Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan perkembangan Industri plywood yang menggunakan phenol formaldehid sebagai perekat. Tetapi ketika urea formaldehid telah ditemukan dan digunakan secara komersiil maka pemakaian phenol formaldehid semakin berkurang dan fungsinya digantikan oleh urea formaldehid. Hal ini karena harga urea formaldehid lebih murah jika dibandingkan dengan phenol formaldehid tetapi dengan harga yang murah tersebut dapat memberikan kualitas produk yang lebih baik. Dalam penggunaannya secara luas, resin urea formaldehid lebih banyak dimanfaatkan dalam industri perekatan yaitu sekitar 82% (Prosiding SRKP, 2000). Semakin bertambahnya industri ini maka kebutuhan urea formaldehid yang dikonsumsi oleh industri ini juga semakin besar. Industri-industri yang memanfaatkan urea formaldehid ini antara lain : 1. Industri Tekstil. Penambahan 7-10% urea formaldehid dapat mencegah kekerutan dan kusutnya kain katun. 2. Industri Kertas. Urea formaldehid sebagai perekat dan pelapis kertas untuk meningkatkan mutu dan kekuatan kertas karena penambahan 2-4 % urea formaldehid pada pH 4,5 dapat memperkuat kertas. 3. Industri Kayu Lapis dan Meubel

Urea formaldehid digunakan sebagai perekat (glue) dan pelapis kayu, menginsulasi busa, perekat untuk pembuatan chipboard dengan menambahkan 10% larutan urea formaldehid. Selain itu urea formaldehid memiliki warna terang sehingga cocok untuk pemakaian dekoratif. Industri kayu lapis dan meubel merupakan konsumen urea formaldehid terbesar (Meyer, 1979). 4. Industri Pembuatan Kapal. Urea formaldehid mempunyai sifat dapat dicetak tekan sehingga mempunyai permukaan keras yang cocok sebagai bahan pelapis pada badan kapal. Warnanya yang terang memudahkan pemberian berbagai jenis warna.

Industri-industri yang memanfaatkan Urea Formaldehid sebagai bahan baku utama maupun bahan pendukung semakin bertambah dari tahun ke tahun sedangkan industri yang memproduksi Urea Formaldehid relative tetap sehingga kebutuhan dipenuhi dari produsen luar negeri. Hal ini mengakibatkan nilai impor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini didukung data dari BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2006, kebutuhan dalam negeri dan impor Urea Formaldehid terus mengalami peningkatan dari tahun 2002 sampai tahun 2005. Peningkatan kebutuhan Urea Formaldehid yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2004 (541.381 ton) menjadi 557.303 ton pada tahun 2005, dengan penambahan sebesar 15.922 ton. Sedangkan nilai impor Urea Formaldehid terus mengalami peningkatan, pada tahun 2002 (2.064 ton), tahun 2003 (2.901 ton), tahun 2004 (4,122 ton), tahun 2005 (5.007 ton). Sedangkan industri yang memproduksi Urea Formaldehid di Indonesia tidak bertambah, yaitu berkisar 568.400 ton/tahun. Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan dalam negeri sekaligus mengurangi ketergantungan industri dalam negeri terhadap impor, serta menyumbang devisa negara

dari ekspor maka kami berencana mendirikan pabrik Urea Formaldehid pada tahun 2012.

1.2 Kapasitas Rancangan Pabrik Urea Formaldehid direncanakan dengan kapasitas 55.000 ton per tahun akan beroperasi mulai tahun 2012. Penetapan kapasitas produksi tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Kebutuhan domestik Data perkembangan produksi, ekspor dan impor Urea Formaldehid dapat dipakai untuk menghitung prediksi kebutuhan Urea Formaldehid pada tahun 2012 dengan menggunakan rumus:
kebutuhan Urea Formaldehid = (produksi + impor) ekspor ....................... (1)

Perkembangan produksi Urea Formaldehid di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1, perkembangan impor disajikan pada Tabel 1.2, sedangkan perkembangan ekspor disajikan pada Tabel 1.3. Tabel 1.1 Data Produksi Urea Formaldehid Indonesia Tahun Jumlah (ton/tahun) 2002 2003 2004 2005 528.666 534.818 542.218 558.478

Sumber : CIC No. 360 Tanggal 16 Februari 2003 dan BPS 2006

Tabel 1.2 Data Impor Urea Formaldehid Indonesia Tahun Jumlah (ton/tahun) 2002 2003 2004 2005 2.064,275 2.901,016 4.122,262 5.007,703

Sumber : Statistik Perdagangan Luar Negeri, Biro Pusat Statistik, Semarang

Tabel 1.3 Data Ekspor Urea Formaldehid Indonesia Tahun Jumlah (ton/tahun) 2002 2003 2004 2005 2.125,36 2.040,88 4.959,55 6.182,67

Sumber : Statistik Perdagangan Luar Negeri, Biro Pusat Statistik, Semarang

Dari data produksi, impor dan ekspor Urea Formaldehid diatas dapat dihitung jumlah kebutuhan Urea formaldehid di Indonesia dengan menggunakan rumus (1), sedangkan kebutuhan Urea Formaldehid Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Data Kebutuhan Urea Formaldehid Indonesia Tahun Jumlah (ton/tahun) 2002 2003 2004 2005 528604.92 535678.13 541380.72 557303.18

645000.00

625000.00 y = 9 179 737 x - 17 850 861.34 R2 = 0.97

Berat (ton/tahun)

605000.00

585000.00

565000.00

545000.00

525000.00 2001

2003

2005

2007 Tahun

2009

2011

2013

Gambar 1.1 Grafik Kebutuhan Urea Formaldehid per Tahun di Indonesia

Tabel 1.5 Produsen Urea Formaldehid di Indonesia Pabrik Kapasitas (ton/tahun) Pamolite Adhesive Industry, PT Arjuna Utama Kimia, PT Korindo Ariabimasari, PT Dyno Mugi Indonesia, PT Superin, PT Intanwijaya Internasional, PT Batu Penggal, PT Sabak Indah Jambi, PT Dover Chemicals, PT Nusa Prima Pratama, PT Uforin prajen, PT Duta Pertiwi Nusantara, PT Total 55.000 43.000 24.000 42.000 48.000 56.000 41.000 69.000 50.000 50.400 45.000 45.000 568.400

Kebutuhan Urea Formaldehid pada tahun 2012 diperkirakan dengan menggunakan pendekatan regresi linier seperti terlihat pada Gambar 1.1. Dari Gambar 1.1, didapat persamaan (2). Dari persamaan (2), dapat diketahui kebutuhan 5

Urea Formaldehid pada tahun 2012 sebesar 618 769.5 ton. Kekurangan produksi untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dapat dihitung menggunakan persamaan (3). y = 9 179 737 x 17 850 861.34 ............................................................. (2) kekurangan produksi = kebutuhan total produksi ................................ (3)

Dengan menganggap bahwa kapasitas pabrik-pabrik diatas tetap pada tahun 2012, maka pemenuhan kebutuhan Urea Formaldehid akan mengalami kekurangan sebesar 50.369,5 ton. Untuk itu pendirian pabrik yang baru sangat diharapkan. Pabrik Urea Formaldehid ini mulai beroperasi pada tahun 2012 dengan kapasitas 55.000 ton/tahun yang akan memenuhi kekurangan kebutuhan Urea Formaldehid dalam negeri pada tahun 2012 atau dengan rincian 50.000 ton/tahun untuk pemenuhan seluruh kekurangan kebutuhan dalam negeri dan sisanya untuk ekspor.

2.

