Anda di halaman 1dari 18

TUGAS UJIAN

Disusun oleh: Putri Dwi Kartini, S.Ked

Penguji : dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, SpM

Pembimbing: dr. Frida Lestari

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2013

Nama NIM Periode Dokter Penguji

: Putri Dwi Kartini : 04114708080 : 21 Januari 2013 s/d 25 Februari 2013 : dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, SpM

Dokter Pembimbing : dr. Frida Lestari Judul : Tugas Ujian

1. Bagaimana cara kerja vitamin C? Proses penyembuhan luka yang alami a. Fase inflamasi atau lag Phase Berlangsung pada hari ke -5. Akibat luka terjadi pendarahan. Ikut keluar trombosit dan sel-sel radang. Trombosit mengeluarkan prostaglandin, tromboksan, bahan kimia tertentu dan asam amino tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah dan kemotaksis terhadap leukosit. Terjadi vasokonstriksi dan proses penghentian darah. Sel redang keluar dari pembuluh darah secara diapedesis dan menuju daerah luka secara kemotaksis. Sel mast mengeluarkan serotonin dan histamlin yang meninggikan permeabilitas kapiler, terjadi aksudasi cairan edema. Dengan demikian timbul tanda-tanda radang. Leukosit, limfosit dan monosit menghancurkan dan memakan kotoran maupun kuman (proses pagositosis). Pertautan pada fase ini hanya oleh fibrin, belum ada kekuatan pertautan luka sehingga di sebut fase tertinggal (lag phase).

b. Fase proliferasi atau fibroblast Berlangsung dari hari ke-6 sampai dengan 3 minggu. Terjadi proses proliferasi dan pembentukan fibroblast (menghubungkan sel-sel) yang berasal dari sel-sel mesenkim. Fibroblas menghasilkan mukopolisakarid dan serat kolangen yang terdiri dari asam-asam amino glisin, prolin dan hidroksiprolin. Mukopolisekarid mengatur deposisi serat-serat kolangen yang akan mempertautkan tepi luka.

Serat-serat baru dibentuk, diatur, mengkerut, yang tak diperlukan dihancurkan, dengan demikian luka mengkerut/mengecil. Pada fase ini luka diisi oleh sel-sel radang, fibroblas, serat-serat kolagen, kapiler-kapiler baru; membentuk jaringan kemerahan dengan permukaan tak rata disebut jaringan granulasi. Epitel sel basal ditepi luka lepas dari dasarnya dan pindah menutupi dasar luka, tempat diisi hasil mitosis sel lain. Proses migrasi epitel hanya berjalan kepermukaan yang rata atau lebih rendah, tidak dapat naik pembentukan orignan granulasi berhenti setelah seluruh permukaan luka tertutup epitel dan mulailah proses pendewasaan penyembuhan luka : penyatuhan kembali, penyerapan yang berlebih

c. Fase remondeling atau fase resorpsi Dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang. Parut dan sekitarnya berwarna pucat, tipis, lemas, tak ada rasa sakit maupun gatal. Berlangsung dengan sintesis kolagen oleh fibroblas hingga struktur luka menjadi utuh. Penyembuhan luka sebagai suatu proses yang kompleks dan dinamis sebagai akibat dari penyembuhan kontinuitas dan fungsi anatomi. Penyembuhan luka yang ideal adalah kembali normal strukturnya, fungsinya dan penampilan anatomi kulit. Batas waktu penyembuhan luka di tentukan oleh tipe luka dan lingkungan ekstrinsik maupun intrinsik (Wound Healing Society).

VITAMIN C (Asam Askorbat) Vitamin C atau asam askorbat adalah suatu senyawa beratom karbon 6 yang dapat larut dalam air. Vitamin C merupakan vitamin yang disintesis dari glukosa dalam hati dari semua jenis mamalia, kecuali manusia. Manusia tidak memiliki enzim gulonolaktone oksidase, yang sangat penting untuk sintesis dari prekursor vitamin C, yaitu 2-keto-1-gulonolakton, sehingga manusia tidak dapat mensintesis vitamin C dalam tubuhnya sendiri.

Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui mekanisme transport aktif.

Vitamin C sebagai Pensintesis Kolagen Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidoksiprolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serat kolagen yang terbentuk dalam semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu,vitamin ini penting untuk prtumbuhan dan kekuatan serat dalam jaringan subkutan, kartilago, tulang dan gigi, Kolagen adalah protein terbanyak pada serat-serat jaringan ikat kulit, tulang, dan kartilago. Kolagen tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah dicerna dan mudah larut dalam basa (Dorland, 2000). Seperti halnya protein lainnya, kolagen juga mengandung rantai polipeptida. Rantai panjang dari molekul-molekul kolagen mengandung kira-kira seribu residu asam amino, sekitar enam ribu atom. Proses sintesis kolagen dimulai dengan reaksi hidroksilasi, dimana reaksi ini terjadi dalam tiga tahap, yaitu: (1) suatu struktur tiga dimensi terbentuk, dengan asam amino prolin dan glisin sebagai komponen utamanya. struktur tiga dimensi ini belum menjadi kolagen, tetapi masih berupa prekursornya yaitu prokolagen. Karena vitamin C dibutuhkan pada proses ini, maka vitamin C ikut berperan dalam proses pembentukan rantai peptida menjadi prokolagen. (2) Proses konversi ini membutuhkan ion hidroksida (OH-) untuk bereaksi dengan hidrogen (H+). (3) Reaksi katalisis. Reaksi hidroksilasi ini dikatalisis oleh enzim prolyl-4-hidroksilase and lisil-hidrokslase (Padayatty, 2003). Penyakit skorbut menyerang struktur kolagen. Gejala utama dari penyakit ini adalah perdarahan gusi, perdarahan subkutan, dan penyembuhan luka. Tandatanda ini mencerminkan gangguan sintesis kolagen yang disebabkan oleh defisiensi prolil dan lisil hidroksilase, yang keduanya membutuhkan asam askorbat sebagai kofaktor (Murray, 2000).

Peranan vitamin C dalam mekanisme pembentukan kolagen masih berupa hipotesis. Secara ringkas, mekanisme biosintesis kolagen adalah sebagai berikut

2. Bagaiman cara kerja sulfas atropine? Atropin Sulfat mengandung bahan aktif atropin, yang merupakan jenis obat yang disebut antimuscarinic. Hal ini juga dikenal sebagai mydriatic (yang berarti melebarkan pupil) dan cycloplegic (yang berarti sementara melumpuhkan otototot yang membantu fokus mata Anda). Atropin bekerja dengan memblokir reseptor muscarinic yang terdapat di SSP dan organ perifer (pada otot-otot mata). Reseptor ini terlibat dalam mengendalikan ukuran pupil dan bentuk lensa. Dengan menghalangi reseptor muscarinic di mata, atropin menyebabkan pupil membesar. Hal ini juga sementara melumpuhkan otot yang biasanya mengubah bentuk lensa sehingga mata bisa fokus pada objek. Atropin tetes mata digunakan untuk melebarkan pupil sehingga pemeriksaan mata dapat dilakukan secara menyeluruh. Mereka sering digunakan untuk membantu pemeriksaan mata pada anak-anak. Atropin tetes mata juga digunakan untuk mengendurkan otot ciliary dalam kondisi yang disebut uveitis anterior. Dalam kondisi ini iris (bagian berwarna dari mata) dan badan ciliary meradang. Begitu juga pada ulcus kornea. Peradangan dapat menyebabkan kejang yang menyakitkan pada otot ciliary dan dapat mengakibatkan menempel iris ke kornea (sinekia anterior). Tetes mata atropin digunakan untuk mencegah terjadinya peradangan tersebut. Mereka biasanya digunakan dalam hubungannya dengan tetes mata steroid yang mengurangi peradangan dalam tubuh iris dan ciliary.

3. Jelaskan tentang Ulkus Kornea Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan stroma akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal atau perifer.

PATOGENESIS Ulkus kornea terjadi akibat organisme yang memproduksi toksin yang menyebabkan nekrosis dan pembentukan pus di jaringan kornea. Ulkus kornea biasanya terbentuk akibat Infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus,

pseudomonas atau pneumokokus), jamur, virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba. Penyebab lain adalah aberasi atau benda asing, penutupan kelopak mata yang tidak cukup, mata yang sangat kering, defisiensi vitamin A, penyakit alergi mata yang berat atau pelbagai kelainan inflamasi yang lain. Pengguna lensa kontak, terutamanya mereka yang memakainya waktu tidur, bisa menyebabkan ulkus kornea. Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan dengan kebiasaan kebersihan lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril), berenang atau berendam di air panas dengan menggunakan lensa kontak. Organisme ini menyebabkan peradangan yang serius. Keratitis herpes simpleks merupakan infeksi viral yang serius. Ia bisa menyebabkan serangan berulang yang dipicu oleh stress, paparan kepada sinar matahari, atau keadaan yang menurunkan sistem imun. Pengguna lensa kontak dapat memiliki komplikasi baik secara langsung atau akibat dari permasalahan yang ada yang diperburuk dengan pemakaian lensa kontak. Lensa kontak secara langsung bersentuhan dengan mata dan memicu komplikasi melalui: trauma, mengganggu kelembaban kornea dan konjungtiva, penurunan oksigenasi kornea, stimulasi respon alergi dan inflamasi, dan infeksi. Permukaan yang kering akibat rusaknya lubrikasi mata oleh lapisan air mata, sehingga epitel beresiko terjadi cedera mekanis seperti abrasi dan erosi.

Keratitis jamur bisa terjadi setelah trauma kornea yang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan atau pada mereka dengan imunosuppressi. Keratitis

acanthamoeba terjadi pada pengguna lensa kontak, terutama pada mereka yang coba membuat solusi pembersih sendiri. Faktor resiko terjadinya ulkus kornea adalah mata kering, alergi berat, riwayat kelainan inflamasi, penggunaan lensa kontak, immunosuppresi, trauma dan infeksi umum. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea, yaitu sentral dan perifer. Ulkus biasanya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Beratnya penyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar, dan virulensi inokulum. Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, amuba dan virus.

Ulkus Kornea Tipe Sentral Ulkus kornea tipe sentral biasanya merupakan ulkus infeksi akibat kerusakan pada epitel. Lesi terletak di sentral, jauh dari limbus vaskuler. Etiologi ulkus kornea sentral biasanya bakteri (pseudomonas, pneumokok, moraxela liquefaciens, streptokok beta hemolitik, klebsiela pneumoni, e.coli, proteous), virus (herpes simpleks, herpes zoster), jamur (Candida albican, fusarium solani, spesies nokardia, sefalosporium dan aspergilus). Mikroorganisme ini tidak mudah masuk ke dalam kornea dengan epitel yang sehat. Terdapat faktor predisposisi untuk terjadinya ulkus kornea seperti erosi pada kornea, keratitis neurotrofik, pemakaian kortikosteroid atau imunosupresif, pemakaian obat anestetika lokal, pemakaian Idoxyuridine (IDU), pasien diabetes melitus dan ketuaan. Hipopion biasanya (tidak selalu menyertai ulkus). Hipopion adalah penggumpalan sel-sel radang yang tampak sebagai lapisan pucat di bagian bawah kamera anterior dan khas untuk ulkus kornea bakteri dan jamur. Meskipun hipopion itu steril pada ulkus kornea bakteri, kecuali terjadi robekan pada membrane Descemet, pada ulkus fungi lesi ini mungkin mengandung unsur fungus.

Gambar 6. Ulkus kornea sentral pneumococcal dengan hipopion (pus di bilik mata depan)

Ulkus Kornea Tipe Perifer (marginal) Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun, khususnya blefarokonjungtivitis stafilokok dan lebih jarang konjungtivitis Koch-Weeks. Ulkus ini timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri; antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah berdifusi melalui epitel kornea. Ulkus kornea marginal merupakan peradangan kornea bagian perifer berbentuk khas yang biasanya terdapat daerah jernih antara limbus kornea dengan tempat kelainannya. Sumbu memanjang daerah peradangan biasanya sejajar dengan limbus kornea. Diduga dasar kelainannya ialah suatu reaksi

hipersensitivitas terhadap eksotoksin Stqfilokokus. Ulkus yang terdapat terutama di bagian perifer kornea, yang biasanya terjadi akibat alergi, toksik, infeksi dan penyakit kolagen vaskuler. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat linear atau lonjong, terpisah dari limbus oleh interval bening, dan hanya pada akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Biasanya bersifat rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumonic, Hemophilus aegepty, Moraxella lacunata dan Esrichia.

Gambar 7. Ulkus kornea perifer Penyebab dari ulkus kornea adalah: Ulkus kornea akibat jamur, yang pernah banyak dijumpai pada para pekerja petanian, kini makin banyak dijumpai di antara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid dalam pengobatan mata. Kebanyakan ulkus jamur disebabkan organisme oportunis seperti Candida, Fusarium,

Aspergillus, Penicillium, Cephalosporium dan lain-lain. Tidak ada ciri khas yang membedakan macam-macam ulkus jamur ini. Ulkus fungi ini indolen, dengan infiltrate kelabu, sering dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superficial dan lesi-lesi satelit (umumnya infiltrate di tempattempat yang lebih jauh dari daerah utama ulserasi). Lesi utama, dan sering juga lesi satelit, merupakan plak endotel dengan tepian tidak teratur di bawah lesi komea utama, disertai reaksi kamera anterior yang hebat dan abses kornea. Terdapat juga kongesti siliaris dan konjungtiva yang nyata, tetapi gejala nyeri, mata berair dan fotofobia biasanya lebih ringan dibandingkan dengan ulkus kornea akibat bakteri. Kerokan dari ulkus kornea jamur, kecuali yang disebabkan Candida, mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas. Bakteri merupakan penyebab paling banyak ulkus kornea. Organisme yang biasanya terlibat yaitu Pseudomonas aeroginosa, staphylococcus aureus, S.

epidermidis.

Streptococcus

pneumoniae,

Haemophilus

influenza

dan

Moraxella catarrhalis. Neiseria species, Corynebacterium dhiptheriae, K. aegyptus dan Listeria merupakan agen berbahaya oleh karena dapat berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang intak. Karakteritik klinik ulkus kornea oleh karena bakteri sulit untuk menentukan jenis bakteri sebagai penyebabnya, walaupun demikian sekret yang berwarna kehijauan dan bersifat mukopurulen khas untuk infeksi oleh karena P aerogenosa. Kebanyakan ulkus kornea terletak di sentral, namun beberapa terjadi di perifer. Meskipun awalmnya superficial, ulkus ini dapat mengenai seluruh kornea terutama jenis Pseudomonas aeroginosa. Batas yang maju menampakkan ulserasi aktif dan infiltrasi, sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. Biasanya kokus gram positif, Staphylococcus aureus, S. epidermidis. Streptococcus pneumonia akan memberikan gambaran tukak yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak tukak yang supuratif, daerah kornea yang terkena yang tidak terkena akan tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel radang. Bila tukak disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa maka tukak akan terlihat melebar secara cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada permukaan tukak. (a) (b)

