Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: : :
Munirah Binti Abdul Malek, Chindy Rosari Tefa 030.07.305, 030.07.049 Intoksikasi Methanol
Telah Diterima Dan Disetujui Oleh dr.Hariindra Pandji Soediro, Sp.M Selaku Pembimbing Hari Tanggal : :
Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Dan Menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata RSUD Budhi Asih
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah presentasi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun judul referat adalah Intoksikasi Methanol. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan dan kendala yang harus dilewati. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hariindra Pandji Soediro, Sp.M selaku pembimbing makalah presentasi referat dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
Methanol, atau juga dikenal sebagai wood alcohol, merupakan suatu senyawa kimia yang sering digunakan sebagai pelarut organik, yang dikarenakan mempunyai toksisitas yang tinggi dapat menyebabkan asidosis metabolic, sequel neurologis dan juga kematian apabila dikonsumsi. Methanol merupakan salah satu zat yang paling banyak ditemukan di pelarut industry dan juga ditemukan dalam minuman alkohol oplosan. Kasus kecarunan methanol masih berprevalensi tinggi terutama di negara berkembang dikalangan masyarakat tingkat sosioekonomi rendah. Kemajuan teknik imaging atau pencitraan telah memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang manifestasi klinis dari intoksikasi methanol. Di samping itu, komplikasi neurologis dapat dideteksi dan diatasi dengan lebih dini. Hemodialisis dan kemajuan lain dalam penanganan masalah asidosis metabolik merupakan prinsip penatalaksanaan utama dalam menangani kasus intoksikasi methanol.
2.1
Methanol Methanol juga dikenal sebagai metil alcohol, wood alcohol, wood naphtha atau wood
spirits merupakan zat kimia dengan rumus kimia CH3OH. Methanol mendapatkan mana wood alcohol karena merupakan hasil samping dalam proses pembakaran kayu pada suhu yang sangat tinggi dengan kadar oksigen yang rendah. Methanol merupakan turunan alkohol yang paling ringkas, mempunyai berat molekul yang rendah, volatile, tidak berwarna, mudah terbakar, dan mempunyai bau mirip ethanol. Pada suhu kamar, methanol dalam bentuk cairan polar, dan digunakan sebagai zat antifreeze, pelarut cat, bahan bakar,dan agen denaturasi ethanol. Methanol juga digunakan dalam proses produksi biodiesel melalui proses transesterifikasi. Methanol diproduksi secara alami melalui metabolism anaerob dari pelbagai bakteri. Oleh karena itu, methanol dapat ditemukan secara alami dalam ruang atmosfir (uap methanol). Uap methanol akan teroksidasi oleh sinar cahaya matahari menjadi karbon dioksida dan air.
2.2 2.3
Definisi Intoksikasi Methanol Epidemiologi Percobaan bunuh diri menggunakan methanol jarang ditemukan. Namun, intoksikasi
methanol secara tidak sengaja terjadi pada pelbagai populasi masyarakat termasuk yang berikut :
Kanak-kanak : intoksikasi methanol secara tidak sengaja dapat terjadi pada
kanak-kanak, zat methanol sering ditemukan pada antifreeze, parfum, pelarut cat, tinta fotokopi dan pembersih kaca. Semua caran tersebut banyak ditemukan dalam kegunaan sehari-hari.
Pecandu alkohol : kebanyakan individu mengkonsumsi methanol sebagai
pengganti ethanol.
Populasi negara berkembang : minuman oplosan mengandungi kadar methanol
yang tinggi. Harga minuman oplosan yang lebih murah menyebabkan masyarakat dengan sosioekonomi rendah banyak mengkonsumsi minuman tersebut.
Pekerja industri : pekerja industri berisiko tinggi menginhalasi uap methanol yang
2.4
Patofisiologi Methanol sendiri mempunyai kadar toksisitas yang rendah, intoksikasi methanol
berpuncak dari akumulasi asam formic, suatu hasil metabolism methanol. Setelah dikonsumsi, methanol diserap melalui traktus digestivus dan dimetabolisme di hepar. Proses pertama dari degradasi methanol adalah perubahan methanol menjadi formaldehid dengan bantuan enzim alcohol dehydrogenase (ADH). Reaksi kimia iniberlangsung lebih lambat dibandingkan proses selanjutnya yaitu proses transformasi formaldehid kepada asam formic melalui enzim aldehid dehydrogenase.
Hal ini dapat menjelaskan kenapa efek intoksikasi methanol tidak langsung timbul setelah konsumsi. Masa paruh formaldehid diestimasikan sekitar 1-2 menit. Asam formic selanjutnya dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dengan adanya tetrahidrofolat. Metabolism asam formic terjadi sangat perlahan sehingga akan terjadi akumulasi asam formic di dalam badan yang akan menimbulkan asidosis metabolik. Kerusakan mata terutama visus akibat intoksikasi methanol telah banyak dideskripsikan dalam perlbagai literatur, namun mekanisme terjadinya fenomena ini masih kurang dimengerti. Kebutaan yang terjadi akibat intoksikasi methanol dicurigai berasal nervus optikus. Demyelinisasi dari nervus optikus telah dilaporkan berakibat dari penghancuran myelin oleh asam formic. Proses destruksi nervus optikus terjadi terutama pada daerah retrolaminar, dengan pembengkakan intra-axon dan destruksi organel. Perubahan yang minimal (hampir tidak ada) dapat dilihat pada retina. Methanol juga berdampak pada ganglia basalis. Kelainan hemoragik maupun yang nonhemoragik dapat terlihat di putamen dan sering dijumpai pada kasus intoksikasi methanol yang berat. Akibatnya, pasien intoksikasi methanol akan menunjukkan gejala Parkinsonisme. Predileksi maupun mekanisme toksisitas pada putamen masih belum jelas dimengerti. dari gangguan fungsi mitokondria pada nervus optikus, yang akan bermanifestasi dengan hiperemia, edema dan atrofi
2.5
Koma Nyeri kepala Hilang keseimbangan Kulit dan kuku Saluran pencernaan Kejang Bibir dan kuku berwarna kebiruan Nyeri abdomen hebat Diare Kelainan fungsi hepar Mual Pankreatitis Lain-lain Muntah Kelelahan Kram kaki Kelemahan
2.6
Diagnosis Banding Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis
intoksikasi methanol. diagnosis banding yang perlu disingkirkan adalah : Keracunan arsen Keracunan kokain Keracunan gas inhalasi Kejang parsial kompleks Intoksikasi etilen glycol Keracunan karbon monoksida Pseudoseizure
Gangguan status mental dengan asidosis dan potensi terjadinya kolaps
kardiovaskuler
Epilepsi dan kejang Trauma kepala Hiperammonemia Perdarahan intracranial Infeksi intrakranial 2.7 Pemeriksaan Penunjang
2.8
Penatalaksanaan
Prompt medical care is key to avoiding complications secondary to methanol intoxication. Supportive therapy is aimed at initiating airway management, correcting electrolyte disturbances, and providing adequate hydration. Metabolic acidosis in methanol poisoning may necessitate the administration of bicarbonate and assisted ventilation. Bicarbonate potentially may reverse visual deficits. In addition, bicarbonate may help to decrease the amount of active formic acid. Antidote therapy, often using ethanol or fomepizole, is directed towards delaying methanol metabolism until the methanol is eliminated from the patients system either naturally or via dialysis. Like methanol, ethanol is metabolized by ADH, but the enzymes affinity for ethanol is 10-20 times higher than it is for methanol. Fomepizole is also metabolized by ADH; however, its use is limited because of high cost and lack of availability. Ethanol and fomepizole can be administered to delay methanol metabolism until the methanol is eliminated from the patients system (either naturally or with dialysis). These antidotes work via competitive inhibition; ethanol and fomepizole are metabolized by ADH, just as methanol is, but the enzyme has a higher affinity for both antidotes than it does for methanol. For example, the affinity of ADH for ethanol is 10-20 times greater than it is for methanol. The use of fomepizole is limited because of its high cost and lack of availability. Antidotes 1. Ethanol is believed to compete with methanol for ADH, thus preventing metabolism of methanol to its toxic by-products. ADH has a 10- to 20-fold greater affinity for ethanol than for methanol. By slowing the degradation of methanol, ethanol is assumed to prevent the accumulation of high levels of formic acid. The goal of ethanol therapy is to achieve an
ethanol blood concentration of 100 mg/dL. At this level, ethanol is thought to become a competitive substrate for ADH and to be sufficient to block methanol metabolism.
2. Fomepizole acts similarly to ethanol. It is a stronger competitive inhibitor of ADH and, in addition, does not cause hypoglycemia or sedation. Fomepizole is relatively easier to administer than ethanol. It does not require monitoring of serum concentrations.
2.9
Komplikasi Diantara komplikasi yang sering terjadi pada intoksikasi methanol adalah kebutaan dan
gangguan pergerakan. Mekanisme terjadinya kebutaan pada intoksikasi methanol masih belum jelas dipahami. Asam formic, hasil metabolic methanol, dicurigai menyebabkan toksisitas okuler dari hasil uji coba pada tikus percobaan. Kadar methanol serum >20mg/dl berhubungan dengan cedera ocular. Perubahan pada pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan setelah beberapa jam pasca konsumsi methanol yang bervariasi dari edema retina di daerah perimakula sehingga seluruh fundus. Edema diskus optikus serta hyperemia dapat dilihat dalam batas waktu 48 jam. Kelainan visus dapat diatasi dengan pemberian segera antidotum atau dengan mengeliminasi metabolit methanol dengan menggunakan hemodialysis, namun tidak pada semua kasus hal demikian dapat dilakukan. Kelainan gerak mirip penyakit Parkinson, seperti tremor, cogwheel rigidity, badan membungkuk, shuffling gait dan hipokinesis, telah ditemukan pada kasus-kasus pasca keracunan methanol. Hal ini dicurigai disebabkan asam formic yang cenderung berakumulasi dalam dosis tinggi di putamen, walau bagaimanapun patofisiologi kejadian tersebut masih belum jelas. Salah satu teori menyatakan asam formic mempunyai kemampuan untuk melumpuhkan dopaminergic pathways dan meningkatkan aktivitas dopa-B-hidroksilase.
2.10
Prognosis
Prognosis dari keracunan methanol bergantung kepada jumlah methanol yang dikonsumsi dan keparahan asidosis metabolic yang terjadi ; semakin berat asidosis metabolic, semakin buruk prognosis. Selain dari itu, konsentrasi asam formic yang terakumulasi dalam darah juga berkadar langsung dengan keracunan methanol. Pasien yang mempunyai manifestasi neurologis juga mempunyai resiko tinggi terjadi sequel. Dosis minimal lethal pada pasien dewasa adalah 1mg/kg berat badan.
DAFTAR PUSTAKA
Available
at
http://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview#showall.
The
Free
Encyclopedia.
Methanol.
Available
at
PP.369-379
Available:http://path.upmc.edu/divisions/neuropath/bpath/cases/case53/dx.html