Anda di halaman 1dari 8

2.2.4.

1 Klasifikasi kavitas kelas I Kavitas kelas I merupakan kavitas atau restorasi pada pit dan fissure gigi posterior. Restorasi pada kelas I ini paling banyak menggunakan bahan tambal amalgam karena amalgam merupakan bahan tambal yang paling ekonomis. Tambalan amalgam kelas I yang besar bisa merestorasi permukaan restorasi permukaan oklusal email dan dentine yang hilang atau rusak pada proses karies. Tambalan amalgam akan sangat efektif dan email di dekatnya bisa dipertahankan bila prinsip-prinsip tertentu diikuti dalam desain kavitas. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 ) Kavitas ini dapat di kelompokkan menjadi 3 bagian( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 ) yaitu : a. kavitas/restorasi pada permukaan oklusal gigi premolar atau molar. b. kavitas/restorasi pada 2/3 oklusal dari permukaan bukal/lingual gigi molar. Umumnya kavitas ini melibatkan developmental groove gigi molar, baik di bagian bukal atau lingual. c. kavitas/restorasi pada permukaan lingual gigi insisif rahang atas. Indikasi Oklusal karies indikasi untuk preparasi amalgam kelas 1 yakni karies struktur gigi di fisura daerah oklusal (atau di daerah fasial atau di pit daerah lingual pada gigi posterior) yang diketahui secara klinis maupun dengan bite wing radiografik. Tujuan dari preparasi kelas 1 adalah untuk menghilangkan lesi karies, untuk membuang enamel yang telah undermined oleh proses karies, untuk memelihara sebanyak mungkin gigi yang masih sehat, dan untuk membuat restorasi yang kuat dimana meniru struktur gigi normal dan tidak ada atau mungkin ada sedikit marginal leakage. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 ) Biasanya pada preparasi amalgam kelas 1, oklusal fissure atau developmental groove, juga terkena preparasi meskipun daerah tersebut tidak terkena karies. Suatu kedalaman atau noda pada fissure bukan merupakan tanda adanya penempatan suatu restorasi. Bila ada kekhawatiran bahwa dentine di dasar celah bisa menjadi karies , fissure sebaiknya ditutup dengan resin fissure sealant atau flowable resin composite material. Selain itu, sisa-sisa fissure yang diperkirakan dapat mudah terkena karies, sebaiknya juga ditutup dengan resin sealant. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 ) Pembersihan Karies Bila hanya ada sejumlah karies yang tidak terlalu besar biasanya pembuatan outline dasar sudah dapat menghilangkan karies tersebut. Bila karies terlihat dibawah tonjol, tepi kavitas harus diperluas lebih jauh ke daerah tonjol sampai diperoleh jalan masuk ke seluruh daerah karies. Bila outline dasar dari kavitas sudah dibuat, sisa karies dapat dibersihkan baik dengan eskavator atau dengan bur bulat yang berotasi dengan kecepatan rendah. Semua karies dibersihkan dari bagian tepi kavitas dengan cermat terutama pada pertautan antara email dan dentine. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 ) Desain preparasi Pada awal dilakukannya preparasi kavitas gigi dibutuhkan suatu outlilne form sebagai desain awal pada preparasi yang akan dilakukan. Outline form dari gigi yang akan dipreparasi karena suatu karies berpedoman pada 2 hal,yakni struktur gigi karies harus dihilangkan dan margin harus ditempatkan pada struktur gigi yang sehat. Enamel pada margin saat preparasi harus ditopang oleh dentin yang sehat dan email-email yang telah rusak karena karies harus dihilangkan. Jika fisure noncarious terdapat di dinding suatu preparasi, celah fissure harusnya ditutup dengan sealed setelah diisi dengan amalgam. Bentuk outline form harus halus untuk memudahkan undercovering dari margin selama carving amalgam. Oleh karena itu margin preparasi tidak boleh bergerigi atau kasar karena mempersulit dokter gigi untuk mengetahui apakah margin restorasi tampak tidak teratur sebab batas enamel yang kasar atau perluasan amalgam yang melewati permukaan gigi. ( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 ) Sedangkan resistance dan retention form pada desain kavitas ini, Tepi dinding kelas 1 restorasi oklusal harus paralel satu sama lain atau harus berkumpul secara oklusi . Enamel rods di sebagian besar permukaan oklusal dibuat kirakira sejajar dengan sumbu panjang gigi. Untuk menghindari terjadinya fraktur, margin enamel harus dibuat dengan sudut yang sedikit tumpul (90 derajat atau lebih besar), hal ini dikarenakan margin enamel yang kurang dari 90 derajat jauh lebih rentan terhadap fraktur. Bahkan pada preparasi yang kecil sekalipun, cups yang sudah retak harus dihilangkan untuk menghindari fraktur. Pada restorasi amalgam, oklusal harus memiliki ketebalan occlusoginggival minimal 1,5 mm atau lebih baik lagi jika ketebalannya 2,0 mm, untuk mencegah fraktur pada saat restorasi, karena fraktur biasanya akan menimbulkan marginal gaps, atau celah antara amalgam dan email( Summit, et al, 2006. Hlm 340-344 )

Gambaran lebih jelas untuk desain agar tambalan amalgam efektif dan email di dekatnya bisa dipertahankan dapat dilihat pada prinsip desain kavitas sebagai berikut: 1. Kedalaman kavitas dijaga keseragamannya dalam setiap gigi : lebih dalam pada gigi dengan email tebal (molar), dangkal pada gigi dengan email tipis (premolar). Kedalaman biasanya tepat berada dibawah pertautan dentin-email. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 2. Kavitas klas I harus cukup lebar sehingga mencakup semua kerusakan atau harus sesempit mungkin, namun tetap memungkinkan dimasukkannya plugger kecil (pemampat) untuk menempatkan amalgam ke dalam preparasi. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 3. Ragangan kavitas harus merupakan perpaduan harmonis dari lengkungan atau garis-garis lurus. Bila ada sudut pada ragangan, dapat ditumpulkan dengan menggunakan bur. (Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 4. Pinggiran mesial dan distal dibuat sejajar dengan linggir tepi, transversal dan oblik. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 5. Kontur linggir alami pada email sehat biasanya memisahkan kavitas ceruk dan fisura. Linggir email alami yang bebas dari kerusakan alur (linggir oblik pada molar atas dan linggir melintang pada premolar pertama bawah) biasanya dipertahankan dan tidak dimasukkan pada preparasi. (gambar 1.3) ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 6. Dinding mesial dan distal yang berdekatan dengan linggir tepi harus sedikit meruncing keluar dan tidak meluas dibawah email. (Gambar 1.1) ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 7. Biasanya dasar pulpa dipotong tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi karena kebanyakan tonjol tingginya hampir setara. Bila sebuah tonjol lebih rendah dari yang lain, dasar kamar pulpa dimiringkan untuk mensejajarkan tinggi tonjol dan posisi tangkai bur membagi dua sudut yang dibentuk oleh kemiringan yang berdekatan. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 8. Kavitas pada permukaan fasial dan lingual di preparasi sampai dinding-dinding dalamnya sejajar dengan permukaan luar gigi. ( Baum, 1994. Hlm 335-348 ) 2.2.4.2 Preparasi Kelas II Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior termasuk kategori Klas II. Alasan mengapa lesi permukaan proksimal mempunyai klasifikasi khusus tersendiri adalah karena lesi terjadi pada gigi-gigi molar dan premolar yang saling berdekatan, dan sulit untuk menjaga kebersihan di daerah bawah titik kontak. Menurut definisi Dr. Black, karies Klas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satu permukaan proksimal dari gigi sehingga dalam praktiknya kavitas ini digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal), DO (distooklusal), dan MOD (mesio-oklusal-distal). Dilihat dari definisinya, kavitas ini adalah lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal (Baum et al., 1997). Pada preparasi kavitas ini, kekuatan dan keutuhan bagian tepi merupakan dua kriteria penting untuk memutuskan apakah cusp akan dipertahankan atau dikorbankan dengan harapan tumpatan dapat menahan fraktur selama pengunyahan. Beberapa contoh desain kavitas digambarkan dengan nomenklatur kavitas. Untuk lebih memahaminya, kavitas Klas II dapat dibagi dalam dua kategori; (1) Klas II amalgam insipient adalah sedikit banyak menutupi lubang yang dapat dimasuki mikroba yang dapat menyerang gigi, dan (2) Klas II amalgam yang diperluas merupakan tambalan yang mengembalikan bagian gigi yang hilang atau rusak. Konsep (1) menambal dengan (2) membangun, adalah penting untuk dimengerti, karena bisa mengubah perawatan atau tipe dari prosedur itu sendiri. Amalgam Kelas II Insipien Lesi insipient ini biasanya kecil dan terletak tepat di bawah titik kontak dari gigi. Deteksi lesi karies klas II insipient tidak mudah dilakukan. Proyeksi bitewing merupakan cara yang terbaik, karena letak gigi-gigi yang berdekatan menghalangi pemeriksaan sonde. Bila lesi telah terdeteksi pada radiograf bitewing, tindakan perawatan harus diindikasikan walaupun lesi tidak dapat dideteksi dengan sonde. Gigi harus dipreparasi untuk restorasi Klas II. Lesi proksimal insipient menembus dentin hanya sekitar 1 mm sehingga tidak ada karies dentin yang perlu diekskavasi sebab bur secara otomatis sudah menghilangkannya selama preparasi gigi (Baum et al., 1997). Prosedur preparasi 1. Preparasi melibatkan alur oklusal, seperti dilakukan untuk amalgam Klas I. Preparasi menggunakan bur bulat (round) no. dan disempurnakan dengan bur no. 330. 2. Langkah ini penting, karena operator harus memutuskan seberapa luas (fasio-lingual) pemotongan yang dilakukan untuk mendapatkan akses ke lesi proksimal. Setelah ditentukan, operator membuat takikan dengan menggunakan bur round no. menembus linger tepi untuk membuka pertautan anatara dentoemail. Perlu diingat kembali, kavitas Klas II tidak selalu melibatkan okusal.

Setelah orifis dari fissure terbalik dibuat, preparasi dentin dengan round bur atau bur bentuk buah pir, dan ptong sebuah alur sempit fasio-lingual di bawah lapisan proksimal dari email, dan gnakan sebagai pedoman untuk menempatkan bur.Gunakan handpiece sedemikian rupa sehingga bur bisa bergerak ke sana ke mari seperti pendulum, dengan perlahan-lahan memperpanjang alur ke bawah ke arah gingiva. Bila langkah ketiga dilakukan dengan tepat maka, lapisan email masih utuh. Bagian dalam dari preparasi kavitas diselesaikan, dan semua dentin harus dihilangkan dari bagian bawah email. 4. Lapisan email ditembus dengan alur vertical. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai permukaan email gigi sebelahnya. 5. Lapisan email yang menjadi lemah karena pembuatan alur bisa dipatahkan dengan bilah instrument (hatcher atau ekskavator), yang digunakan untuk mengungkitnya. Jika pengambilan di balik email dilakukan dengan tepat, email rod dapat dipatahkan dengan rapi dan tepat di daerah pinggiran yang dibentuk bur. 6. Penyempurnaan tepi dilakukan dengan hatcher (instrument pemotong untuk memperluas amalgam Klas II). 7. Perdalam dinding aksial jika diperlukan, untuk membentuk kembali alur aksial, dan penyempurnaan tepi sepanjang oklusal. Langkah ini menggunakan bur no. 330. Penggunaan instrument berputar sepanjang boks terlalu berbahaya. Oleh karena itu disini hanya digunakan instrument genggam. Akses yang terbatas mengakibatkan bur di lokasi ini karena dapat tergelincir mengenai gigi tetangganya. Amalgam Kelas II yang Diperluas Kasus ini langsung diarahkan ke tambalan Klas II yang besar. Amalgam yang diperluas jelas lebih besar karena daerah-daerah yang terdapat dalam kavitas atau karies recurrent di sekitar tambalan lama. Kedalaman dinding aksial tidak ditentukan oleh lesi karies tambalan yang lama. Tetapi ditentukan secara acak oleh operator dan biasanya lebarnya 1.22 mm untuk gigi premolar dan 1.8 mm untuk molar. Komponen retentive dasar dari boks proksimal adalah alur aksial, satu ditempatkan di fasial dan yang lain ditempatkan di lingual. Alur-alur ini lebih dalam pada ujung gingivanya dan cenderung menghilang kea rah oklusal. Sebagian besar alur aksial dibuat dengan bur, tetapi beberapa operator lebih suka membuatnya bebrbentuk segi empat untuk menambah retensi bagi amalgam. Makin lebar boks, makin besar sudut yang dibentuk oleh dinding fasial dan lingual dan akibatnya, makin dalam alur yang harus dibuat (Baum et al., 1997). Prosedur preparasi Penting bahwa ragangan akhir dari preparasi gigi dibayangkan terlebih dahulu oleh operator sebelum pemotongan dilakukan. Setelah diputuskan dari pemeriksaan radiografi bagaimana ukuran dan bentuk akhirnya, restorasi lama dibongkar dan bagian oklusal dari kavitas dipreparasi. Di sini tidak digunakan bur kecepatan tinggi, melainkan dilakukan prosedur yang sama seperti lesi insipient. Dengan bur fisur runcing No. 770 kecepatan rendah, dentin di bawah email proksimal dibuang, diikuti dengan mencungkil sisa email dan membuat bagian tepi. Kesuksesan pembuatan preparasi boks tergantung atas ketelitian dan ketepatan pembuatan alur. Berikut urutan preparasinya : 1. Preparasi dari alur berfissure di bawah email, tidak boleh terlalu ditekankan. Dengan hati-hati pertimbangkan apakah sudut-sudut tajam dan tegas, apakah fissure cukup diperluas kea rah fasial dan lingual, apakah dasar gingival dari alur rata dan halus, dan juga apakah semua dentin telah dihilangkan dari bawah email. 2. Bila operator telah memeriksa fissure dan email sudah dipatahkan, bagian tepi dibuat dengan instrument genggam. 3. Untuk menambah kesempurnaan pahat dan hatched email digunakan pengasah tepi gingival untuk menghaluskan dasar gingival dan menghilangkan fragmen email yang tertinggal. Sebelum digunakan, ujung pemotong harus dites lebih dulu. Fungsi utama dari instrument pemotong adalah membuat dan menghaluskan tepi pada daerah boks proksimal. Alat ini juga dipakai untuk mempertegas garis retensi internal dan point-angle. 4. Pembersihan bagian dalam dari kavitas. Karies dentin sekarang diperiksa dan dibuang. Pembuangan karies dentin adalah langkah No. 4 dari preparasi Black. 5. Penyempurnaan alur retensi dengan bur fisur runcing cross-cut No. 700 dan round No. 6. Mengubah alur retentive yang bulat menjadi segi empat dengan pengasah tepi gingival. Jelas bahwa alur retentive segi empat menambah sifat retentive dari restorasi. Hal tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pengasah tepi gingival yang tajam. Ini merupakan langkah No. 5 dalam preparasi Black. Pemeriksaan tepi sebaiknya ditunda sampai semuanya selesai dilakukan. 7. Perencanaan tepi. Ini merupakan langkah akhir sebelum pemasangan pita matriks dan pemampatan amalgam. Permukaan ybgtidak teratur sepanjang dasar gingival dapat dihaluskan dengan instrument genggam dan kurva tebalik dari oklusal dapat dipreparasi dengan pahat bengkok yang tajam. 3.

Pembuangan debris, penghilangan fragmen semen dan membersihkan sisa darah yang telah mongering. Larutan hydrogen peroksida 3% bisa digunakan untuk membantu menghilangkan debris. Langkah penyempurnaan akhir dan pembersihan ini termasuk langkah ke-6 dari preparasi Black (Baum et al., 1997). 2.2.4.3 Preparasi Kelas III A. Landasan Teori Karies kelas III merupakan karies yang mengenai gigi gigi anterior. Menurut definisi dr. Black, kavitas kelas III bisa terjadi pada permukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus. Lesi ini juga terjadi di bawah titik kontak, tapi berbeda dengan lesi pada gigi molar yang bentuknya elips, kelas III bentuknya bulat dan kecil( Baum, 1997. Hlm 50). Karies yang berhubungan dengan daerah kontak gigi anterior normalnya direstorasi baik melalui permukaan labial maupun lingual gigi, arahnya ditentukan oleh posisi dari lesi karies( Eclces, 1994. Hlm 115-118 ) Bila jalan masuk dapat diperoleh dari kedua arah, cara lingual biasanya yang dipilih untuk gigi-gigi anterior atas karena restorasi dapat dibuat terlihat sekecil mungkin dari permukaan labial. Bila gigi-gigi incisive berjejal, sebuah kavitas dapat dipreparasi dari lingual dan sebuah lagi dari labial. Pada gigi-gigi incisive bawah, dimana estetik kurang penting dan jalan masuk ke permukaan lingual gigi lebih sulit diperoleh, preparasi labial umumnya merupakan cara yang dipilih. Besar lesi juga mempengaruhi bentuk kavitas dan bahan tumpat yang digunakan. Bila estetik merupakan hal yang sangat penting, gunakan bahan komposit. Bila kavitas dapat dibuat sekecil mungkin, estetik yang baik dapat diperoleh dengan menggunakan retensi mekanis tradisional, tetapi pada kavitas yang besar dimana sulit atau bahkan tidak mungkin untuk membentuk ceruk retensi insisal, harus digunakan teknik etsa asam. Bila estetik tidak terlalu penting, kavitas yang kecil dapat ditumpat dengan semen glass ionomer. Retensi mekanis tidak terlalu penting untuk bahan ini dan bahan ini mempunyai efek mengeluarkan flourida. Preparasi lingual maupun labial pada kavitas kelas III dapat terlihat sangat berbeda tetapi sebenarnya mempunyai kesamaan. Kesamaan ini dapat dilihat yaitu kavitas dapat dipreparasi bila ada celah pada rahang dan bila permukaan approksimal dari gigi dapat dijangkau dengan mudah( Eclces, 1994. Hlm 115-118 ) B. Indikasi Kelas III biasanya direstorasi dengan komposit. Namun, dalam semua kasus, daerah tersebut harus dapat terisolasi untuk mencapai suatu ikatan yang efektif. Selain itu, restorasi yang paling cocok untuk kelas ini adalah komposit atau penggunaan bahan toothcolored lainnya. penggunaan bahan ini ketika preparasi gigi masih memiliki email margin. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 ) C. Kontra Indikasi Kontraindikasi untuk penggunaan komposit untuk restorasi kelas ini meliputi: (1) daerah operasi yang tidak bisa terisolasi, (2) beberapa restorasi di daerah yang tidak memerlukan estetik, dan (3) beberapa restorasi yang memanjang ke permukaan akar. Perpanjangan ke permukaan akar (tidak ada email margin) mungkin terjadi kontraindikasi, karena bagi banyak ekstensi ke permukaan akar dengan restorasi komposit, sebuah gap berbentuk V (gap kontraksi) terbentuk antara akar dan komposit. Gap kontraksi ini "terjadi karena gaya penyusutan polimerisasi dari komposit lebih besar dari kekuatan ikatan awal komposit ke dentin akar. Kesenjangan berbentuk V terdiri dari komposit di sisi restorasi dan dentin hibridisasi di sisi akar. Tidak diketahui apa efek klinis jangka panjang dari gap ini. Apapun, itu harus diakui bahwa setiap kali restorasi meluas ke permukaan akar, efek samping dapat berhubungan dengan restorasi, tidak peduli apa bahan restoratif yang digunakan. Sebagai contoh, bahkan restorasi amalgam tembaga tinggi akan menunjukkan beberapa kebocoran marginal, paling tidak untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian, setiap ekstensi ke permukaan akar membutuhkan upaya yang terbaik(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 D. Desain Preparasi 1. Preparasi Komposit Preparasi Konvensional Bentuk preparasi butt joint (sudut 900) dan retensi berupa lekukan pada dentin. Preparasi konvensional bukan desain yang utama. Untuk menambah retensi pada daerah dentin dapat digunakan dentin bonding agent. Namun, kemungkinan kurang berhasil. Hanya beberapa kasus saja yang diindikasikan menggunakan preparasi konvensional, yaitu pada kasus bila margin berada pada bagian akar. Teknik preparasi ini dapat juga digunakan untuk merestorasi ulang pada restorasi yang lepas atau rusak. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 ) Preparasi Konvensional Dengan Bevel Penelitian yang baru mengindikasikan preparasi dengan bevel jauh lebih resisten terhadap kebocoran mikro dibandingkan dengan tanpa bevel bila etsa asam digunakan. Bevel memungkinkan asam

8.

mengenai batang enamel pada suut yang tepat untuk memperoleh efek yang maksimal. Oleh karena itu, semua preparasi yang akan dietsa asam harus dibevel pada tepi enamelnya. Hal ini akan memperbaiki kapasitas retensi dari preparasi dan mencegah terjadinya pewarnaan di daerah tepi( Baum, 1997. Hlm 50) Preparasi berbentuk butt joint dengan dibuat bevel pada daerah marginnya. Bevel dibuat bila ujung enamel rod belum terbuka sehingga lebih efektif untuk di etsa, oleh karena itu dalam membuat preparasi kavitas, harus diketahui jalannya enamel rod. Restorasi lama yang telah rusak dapat dibuang sebagian saja (bila tidak ada karies sekunder dan tidak ada keluhan rasa sakit) di daerah marginnya dibuat bevel(Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 ) Bevel bertujuan agar ujung enamel rod terbuka sehingga lebih efektif untuk di etsa daripada hanya bagian tepi dan enamel rod yang di etsa. Bevel pada daerah permukaan enamel akan memperluas permukaan yang di etsa dan terbentuk resin tag sehingga ikatan enamel dari resin bertambah kuat dan meningkatkan retensi dari restorasi dan mengurangi kebocoran marginal dan diskolorasi marginal. Oleh karena itu maka tipe preparasi ini sesuai untuk bahan restorative resin yang mempunyai koefisien ekspansi termal yang tinggi seperti resin akrilik dan resin komposit mikrofil untuk mengatasi sifat fisik yang kurang baik. Selain itu, bevel bertujuan agar hubungan antara restorasi dan struktur gigi dapat berbaur sehingga estetik menjadi baik. Pada tipe preparasi konvensional, sering terlihat garis putih pada batas komposit dengan gigi yang disebabkan oleh mikrofaktur dari enamel margin selama penyelesaian restorasi. Preparasi Modifikasi Prinsip preparasinya adalah hanya membuang jaringan yang rusak dan bevel pada enamel sebagai retensi restorasi terhadap gigi. Bentuk preparasi kavitas tidak spesifik, baik pada dinding kavitas maupun pada kedalaman kavitasnya. Oleh karena hanya membuang jaringan yang rusak, maka lebih menghemat pengambilan struktur gigi. Bentuk preparasi cekungan tidak membentuk line angle. Preparasi menggunakan round bur. Indikasinya uintuk karies yang kecil, lesi karies yang besar tetapi sudah terbentuk cekungan sebagai retensi tambahan. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 ) 2. Preparasi Semen Glass Ionomer a. Preparasi kavitas Glass Ionomer Cement Glass ionomer cement digunakan sebagai bahan restorasi jika tidak diperlukan nilai estetika dalam perawatan ini. Misalnya, pada kasus karies yang tidak sampai daerah labial. Pada karies ini digunakan preparasi melalui palatal, hal ini lebih menguntungkan karena: a. Dapat mempertahankan enamel bagian labial sehingga estetikanya tetap baik b. Tidak memerlukan penyesuaian warna dari bahan resin komposit c. Oleh karena hanya pada bagian palatal, maka kurang terpengaruh perubahan suhu d. Tidak tampak bila terjadi perubahan warna atau kerusakan dari bahan restorasi Preparasi dilakukan melalui labial bila lesi karies terletak di labial, lengkung gigi tidak teratur sehingga sukar untuk melakukan preparasi melalui platal. Gambar 2.28. Glass-ionomer cement. Tampak sebelum (A) dan sesudah (B) treatment. (Sturdevant et al. 1985. Hlm 115-118 ) 2.2.4.4 Preparsi Kelas IV Restorasi komposit kelas IV telah memberikan suatu terobosan pengobatan konservatif untuk memperbaiki retakan , cacat, atau trauma pada gigi anterior, dan suatu mahkota porselen adalah pilihan perawatan. Terdapat 3 macam desain preparasi gigi klas IV, yaitu desain conventional, beveled conventional, dan modified. Desain conventional preparasi gigi kelas IV merupakan desain yang paling sederhana dibanding dengan yang lainnya, kecuali pada daerah-daerah yang memiliki margin pada permukaan akarnya. Desain beveled conventional preparasi gigi biasanya diindikasikan terutama untuk restorasi Kelas IV, sedangkan desain modified preparasi gigi diindikasikan untuk Kelas IV sebagian kecil. Jika sejumlah besar struktur gigi yang hilang, groove retention form dapat diindikasikan bahkan ketika preparasi pada sekeliling pinggiran email. Juga, untuk memberikan retensi tambahan di daerah yang mendapat tekanan tinggi, bevel enamel dapat dilebarkan untuk menyediakan permukaan yang lebih luas untuk mengetsa, agar menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara komposit dan gigi. Terakhir, untuk memberikan resistance form yang sesuai, dinding perlu dipreparasi sedemikian rupa untuk menahan kekuatan oklusal. Hal ini sering membutuhkan preparasi pada dinding proksimal dan lingual yang membentuk sudut 90 derajat cavosurface, yang telah dibevel, dan dasar gingiva dipreparasi tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi. Bentuk petak ini dapat memberikan resistensi yang lebih besar terhadap restorasi dan gigi yang mengalami retakan dari kekuatan mengunyah. . ( Baum, 1997.)

Preparasi gigi kelas IV desain conventional Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa indikasi untuk bentuk preparasi gigi ini kecuali untuk beberapa dari restorasi pada sepanjang akar gigi. Tipe desain conventional dengan 90 derajat margin cavosurface sudah termasuk dalam bagian desain beveled conventional. Setiap bagian dari restorasi Kelas IV yang meluas ke akar membutuhkan margin cavosurface 90-derajat dan memungkinkan bentuk retensinya alur, terlepas dari apakah baik desain beveled atau modified yang digunakan untuk bagian persiapan dalam mahkota gigi. ( Summit, 2006) Preparasi gigi kelas IV desain beveled conventional Bevel konvensional pada preparasi gigi Kelas IV diindikasikan untuk memulihkan daerah proksimal yang besar yang juga mencakup permukaan insisal dari gigi anterior. Selain untuk mengukir margin email, retensi bahan restoratif komposit pada bevel konvensional preparasi gigi Klas IV dapat diperoleh dengan groove atau berbagai bentuk undercut lainnya, dovetail extensions, threaded pins, atau kombinasi dari semuanya. Semua fitur ini akan menjadi bagian dari tahap akhir preparasi gigi. Gingiva dan insical retentive undercut mungkin diaplikasikan pada preparasi klas IV yang besar dan mirip dengan yang digunakan dalam preparasi Kelas III dimana bulatan undercut ditempatkan dalam dentin sepanjang garis dan sudut ke titik sudut yang memungkinkan, tanpa merusak enamel ( Summit, 2006) Perpanjangan dovetail extension pada permukaan lingual gigi dapat meningkatkan baik kekuatan restorasi dan retensi, tetapi kurang konservatif, oleh karena itu tidak sering digunakan. retensi insisal dan gingiva dan dovetail extension. ( Baum, 1997.) Gambar 2.30. Incisal and gingival retention grooves and dovetail extension in a large Class IV beveled conventional tooth preparation before beveling. Meskipun retensi pin kadang-kadang diperlukan, penggunaan pin di restorasi komposit tidak disarankan karena beberapa alasan: (1) penempatan pin di gigi anterior melibatkan resiko perforasi baik pada pulpa atau melalui permukaan eksternal; (2) pin tidak meningkatkan kekuatan bahan restoratif, "dan (3) beberapa pin dapat menimbulkan korosi karena microleakage restorasi, sehingga menyebabkan perubahan warna yang signifikan dari gigi dan restorasi (Gbr. 2.31). . ( Baum, 1997.) Meskipun ada beberapa kekurangan, ketika ada sejumlah besar struktur gigi yang hilang, pin retensi mungkin diperlukan untuk mempertahankan restorasi komposit. Sebuah gigi insisivus sentralis kanan maksila diilustrasikan pada Gambar. 2.32 A. ini memiliki kerusakan besar restorasi Kelas III dan sudut mesioincisal retak, yang pada penghilangannya memerlukan restorasi Kelas IV. Bevel atau kemiringan konvensional preparasi gigi Kelas IV dicirikan dengan outline form yang terjadi ketika preparasi dinding dibuat setegak lurus atau separalel mungkin terhadap sumbu panjang gigi. ( Summit, 2006) Hal ini menghasilkan desain yang memberikan ketahanan yang lebih besar dari tekanan saat menggigit yang dapat menyebabkan fraktur gigi atau bahan restorasi. Menggunakan bur ukuran round carbide atau diamond instrument dengan high-speed, untuk membuat outline form. Hilangkan semua email yang rusak dan pertahankan kedalaman dinding aksial awal sebesar 0,5 mm ke dentin (karena bentuk retensi groove mungkin akan berguna). Siapkan dinding tegak lurus dan sejajar dengan sumbu panjang gigi. Angkat setiap dentin yang terinfeksi yang tersisa sebagai langkah pertama akhir preparasi gigi. Jika perlu, tambahkan liner kalsium hidroksida. Miringkan margin cavosurface dari semua margin enamel pada preparasi. . ( Baum, 1997.) Kemiringannya 45 derajat ke permukaan gigi eksternal dengan flame-shaped atau round diamond instrument (lihat gambar 2.32, B). Lebar bevel harus ,25-2 mm, tergantung pada jumlah struktur gigi yang hilang dan retensi yang diperlukan. Bentuk retensi disediakan terutama oleh ikatan mikromekanik komposit ke enamel dan dentin. Retensi tambahan dapat diperoleh dengan meningkatkan lebar bevels enamel atau menempatkan retensi undercuts. Jika memotong retensi yang dianggap perlu, siapkan retensi groovealur round bur No 1 / 4 dengan kedalaman 0,2 mm dalam DEJ pada kedalaman 0.25mm (setengah diameter bur No 1 / 4) dan pada sudut membagi dua persimpangan dinding dinding aksial dan gingiva. Groove ini harus menambah panjang dasar gingiva dan sedikit sudut garis facioaxial dan linguoaxial (lihat Gambar2.32, C.). Tidak melemahkan undercut biasanya diperlukan di daerah insisal, di mana sebagian besar enamel ada. Gambar. 2.32, D, menggambarkan penyelesaian tahap akhir bevel konvensionl preparasi gigi Kelas IV. ( Summit, 2006) Preparasi gigi kelas IV desain modified Preparasi kelas IV desain modified yang menggunakan bahan komposit diindikasikan untuk lesi kelas IV yang kecil atau sedang atau juga bisa untuk cacat traumatik. Tujuan dari preparasi gigi adalah untuk menghilangkan sedikit dari struktur gigi, menghilangkan lesi dan menyediakan retention form dan resistence form. Menghilangkan semua lesi

yang ada atau restorasi cacat denganmata bur ukuran round atau diamond instrument serta menyiapkan outline form. Biasanya sedikit atau tanpa preparasi gigi awal diindikasikan untuk sudut insisal yang retak, selain struktur gigi yang retak dan kasar. Margin cavosurface disusun dengan konfigurasi miring serupa dengan yang sebelumnya dijelaskan. Kedalaman aksial tergantung pada luasnya lesi, restorasi sebelumnya, atau patah, tapi awalnya tidak lebih dari 0,2 mm dalam DEJ. Biasanya tidak ada retention form groove atau cove yang diindikasi. Sebaliknya, retensi diperoleh terutama dari kekuatan ikatan komposit ke enamel dan dentin . Perawatan gigi dengan fraktur traumatik kecil membutuhkan lebih sedikit preparasi dibanding dengan contoh beveled conventional. Jika fraktur terbatas pada email, retensi yang memadai biasanya dapat dicapai dengan hanya beveling margin cavosurface yang tajam di daerah yang patah dengan mata bur diamond berbetuk flame yang diikuti dengan ikatan.( Baum, 1997.) 2.2.4.5 Preparasi Kelas V Lesi karies kelas 5 adalah kerusakan jaringan keras gigi yang ditemukan di sepertiga gingiva dari permukaan gigi fasial dan lingual. (Summit, B et al. 2001. p. 386) Jalan masuk pada kebanyakan kasus adalah jalan masuk yang langsung dan mudah dijangkau melalaui jaringan lesi karies yang terdemineralisasi sebagian. (Eccles, J.D. Bentuk biologis Terutama berkaitan dengan upaya mempertahankan keutuhan pulpa. Penampang transversal melalui bagian servikal gigi premolar bawah dengan preparasi kavitas kelas V (Gambar 3) memperlihatkan bahwa jika ingin diperoleh kedalaman yang memadai pada bagian tepi tanpa merusak pulpa, dasar kavitas harus dibuat melengkung dalam garis yang sama dengan bentuk permukaan luar gigi. (Eccles, J.D. ,1994,p 93-94 Pada sepertiga gingival gigi di mana ada kavitas, tidak ada daerah yang terbebas dari timbunan plak, bila plak tidak dibersihkan secara teratur. Sama seperti daerah lainnya, daerah ini mudah dibersihkan bila pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi yang baik dan karena itu bentuk dan besar kavitas yang akurat dipengaruhi oleh penyebaran karies dan juga dipengaruhi oleh factor-faktor mekanis. (Eccles, J.D. ,1994,p 93-94) Bentuk mekanis Tidak mungkin membuat undercut di mesial dan distal tanpa melemahkan dinding-dindingnya (Gambar 1). Kecenderungan ini agak berkurang di daerah oklusal dan gingival sehingga undercut di buat pada daerah tersebut. (Eccles, J.D. ,1994,p 94) Makin kecil outline kavitas ini, makin mudah untuk mendapatkan retensi dan stabilitas yang baik, tetapi dalam kaitannya dengan bentuknya yang dangkal, garis sudutnya yang tajam umumnya diperlukan untuk mendapat retensi dan stabilitas restorasi yang maksimal. Pada keadaan ini garis sudut tersebut tidak menonjol ke arah pulpa dan tegangan permukaan menjadi minimal, sehingga garis sudut yang tajam tidak menyebabkan resiko kerusakan pulpa dan tanpa perlu takut gigi tidak mampu menahan tegangan permukaan. Tepi enamel dirapikan membentuk sudut 90o. (Eccles, J.D. ,1994,p 94) Preparasi Pada dasarnya dimulai dengan menghilangkan karies dan jaringan gigi yang lemah, disertai dengan pembuatan retensi. Pada kavitas ini jumlah jaringan yang dipreparasi umumnya kecil, preparasi yang akurat sangat diperlukan dan hampir semua jaringan yang terdemineralisasi dan lunak akibat proses karies harus dihilangkan. Oleh karena itu instrumen dengan kecepatan tinggi (highspeed) lebih cocok digunakan. Jalan masuk dibuat pada gigi dan karies dibersihkan dengan bur bulat berukuran sedang. Dengan menggunakan bur fisur sederhana membentuk sudut 90 o terhadap permukaan gigi, dinding-dinding kavitas dibuat membentuk sudut tepi kavitas 90o dan kedalaman minimal 1,5 mm. Inverted cone bur digunakan untuk membentuk undercut kecil pada dinding oklusal dan gingival kavitas. Pada gigi-gigi molar atau gigi lain di mana kavitas dibuat dengan permukaan yang relatif datar, dapat digunakan bur yang sama untuk membuat undercut kecil pada dinding mesial dan distal. Tepi enamel dapat dirapikan perlahanlahan dengan bur Baker-Curson silindris. (Eccles, J.D. ,1994,p 94-95) Desain Preparasi kavitas ini kelihatannya mudah tetapi ada beberapa ciri dasar yang tidak boleh terlupakan: 1. Bila ingin memperoleh kedalaman kavitas mesial dan distal yang memadai tanpa merusak pulpa. Dinding kavitas harus berjarak setara dari permukaan awal gigi kecuali pada daerah perluasan karies yang mengharuskan diperdalamnya kavitas. 2. Karena bentuk kavitas yang dangkal, garis sudut kavitas yang tajam merupakan indikasi untuk menghindari bentuk kavitas seperti wajan (melengkung) yang mempunyai retensi dan stabilitas yang buruk. 3. Undercut untuk retensi tidak boleh dibuat pada sisi mesial dan distal kecuali bila permukaan gigi relatif datar. 4. Undercut oklusal dan gingival harus dibuat dengan hati-hati karena akan dapat terbentuk enamel yang tidak kuat bila undercut terlalu besar.

5. 6.

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Tepi gingival kavitas dibuat di bawah tepi gingival bebas hanya apabila keadaan ini diharuskan akibat perluasan karies. Kebersihan mulut yang baik di daerah ini harus ditekankan pada pasiaen karena ini merupakan upaya pencegahan paling efektif untuk menghindari karies sekunder. (Eccles, J.D. ,1994,p 95) 7. DAFTAR PUSTAKA Harshanur, itjiningsih. 1995. Anatomi gigi. Jakarta: EGC. Hlm: 18-48. Nanci A, Cate, A. R. Ten, "Oral Histology: Development, Structure, and Function", 7th ed. Saint Louis: Mosby, 2007 Ross, Michael H., Gordon I. Kaye, and Wojciech Pawlina, 2003. Histology: a text and atlas. 4th edition. Page 448 Nanci A, Cate, A. R. Ten, "Oral Histology: Development, Structure, and Function", 7th ed. Saint Louis: Mosby, 2007 Ross, Michael H., Gordon I. Kaye, and Wojciech Pawlina, 2003. Histology: a text and atlas. 4th edition.Page 451 Walton, Richard E. and Mahmoud Torabinejad. Principles and Practice of Endodontics. 3rd ed. 2002. Pages 11-13 Cummings, Benjamin. 2001. Human Anatomy & Physiology, 5th edition. San Francisco: Addison Wesley Longman, Inc. Balogh, Mary B. 2006. Dental Embriology, Histology, and Anatomy. 2thedition. St.Louis: Elsevier Saunders. Hlm 276-290 Clifford M, Barton, Roger E, Sockwell, Clarence L. Strickland, William D. 1985. The art and science of Operative Dentistry 2nd Ed. Sturdevant, The C.V mosbt company. St. Louis, Missouri. Page : 94-98 Baum, L et al. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Edisi 3. Jakarta: EGC. p. 183 Ford, T.R.P. 1993. Restorasi Gigi. Edisi 2. Jakarta: EGC. pp. 55-59. Summitt, James B. J.Wiliam Robbins, Thomas J. Hilton, Richard s Schwartz. 2006, Fundamental of operative dentistry 3th ed. Quintessence publishing co, inc. Ilinois, 340-344,386-387. Roberson, Theodore M. 2002, Art and science of operative dentistry 4th ed. Mosby Inc., Missouri, pp 281282,283, 523-575 Baum, Philips dan Lund, 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp 335 348,378-381 Eccles,J.D. 1994. The Conservation Of The Teeth. 2nd Ed.Oxford: Blackwell Sc.P.Ltd.pp;115-118, 93-95 Sturdevant et al. 1985. The Art and Science of Operative Dentistry. 2nd Edition. St Louis: The CV Mosby Company.pp 503-511,535

Anda mungkin juga menyukai