Gambar 8. Ulkus kornea bakteri

KET: (a) Ulkus Kornea Pneumococcus (b) Ulkus kornea Pseudomonas aeroginosa (c) Ulkus kornea yang kecil yang disebabkan oleh infeksi Staphylococcus, akibat penggunaan kontak lensa. (d) Ulkus kornea berat yang disebabkan oleh infeksi Pseudomonas Pyocyaneus

Oleh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus Herpes simpleks, Herpes Zoster, Adenovirus. Herpes virus menyebabkan ulkus dendritik, yang bersifat rekuren pada tiap individu, akibat reaktivasi virus laten di ganglion Gasserian, serta unilateral. Pada virus Hepes simpleks, biasanya gejala dini dimulai dengan injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea, kemudian keadaan ini disusul dengan bentuk dendritik serta terjadi penurunan sensitivitas dari kornea. Biasanya juga disertai dengan pembesaran kelenjar preaurikuler

Gambar 9. Tukak kornea disebabkan oleh infeksi herpes simplex (ulkus dendritik) Infeksi oleh Protozoa, infeksi dengan Achanthamoeba berkaitan dengan kebiasaan kebersihan lensa kontak yang buruk (menggunakan air yang tidak steril), berenang atau berendam di air panas dengan menggunakan lensa kontak. Organisme ini menyebabkan peradangan yang serius dan seringkali di salah diagnosis dengan virus herpes simpleks. Pasien umumnya mengeluh nyeri. Mulanya berupa keratopati pungtata atau pseudodendrit. Tanda klasik berupa infiltrat cincin dan perineural timbul kemudian.

Gambar 10. Infiltrat berbentuk ring pada ulkus kornea oleh infeksi Achanthamoeba Kornea perifer memilki karakteristik morfologi dan imunologi yang berbeda yang memungkinkan terjadinya suatu reaksi inflamasi. Tidak seperti bagian sentral kornea yang avaskuler, kornea perifer sangat dekat dengan konjungtiva limbal sebagai sumber nutrisi melalui kapilernya, sumber sel imunokompeten seperti makrofag, sel Langerhans, limfosit dan sel plasma. Beberapa stimulus inflamasi pada kornea perifer yang disebabkan oleh invasi organisme mikroba (bakteri, virus, jamur, parasit), deposit imun kompleks (penyakit imun sistemik), trauma, keganasan, atau kondisi dermatologi yang menghasilkan respon imun lokal maupun sistemik, mengakibatkan pengerahan neutropil dan aktivasi komplemen (baik klasik maupun jalur alternatif) pada jaringan maupun pembuluh darah. Aktivasi komponen komplemen dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler dan menggerakan faktor kemotaktik untuk neutrofil (C3a, C5a). Neutrofil, menginfiltrasi kornea perifer dan melepaskan enzim proteolitik dan kolagenolitik, metabolit oksigen reaktif, dan substansi proinflamasi (platelet-activating-faktor, leukotrin, prostaglandin), menyebabkan disolusi dan degradasi stroma kornea. Di samping itu, konjungtiva limbal yang mengalami inflamasi memproduksi kolagenase yang memperberat terjadinya degradasi stroma. Penyakit sistemik dapat menyebabkan deposit kompleks imun terjadi oleh karena enzim degradatif yang dilepaskan terutama oleh neutrofil.

GEJALA KLINIS Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu

nyeri yang ekstrirn oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi pembuluh darah Ms adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung saraf kornea. Fotopobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata dan fotopobia umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen. Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda uveitis anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan kemerahan pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis, stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva, injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan opasitas kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis dan hipopion.

DIAGNOSIS Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Keberhasilan penanganan ulkus kornea tergantung pada ketepatan diagnosis, penyebab infeksi, dan besarnya kerusakan

yang terjadi. Adapun jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis adalah: Anamnesis Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Pemeriksaan fisis Visus Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke dalam media refrakta. Slit lamp Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan pada kornea. Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea. Pemeriksaan penunjang Tes fluoresein Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang intak). Pewarnaan gram dan KOH Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur. Kultur Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada beberapa kasus.