Ketersediaan Bahan Baku Urea Formaldehid merupakan senyawa yang tersusun dari kumpulan metilol

urea. Untuk membentuk satu mol metilol urea dibutuhkan satu mol urea dan satu mol formaldehid, sedangkan untuk membentuk satu mol formaldehid dibutuhkan satu mol metanol dan setengah mol oksigen. Oleh karena itu satu mol metilol urea membutuhkan satu mol urea, satu mol metanol, dan setengah mol oksigen. Pabrik Urea Formaldehid yang direncanakan beroperasi dengan kapasitas 55.000 ton/tahun, membutuhkan 37.000 ton/tahun urea, 20.000 ton/tahun metanol, dan 10.000 ton/tahun oksigen. Metanol dapat diperoleh dari PT. Kaltim Metanol Industry yang mempunyai kapasitas 660.000 metanol ton/tahun atau Pertamina Pulau Bunyu yang mempunyai

kapasitas 330.000 ton/tahun. Urea dapat diperoleh dari PT. Pupuk Kalimantan Timur yang mempunyai kapasitas 2.980.000 urea ton/tahun. Sedangkan bahan baku oksigen dapat diperoleh dari udara di lingkungan sekitar. Sehingga dapat disimpulkan kebutuhan bahan baku untuk urea formaldehid dapat menjamin kelangsungan hidup pabrik yang akan dirancang.

3.

Kapasitas Pabrik yang Sudah Beroperasi Kapasitas minimal pabrik yang telah beroperasi dengan proses DB Western

pada saat ini di Indonesia adalah PT. Korindo Ariabimasari dengan kapasitas 24.000 ton/tahun sedangkan kapasitas maksimal adalah 424.100 ton/tahun yang merupakan kapasitas produksi Georgia-Pacific Resins, Inc di Amerika Serikat. Berikut produsen-produsen Urea Formaldehid di dunia: Tabel 1.6 Perusahaan Urea Formaldehid di dunia Nama Perusahaan Kapasitas (Ton/Tahun) Georgia-Pacific Resins, Inc (AS) Dynea (AS) Borden Chemical, Inc (AS) La Porte, Texas (AS) JSC Metafrax (Rusia) 424.100 406.000 338.400 362.900 62.000

Jadi dengan kapasitas produksi pabrik Urea Formaldehid yang akan dibangun sebesar 55.000 ton/tahun secara komersial akan menguntungkan.

1.3 Lokasi Pemilihan lokasi pabrik merupakan hal yang penting dalam suatu perancangan pabrik, karena berkaitan dengan nilai ekonomis. Urea Formaldehid termasuk dalam produk weight losing, sehingga lokasi pabrik yang dipilih sebaiknya dekat dengan 7

lokasi bahan baku agar biaya transportasi bisa diminimumkan. Bahan baku yang diperlukan adalah methanol dan urea yang didapat dari dalam negeri. Pabrik metanol di Indonesia adalah PT. KMI dan Pertamina Pulau Bunyu yang berada di Kalimantan Timur. Sedangkan Pabrik Urea di Indonesia adalah PT. Pupuk Iskandar Muda yang berada di Nangro Aceh Darussalam, PT. Pupuk Sriwidjaja (Sumatera Selatan), PT. Pupuk Kujang (Jawa Barat), PT. Petrokimia Gresik (Jawa Timur) dan PT. Pupuk Kaltim (Kalimantan Timur). Produk urea formaldehid mayoritas digunakan oleh industri Plywood, Particle Board dan industri perekatan lainnya dimana lokasi pabrik-pabrik tersebut sebagian besar berada di pulau Kalimantan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.7. Pertimbangan lain dalam memilih lokasi pabrik adalah sifat bahan baku dan produk yang berbahaya. Jika bahan baku berbahaya, maka lokasi pabrik sebaiknya berada di dekat sumber bahan baku, sementara jika produk yang berbahaya, maka lokasi pabrik seharusnya berada di dekat pasar. Namun dalam hal ini, kedua pertimbangan itu dapat dikesampingkan karena pabrik Urea Formaldehid tidak mempunyai bahan baku maupun produk yang bersifat berbahaya. Alternatif lokasi yang memenuhi faktor-faktor tersebut diatas yaitu di daerah Bontang. Bontang memenuhi kriteria dekat dengan kedua bahan baku yaitu methanol dari PT. KMI dan urea dari PT. Pupuk Kaltim serta dekat dengan pasar Urea Formaldehid. Bontang merupakan kawasan industri sehingga pajak, karakter tanah, pengolahan limbah, pengadaan energi telah diperhitungkan dan tersedia. Untuk perancangan pabrik Urea Formaldehid ini akhirnya dipilih lokasi di daerah Bontang, Kalimantan Timur dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

Tabel 1.7 Perusahaan Perekatan di Indonesia


Nama Perusahaan - PT Aceh Plywood Prima Indonesia - PT Canang Indah Industri Particle board - PT Panca Eka Bina Plywood Industri - PT Siak Raya Timber - PT Putra Sumber Utama Timber - PT Andatu Lestari Plywood - PT Kayu Lapis Indonesia - PT Nusantara Plywood - PT Sumber Mas Indah Plywood - PT Adinaco serasi - PT Antang Cahaya Baru - PT Khatulistiwa Indah Wood Industries - PT Nuvopan Indotama - PT Sari Bumi Kusuma - PT Akhates - PT IDEC Abadi Wood Industries - PT Intracowood Manufacturing - PT Meranti Sakti Indah plywood - PT Segara Timber - PT Tirta Mahakam Plywood Industry - PT Barito Pacific Timber - PT Daya Sakti Unggul Corporindo, Tbk - PT Hendratna Plywood - PT Tanjung Raya Plywood - PT Katingan Timber Celebes - PT Jati Dharma Indah Plywood - PT Waenebi Wood - PT Wapoga Mutiara Timber Lokasi Aceh Sumatera Utara Riau Riau Jambi Lampung Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Maluku Maluku Papua Produk Plywood Particle board Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood Particle board Plywood Plywood Plywood Particle board Particle board Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood Particle board Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood Plywood

1.3.1 Faktor Primer Faktor primer ini secara langsung mempengaruhi tujuan utama dari pabrik yang meliputi produksi dan distribusi produk yang diatur menurut macam dan kualitas, waktu, dan tempat yang dibutuhkan konsumen pada tingkat harga yang terjangkau sedangkan pabrik masih masih memperoleh keuntungan yang wajar. Faktor primer meliputi : 9

a.

Penyediaan Bahan Baku Lokasi pabrik yang dipilih adalah di Bontang, Kalimantan Timur karena dekat dengan sumber bahan baku yaitu metanol dari PT. Kaltim Metanol Indonesia dan urea dari PT. Pupuk Kalimantan Timur.

b. Pemasaran Produk Pemasaran merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi studi kelayakan proses. Dengan pemasaran yang tepat akan menghasilkan keuntungan dan menjamin kelangsungan proyek. Lokasi di kawasan Bontang relatif strategis untuk pemasaran produk terutama bagi pabrikpabrik yang menggunakan Urea formaldehid. c. Sarana Transportasi Sarana transportasi darat dan laut akan sangat menunjang kelangsungan produksi Bontang merupakan daerah kawaasan industri yang telah dilengkapi dengan sarana transportasi yang cukup lengkap yaitu dengan adanya jalan raya yang menghubungkan lokasi industri ke sumber bahan baku maupun daerah pemasaran dan pelabuhan kapal dengan fasilitas yang cukup memadai.

1.3.2 Faktor Sekunder a. Utilitas Penyediaan listrik dapat diperoleh dari PLN sedangkan bahan bakar dapat diperoleh dari distributor. Kebutuhan air sebagai penunjang proses produksi dapat diambil dari air laut. b. Rencana Pendirian Pabrik yang Mendukung Industri Lain

10

Salah satu terobosan yang diambil adalah pendirian pabrik kimia yang dapat mendukung industri lainnya bahkan dapat merangsang berdirinya industriindustri baru. c. Kebijaksanaan Pemerintah Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri, pemerintah telah menetapkan daerah Bontang sebagai kawasan industri terbuka bagi investor asing. Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan kemudahankemudahan dalam perizinan, pajak dan hal-hal lain yang menyangkut teknis pelaksanaan pendirian suatu pabrik. d. Iklim Posisi Indonesia di daerah tropis menyebabkan iklim di Indonesia hanya mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau sehingga menguntungkan dan memudahkan bagi pengembangan pabrik, kelancaran proses produksi dan pemasaran. e. Kondisi Tanah dan Daerah Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar sangat menguntungkan. Selain itu Bontang merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia sehingga pengaturan dan penanggulangan mengenai dampak lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik. f. Sarana Penunjang Lain Bontang sebagai kawasan industri telah memiliki fasilitas terpadu seperti perumahan, sarana olah raga, sarana kesehatan, sarana hiburan dan lainnya.

11

1.4 Tinjauan Pustaka 1.4.1 Proses Pembuatan Urea Formaldehid Dalam pra rancangan pabrik urea formaldehid ini terdapat 2 buah unit perencanaan, yaitu : 1. Unit Formaldehid Plant Proses pembentukan urea formaldehid diawali dengan pembentukan formaldehid yang dilakukan pada unit formaldehid plant. Proses pembuatan formaldehid ada beberapa macam, yaitu : a. Proses Hidrokarbon Proses Hidrokarbon ini adalah proses yang dikembangkan pada awal perkembangan industri formaldehid. Proses ini merupakan oksidasi langsung dari hidrokarbon alifatik, selain itu formaldehid juga diproduksi secara langsung dari natural gas atau metana. Biasanya yang digunakan adalah ethylen dengan katalis asam borat atau asam fosfat atau garamnya dari campuran clay atau tanah diatomae. Jika menggunakan natural gas sebagai bahan baku maka reaksi berjalan pada suhu 430-480oC dan tekanan 7-20 atm dengan katalis aluminium phosphat atau metal oxide. Proses ini memiliki kelemahan yaitu produknya mengandung 34-36% metanol, 20-23%

formaldehid, 5-6% asetaldehid dan sejumlah besar aldehid, keton, alkohol serta air. Sehingga diperlukan pemurnian untuk mendapatkan formaldehid dengan kemurnian tertentu. (Keyes, 1965). b. Proses Incomplete Conversion and Distillative Recovery of Metanol (ICDRM) Proses ini merupakan proses pembuatan formaldehid dimana konversi yang terjadi tidak sempurna. Campuran yang terdiri dari uap metanol murni

12

dan udara segar diumpankan ke dalam vaporizer kemudian umpan keluar dari vaporizer dicampur dengan steam dan selanjutnya masuk reaktor. Konversi tidak sempurna (77-78%) dan reaksi terjadi pada suhu 590-650oC. Katalis yang digunakan adalah perak dengan masa efektif berkisar antara 3-8 bulan. Formaldehid dihasilkan dengan oksidasi parsial kemudian metanol yang tidak bereaksi direcovery dengan destilasi dan selanjutnya direcycle. Kerugian dari proses ini adalah konversi reaksi yang kecil dibandingkan proses lainnya. (Ullmans, 1988). c. Proses Complete Conversion of Metanol Proses ini menggunakan katalis perak dengan reaktor fixed bed multitube. Alat proses yang digunakan adalah vaporizer, reaktor dan absorber. Katalis yang digunakan adalah perak yang diregenerasi secara elektrolitikal dengan massa efektif 3-4 bulan. Kondisi operasi pada suhu 600-650oC pada tekanan atmosferik. Yield yang diperoleh sebesar 89,5 - 90,5% mol. Pada proses ini udara yang telah dimurnikan dan metanol, masing-masing dilewatkan pemanas kemudian masuk ke dalam reaktor katalitik. Produk didinginkan dan selanjutnya dialirkan ke menara absorber. Kerugian dari proses ini adalah suhu yang digunakan cukup tinggi dan umur katalis yang digunakan pendek. (Ullmans, 1988). d. Proses D.B. Western Proses D.B. Western merupakan proses pembuatan formaldehid atau urea formaldehid secara kontinu dengan bahan baku methanol, oksigen dan urea. Katalis yang digunakan adalah iron molydenum oxide dengan umur 1218 bulan. Metanol yang diuapkan direaksikan dalam sebuah reaktor fixed bed multi tube yang terdiri atas beberapa tube yang berisi katalis iron molybdenum

13

oxide dengan dikelilingi Dowterm A. Konversi yang diperoleh mencapai 99% dengan selektivitas formaldehid 94%. Gas hasil reaksi yang mengandung gas formaldehid dilewatkan ke menara absorber untuk diserap dengan larutan urea untuk membentuk urea formaldehid. Dipilih proses D.B. Western karena konversi yang tinggi serta umur katalis yang lebih panjang. (www.dbwestern.com)

2. Unit Urea Formaldehid Plant Proses pembuatan urea formaldehid terjadi didalam absorber. Proses ini merupakan tahap pembentukan metilol urea yang merupakan reaksi metiolasi. Urea mengalami adisi ke formaldehid untuk memberikan turunan metilol. Reaksi : CO(NH2)2 Urea CO(NH2)2 Urea CO(NH2)2 Urea + + + CH2O Formaldehid 2 CH2O Formaldehid 3 CH2O Formaldehid HOCH2NHCONH2 Metilol urea NHCONH(CH2OH)2 Dimetilol urea NHCON(CH2OH)3 Trimetilol urea

1.4.2 Kegunaan Produk Urea Formaldehid mempunyai beberapa kegunaan sebagai berikut : a. Industri Adhesive Merupakan industri yang memproduksi adhesive untuk keperluan woodworking seperti industri plywood, industri particle board, chipboard, industri kertas dan tekstil.

14

b.

Industri Moulding Merupakan industri yang diantaranya menghasilkan alat keperluan rumah tangga.

c.

Industri Surface Coating Merupakan industri yang menghasilkan cat, thinner dan dempul.

d.

Industri Laminating Merupakan industri yang menghasilkan furniture/meubel untuk menginsulasi busa.

1.4.3 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Produk 1. Bahan Baku a. Metanol Sifat fisis : Rumus molekul Berat Molekul Wujud Titik lebur (1 atm) Titik didih (1 atm) Densitas (25oC) Temperatur kritis Volume kritis Tekanan kritis Panas pembentukan (25oC) Energi Gibbs (25oC) Panas spesifik (25oC) : CH3OH : 32,042 g/gmol : cairan tak berwarna : -97,69oC : 64,7 oC : 0,7866 gr/ml : 239,43 oC : 118 ml/mol : 79,9 atm : -57,130 kkal/gmol (cairan) : -39,869 kkal/gmol (cairan) : cairan = 0,6054 kal/jam oC

15

gas = 0,3274 kal/jam oC Viskositas (25oC) : cairan = 0,541 cp gas = 0,00968 cp Konduktivitas thermal (25oC) : cairan = 163,5 kal/jam oC gas = 12,1 kal/jam oC (Mc. Ketta, 1988) Sifat kimia : Metanol adalah gugus alkohol alifatik yang hanya mempunyai satu atom karbon. Reaksi-reaksi kimia dari metanol melibatkan gugus hidroksil seperti reaksi esterifikasi, adisi, oksidasi, dehidrogenasi dan penggantian gugus hidroksil. 1) Reaksi esterifikasi Dengan asam organik CH3OH + CH3COOH Dengan asam anorganik CH3OH + H2SO4 CH3SO3OH (CH3)2SO4 dimetil sulfat 2 CH3OH + COCl2 (CH3O)2CO + 2 HCl + + H2O H2SO4 CH3COOCH3 + H2O

2 CH3SO3OH

dimetil karbonat 2) Reaksi adisi Dengan hidrokarbon tak jenuh CH3OH + (CH3)2-C=CH2 H+ (CH3)3COCH3 metil t-butil eter

16

Dengan aldehid CH3OH + CH3CHO 2H+ CH3CH(OCH3)2 + asetal Dengan keton 2CH3OH + CH3COCH3 H+ (CH3)2C(OCH3)2 + ketal 3) Reaksi pergantian gugus hidroksi Halogenasi CH3OH + HCl CH3Cl metil klorida Dehidrasi bimolekuler 2CH3OH H+ CH3O CH3 dimetil eter Ammonolisis -H2O CH3OH + NH3 CH3NH2 + (CH3)2NH + (CH3)3N metil amin 4) Reaksi karbonilasi + H2O + H2O H2O H2O

CH3OH + CO CH3OH + CO

RH+ OH
-

CH3COOH HCOOCH3

5)

Reaksi oksidasi Reaksi oksidasi ini menggunakan katalis perak atau ferric molybdate untuk meminimalkan oksidasi selanjutnya dari formaldehid menjadi asam formiat dan karbondioksida.

17

CH3OH 2CH3OH + O2

HCHO + H2 2HCHO + 2H2O (Mc Ketta, 1988)

b. Urea Sifat fisis : Rumus molekul Berat Molekul Bentuk Titik lebur (1 atm) Panas pembakaran Indeks refraksi Panas peleburan : CO(NH2)2 : 60,06 gr/mol : kristal tetragonal berwarna putih : 135oC : 2531 kal/gr : 1,484 : 251 J/gr

Panas pelarutan dalam air : 58,07 kal/gr Energi Gibbs (25oC) Densitas Panas spesifik (20oC) Sifat kimia : 1. Dengan Pemanasan Bila urea dipanaskan di atas titik leburnya yaitu pada 150-160oC akan melepaskan (CONH2)2NH 2 CO(NH2)2 2. Hidrolisa Urea dihidrolisa akan menghasilkan asam dan amonia. Hidrolisa dipercepat dengan menggunakan basa atau asam, juga terjadi bila ada NH3 + (CONH2)2NH amonia, amonium sianida (NH4OCN) dan biuret : -47120 kal/mol : 1,323 g/cm3 : 0,320 kal/g oC

18

enzim urease. Organisme tertentu dalam tanah juga menyebabkan hidrolisa urea membentuk amonium karbonat. CO(NH2 + 2H2O 3. 2NH3 + OC(OH)2(H2O + CO2)

Urea bereaksi dengan alkohol menghasilkan urethane CO(NH2)2 + ROH NH2COR + NH3

4.

Reaksi dengan formaldehid Dalam larutan asam akan terjadi hidroksi methyl urea (metilolurea) dan dimetilolurea.

CO(NH2)2

CH2O

HCl

NH2CONHCH2OH Metilolurea HCl

NH2CONHCH2OH

CH2O

CO(NHCH2OH)2 Dimetilolurea

2.

Produk Urea Formaldehid Sifat Fisis : Wujud Indeks refraksi Spesifik Gravity (50oC) Panas spesifik Densitas pH Titik beku : cairan : 1,54 - 1,56 : 1,32 g/cm3 : 0,4 cal/g : 1,46 g/cm3 : 7,0-8,0 : -20 (-30)oC (Meyer, 1979)

19

1.4.4 Tinjauan Proses secara Umum Pembuatan urea formaldehid dengan bahan baku formaldehid dan urea dengan proses DB Western dibagi dalam 2 tahap proses, sebagai berikut : 1. Tahap Pertama Merupakan proses oksidasi metanol menjadi formaldehid. Proses tersebut berlangsung pada reaktor fixed bed multi tube dengan katalis yang digunakan adalah katalis iron-molybdenum oxide. Metanol cair setelah diuapkan direaksikan dengan okisigen di dalam reaktor pada suhu 270-400oC (Ullman Vol. A11, 1988) dan tekanan 1-1,5 atm (Hydrocarbon Processing, 1993). Reaksi yang terjadi sebagai berikut : CH3OH(g) + O2(g) HCHO(g) + H2O(g)

Sebagian kecil formaldehid yang terbentuk akan mengalami oksidasi sebagai berikut : HCHO(g) + O2(g) CO(g) + H2O(g)

Pada suhu di atas 470oC, reaksi samping tersebut akan meningkat (Ullman Vol. A11, 1988). Reaksi ini berlangsung sangat eksotermis. Untuk menjaga kondisi suhu dan membatasi pembentukan produk samping, maka panas reaksi yang ditimbulkan harus segera diserap/diambil selama reaksi berlangsung dengan menggunakan Dowterm A. Konversi yang diperoleh mencapai 99% dengan selektivitas formaldehid sebesar 94%.

2.

Tahap Kedua Gas hasil reaksi dari reactor yang nengandung gas formaldehid dialirkan ke dalam absorber dan diserap menggunakan larutan urea 70%W. Pada bagian

20

bawah absorber dihasilkan urea formaldehid sedangkan di bagian atas dilepaskan gas buang (tail gas) yang selanjutnya dibakar di dalam catalytic incinerator untuk membentuk CO2 dan H2O.

21

Anda mungkin juga menyukai