semua cahaya matahari dilewatkan (ditransmit) plastik ke zona rizosfir. Mulsa plastik yang berwarna perak memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya matahari yang menerpa permukaannya (Fahrurrozi et al., 2001). Pada umumnya suhu di nusantara terutama berkaitan dengan ketinggian di atas permukaan laut. Setiap pertumbuhan ketinggian 100 m, suhunya menurun, selanjutnya dengan situasi dan kondidi yang sama; 0,6 derajat. Pada suhu yang lebih rendah tumbuhnya tanaman menjadi lebih lambat. Akan tetapi pada suhu yang tinggi belum tentu menjamin pertumbuhan tanaman semakin baik. Sehingga yang ideal bagi pertumbuhan tanaman adalah suhu yang baik yang mampu menjalankan semua kegiatan fisiologis tanaman (Holman, 1994). Suhu tanah beraneka ragam dengan cara yang khas pada perhitungan harian dan musiman. Fluktuasi terbesar terdapat di permukaan tanah dan akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman tanah. Suhu tanah sebagai sifat tanah yang penting, digunakan untuk mengklasifikasikan tanah. Penggunaan

38

tanah untuk pertanian dan kehutanan berhubungan penting dengan suhu tanah karena kebutuhan tumbuhan terhadap suhu yang khas. Masing-masing spesies tumbuhan membutuhkan suhu yang berbeda-beda pula untuk dapat bertumbuh dengan baik dan berkembang pesat (Foth, 1994). Temperatur tanah beragam dalam suatu pola yang khas yang didasari harian atau dasar musim. Kedua fluktuasi terbesar pada permukaan tanah dan menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Di bawah kedalaman sekitar 3m temperatur sedikit tetap (Foth, 1991). Suhu udara akan berfluktuasi dengan nyata selama setiap periode 24 jam. Fluktuasi suhu udara dan suhu tanah berkaitan erat dengan proses pertukaran energi yang berlangsung di atmosfer. Pada siang hari, sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh gasgas atmosfer dan partikel-partikel padat melayang di atmosfer (Critchfield, 1974). Suhu dan kelembaban udara ini sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara (Anonim1, 2007). C. Alat dan Cara Kerja
1. Alat

: Termometer tanah Mengukur suhu tanah (menggunakan thermometer tanah) pada

2. Cara Kerja beberapa perlakuan. Kemudian catat hasil pengamatannyasetiap 30menit sekali. Adapun perlakuannya adalah : a. Kontrol b. Mulsa plastic hitam c. Mulsa plastic bening
d. Mulsa organik

e. Cover crop (rumput)

39

D. Hasil Pengamatan Tabel 2.1 Hasil Pengukuran Suhu Tanah Tanggal 15 Mei 2011 Suhu Tanah Tiap Perlakuan (0C) Kontrol Mulsa Mulsa Mulsa (Tanah) Plastik Plastik Organik Hitam Bening Minggu, 15 27.5 28 Mei 2011 30 31 31 34 39 40 40 Sumber : Hasil Pengamatan Hari, Tanggal
E. Pembahasan

Cover Crop (Rumput) 29 29.5 32 34 36 34 38 39 39

Suhu tanah merupakan keadaan yang timbul akibat dari adanya radiasi sinar matahari, panas bumi, reaksi kimia dalam tanah,maupun aktifitas biologi dalam tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah merupakan sifat penting dalam tanah karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan mempengaruhi kelembaban, aerasi, struktur, aktifitas mikroba dan enzim, dekomposisi residu tanaman serta ketersediaan unsur hara tanaman. Dari hasil pengamatan, dihasilkan suhu pada tanah kontrol atau tanah yang memang dibiarkan tanpa adanya menutupan tanah atau pemberian mulsa menyebabkan tanah memiliki perbedaan suhu yang bervariatif hal itu dikarenakan tanah yang tidak menggunakan penutup apapun akan menerima

40

cahaya matahari secara langsung mengakibatkan sangat terpengaruh dengan kondisi lingkungan terutama engan ada tidaknya matahari, sehingga fluktuasi yang terjadi setiap setengah jam pada tanah tanpa penutup sangat bervariasi. Pada hasil pengamatan pada mulsa plastik hitam, didapat suhu yang cukup tinggi dimana pada pukul 11.30 didapat suhu hingga 32,5oC. Hal itu dikarenakan pada saat itu matahari bersinar dengan intensitas yang lebih besar dari pada waktu yang lain, di tambah dengan penggunaan mulsa hitan yang dengan warna hitam tersebut dapat menyerap panas lebih efektif dari pada mulsa yang tramspatan menyebabkan suhu pada tanah tersebut tinggi. Penggunaan mulsa plastik bening akan menyebabkan sangat tidak efektifnya penyerapan panas oleh tanah karena hampir semua cahaya matahari dilewatkan (ditransmit) plastik ke zona rizosfir. Mulsa plastik yang berwarna perak yang prinsipnya hampir sama dengan mulsa bening atau transparan memiliki kemampuan memantulkan sekitar 33 persen cahaya matahari yang menerpa permukaannya. Hal itu mengakibatkan suhunya cenderung lebih tinggi dari pada tanah yang lainnya. Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman merupakan teknik konservasi secara vegetatif/kultur teknis yang mudah dilaksanakan. Adanya tanaman penutup tanah dan mulsa organik dapat menahan percikan air hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Di samping itu juga dapat memelihara struktur tanah, meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi pencucian hara, dan menekan pertumbuhan gulma sehingga akan menambah kemampuan tanah dalam mendukung tanaman yang ada di atasnya Penutupan mulsa organik pada tanah yang ke empat seperti penutupan tanah dengan menggunakan jerami, hal itu membuat Penggunaan mulsa organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah, mulsa organik juga dapat menurunkan suhu tanah. Pengukuran pada tanah yang tertutup dengan rumput mendapatkan hasil yang tingi, hal itu mungkin dikarenakan intensitas sinar matahari yang begitu

41

besar, sedangkan tanah hanya tertutup vegetasi rumput dan jauh dengan vegetasi pohon yang mampu mengurangi sinar yang akan diserap oleh tanah. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Penutupan mulsa plastik hitam lebih efisien menangkap sinar matahari. Suhu tanah menjadi lebih tinggi dengan fluktuasi tidak terlalu tinggi. b. Penutupan mulsa plastik bening atau transparaan tidak efisien menyerap sinar matahari. Suhu menjadi lebih tinggi. c. Penutupan dengan mulsa organik mengakibatkan suhu lebih rendah. d. Semakin tinggi jumlah panas yang diterima oleh tanah atau tanaman maka semakin tinggi juga suhu pada tanah dan tanaman tersebut. e. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor eksternaldan faktor internal. Faktor eksternal antara lain awan, angin, hujan, sinar matahari dan vegetasi. Sedangkan yang termasuk faktor internal adalah keadaan struktur tanah, kerapatan tanah, kepadatan tanah dan sebagainya. 2. Saran a. Waktu praktikum jangan terlalu banyak terbuang.
b. Diharap ada lebih banyak penjelasan oleh co-ass mengenai praktikum

yang ada.

42

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2007.Suhu dan Kelembaban Udara http://tumoutou.net/ . Diambil pada tanggal 20 Mei 2011 Benyamin. 1997. Dasar-dasar Klimatologi. Grafindo. Jakarta. Critchfield, J. Howard. 1974. General Climatology. Prentice-Hall. USA Fahrurrozi, K.A. Stewart and S. Jenni. 2001. The early growth of muskmelon in mulched mini-tunnel containing a thermal-water tube. I. The carbon dioxide concentration in the tunnel. J. Amer. Soc. For Hort. Sci.. 126:757763. Foth, Henry D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta. Handoko. 1994. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur Unsur Iklim. PT Dunia Pustaka Jaya. Jakarta. Hamdani, Jajang Sauman. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga Kultivar Kentang. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 14 20 (2009) Holman. J.P. 1994. Perpindahan Kalor edisi ke-6. Erlangga. Jakarta. Kartasapoetra, AG. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Kristanto. 2002. Klimatologi Dasar. Bumi Aksara. Jakarta. Lakitan B, 1994. Dasar-dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sostrodarsono. 2006. Tahapan Tahapan Menuju Pertanian Terpadu dan Berkelanjutan. Edu Media. Purworejo

43

Sumarni,N., A. Hidayat, danE. Sumiati. 2005. Pengaruh Tanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadap Produksi Cabai dan Erosi Tanah. J.Hort. 16(3):197-201, 2006.

44

III. PERAN SUHU UDARA, RH DAN CAHAYA TERHADAP LAJU EVAPOTRANSPIRASI A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Suhu udara merupakan rerata energi kinetik gerakan molekul-molekul di dalam udara (benda). Suhu udara dipengaruhi oleh radiasi matahari secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung karena adanya partikel yang ada di Atmosfer mengabsorbsi energi radiasi surya, sedangkan pengaruh tidak langsung karena adanya radiasi bumi dalam bentuk gelombang panjang. Relative Humidity adalah kandungan uap air pada udara pada saat itu dibagu dengan kandungan uap air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu tersebut. Tumbuhan atau tanaman tumbuh pada suatu tempat yang tidak bisa pindah seperti hewan dan manusia, sehingga untuk memenuhi kebutuhan air harus mengambil dari tanah tempat tanaman tersebut tumbuh. Kondisi kering, basah, tergenang harus diterima tanaman

45

(karena tidak bisa pindah) sehingga setiap saat tanaman dihadapkan masalah air. Evaporasi adalah pengertian penguapan (Air) secara umum dari suatu permukaan benda. Sedangkan transpirasi adalah kehilangan uap air dalam bentuk uap yang melewati tubuh tumbuhan. Evapotranspirasi adalah penjumalahan dari evaporasi dan transprasi. 2. Tujuan Praktikum Mengetahui pengaruh suhu, kelembaban relatif dan cahaya terhadap laju evaporasi tanah, transpirasi dan evapotranspirasi tanaman. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Waktu dan tempat praktikum Agroklimatologi Acara 2 Pengukuran Suhu Tanah dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 15 Mei 2011 bertempat di Gedung Rumah Kaca B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB.

B. Tinjauan Pustaka Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari siklus air di alam raya. Siklus hidrologi atau siklus air meliputi kejadian-kejadian air menguap ke udara, kemudian mengembun dan menjadi hujan atau salju, masuk ke dalam tanah atau mengalir di atas permukaan tanah, lalu berkumpul di danau atau laut, menguap lagi dan seterusnya (Asdak,1995). Air mempunyai fungsi penting dalam tanah, dimana air penting dalam pelapukan mineral dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara laut bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar hara tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang tercuci dan hilang dari perakaran atau bila tinggi evaporasinya, garam-garam terlarut mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun dalam jumlah yang banyak sehingga dapat merusak tanaman (Hardjowigeno,1987). Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan air, tanah, dan bentuk permukaan bukan vegetasi lainnnya oleh proses fisika. Dua unsur utama untuk

46

berlangsungnnya evaporasi adalah energi (radiasi) matahari dan ketersediaan air. Proses-proses fisika yang menyertai berlangsungnya perubahan bentuk dari cair menjadi gas berlaku pada kedua proses evaporasi tersebut diatas. Oleh karenanya, kondisi fisika yang mempengaruhi laju evaporasi umum terjadi pada kedua proses alamiah tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain cahaya matahari, suhu udara, dan kapasitas kadar air dalam udara. Proses evaporasi yang disebutkan diatas tergantung pada jumlah air yang tersedia (Asdak, 1995). Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-pori daun oleh proses fisiologi. Daun dan cabang umumnya di balut lapisan mati yang disebut kulit air (cuticle) yang kedap uap air. Sel-sel hidup daun dan cabang terletak di bawah permukaan tanaman, dibelakang pori-pori daun dan cabang. Besar kecilnya laju transpirasi secara tidak langsung ditentukan oleh radiasi matahari melalui membuka dan menutupnya pori-pori tersebut (Asdak, 1995). Transpirasi adalah suatu proses ketika air diuapkan ke uadara dari permukaan daun/tajuk vegetasi. Transpirasi, dalam batas tertentu, juga dipengaruhi oleh karakteristik dan kerapatan vegetasi seperti struktur tajuk, perilaku poripoeri daun, dan lain-lain, (Seyhan, 1977). Kadar air mempunyai fungsi penting dalam tanah, dimana air penting dalam pelapukan mineral dan bahan organik, reaksi yang menyiapkan hara laut bagi pertumbuhan tanaman. Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akarakar hara tanaman. Bila air terlalu banyak, hara-hara yang lewat atau ada yang tercuci dan hilang dari perakaran atau bila tinggi evaporasinya, garam-garam terlarut mungkin terangkut ke lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun dalam jumlah yang banyak sehingga dapat merusak tanaman (Hardjowigeno,1987) Gerakan air ke bawah oleh air gravitasi menarik udara ke dalam tanah (Syarief, 1986). Kehilangan air oleh transpirasi menimbulkan kekuatan utama yang mendorong untuk penyerapan air oleh akar tanaman yang bertranspirasi. Tegangan yang terjadi pada daun oleh hilangnya air transpirasi di transmisikan ke xilem batang dan akhirnya ke akar. Apabila tegangan air dalam akar lebih

47

besar dari tegangan yang mengikat air dalam tanah, air bergerak ke dalam akar (Foth, 1994). Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air pada Tanaman yaitu: 1. Jenis, Bentuk dan Umur Tanaman Berdasarkan kebutuhan air, umumnya ada tiga jenis tanaman, yaitu: a. Jenis Suka Air, memerlukan air yang cukup banyak untuk dapat hidup dengan baik, contohnya jenis Adiantum, Begonia, serta jenis pakispakisan. b. Jenis menyukai air dalam jumlah sedang, memerlukan air yang cukup tapi tidak berlebih untuk tumbuh dalam kondisi yang sehat, contohnya adalah Aglaonema, Anthurium, Philodendron, dan lainnya c. Jenis menyukai sedikit air, merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan sedikit air, contohnya berbagai jenis tanaman sukulen, kaktus, Sansiviera, Chryptanthus dan lainnya. Bentuk daun juga harus diperhatikan, jika daunnya besar dan tipis, berarti tanaman tidak kuat kondisi kering dan membutuhkan relatif lebih banyak air dalam penyiraman. Jika daun ada lapisan lilinnya berarti sedikit tahan akan kondisi kering. Daun kecil akan menghindari penguapan air saat siang hari. Akan tetapi penting pula diketahui jenis tanamannya, apakah tanaman menyukai air atau tidak. 2. Lokasi dan Kondisi Sekitar Tanaman Lokasi juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk penyiraman. Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan yang langsung di bawah sinar matahari akan mempunyai perbedaan kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di daerah naungan membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang terkena sinar matahari langsung. Peletakan tanaman pada sumber air membutuhkan air yang berbeda dengan yang diletakkan di tengah lapangan terbuka. Peletakan di dekat sumber air merupakan jenis tanaman yang menyukai kondisi air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Jenisnya pun berbeda dengan tanaman yang tahan akan sinar matahari.

48

3. Jenis Media Tanam Media merupakan material yang bersentuhan langsung dengan akar, bagian tanaman yang sangat penting untuk penyerapan air dan unsur hara lainnya. Media tanaman yang umum digunakan adalah tanah, humus, sekam, cocopeat, pasir malang, dan akar pakis. Masing-masing mempunyai daya ikat air yang berbeda. 4. Besar Kecilnya Pot Terkait dengan tingkat kelembaban media dalam pot. Pot kecil akan mempunyai tingkat kelembaban yang lebih kecil jika dibandingkan dengan media pada pot yang besar. Tepai pot besar mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan akar tanaman. Banyaknya ruang yang tersedia dapat memberikan ruang yang cukup untuk bernafasnya akar.

5. Musim Dua musim utama di Indonesia, musim kering dan musim hujan, akan mempengaruhi penyiraman terhadap tanaman. Musim kering tanaman harus diperiksa apakah memerlukan penyiraman satu-dua hari sekali sedangkan musim hujan apakah harus disiram setiap hari atau tidak (Anonim, 2008). C. Alat, Bahan dan Cara Kerja 1. Alat a. Termometer b. Hygrometer c. 3 buah sangkar cuaca d. Lux meter 2. Bahan a. Tiga tanaman dalam pot, dengan ketentuan i. Pot A berisi tanah saja ii. Pot B berisi tanaman dengan kondisi pot dan tanah dibungkus plastik iii. Pot C kondisi biasa berisi tanaman. 3. Cara Kerja

49

a. Memasang termometer dan hygrometer pada sangkar cuaca. Menyiapkan tiga buah sangkar cuaca, dan meletakkan pada 3 lokasi yang berbeda, yakni a) Di dalam rumah kaca b) Dibawah naungan screen atau paranet, 40% c) Pada lingkungan terbuka tanpa naungan b. Memasang sangkar cuaca (kotak) yang berwarna putih tersebut pada ketinggian 120 cm diatas tanah. c. Meletakkan tanaman dalam pot pada masing-masing lokasi. d. Melakukan pengamatan berat pot A, B, dan C, serta pengamatan cuaca suhu, RH, yang ada dalam sangkar.
e. Melakukan pengamatan intensitas cahaya dengan lux meter. Posisi sensor

menghadap ke atas (jangan miring). Pengamatan dilakukan pad ketinggian 100 cm di atas tanah (lantai). Untuk pengamatan dengan lux meter, alat di setel pada posisi tinggi, dan bila belum terdeteksi posisi sakelar bisa diturunkan keposisi yang lebih rendah. Alat lux meter digital biaanya ada 3 range (skala) pengukuran. f. Mengulangi pengamatan suhu, RH, intensitas cahaya dan berat setiap 30 menit sekali. g. Setelah dilakukan 4 kali pengamatan dilakukan penghitungan laju evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi pada masing-masing periode percobaan. Catatan : Untuk menghitung evaporasi, transpirasi, dan evapotranspirasi dibuat satuan gram per jam, sehingga data yang diperoleh perlu dikonversi. D. Hasil Pengamatan Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 1 di Rumah Kaca Jam 08.0 0 08.3 Suhu RH
o

% 70 64

30,5 32

Int. Chy lux 210 0 353

Ul. Ang Awal 1

Berat Pot (gr) A 296 9 296 B 303 6 309 C 300 3 299

Evp Transp ET ETh g/h ----2 g/h ----12 g/h ---8 g/h ----14

50

0 09.0 0 09.3 0 10.0 0

32 35 34

66 64 59

9 199 6 188 0 511 0

2 3 4 Rata

8 296 7 296 3 296 1 296 5

0 308 3 307 2 306 6 306 9

9 299 2 298 7 298 1 299 2

-2 -8 -4 -4

-14 -22 -12 -15

14 10 12 11

-16 -30 -16 -19

Sumber : Hasil Pengamatan Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 1 di Bawah Naungan Int. Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Chy o C % lux ang A B C g/h g/h g/h 08.00 30 71 890 awal 3338 3378 2926 ---- ------08.30 30 70 1149 1 3338 3374 2925 0 -8 -2 09.00 30 68 1280 2 3337 3371 2922 -2 -6 -6 09.30 31 68 1420 3 3334 3366 2919 -6 -10 -6 10.00 31 67 2110 4 3332 3359 2915 -4 -14 -8 Rata 3335 3369 2921 -3 -9 -5 Sumber : Hasil Pengamatan Jam Suhu RH Eth g/h ----8 -8 -16 -18 -12

Tabel 3.3 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 1 di Ruang Terbuka Int. Ul. Berat Pot (gr) Evp Transp ET Chy o C % lux ang A B C g/h g/h g/h 08.00 27 63 2850 awal 3500 2992 2956 ---------08.30 31 55 3600 1 3498 2917 2950 -4 -10 -12 09.00 32 49 4070 2 3495 2914 2945 -6 -6 -10 09.30 35 41 7050 3 3491 2905 2940 -8 -18 -10 10.00 34 42 7429 4 3483 2897 2924 -16 -16 -32 Rata 3493 2925 2943 -8 -12 -16 Sumber : Hasil Pengamatan Tabel 3.4 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 2 di Rumah Kaca Jam Suhu RH C 35
o

Jam

Suhu RH

Eth g/h ----14 -12 -26 -32 -21

10.3

% 52

Int. Chy lux 1068

Ul. ang 1

Berat Pot (gr) A B C 2956 3050 2968

Evp Transp g/h ---g/h ----

ET g/h ----

Eth g/h ----

51

0 11.0 0 11.3 0 12.0 0

36,5 37 37

47 48 52

1495 985 526

2 3 4

2951 3044 2960 2943 3025 2945 2941 3018 2944

-10 -16 -4 -10

-12 -38 -14 -21

-16 -30 -2 -16

-22 -54 -18 -31

Rata 2947 3034 2954 Sumber : Hasil Pengamatan

Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 2 di Bawah Naungan Jam Suhu RH C 33 33 41 41
o

10.3 0 11.0 0 11.3 0 12.0 0

% 61 64 38 39

Int. Chy lux 1650 635 422 285

Ul. ang 1 2 3 4

Berat Pot (gr) A B C 3332 3353 2908 3332 3346 2906 3328 3336 2898 3327 3326 2889

Evp Transp g/h ---0 -8 -2 -3 g/h ----14 -20 -20 -14

ET g/h ----2 -16 -18 -12

Eth g/h ----14 -28 -22 -21

Rata 3329 3340 2900 Sumber : Hasil Pengamatan

Tabel 3.6 Hasil Pengamatan Acara 3 Shift 2 di Ruang Terbuka Jam Suhu RH C 34 35 35 34
o

10.3 0 11.0 0 11.3 0 12.0 0

% 40 40 42 42

Int. Chy lux 852 899 1690 965

Ul. ang 1 2 3 4

Berat Pot (gr) A B C 3476 2890 2915 3472 2885 2905 3454 2871 2888 3447 2866 2875

Evp Transp g/h ----8 -36 -14 g/h ----10 -28 -10

ET g/h ----20 -34 -26

Eth g/h ----18 -64 -24

52

Rata 3462 2878 2895 Sumber : Hasil Pengamatan E. Pembahasan

-19

-16

-26

-35

Evaporasi adalah proses dimana air diubah menjadi uap air (vaporisasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal). Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai, lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah vaporasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan tanah ke atmosfer (vapor removal). Evapotranspirasi (ET) adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan bertanam melalui evaporasi dan transpirasi. Faktor-faktor yang mempegaruhi dari suhu udara, RH udara, dan Intensitas cahaya pada setiap perlakuan baik itu pada rumah kaca, di bawah naungan ataupun diruang terbuka adalah lingkungan atau tempat tanaman tumbuh. Misalnya pada rumah kaca yang memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada naungan tetapi tidak lebih tinggi dari tempat terbuka. Hal itu dikarenakan Intensitas cahaya matahari yang masuk tidak dapat keluar, sehingga suhunya tinggi, serta intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi tetapi masih terkontrol dikarenakan cahaya masih ada yang terpantul tanpa masuk kedalam rumah kaca. Kelembaban tinggi menyebabkan evapotranspirasi rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya pada naungan, Suhu rendah hal itu dikarenakan intensitas cahaya matahari tidak terlalu banyak masuk dan menyinari tanaman yang ada didalamnya, sehingga kelembabannya lebih rendah hingga evaporasi lebih tinggi. Untuk kondisi terbuka suhunya tinggi dikarenakan intensitas cahaya matahari yang langsung diterima oleh tanah dan tanaman menjadikan kelembaban yang sedang dibandingkan dengan rumah kaca hingga evaporasi lebih tinggi Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi antara lain adalah radiasi panas matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum

53

besarnya evapotranspirasi akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan kecepatan angin bertambah besar. Pengaruh radiasi panas matahari terhadap evapotranspirasi adalah melalui proses fotosntesis. Dalam mengatur hidupnya tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh angin terhadap evapotranspirasi adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi. Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju Evapotranspirasi adalah lebih kecil. Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk berlangsungnya evapotranspirasi. Ketika stomata daun terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi demikian seterusnya sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini tampak bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap evaportranspirasi adalah dominan. Namun demikian proses terbuka dan tertutupnya stomata ditentukan oleh faktor iklim terutama lama waktu penyinaran (suhu udara). Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya stomata. Sementara kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu stomata tersebut terbuka. Hal inilah yang menyebabkan proses evapotranspirasi terjadi terutama pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam hari. Uap air di udara dinamakan kelembaban. Kelembaban mutlak udara pada suatu keadaan tertentu dapat diterangkan sebagai berat sesungguhnya dari uap air yang dikandung oleh tiap pound udara kering. Karena berat uap air di dalam sangat kecil, maka biasanya diukur dalam grain dan tidak dalam pound (1 grain = 1/7000 lbs) Relative humidity adalah suatu perbandingan yang dinyatakandalam persen antara berat uap air sesungguhnya dalam 1 cuft udara terhadap berat uap air dalam 1 cuft udara jenuh pada suhu yang sama. Misalnya udara pada suhu tertentu untuk tiap 1 cuft. Hanya dapat mengandung uap air separuhnya dari

54

pada jumlah uap air yang dapat dikandung oleh udara jenuh pada suhu yang sama, maka RH udara adalah 50%. RH dari udara jenuh adalah 100%. Pada hasil akhir dari evapotranspirasi langsung dan hitung, didapat ternyata lebih besar laju evapotranspirasi hitung. Hal itu mungkin dikarenakan pada evapotranspirasi hitung, perhitungan dari 2 perlakuan tanpa memperhatikan saat itu terjadi perbedaan antara pot, entah beratnya, atau yang lainnya. Jadi lebih besar, dan juga pada saat penghitungan pada pot yang berisi tanah juga tidak seimbang dengan langsung, hal itu dikarenakan evaporasi tanah pada pot tersebut besar, katrena tidak ada tanaman (vegetasi) yang menutupi sebagian atau keseluruhan tanah. Kebutuhan air suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ETtanaman) tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air pada Tanaman yaitu: 1. Jenis, Bentuk dan Umur Tanaman Berdasarkan kebutuhan air, umumnya ada tiga jenis tanaman, yaitu: a. Jenis Suka Air, memerlukan air yang cukup banyak untuk dapat hidup dengan baik, contohnya jenis Adiantum, Begonia, serta jenis pakispakisan. b. Jenis menyukai air dalam jumlah sedang, memerlukan air yang cukup tapi tidak berlebih untuk tumbuh dalam kondisi yang sehat, contohnya adalah Aglaonema, Anthurium, Philodendron, dan lainnya c. Jenis menyukai sedikit air, merupakan jenis tanaman yang dapat tumbuh dengan baik dalam keadaan sedikit air, contohnya berbagai jenis tanaman sukulen, kaktus, Sansiviera, Chryptanthus dan lainnya. Bentuk daun juga harus diperhatikan, jika daunnya besar dan tipis, berarti tanaman tidak kuat kondisi kering dan membutuhkan relatif lebih banyak air dalam penyiraman. Jika daun ada lapisan lilinnya berarti sedikit tahan akan kondisi kering.

55

2. Lokasi dan Kondisi Sekitar Tanaman Lokasi juga mempunyai andil dalam menentukan banyaknya air untuk penyiraman. Tanaman dalam pot yang diletakkan di bawah naungan dengan yang langsung di bawah sinar matahari akan mempunyai perbedaan kebutuhan air. Umumnya tanaman yang berada di daerah naungan membutuhkan jumlah air yang relatif lebih sedikit dari pada tanaman yang terkena sinar matahari langsung. 3. Jenis Media Tanam Media merupakan material yang bersentuhan langsung dengan akar, bagian tanaman yang sangat penting untuk penyerapan air dan unsur hara lainnya. Media tanaman yang umum digunakan adalah tanah, humus, sekam, cocopeat, pasir malang, dan akar pakis. Masing-masing mempunyai daya ikat air yang berbeda. 4. Besar Kecilnya Pot Terkait dengan tingkat kelembaban media dalam pot. Pot kecil akan mempunyai tingkat kelembaban yang lebih kecil jika dibandingkan dengan media pada pot yang besar. Tepai pot besar mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan akar tanaman. Banyaknya ruang yang tersedia dapat memberikan ruang yang cukup untuk bernafasnya akar. 5. Musim Dua musim utama di Indonesia, musim kering dan musim hujan, akan mempengaruhi penyiraman terhadap tanaman. Musim kering tanaman harus diperiksa apakah memerlukan penyiraman satu-dua hari sekali sedangkan musim hujan apakah harus disiram setiap hari atau tidak Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh suhu udara yang paling tinggi yaitu pada tempat terbuka. untuk kelembaban yang paling tinggi di dalam rumah kaca. Dan intensias cahaya yang paling banyak yaitu di bawah naungan pula. Dalam hal ini laju penguapan ditentukan oleh radiasi surya, suhu udara serta kelembaban relatif. Semakin tinggi suhu udara maka semakin cepat pula laju penguapannya. Sebaliknya semakin tinggi kelembaban maka laju penguapannya akan semakin lambat. Serta semakin banyaknya cahaya yang datang maka laju penguapan akan semakin cepat juga.

56

F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah radiasi surya, temperatur, angin, kualitas air , tekanan udara. b. Semakin tinggi radiasi matahari yang diterima, semakin besar evapotranspirasinya. c. Semakin tinggi suhu, semakin besar evapotranspirasinya. d. RH naik maka kemampuan evaporasi turun e. Adanya vegetasi maka evaporasi akan semakin menurun tetapi tanspirasi meningkat.
f. Faktor yang mempengaruhi keb utuhan air bagi tanaman adalah jenis,

bentuk dan umur tanaman, lokasi tanaman, jenis media tanam, besar kecilnya pot, serta musim. 2. Saran a. Sebaiknya pemulaian praktikum tepat waktu. b. Pendampingan dari co-ass lebih ditingkatkan. c. Alat yang digunakan sebaiknya diteliti dahulu apakah rusak atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008. Dasar Pengetahuan Kebutuhan www.kebonkembang.com. Diakses 22 Mei 2011.

Air

pada

Tanaman.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Edisi ke-6. Erlangga. Jakarta.

57

Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-dasar Hidrologi. Editor Soenardi Prawirohatmojo. Yogyakarta: UGM Press. Syarief, 1986. Ilmu Tanah dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung

58

IV.

HUBUNGAN ANTARA ALTITUTE DENGAN TEKANAN UDARA, SUHU UDARA DAN RH

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Ketinggian suatu tempat atau bisa juga disebut dengan altitude memiliki hubungan dengan tekanan udara, suhu udara dan RH (Relative Humidity). Sehingga secara tidak langsung ketiga komponen tersebut juga berkaitan dengan pertanian sebab dalam proses pertanian komponen tersebut berperan dalam menentukan hasil pertanian. Maka secara tidak langsung pula menentukan kebijakan daerah terhadap pertanian di daerahnya. Tekanan udara dipermukaan bumi diakibatkan oleh lapisan udara yang berada pada atmosfer bumi. Semakin bertambah ketinggian suatu tempat, maka makin rendah tekanan udara. Semakin tinggi ketinggian pada umumnya maka akan semakin menurun pula suhu udara pada ketinggian tersebut. Suhu udara juga memiliki hubungan dengan tekanan udara suatu tempat. Semakin rendah suhu udara, maka akan semakin rendah pula tekanan udara pada kawasan tersebut. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Ketinggian tempat akan mempengaruhi besarnya suhu udara, tekanan udara serta kelembabannya. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udaranya akan semakin rendah sehingga menyebabkan percepatan angin cepat yang menimbulkan kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah. Tekanan akan mempengaruhi kecepatan angin yang menyebabkan fluktuasi maupun perubahan pada besar suhu dan kelembaban suatu tempat yang memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Pada pratikum ini dilaksanakan pada 4 kota di Solo yakni Palur, Karanganyar, Karangpandan dan Tawangmangu dalam waktu yang berbeda-beda. Dengan demikian dapat

57

59

diperoleh hasil yang berbeda yang berdasarkan waktu dan ketinggian tempatnya. 2. Tujuan Praktikum Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi Acara 4 Hubungan antara Altitude dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap perubahan tekanan udara, suhu udara dan RH udara. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Pelaksanaan Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi Acara 4 Hubungan antara Altitute dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH dilakukan dibeberapa lokasi pada periode waktu yang hampir bersamaan dan dilakukan pada saat udara cerah. Lokasi pengamatan meliputi Solo, Karanganyar, Karangpandan, dan Tawangmangu.

B. Tinjauan Pustaka

Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Oleh karena itu lapisan yang dibawah keadaan tegang. Ketegangan itu sangat besar sehingga berat udara yang diatasnya bertahan dalam keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah panjang kolom air raksa yang seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu (Lakitan, 2002). Hubungan antara tekanan udara dan ketinggian tempat ini dimanfaatkan dalam merancang alat pengukuran ketinggian tempat yang disebut Altimeter. Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mb untuk setiap bertambahnnya ketinggian tempat sebesar 100 meter. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu, suhu udara didaerah tropis menunjukkan fluktasi musiman yang sangat kecil. Oleh sebab itu dapat dipahami jika tekanan udara dikawasan tropis relatif konstan (Takeda, 2005). Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya

60

pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di permukaan bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 C (Benyamin, 1997). Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyebaran suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 C 6 C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994). Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran udara. Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh panas yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil membawa zat pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara bagian atas. Jika terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas udara dingin seperti suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang pembentukan Co dan O. Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap berada didalam campuran yang telah didingankan tersebut karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah (Kensaku, 2002). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara

61

dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 C (86 F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 C (32 F) (Wikipedia, 2010). Kelembaban relatif merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran airudara dalam fasa gas. Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut. Kelembaban relatif menggunakan satuan persen dan dihitung dengan cara berikut: RH = RH P H2O X H2O x 100 %

: Kelembaban relatif campuran : Tekanan parsial uap air dalam campuran : Tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam campuran.

Maka RH atau Kelembaban Relatif bergantung pada beberapa hal diatas. Namun RH tertinggi terjadi pada saat proses pengembunan maksimal (Wikipedia, 2010). Perbedaan faktor fisik pada ketiga ketinggian yang diamati memberikan pengaruh terhadap keberadaan cendawan pada ekosistem tersebut, bahwa di daerah tropis perbedaan suhu ditentukan oleh tinggi tempat. Perbedaan suhu yang kecil, hanya menimbulkan perbedaan-perbedaan kecil dalam tekanan udara. Iklim memegang peranan penting dalam menentukan kandungan nitrogen tanah melalui pengaruh temperatur dan suplai air terhadap kegiatan tanaman dan mikroorganisme tanah. Lapisan olah tanah pertanian mengandung 0,02% 0,4% nitrogen. Nitrogen yang lebih kecil dibandingkan dengan ketinggian 301 -600 mdpl dan 601 900 mdpl. Suhu juga relatif lebih tinggi didaerah 0-300 mdpl dibandingkan didaerah yang lain. Yang menunjukkan adanya penurunan kandungan Nitrogen tanah dengan semakin meningkatnya temperatur. Diduga temperatur berpengaruh terhadap kegiatan

62

mikroorganisme tanah dalam hubungannya dengan pembentukan bahan organik tanah. Keadaan iklim dan topografi juga mempengaruhi tertimbunnya air melalui curah hujan tinggi akan meningkatkan penyimpanan Nitrogen dalam tanah (Zahara, 2007). C. Alat dan Cara Kerja 1. Alat a. Termometer b. Hygrometer c. Barometer d. Altimeter 2. Cara Kerja a. Siapkan alat-alat yang digunakan meliputi : thermometer, hygrometer, barometer dan altimeter. b. Lakukan perjalanan siang (pukul 11.00 WIB sampai 12.00 WIB) dari Solo sampai Tawangmangu. Amati komponen cuaca pada beberapa ketinggian seperti Solo (UNS), Karanganyar, Karangpandan dan Tawangmangu. c. Lakukan perjalanan sore (pukul 14.00 WIB sampai 15.00 WIB) dari Tawangmangu ke Solo dan lakukan pada pengamatan yang sama. d. Lakukan analisis dan interpretasi data yang diperoleh, buatlah komentar dan kesimpulan dari data yang didapat.

D. Hasil Pengamatan 1. Hubungan Altitute dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH Tabel 4.1 Hubungan Antara Altitute dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH Lokasi waktu Ketinggian Suhu RH (%) Tekanan

63

Solo Karanganyar Karangpandan Tawangmangu

09.40 10.05 10.15 10.45

(mdpl) 130 252 661 1075

(oC) 30 30 30 29,5 32 31 30

52 48 42 40 50 50 45

(hpa) 998 986 942 896 983 938 895

Solo Karanganyar 13.30 252 Karangpandan 13.05 661 Tawangmangu 12.45 1075 Sumber : Hasil Pengamatan

2.

Iklim mikro di Ampel

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Iklim Mikro di Ampel 09.30 WIB 7o 15 44,5LS dan 110o 27 1,8BT 488 m dpl 9% >100% 36% 8230 FC 35oC 5,8 pasang surut Ketela pohon (Manihot utilisima) 10% Enceng gondok (Eichhornia classipes) 55% Talas (Colacasia esculenta) 5% Pisang (Musa paradisiaca) 5% Rumput teki (Herbacious) 20% Kopi (Coffea arabica) 5% Sumber : Hasil Pengamatan 3. Iklim mikro di Rawapening Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Iklim Mikro di Rawapening Pukul Letak Geografis Ketinggian Kemiringan 09.30 WIB 7o 26 365LS dan 110o 32 065BT 720 m dpl 5% Pukul Letak Geografis Ketinggian Kemiringan Kelembaban RH Intensitas Radiasi Suhu pH Lahan Vegetasi

64

>100% 46% 4880 FC 31oC 5,2 Tadah hujan, pasang surut Kopi (Coffea arabica) 5% Kelapa (Cocos nucifera) 10% Pisang (Musa paradisiaca) 5% Lain-lain 20% Sumber : Hasil Pengamatan

Kelembaban RH Intensitas Radiasi Suhu pH Lahan Vegetasi

E. Pembahasan

Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan bumi. Hal ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah mendapat tekanan udara dari yang diatasnya. Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum Agroklimatologi Acara 4 Hubungan antara Altitude dengan Tekanan Udara, Suhu Udara dan RH didapatkan hasil pengamatan yang berbeda dengan teori yang ada. Hal tersebut terjadi bukan karena adanya kesalahan baik itu kesalahan manusia maupun kesalahan alat. Secara singkat, terdapat kecocokan dengan teori yang ada selama ini. Udara tidak terdistribusi secara merata di permukaan bumi. Pada suatu area dengan udara tipis atau jarang, tekanan udara permukaan juga rendah. Sementara pada daerah dengan udara tebal atau padat, tekanan udara di permukaan juga tinggi. Tekanan udara merupakan gaya berat kolom udara dari permukaan tanah sampai puncak atmosfer per satuan luas.

65

Secara teoritis hubungan antara ketinggian tempat dengan suhu udara adalah semakin tinggi ketinggian suatu tempat, maka semakin rendah suhu udara tempat tersebut. Pada lapisan trophosfer yang mana merupakan satusatunya lapisan atmosfer yang dapat dihuni oleh makhluk hidup, lapisan troposfer memiliki karakteristik sifat lapse rate. Yang mana semakin bertambah ketinggian, suhu menurun. Hal itu dikarenakan berbagai faktor, seperti angin dimana angin bertiup dari daerah rendah ke daerah tinggi, dikarenakan tekanan di daerah rendah lebih besar dan tekanan didaerah tinggi ke tekanan rendah, menjadikan daerah tnggi lebih banyak angin dan lebih rendah suhunya. Lalu dikarenakan vegetasi di daerah tinggi lebih banyak serta lebih besar seperti pinus yang dapat hidup di tempat tinggi, hal itu menjadikan daerah tinggi lebih sejuk dan suhu menjadi lebih rendah. Semakin tinggi suatu tempat, lapisan udara di tempat itu semakin tipis dan semakin renggang. Akibatnya, tekanan udara semakin rendah. Tekanan udara disuatu tempat pada umumnya dipengaruhi oleh penyinaran matahari. Daerah yang lebih banyak mendapat penyinaran akan menjadikan suhu naik dan tekanan akan turun seperti pada daerah rendah. Pada daerah tinggi, penyinaran yang didapat sedikit, menjadikan suhu relatif lebih rendah, dan tekanan menjadi tinggi. Tekanan udar dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya pada tempat dan waktu yang berbeda, besar tekanan udara juga berbeda-beda. Menjadikan gambaran dari tekanan udara adalah semakin ke atas semakin menurun. Hubungan antara ketinggian tempat dengan suhu yaitu berbanding terbalik. Hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti kelembaban, Pada tempat yang lebih tinggi angin banyak bertiup, banyak vegetasi seperti pinus, intensitas radiasi matahari yang rendah akan membuat kelembaban tinggi hingga membuat suhu akan semakin rendah. Tekanan udara pada lokasi yang tinggi adalah rendah, sedang kolasi yang lebih rendah memiliki tekanan udara yang tinggi hal itu membuat angin bertiup dari lokasi yang rendah ketinggi, dikarenakan angin bergerak dari tekanan tinggi ketakanan yang rendah, angin yang banyak akan menurunkan suhu suatu

66

tempat. Intensitas cahaya, dimana intensitas cahaya pada lokasi yang tinggi lebih sedikit, mungkin dikarenakan banyaknya awan dan vegetasi yang menhambat sinar atau radiasi matahari hingga akan menurunkan suhu suatu tempat. Angin yang banyak disuatu lokasi menurunkan suhu suatu lokasi tersebut, pada lokasi yang tinggi akan memiliki angin yang lebih banyak dari pada lokasi yang rendah, hal itu dikarenakan tekanan udara pada lokasi yang tinggi lebih rendah dari pada lokasi yang rendah, hingga mengakibatkan pada lokasi yang tinggi memiliki suhu yang rendah. Vegetasi yang ada di suatu lokasi akan menurunkan suhu dikarenakan vegetasi dapat meningkatkan kelembaban pada suatu lokasi, dengan lokasi yang lembab akan menurunkan suhu, vegetasi pada daerah tinggi lebih banyak, karena daerah tinggi lebih banyak dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan hingga membuat suhu lebih rendah. Awan yang banyak pada daerah yang tinggi akan menghambat sinar radiasi matahari, hingga mengakibatkan suhu yang lebih rendah. Hubungan ketinggian tempat dengan tekanan dan intensitas cahaya secara umum berbanding terbalik, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah tekanan udaranya dan semakin tinggi tempat, maka semakin rendah pula intensitas cahayanya. Hal itu dikarenakan keadaan alam dari lokasi, misalnya saja lokasi yang memiliki vegetasi yang banyak akan menjadikan intensitas cahaya matahari banyak terhambat, sehingga suhu menurun dan suhu yang rendah akan membuat tekanan udara ikut rendah. Dengan suhu yang sama kelembaban bisa berbeda, hal itu dikarenakan dalam pengamatan waktunya berbeda, kondisi dan pengaruh tempat, seperti di tepi jalan, waktunya apakah pagi atau sore hari karena waktu mempengaruhi intensitas radiasi matahari, dimana waktu pagi, intensitas radiasi matahari lebih kecil dari pada siang dan akan menurun saat sore hari, dan juga pengaruh banyak awan juga dapat mempengaruhi kelembaban, dimana awan yang banyak mengurangi intensitas radiasi dan akan meningkatkan kelembaban suatu tempat. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi RH adalah ketinggian tempat, intensitas radiasi, suhu, vegetasi, keadaan awan dan waktu.

67

Berdasarkan hasil pengamatan di dua lokasi tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, semakin rendah lokasi tempatnya, intensitas cahaya semakin rendah juga, tapi RH menjadi tinggi. Hal itu sesuai dengan teori, tetapi pada tabel ketinggian berbanding terbalik dengan RH, mungkin karena pengaruh dari faktor lain, seperti suhu, tekanan udara, intensitas cahaya, angin, waktu pengukuran dan keadaan awan. Hubungan ketinggian tempat dengan suhu udara yaitu berbanding terbalik. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, antara lain kelembaban udara, keadaan awan, dan tekanan udara. Jika semakin tinggi suatu tempat maka suhu akan semakin turun dan jika semakin rendah suatu tempat maka suhu akan naik. Hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan dan intensitas cahaya yaitu berbanding terbalik. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udaranya semakin rendah dan intensitas cahaya juga rendah. Dalam hal ini hubungan antara ketinggian tempat dengan tekanan dan intensitas cahaya dipengaruhi oleh keadaan awan, kemiringan lereng, dan vegetasi. Hubungan RH dengan ketinggian tempat berbanding lurus. Apabila semakin tinggi suatu tempat maka tekanan akan semakin tinggi dan apabila semakin rendah suatu tempat maka tekanan akan semakin rendah. Dari data pengamatan, kelembaban turun jika semakin tinggi suatu tempat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan awan saat itu dan tejadinya penguapan F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan

a. Semakin tinggi tempat, intensitas cahaya semakin rendah dan suhu semakin turun.
b. Semakin tinggi tempat, semakin tinggi pula kelembabannya.

c. Semakin tinggi tempat, semakin rendah tekanan udara dan semakin rendah pula intensitas cahayanya.
d. Faktor yang mempengaruhi RH adalah ketinggian tempat, intensitas

radiasi, suhu, vegetasi, keadaan awan dan waktu.


2. Saran

68

a. Saat pelaksanaan praktikum diharap segera dimulai pada waktunya, jadi praktikan tidak terlalu lama menunggu. b. Akan lebih bermakna jikalau praktikum dilaksanakan bukan diruang kelas, akan tetapi di Balai Metereologi dan Geofisika.

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta. Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor. Lakitan. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada, Jakarta Kensaku. 2002. Hidrologi Untuk Pertanian. PT. Pradya Paramita. Jakarta. Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor. Wikipedia. 2010. Kelembaban. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembapan. Diakses tanggal 25 Mei 2011 _______. 2010. Kelembaban Relatif. http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Mei 2011 Zahara, Hafni dan Lenny Hartati Harahap.2007. Identifikasi Jenis Cendawan pada Tanaman Cabai (Capsicum annum) pada Topografi yang Berbeda. Seminar Temu Teknis Pejabat Fungsional Non Peneliti.

69

V. TERMOHYGROGRAPH
A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Dunia pertanian merupakan dunia yang tidak lepas akan

keterkaitannya dengan kondisi sekitar dimana tanaman tumbuh. Suhu udara pada sekitar tanaman dan juga kelembaban udara di sekitar tanaman dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman. Oleh karena itu, diperlukan suatu adanya penelitian yang meneliti akan keterkaitan antara tanaman dengan suhu udara dan kelembaban udara. Tanaman akan dapat mampu berkembang dengan optimal jikalau berada pada lingkungan tumbuh yang ideal. Jika lingkungan tumbuhnya tidak berada dalam kondisi yang ideal, maka dapat dimungkinkan tanaman tersebut tidak akan mampu memproduksi hasil tanaman yang maksimal. Suhu udara merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan produksi pertanian. Jika tanaman berada pada lingkungan dengan kondisi suhu udara yang tidak ideal, maka tanaman tersebut mampu beradaptasi akan tetapi tidak akan maksimal dalam berproduksi.

70

Kelembaban udara juga merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap jenis (species) tanaman memiliki spesifikasi lingkungan tumbuh yang berbeda-beda. Namun pada umumnya tanaman, jika kelembaban udara sangat rendah (seperti pada daerah gurun pasir) maka tanaman tidak akan tumbuh optimal (kecuali tanaman yang mampu beradaptasi dengan kelembaban udara yang rendah). Termohygrograph digunakan untuk memonitor perubahan suhu udara dan kelembaban udara secara kontinyu pada periode tertentu (harian atau mingguan). Monitoring suhu udara dan kelembaban udara ini biasanya dilakukan pada ruang penyimpanan (benih, biji-bijian dan buah), pada ruang kultur mikro organisme, atau ruang untuk kultur insek dan lain-lainnya. Selain itu monitoring suhu udara dan kelembaban udara juga sangat perlu diperlukan pada saat penetasan telur unggas dengan mesin penetas. Sehingga diharapkan suhu udara stabil dan juga kelembaban udara tinggi. 2. Tujuan Praktikum 68 Tujuan Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk Acara 5 Termohygrograph bertujuan untuk monitoring atau memantau suhu udara dan RH udara pada suatu tempat secara kontinyu pada periode tertentu (mingguan). 3. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk Acara 5 Termohygrograph dilakukan pada periode bulan April sampai Mei 2011 di Fakultas Pertanian UNS. Tempat atau obyek pengamatan meliputi : ruang laboratorium kultur jaringan, rumah kaca dan ruang terbuka.

B. Tinjauan Pustaka

71

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut (Wikipedia, 2011). Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi simuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-rata 0,6 C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 C (Benyamin, 1997). Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 C 6 C tiap kenaikan 1000 meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik (Handoko, 1994). Angin dan suhu mempengaruhi jalan dan luasnya zat pencemaran udara. Dalam keadaan normal udara dekat permukaan tanah dihangatkan oleh panas yang dipancarkan dari tanah. Udara itu kemudian naik sambil membawa zat pencemar keatas kemudian dihembuskan oleh angin di udara bagian atas. Jika terjadi inversi suhu, udara yang hangat akan berada diatas udara dingin seperti suat loteng. Pada dasarnya suhu tinggi merangsang pembentukan Co dan O. Jika camporan ekuilibrim pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, Co akan tetap

72

berada didalam campuran yang telah didingankan tersebut karena dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu rendah (Kensaku, 2002). Temperatur (suhu) merupakan salah satu sifat tanah yang sangat penting secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembapan, aerasi, stuktur, aktifitas mikroba dan enzimetik, dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Tenperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Proses alam, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung dipengaruhi oleh temperatur tanah (Hanafiah, 2005). Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 C (86 F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 C (32 F) (Wikipedia, 2010). Kelembaban relatif merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fasa gas. Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut. Kelembaban relatif menggunakan satuan persen dan dihitung dengan cara berikut: RH = RH P H2O X H2O campuran. x 100 % : Kelembaban relatif campuran : Tekanan parsial uap air dalam campuran : Tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut dalam

73

Maka RH atau Kelembaban Relatif bergantung pada beberapa hal diatas. Namun RH tertinggi terjadi pada saat proses pengembunan maksimal (Wikipedia, 2010). C. Alat dan Cara Kerja 1. Alat a. Termohygrograph seri TN-2500 b. Kertas pias c. Tinta Recorder 2. Cara Kerja 1. Siapkan alat termohygrograph, pasang kertas pias pada drum. 2. Setel alat pada posisi mingguan, pasang drum kembali dan letakkan pada tempat yang akan dimonitor. 3. Lakukan inspeksi setiap hari mengenai kelancaran jalannya alat, seperti tinta recorder dan timer yang sudah diseting. 4. Setelah satu minggu, lakukan pelepasan kertas pias dan lakukan pengamatan terhadap data yang telah diperoleh. 5. Pasang kertas pias yang baru, letakkan alat pada tempat yang berbeda, lakukan prosedur serupa. 6. Lakukan pembacaan data yang diperoleh dan carilah kapan terjadi suhu tinggi, suhu terendah, RH tertinggi serta RH terendah.

D. Hasil Pengamatan Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Acara 5 pada Ruang Kultur Jaringan Tanggal 1 Suhu Suhu Selisih RH RH Selisih Maximum Minimum Suhu maximum minimum RH Senin 24 19 5 85 67 18 Hari

74

2 Selasa 21 3 Rabu 21 4 Kamis 22,5 5 Jumat 22 6 Sabtu 21 7 Minggu 21 Sumber : Hasil Pengamatan

19,5 19,5 19,5 20 19,5 19

1,5 1,5 3 1 2 2

72 72,5 73 71,5 73 78

59 59 60 59 59 61

13 13,5 13 12,5 14 17

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Acara 5 pada Rumah kaca Suhu Suhu Selisih RH RH Selisih Maximum Minimum Suhu maximum minimum RH 18 I 31,5 23 8,5 90 60 30 19 II 32 23 9 89 62 27 20 III 30 22 8 96 67 29 21 IV 31,5 22 9,5 94 62 32 22 V 32 23 9 89 59 30 23 VI 34 22 12 89 50 39 24 VII 34 22,5 11,5 88 53 35 Sumber : Hasil Pengamatan Tabel 5.3 Hasil Pengamatan Acara 5 pada Tempat Terbuka Tanggal Hari Suhu Suhu Selisih RH RH Selisih Maximum Minimum Suhu maximum minimum RH 18 19 20 21 22 23 24 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu 28 30 28 28 29,5 28,5 30,5 25 24 23,5 23,5 24 22,5 22k 3 6 4,5 4,5 5,5 6 8,5 82 89 91 90 84 93 88 69 58 62 61 60 64 57 13 31 29 29 24 29 31 Tanggal minggu

Sumber : Hasil Pengamatan E. Pembahasan Pada dasarnya prinsip kerja Air Conditioner (AC) menggunakan prinsip yang sangat sederhana sekali. Yakni, suhu rendah, kelembaban juga rendah sehingga suhu dan kelembaban bisa diminimalkan. Adapun prinsip kerja dari AC adalah sebagai berikut :

75

1. Udara di dalam ruangan dihisap oleh kipas sentrifugal yang ada dalam evapolator dan udara bersentuhan dengan pipa coil yang berisi cairan refrigerant. Dalam hal ini refrigetrant akan menghisap panas udara sehingga udara menjadi dingin dan refrigerant akan menguap dan dikumpulkan dalam penampung uap. 2. Tekanan uap yan berasal dari evaporator disirkulasikan menuju kondensor selama proses kompresi berlangsung, temperatur dan tekanan uap refrigerant menjadi naik dan ditekan kedalam kondensor. 3. Untuk menurunkan tekanan refrigerant yang bertekanan tinggi digunakan katup ekspansi untuk mengatur laju aliran refrigerant yang masuk kedalam evaporator.
4. Pada saat udara kelui panas. Uap keluar dari condensor udara menjadi

panas. Uap refrigerant memberikan panas kepada udara pendingin dalam kondensor menjadi embun pada pipa kapiler. Dalam mengeluarkan panas pada kondensor, dibantu oleh kipas propeller. 5. Pada sirkulasi udara dingin terus menerus dalam ruangan, maka perlu adanya thermostat untuk mengatur suhu dalam ruangan/ sesuai dengan keinginan. 6. Udara dalam ruangan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara di luar, sebab udara didalam dihisap oleh sentrifugal yang terdapat pada evaporator. Disini terjadi perpindahan panas sehingga suhu dalam ruangan relatif lebih dingin dari sebelumnya. 7. Suhu diluar ruangan lebih panas dibandingkan di dalam ruangan, sebab udara yang ada didalam ruangan yang dihisap oleh kipas sentrifugal dan bersentuhan dengan evaporator, serta dibantu dengan komponen AC lainnya, udara dalam ruangan di keluarkan oleh kipas udara kondensor. 8. Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di kondensor dengan mudah di cairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled atau uap refrigerant menyerap panas udara pendingin dalam kondensoor sehingga mengembun dan menjadi cairan diuar pipa evapotrator.
9. Karena air atau udara pendingin menyerap panas dari refrigerant, maka air/

udara tersebut jadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Uap refrigerant

76

yang sudah menjadi ini, kemudian dialirkan kedalam pipa evaporator melalui katub ekspansi. Kejadian ini akan berulang kembali seperti di atas. Pada ruang kultur pada laboratorium kultur jaringan selalu menggunakan AC kontinyu karena prinsip kerja AC kontinyu karena prinsip kerja AC (Air Conditioner) yang membuat suhu menjadi rendah sehingga akan terasa dingin, namun dengan kelembaban yang rendah juga. Karena pada dasarnya apabila suhu menurun maka kelembaban akan naik. Jadi, biasanya suhu dan kelembaban itu akan berbanding terbalik nilainya tetapi pada ruangan ber-AC akan ada sedikit perbedaan. Pada ruang kultur di laboratorium kultur jaringan selalu menggunakan AC kontinyu dikarenakan media tanam yang digunakan berupa agar-agar. Jadi, suhu dingin dapat mampu menjaga agar media tersebut tetap padat serta meminimalkan kontaminasi. Suhu udara pada dalam ruangan rumah kaca selalu lebih tinggi daripada suhu dilingkungannya, hal ini disebabkan panas yang telah masuk ke rumah kaca tidak dapat dilepaskan kembali sehingga terperangkap dalam rumah kaca. Maka mengakibatkan suhu udara di dalam rumah kaca lebih tinggi. Pada kondisi yang terjadi di dunia saat ini, efek gas rumah kaca dapat dirasakan. Yakni suhu udara global naik. Adapun yang berperan sebagai kaca dalam Green House Effect ini adalah gas CO2. Gas tersebut mampu menangkap panas yang telah diterima, akan tetapi sulit sekali untuk melepaskan panas tersebut. Kelembaban udara relatif (RH) rumah kaca selalu lebih tinggi daripada kelembaban udara relatif (RH) pada tempat terbuka dikarenakan pada rumah kaca terdapat lebih banyak tanaman yang mampu bertranspirasi sehingga secara total evapotranspirasi rumah kaca besar. Hal demikian bermakna kandungan uap air pada dalam rumah kaca besar maka kelembaban udara relatifnya (RH) juga besar. Pembuatan rumah kaca pada daerah tropis dengan pembuatan rumah kaca pada daerah sub tropis sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya gerak semu matahari. Yang mana jika dilihat dari bumi, matahari seolah-olah berpindah posisi. Terkadang berada di sebelah utara katulistiwa,kadang pula di sebelah selatan katulistiwa. Sehingga pembuatan rumah kaca pada daerah

77

subtropis perlu sekali untuk memperhatikan adanya gerak semu matahari. Sebab pembuatan rumah kaca dengan memperhatikan adanya gerak semu matahari akan dapat mampu mengoptimalkan sumber energi yang ada. Sehingga secara tidak langsung, rumah kaca tersebut akan dapat mampu menghasilkan tanaman yang baik pula. Pengaruh ruangan ber AC terhadap suhu udara dan RH yaitu suhu dan RH menjadi fluktuatif sehingga menjadi stabil. Pengaruh rumah kaca terhadap suhu udara dan RH yaitu suhu udara menjadi meningkat dan RH menjadi menurun. Pengaruh ruang terbuka terhadap suhu udara dan RH yaitu suhu dan kelembaban tidak bisa stabil karena adanya angin juga akan mempengaruhi suhu dan RH. Berdasarkan hasil pengamatan ketiga lokasi pengamatan kelembaban udaranya mencapai angka 81. Hal tersebut dapat dikarenakan perbedaan pada termohygograph selain itu juga bisa dikarenakan perbedaan waktu pengambilan data yang mana seharusnya dilakukan secara bersama-sama. Sebab saat ini perubahan iklim telah menjadi realita. Jadi sangat dimungkinkan dengan perbedaan waktu pengambilan data menyebabkan hal tersebut. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Untuk mengetahui catatan data akan suhu udara dan kelembaban udara perlu dibuat satu alat yang mampu memonitoring secara keseluruhan, kontinyu dan pada periode tertentu, yakni termohygrograph. b. Suhu udara dan kelembaban udara berperan penting terutama pada saat tanaman baru memasuki proses pembenihan dan pertunasan, penetasan telur unggas, dan lain sebagainya yang pada intinya suhu udara dan kelembaban udara berperan dalam pertanian secara luas. c. Dengan mengetahui suhu udara dan kelembaban udara yang ideal, maka bisa dimungkinkan untuk membuat suatu alat yang mampu memodifikasi iklim secara mikro sehingga mampu meningkatkan daya guna dan daya hasil produk pertanian.

78

d. Pada kondisi umum, bila suhu tinggi maka kelembaban udaranya rendah. Kecuali pada daerah pantai, meskipun bersuhu tinggi akan tetapi kelembaban udaranya juga tinggi sebab banyaknya evaporasi dari laut.
e. Pada praktikum kali ini didapatkan hasil rata-rata berkisar 80 keatas

untuk RH-nya pada ketiga lokasi yang berbeda.

2. Saran
a. Ada baiknya dalam praktikum Agroklimatologi Acara 5 ini praktikan

dibimbing

secara

langsung

metode

dan

cara

penggunaan

termohygrograph. b. Pengamatan hendaknya dilakukan pada rentang waktu yang sama pula. Sehingga bisa didapatkan hasil pengamatan yang akurat dan teruji validitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin, Lakitan. 1997. Klimatologi Dasar. Radja Grafindo Persada. Jakarta.

79

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Radja Grifindo Persada. Jakarta. Handoko. 1994. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Bogor. Kensaku. 2002. Hidrologi Untuk Pertanian. PT. Pradya Paramita. Jakarta. Wikipedia. 2010. Kelembaban. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelembapan. Diakses 7 Juni 2011 _______. 2010. Kelembaban Relatif. http://id.wikipedia.org. Diakses 7 Juni 2011 _______. 2011. Suhu. http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu. Diakses 7 Juni 2011

VI. KLASIFIKASI IKLIM


A. Pendahuluan

80

1. Latar Belakang Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan dalam jangka waktu yang singkat. Iklim adalah ratarata keadaan cuaca pada suatu wilayah yang luas dalam jangka waktu yang lama. Baik iklim maupun cuaca terbentuk karena gabungan unsur-unsur iklim/cuaca. Iklim maupun cuaca sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup yang ada di permukaan bumi. Cuaca sering kali berubah-ubah dan dapt mempengaruhi metabolisme makhluk hidup. Cuaca juga merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia karena cuaca mempengaruhi kegiatan dan aktifitas manusia. Manusia hingga saat ini belum dapat mengendalikan iklim dalam wilayah yang cukup luas. Untuk itu, manusia hanya dapat memperkirakan keadaan cuaca dan menyesuaikan diri dengannya sebaik mungkin. Untuk itu, manusia perlu mempelajari iklim/cuaca. Karena terlalu banyaknya kombinasi dari unsur iklim/cuaca yang ada, menyebabkan keberagaman iklim pula. Untuk mempermudah mempelajari iklim/cuaca, manusia manusia menggolongkan iklim/cuaca tersebut. Klasifikasi Schmidt-Fergoson adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang.

2. Tujuan Praktikum

78

Acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan dengan tujuan mahasiswa dapat mengklasifikasikan iklim berdasarkan data curah hujan selama 10

81

tahun. serta mahasiswa dapat membedakan antara Klasifikasi Iklim Oldeman dan Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson. 3. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Mata Kuliah AgroklimatolAogi pada Acara 6 Klasifikasi Iklim dilaksanakan pada tanggal 16 April 2011 sampai 15 Mei 2011 (bergantung pada shift masing-masing kelompok) bertempat di Fakultas Pertanian UNS.

B. Tinjauan Pustaka Klasifikasi iklim menurut Oldeman didasarkan atas kebutuhan air dan hubungannya dengan tanaman pertanian yang sangat diperlukan. Pembagian iklim menurut Oldeman adalah sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. A1 bulan basah lebih dari 9 bulan berurutan; B1 7-9 bulan basah berurutan dan satu bulan kering; B2 7-9 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering; C1 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering; C2 5-6 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering; C3 5-6 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering; D1 3-4 bulan basah berurutan dan satu bulan kering; D2 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering;

9. D3 3-4 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering;

10. D4 3-4 bulan basah berurutan dan lebih dari 6 bulan bulan kering; 11. E1 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering; 12. E2 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering; 13. E3 kurang dari 3 bulan basah berurutan dan 5-6 bulan kering; 14. E4 kurang dari 3 bulan basah berurutan lebih dari 6 bulan (Ahmadi,2010). Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis

82

vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987). Suatu wilayah yang mempunyai kondisi iklim cocok untuk tanaman akan memungkinkan untuk dikembangkan sebagai pusat produksi.pusat produksi tanaman adalah suatu daerah yang telah terbukti memenuhi persyaratan kesesuaian iklim pada wilayah yang cukup luas dengan produktivitas tinggi (ton/ha/musim panen) dalam jangka waktu lama. Konsepsi dasar dalam pewilayahan kmoditi secara bertahap, diawali dengan study agroekologi utama yang hanya mempertimbangkan faktor biofitis yaitu iklim, tanah dan toposifiografi (Nasir, 2001). Di indonesia banyak menggunakan metode klasifikasi iklim selain menurut Koppen (1931) juga menurut Schmidt dan Ferguson (1951) yang semula dimaksudkan untuk keperluan kehutanan, tetapi juga ternyata juga cocok untuk kepentingan tanaman perkebunan perenial. Dasar klasifikasi menggunakan distribusi curah hujan bulanan dalam penentuan bulan basah (bulan dengan curah hujan > 100 mm) dan bulan kering (bulam dengan curah hujan < 60mm). Metode klasifikasi lain yang tergolong baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengandung diskusi mengenai batasan dan kriteria yang digunakan adalah yang dibuat oleh Oldeman (1975). Sistem yang dibuat khusus untuk tanaman pangan/semusim ini menggunakan data curah hujan rata-rata jangka panjang untuk menentukan bulan basah (bulan dengan curah hujan > 200 mm), bulan lembab (bulan dengan curah hujan antara 100-200 mm), dan bulan kering (bulan dengan curah hujan < 60 mm) secara berturutturut (Laimeheriwa, 2002). Sistem klasifikasi lain yang tergolong baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengandung diskusi mengenai batasan dan kriteria yang digunakan. Namun demikian, untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna khususnya dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di

83

Indonesia. Oldeman telah membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Kriteria dalam klasifikasi iklim ini didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL), dan bulang kering (BK) yang batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman (Handoko, 1992). Klisifikasi iklim umumnya sangat spesifik, yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk kegunaan dibidang pertaniaan, penerbangan atau kelautan. Klasifikasi iklim yang spesifik sesuai dengan kegunaannya ini tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi dengan hanya memilih data tentang unsur atau unsur-unsur iklim yang relevan, yang secara langsung akan mempengaruhi aktifitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002). Pada hakikatnya kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh suatu efisiensi informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. Karena itu, analisis statistik unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana. Tiap klasifikasi dibuat berdasarkan tujuan tertentu dari pembuatnya, dengan luas cakupan wilayahnya mulai dari yang terbatas (lebih kecil dari negara) sampai yang luas (regional atau dunia). Sehingga dalam menggunakan klasifikasi iklim perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi perhatian (Handoko, 1983). Penanaman pohon pada zona terdekat dengan pantai (sempadan laut) perlu dilaksanakan serentak sepanjang kawasan pantai (0-200 m). Pilih pohon perintis yang cepat besar, misalnya talok (kersen, Muntingia calabura) atau trembesi (Albizia saman) untuk menghasilkan biomassa sehingga kelak menjadi sumber bahan organik tanah, memperbaiki iklim mikro dan mengatasi angin dari laut, konservasi air, menjaga diversitas biota tanah, menjadi habitat burung, lebah dan kelelawar, dan wahana rekreasi (Yumono,2009). C. Alat dan Cara Kerja 1. Alat a. Alat Tulis b. Data Iklim

84

2. Cara Kerja a. Melakukan pengamatan pada data curah hujan yang telah didapat.
b. Menghitung dan mengklasifikasikan iklim dalam klasifikasi menurut

Schmidt-Ferguson dan klasifikasi iklim menurut Oldeman. D. Hasil Pengamatan 1. Curah Hujan Kecamatan Gondangrejo Tabel 6.1 Data Curah hujan bulanan rata-rata kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar Tahun 2000-2010 Bulan Rata-rata (mm) Januari 268 Februari 337,5 Maret 319,4 April 206,8 Mei 111,9 Juni 53,8 Juli 17,1 Agustus 14,1 September 49,9 Oktober 213,1 November 229,2 Desember 221,1 Jumlah 2041,9 Sumber : Data Rekapan Menurut Oldeman a. Bulan lembab : Mei b. Bulan kering : Juni, Juli, Agustus, September c. Bulan basah : Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November dan Desember Menurut Schemidt-Ferguson a. Bulan lembab : b. Bulan kering : Juni, Juli, Agustus dan September c. Bulan basah : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November dan Desember 2. Curah Hujan Kota X

85

Tabel 6.2 Data curah hujan rata-rata kota X tahun 1995 sampai dengan tahun 2004. Bulan Jan Feb 336, 7 Mar 336, 9 Apr Mei 191 76,2 2 Jun 68,6 7 Jul 42,1 1 Ags 20,5 6 Sep 16,5 6 Okt 190, 9 Nov 258, 8 Des 180,2

Jum. 333, Hujan 7 (mm/th)

Sumber : Data Rekapan Menurut Schemidt Ferguson Bulan lembab Bulan Kering Bulan Basah Desember (7) Q = = = 42,86% tipe iklim C (agak basah) : Mei, Juni (2) : Juli, Agustus,September (3) : Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November,

3. Curah Hujan Kecamatan Jenawi Table 6.3 Data Curah Hujan 16 Tahun (1995-2009) Kecamatan Jenawi
Tahun bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September 1994 674 448 635 263 120 12 0 0 0 1995 698 692 547 244 251 372 39 0 61 1996 436 514 448 204 52 26 33 83 65 1997 496 541 150 461 339 52 22 1 0 1998 621 606 791 744 345 385 330 41 218 1999 791 518 503 221 122 61 92 61 0 2000 479 649 773 848 193 71 2 36 3 2001 570 334 450 600 68 156 103 19 121 2002 500 482 547 459 100 0 10 12 7 2003 482 622 491 110 11,8 33 0 11 60,3 2004 592 714 405 235 345 56 244 0 28,5 2005 700 471 419 351 80 235 124 24 126 2006 488 514, 5 211, 5 394 639 27 2 0 0 2007 314 1018 476 766 96 238 22 9 0 2008 586 441 754, 5 225 265, 5 34 0 14 10 2009 702 632 406,5 327 315,5 138,5 36 2 68 total 912 858 663 645 265 175 105 31 67

86

Oktober November Desember

14 163 287

204 648 432

475 655 309

15 278 684

466 333 502

395 962 663

373 789 180

574 423 388

62 307 429

142 316 399

62,5 578, 5 587, 5

132 315 615, 5

3 66 748

75 395 1138

317 505 220

2085 301 346

324 645 672

Sumber : Data rekapan

4. Curah Hujan Kecamatan Ngargoyoso Tabel 6.4 Rerata Curah Hujan 15 tahun (1994-2009) Kecamatan Ngargoyoso .
Bulan Jum.hujan (mm/th) Jan 570,56 Feb 536,36 Mar 414,69 Apl 403,19 Mei 165,63 Jun 109,88 Jul 66,19 Agust 19,56 Sept 42,44 Okt 202,94 Nov 403,5 Des 420,31

Sumber : Data rekapan

Menurut Oldeman Bulan lembab Bulan Kering Bulan Basah Desember (7) Q= = = 22,22% (Basah) : Mei, Juni (2) : Juli, Agustus, September (3) : Januari, Februari, Maret, April, Oktober, November,

87

E. Pembahasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim di Indonesia dapat diperinci sebagai berikut : 1. Faktor alami a. Pada skala global (bumi secara keseluruhan) Kepulauan Indonesia dikelilingi oleh dua samudra yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik dan berbatasan dengan dua benua yaitu benua Austalia dan benua Asia. b. Pada skala regional Kepulauan Indonesia terdiri atas lima pulau besar dan ribuan pulau kecil, dikelilingi dan diantarai oleh laut-laut dan selat-selat. c. Pada Skala Lokal Gunung-gunung yang menjulang tinggi besar pengaruhnya atas penyebaran curah hujan dan suhu. Iklim dapat dipengaruhi oleh pegunungan. Pegunungan menerima curah hujan lebih dari daerah dataran rendah karena suhu di atas gunung lebih rendah daripada suhu di permukaan laut. 2. Faktor buatan a. Pengaruh Manusia Faktor di atas mempengaruhi iklim secara alami. Namun kita tidak bisa melupakan pengaruh manusia di iklim kita miliki. Kami telah mempengaruhi iklim sejak kita muncul di bumi ini jutaan tahun lalu. Pada waktu itu, yang mempengaruhi iklim kecil. Pohon-pohon ditebang untuk menyediakan kayu untuk api. Pohon mengambil karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Penurunan pohon karena itu akan telah meningkatkan jumlah karbondioksida di atmosfer. Revolusi Industri, mulai pada akhir abad 19, telah memiliki pengaruh yang besar pada iklim.. Penemuan motor mesin dan meningkatkan pembakaran bahan bakar fosil telah meningkatkan jumlah karbondioksida di atmosfer. Jumlah pohon yang ditebang juga meningkat, yang berarti bahwa karbondioksida dihasilkan ekstra tidak dapat diubah menjadi oksigen.

88

Klasifikasi iklim Oldeman digunakan untuk penanaman padi dan palawija sedangkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson digunakan untuk tanaman tahunan. Menurut klasifikasi iklim oldeman dapat dinyatakan bulan basah dimana x > 200 mm, bulan lembab 100<x<200 mm, sedangkan bulan kering adalah x<100mm. Berdasarkan data curah hujan tersebut, didapat bulan lembab hanya terjadi satu kali pada bulan mei, sedangkan bulan kering terjadi 4 kali pada bulan Juni, Juli, Agustus, dan September, untuk bulan basah terjadi 7 kali pada bulan januari, Februari, Maret, April, Oktober, November dan Desember. Hal itu menunjukan bahwa kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar memiliki iklim tipe D2 hal itu dikarenakan dalam 1 tahun terdapat 3-4 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering. Sedangkan pada kabupate Jenawi Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan Jenawi tersebut, didapat bulan lembab hanya terjadi 2 kali pada bulan mei dan Juni, sedangkan bulan kering terjadi 3 kali pada bulan Juli, Agustus, dan September, untuk bulan basah terjadi 7 kali pada bulan januari, Februari, Maret, April, Oktober, November dan Desember. Hal itu menunjukan bahwa kecamatan Jenawi memiliki iklim zona B2 hal itu dikarenakan dalam 1 tahun terdapat 7-9 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering. Menurut Schmid Ferguson dapat dinyatakan bulan basah bila x>100 mm, bulan lembab bila 60 mm<x<100 mm, sedangkan bulan kering bila x<60mm. Berdasarkan dari data tersebut, didapat, tidak adanya bulan lembab pada kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar, bulan kering ada 4 pada vulan Juni, Juli, Agustus dan September, sedangkan bulan basah didapat 8 bulan yaitu Januari, februari, Maret, April, Mei, Oktober, November dan Desember. Sedangkan pada Klasifikasi Iklim Scmidth Ferguson dapat menentukan tipe iklim kota X berdasarkan data curah hujan kota tersebut. Untuk menentukan tipe iklim tersebut, maka harus dihitung terlebih dahulu rata rata Bulan Kering (BK), Bulan Lembab (BL), dan Bulan Basah (BB) yang terdapat pada data curah hujan Kota tersebut. Agar tipe iklim kota X diketahui, maka rata- rata Bulan Kering (BK) dibagi dengan rata rata Bulan Basah (BB) kemudian dikalikan 100% sehingga Q Kota tersebut didapat 42,86 %. Maka

89

hasil yang telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa iklim kota X cocok dengan klasifikasi iklim model segitiga Scmidth Ferguson dan memiliki tipe iklim C daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba, diantaranya terdapat jenis vegetasi yang daunnya gugur pada musim kemarau, misal jati. Dan untuk Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten tersebut didapat 22,22 %. Maka hasil yang telah diperoleh tersebut menunjukkan bahwa iklim Kabupaten Ngargoyoso cocok dengan klasifikasi iklim model segitiga Scmidth Ferguson dan memiliki tipe iklim B daerah basah. Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya adalah padang ilalang. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim antara lain sebagai berikut yakni latitude suatu tempat, perubahan iklim global, kondisi atmosfer bumi dan lain sebagainya. Dengan mengetahui dan mempelajari iklim, maka kita bisa menentukan arah dan kebijakan dalam dunia pertanian. Bagi petani, dengan memahami iklim disekitar usaha taninya akan dapat mampu menentukan jenis tanaman apa yang cocok dan berpeluang menghasilkan uang. F. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Ada beberapa macam klasifikasi iklim baik itu klasifikasi iklim menurut Oldeman dan Schmidt-Ferguson. b. Penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasikan iklim menurut

90

Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering. c. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung berturut-turut. Menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah (BB) apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200mm dan dikatakan bulan kering (BK) apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100mm. 2. Saran a. Ada baiknya jika dalam praktikum Agroklimatologi terutama untuk Acara 6 Klasifikasi Iklim praktikan melaksanakan kegiatan praktikum di Balai Meteorologi dan Geofisika sehingga lebih berkesan. b. Pada proses analisis klasifikasi iklim hendaknya lebih ditekankan dengan menggunakan sarana pembelajaran yang memadai,dengan LCD sehingga bisa dipahami daripada jika hanya dikatakan oleh Co-Ass Praktikum Agroklimatologi pada Acara 6 Klasifikasi Iklim.

91

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Syiham Al. 2010. Klasifikasi www.syiham.co.cc. Diakses 01 Juni 2010

Iklim

Menurut

Oldeman.

Handoko, 1983. Klimatologi Dasar, Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. IPB. Bogor. Handoko. 1992. Klimatologi dasar . Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB : Bogor. Laimeheriwa, Samuel. 2002. Pengembangan Komoditas Pertanian Berdasarkan Pendekatan Iklim. IPB : Bogor. Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nasir, A.A. 2001. Iklim dan Produksi Tanaman. Jurusan Geometeorologi. FMIPA IPB : Bogor Syamsulbahri. 1987. Klasifikasi Iklim.www.mbojo.wordpress.com.Id. Diakses 01 Juni 2011 Yumono, Nasih Widya.2009. Membangun Kesuburan Tanah Di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: 137-141

92

Anda mungkin juga menyukai