Konjungtitivitis

Keratitis/ulkus Iritis akut kornea

Glaukoma akut

Sakit

Kesat

Sedang

Sedang sampai hebat

Hebat dan menyebar

Kotoran

Sering purulen

Hanya reflex Ringan epifora

tidak ada

Fotofobia Kornea

Ringan Jernih Flouresein (+++)

Hebat Presipitat

Sedang Edema

Iris

Normal

Muddy

Abu-abu kehijauan

Penglihatan Sekret

N (+)

<N (-) N Siliar Sensibilitas

<N (-) <N Siliar Infeksi local

<N (-) <N+++ Episkelara Tonometri

Tekanan IO N Injeksi Uji Konjungtival Bakteri

Perbedaan diagnosis ulkus kornea berdasarkan etiologi Penyebab bakteri Pseudomonas Bentuk Sentral Streptokokus Sentral Sentral Sentral Marginal,s entral Tergaung Warna + Kuning/ eksudat Mukopurulen Hipopion + + +/+ + + Hijau/ kuning Abses Virus Jamur Bakteri

Abu-abu putih, Infiltrat lesi satelit

Dasar Sensibilitas Perforasi Tepi

Nanah N/ > mudah Tidak dengan permukaan yang

Nanah N/ > mudah tegas Batas

tenang <<< jarang epitel Indolen

abses >>> mudah Tepi seperti irreguler bulu/

difus N negatif

tegas dengan dengan dasar yang tepi yang melipat

filamen dengan infiltrat tampak kering permukaan yang kotor dan

tidak padat dikelilingi stroma

rata/ kasar

Lain-lain

Nekrosis stroma terjadi dengan cepat dan dapat flak inflamasi pada endotel

Tanda gejala timbul periode

dan yang pada inisial

lebih ringan

PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan ulkus kornea adalah menghalangi hidupnya bakteri (dengan antibiotik) dan mengurangi reaksi radang (dengan steroid). Secara umum pengobatan ulkus kornea 1. Tidak boleh dibebat tekan, karena akan menungkatkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai inkubator 2. sekret yang terbentuk dibersihkan 4x/hari 3. diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunder 4. Debridement untuk membantu penyembuhan 5. Antibiotik sesuai kausa

Pengobatan yang dilakukan antara lain: 1. Antibiotika, misalnya aminoglikosida, ofloksasin dll, pada ulkus kornea akibat bakteri, antivirus seperti acyclovir untuk ulkus kornea akibat virus dan

antijamur, misalnya nat amisin, mikonazol dll, untuk ulkus kornea akibat jamur. 2. Debridement dengan spooling povidone iodine. Dilakukan untuk

membersihkan debris dan infiltrate pada permukaan kornea yang akan mempercepat proses penyembuhan. Dan memaksimalkan penyerapan obat. 3. Sulfas atropin 1% untuk mencegah sinekia posterir akibat reaksi inflamasi yang terjadi pada COA 4. Artificial tears sebagai barier dan irigasi juga menjaga kelembaban kornea 5. Vitamin C dan B Complex untuk wound healing 6. Preparat tambahan, misalnya sodium kromoglikat biasanya diberikan karena ada giant papil yang merupakan bentuk reaksi alergi terhadap bahan iritan.

KOMPLIKASI Ulkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea walaupun jarang. Hal ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis dibanding dengan normal sehingga dapat mencetuskan terjadinya peningkatan tekanan intraokuler. Jaringan parut kornea dapat berkembang yang pada akhirnya menyebabkan penurunan parsial maupun kompleks juga dapat terjadi, glaukoma dan katarak. Terjadinya neovaskularisasi dan endoftalmitis, penipisan kornea yang akan menjadi perforasi, uveitis, sinekia anterior, sinekia posterior, glaucoma dan katarak juga bisa menjadi salah satu komplikasi dari penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai