Penggolongan Diuretik: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Diuretik Osmotik Penghambat transport elektrolit di tubuli ginjal Penghambat karbonik anhidrase Benzotiadiazid Diuretik hemat kalium Diuretik kuat
Diuretik Osmotik
Diuretik osmotik meningkatkan osmaliritas plasma dan cairan dalam tubulus ginjal Na, Cl, K, air diekresikan
Indikasi:
Payah ginjal, menurunkan tekanan intra kranial (edema otak), menurunkan tekanan intraokuler (glaukoma)
Oliguria akut akibat syok hipovolemik Reaksi transfusi Profilaksis GGA Menurunkan tekanan/volume intraokuler/ cairan cerbrospinal
Sediaan:
Manitol: 5-25% iv 1,5-2 g/Kg BB Urea: 30% dalam D5 1-1,5 g/Kg BB Gliserin 50%/75% 1-1,5g/Kg BB Isosorbid 1-3 g/Kg BB
Tubuli proksimal penghambatan reabsorbsi Na dan air melalui daya osmotiknya Ansa Henle penghambatan reabsorbsi Na dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun Ductus koligentis penghambatan reabsorbsi Na dan air akibat adanya papilary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi atau adanya faktor lain
Mengganggu pompa Na-K yang dikontrol ADH (Na ditahan, K diekresi) K direabsorpsi, Na diekskresi
Tiazid:
Diuretik kuat:
Ansa Henle bagian ascenden pada bagian dengan epitel tebal penghambatan terhadap transport elektrolit Na, K, Cl
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis C02 + H2O H2CO3 Contoh penghambat karbonik anhidrase adalah: Asetazolamid Asetazolamid menghambat enzim KA Sekresi H+ oleh tubuli berkurang meningkatnya ekskresi bikarbonat, Na dan K melalui urine meningkatnya sekresi elektrolit meningkatkan ekskresi air
Asetazolamid menghambat pembentukan cairan bola mata dapat digunakan untuk glaukoma Asetazolamid dapat digunakan untuk mengobati epilepsi (efek asidosis) Mudah diserap saluran cerna, dosis optimum 2 jam Intoksikasi jarang terjadi
Efek merugikan: demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal, disorientasi mental Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil Indikasi: glaukoma, acute mountain sickness
Sediaan:
Asetazolamid: tablet 125 mg dan 250 mg, dosis 250 500 mg per hari Diklorofenamid: Tablet 50 mg
Benzotiadiazide
Benzotiadiazide atau Tiazid efek utamanya meningkatkan ekskresi Na, Cl dan sejumlah air Efek diatas disebabkan penghambatan mekanisme reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal Menurunkan TD efek diuresis dan vasodilatasi Pada Diabetes insipidus menurunkan diuresis (mekanisme belum jelas)
Efek pada ginjal mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus Efek kaliuresis akibat bertambahnya natriuresis Tiazid berfungsi menghambat ekskresi asam urat (1) meningkatkan reabsorbsi asam urat di tubuli proksimal; (2) menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli
Absorbsi di saluran cerna baik, distribusi ke seluruh ekstrasel, dapat melewati sawar uri, ditimbun di jaringan ginjal saja
Efek samping:
Intoksikasi jarang terjadi Reaksi alergi (karena penyakitnya sendiri): purpura, dermatitis, fotosensitive dan kelainan darah Kadar Na, K, Cl diperiksa berkala Memperberat insufisiensi ginjal
Indikasi:
Payah jantung ringan sedang Pada pengobatan digitalis kombinasi dengan diuretik hemat K mencegah hipokalemi dan intoksikasi digitalis
Antagonis Aldosteron
Aldosteron atau mineralokortikoid memperbesar reabsorbsi Na dan Cl di tubuli serta memperbesar ekskresi K Mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron Penyerapan di saluran cerna 70% Efek toksik: hiperkalemia Efek samping ginekomasti, efek androgen, gejala saluran cerna
Indikasi: hipertensi, udem, digunakan bersama diuretik lain untuk mengurangi efek hipokalemi Sediaan dan dosis: Tablet 25, 50, 100 mg Dosis dewasa: 25 100 mg Kombinasi tetap: spironolakton 25 mg dan HCT 25 mg atau spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg
Efek: memperbesar ekskresi Na dan Cl, ekskresi K berkurang, ekskresi bikarbonat tetap Absorbsi melalui saluran cerna baik Efek toksik: hiperkalemia Efek samping: mual, muntah, kejang kaki, pusing
Indikasi: udema
Triamteren; kapsul 100 mg, dosis: 100 300 sehari Amilorid: Tablet 5 mg, dosis: 5 10 mg Kombinasi tetap: amilorid 5 mg dengan HCT 50 mg dalam bentuk tablet dosis 1 2 tablet sehari
Diuretik Kuat
Yang termasuk diuretik kuat: asam etakrinat, furosemid, bumetanid Mudah diserap dalam saluran cerna
Efek samping:
Reaksi toksik gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Nefritis interstitialis alergik (akibat furosemid dan tiazide) gagal ginjal reversibel Asam etakrinat ketulian
Asam etakrinat: tab 25, 50 mg, dosis: 50 200 mg per hari Furosemid: tab 20, 40, 80 mg, dosis: < 600 mg per hari Bumetanide: tab 0,5 dan 1 mg, dosis: 0,5 2 mg sehari
Indikasi Diuretik
Udem paru diuresis cepat (furosemid atau asam etakrinat) Udem semua diuretik
Hipertensi HCT lebih baik Diabetes insipidus HCT Batu ginjal HCT Hiperkalsemia Furosemid
Hipokalemia: tiazid, furosemid Hiperuresemia: semua diuretik Gangguan toleransi glukose dan diabetes: tiazid dan furosemid Hiperkalsemia: tiazid Hiperkalemia: diuretik hemat kalium Sindrome udem idiopatik: diuresis kuat Volume deplesion: diuretik kuat Hiponatremia: furosemid
ADH: anti diuretik hormon = vasopresin Tempat kerja ADH di ductus koligen meningkatkan permiabilitas membran thd air Efek kardiovaskuler: vasokonstriksi ADH per oral tidak efektif dirusak oleh tripsin diberikan iv, im, sk Efek samping: vasokonstriksi, hipertensi, kulit pucat, peristaltik usus meningkat
Vasopresin=Pitresin suntikan 20U/ml dalam ampul 0,5 dan 1 ml (im dan sk) Vasopresin tanat: 5U/ml (im) Bubuk hipofisis posterior: insuflasi hidung Lipresin: semprot hidung 50 U/ml Desmopresin acetat: lar 0,1 mg/ml dalm botol 2,5 ml (intranasal)
Benzotidiazid
Klorotiazid dan tiazid telah diketahui dapat digunakan untuk diabetes insipidus Mekanisme belum jelas Penggunaan klinik: dibanding ADH, benzotiazid kurang efektif untuk diabetes insipidus berguna bagi penderita yang alergi terhadap ADH Dosis: klorotiazid: 1 1,5 g/hr, hidroklorotiazid 50 150 mg/hari
Penghambat Sintesis Prostaglandin Indometasin efektif untuk diabetes insipidus nefrogen Cara kerja belum jelas Ibuprofen kurang efektif dibanding indometasin
Absorpsi: GI: H cepat, F 65-75% Distribusi: PP: H: 65%, F: 95% Metabolisme: t : H: 6-15 jam, F: 30-50 menit Eliminasi: ginjal
Farmakodinamik:
H: PO: M: <2jam, P: 3-6jam, L: 6-12jam F: PO: M: < 1jam, P: 1-2 jam, L: 6-8jam IV: M: 5 menit, P: 20-30 menit, L: 2jam
Efek terapeutik:
Menurunkan volume darah dan menambah ekskresi Na, sehingga menurunkan tekanan darah
Efek samping:
Reaksi merugikan:
Kontraindikasi:
Kaji tanda vital, elektrolit serum Periksa edema pitting Periksa bunyi nafas (cairan paru)
Perencanaan:
Edema tungkai hilang 1 minggu Hasil lab elektrolit normal (penggantian K mungkin diperlukan)
Intervensi Keperawatan
Pantau tanda vital (TD, denyut jantung) syock Panatau BB klien Pantau volume urine Pantau hasil lab (elektrolit serum, gula, asam urat, BUN (blood urea nitrogen) Periksa tanda: hipokalemia (lemah otot, BU , aritmia, bingung)
Penyuluhan
Pertahankan nutrisi, kurangi garam, tingkatkan makanan kaya K (pisang, kacang, daging, ikan) Pantau klien minum digoksin dan HCT keracunan digitalis (bradikardi) Panatau klien DM dengan HCT hipoglikemia Pelan2 bangun dari tidur ke berdiri
Referensi 1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC 2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI 3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC