Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kantor Kesehatan Pelabuhan merupaka Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan ( DJ PP&L). KKP Pekanbaru merupakan KKP kelas II yang memiliki 3 seksi yaitu seksi pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi (Kar dan SE), seksi pengendalian resiko lingkungan (PRL) dan upaya kesehatan lintas wilayah (UKLW). Seksi UKLW mempunyai beberapa tugas salah satunya adalah vaksinasi dan penerbitan sertifikat vaksinasi internasional. Pelayanan vaksinasi internasional meliputi vaksinasi meningitis, yellow fever, kolera dan influenza. Vaksinasi meningitis merupakan hal yang wajib dilakukan pada orang-orang yang ingin melakukan umrah. Penyakit meningitis masih menjadi salah satu pokok persoalan dalam bidang traveller disease. Angka kejadian penyakit ini bervariasi di seluruh dunia dan prevalensi tertinggi terdapat di Afrika. Indonesia bukan merupakan salah satu negara endemis untuk penyakit meningitis, tetapi dengan jumlah jemaah umroh yang cukup tinggi maka resiko seseorang terpapar oleh Neisseria meningitidis atau menjadi carrier meningkat dengan prevalensi 5-10%. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih kurang 5-10% dari orang-orang yang terjangkit penyakit meningokokus akan meninggal dunia. Tanpa pengobatan, tingkat kematian dari penyakit meningokokus akan meningkat sebesar 70-90%. Penyakit meningitis dapat ditularkan baik secara droplet ataupun dengan kontak langsung. Hal ini menyebabkan para jemaah umrah secara khusus mempunyai resiko terjangkitnya penyakit meningitis, karena saat melakukan ibadah mereka berada dalam suatu kondisi yang sangat amat padat dan untuk jangka waktu yang cukup panjang, dimana bakteri dapat dengan mudah menyebar dari satu orang ke orang lain. Vaksinasi meningitis berperan dalam melindungi diri dalam penularan penyakit meningitis, oleh karena itu vaksinasi meningitis sangat penting dilakukan sebelum melakukan umrah. Berdasarkan data statistik calon jemaah umrah PT Angkasa Pura II Bandara Sultan Syarif Qasim terjadi peningkatan calon jemaah umrah dari tahun ke tahun. Berdasarkan wawancara dengan kepala seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan (PRL KKP) kelas II Pekanbaru, sosialisasi tentang pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah terakhir kali dilakukan delapan bulan lalu sedangkan untuk umrah sendiri hampir dilaksanakan di setiap bulan kecuali di musim haji. Untuk itu, penulis merasa perlu mengangkat masalah

bagaimana mensosialisasikan pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru.

1.2 Tujuan Kegiatan 1.2.1 Tujuan Umum Sosialisasi pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus proyek sosialisasi pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru adalah: 1) Teridentifikasinya masalah-masalah UKLW di wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru. 2) Teranalisisnya setiap permasalahan yang ada dalam UKLW di wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru. 3) Diketahuinya prioritas masalah dalam UKLW di wilayah kerja KKP Kelas II Pekanbaru. 4) Diperolehnya penyebab timbulnya masalah belum tersosialisasinya mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru. 5) Diperolehnya beberapa solusi dan alternatif pemecahan masalah untuk mensosialisasikan mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru. 6) Dilaksanakannya upaya pemecahan masalah dalam sosialisasi mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru 7) Terevaluasinya kegiatan pemecahan masalah dalam sosialisasi mengenai pentingnya vaksin meningitis pada calon jemaah umrah di Bandara Sultan Syarif Qasim kelas II Pekanbaru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seksi Upaya Kesehatan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) merupakan masalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di Lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DJ PP dan PL). Organisasi dan tata kerja KKP diatur dalam Permenkes RI No.356/Menkes/PER/IV/2008. Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru merupakan KKP kelas II yang memiliki tiga seksi, yaitu seksi pengendalian karantina dan surveilans epidemiologi (Kar dan SE), seksi pengendalian risiko lingkungan (PRL) dan seksi upaya kesehatan lintas wilayah (UKLW). Adapun tujuh wilayah kerja diantara Pelabuhan Udara Bandara SSQ II, Pelabuhan Kampung Dalam, Pelabuhan Sungai Duku, Pelabuhan Selat Panjang, Pelabuhan Buatan, Siak dan Pelabuhan Buton. Fungsi KKP dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan menyelenggarakan 15 fungsi, salah satunya adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan. 2.1.1 Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW) Beberapa Kegiatan Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW) adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan Kesehatan Dasar - Pemeriksaan Kesehatan - Pengobatan - Rujukan 2. Pengawasan Kesehatan Matra pada Situasi Khusus Pengawasan kesehatan matra pada situasi khusus termasuk didalamnya adalah posko kesehatan dalam masa mudik lebaran, natal, dan tahun baru. 3. Pengujian Kesehatan Nahkoda, Anak Buah Kapal, dan Penjamah Makanan Untuk mengetahui perkembangan status kesehatan nahkoda, ABK kapal dan penjamah makanan, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Medical Check Up (MCU) yang dilakukan berupa: - Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital - Pemeriksaan Electrocardiograph (ECG) - Pemeriksaan radiologi

- Pemeriksaan laboratorium - Pemeriksaan kemampuan pendengaran (Audiometri) 4. Vaksinasi dan Penerbitan International Certificate of Vaccination (ICV) Kantor Kesehatan Pelabuhan memberikan pelayanan Vaksinasi dan juga penerbitan International Certificate of Vaccination (ICV) sebagai bukti telah dilakukan vaksinasi. 5. Sosialisasi Vaksin, ICV Jamaah Haji dan Umrah Sasaran sosialisasi vaksin dan ICV bagi jamaah umrah adalah agent perjalanan yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah umrah. Pemerintah pusat berkoordinasi dengan pemerintah kota maupun daerah melalui dinas kesehatan memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan kesehatan kepada calon jemaah haji berupa vaksinasi, berdasarkan ketentuan Undang-Undang nomor 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, UndangUndang nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji dan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 442/MENKES/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji. 6. Pengawasan Pengangkutan Orang Sakit Dalam hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan melakukan pemeriksaan fisik dan administrasi untuk kemudian diberikan izin angkut orang sakit untuk melakukan perjalanan dengan pesawat udara atau kapal. Syarat teknis pemberangkatan orang sakit: - Tidak menderita penyakit karantina/menular tertentu - Tidak ada kontra indikasi dalam penerbangan/pelayaran - Ada pendamping (dokter, perawat, bidan, atau tenaga lainnya) Syarat administrasi pemberangkatan orang sakit: - Memiliki surat keterangan dokter/dinas kesehatan setempat - Identitas jelas diri penumpang dan pendamping 7. Pengawasan Pengangkutan Jenazah Dokumen kesehatan wajib: - Surat keterangan dari rumah sakit/Dinas Kesehatan setempat menyatakan sebab kematian bukan karena penyakit menular. - Surat keterangan pengawetan jenazah dengan formalin. - Surat keterangan dari crematorium (untuk abu mayat). - Surat keterangan pemetian memenuhi persyaratan untuk alat angkut. - Surat rekomendasi kepolisian. Syarat Teknis: Jenazah disuntik dengan formalin Jenazah dimasukkan dalam peti logam (timah, seng, dsb), alasnya ditutup dengan absorbent yang tebalnya 5 cm.

Peti logam ditutup rapat, dimasukkan dalam peti kayu yang tebalnya 3 cm. Peti kayu dipaku dengan skrup dengan jarak 20 cm dan diperkuat dengan ban-ban logam. 8. Pegawasan obat-obatan dan perlengkapan P3K Kapal 9. Skrining Kesehatan Penyakit Tidak Menularl 10. Pelayanan kesehatan Haji Pelayanan kesehatan haji yang dilakukan berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatas serta pelayanan rujukan saat keberangkatan dan kepulangan dengan jamaah haji/umrah dengan tujuan: Deteksi adanya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah serta penyakit yang termasuk dalam Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Deteksi adanya penyakit yang menjadi faktor risiko dalam perjalanan ibadah haji.

Memberikan pelayanan kesehatan jamaah haji/umrah untuk berobat dan mendapatkan pelayanan rujukan dalam rangka meningkatkan status kesehatan jamaah haji/umrah. Sebagai deteksi dini terhadap penyakit tidak menular dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada pegawai di instansi wilayah pelabuhan dan bandara. Pemeriksaan yang dilakukan berupa: Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital Pemeriksaan kepadatan tulang Pemerikaan Indeks Massa Tubuh Pemeriksaan kapasitas paru (spirometer) Pemeriksaan laboratorium darah dan urin

1. Meningitis a. Definisi Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang melapisi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. Meningitis merupakan infeksi akut dari meningen, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokokus, meningokokus, stafilokokus, sreptokokus, haemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).

b. Epidemiologi

Penularan meningitis kerap terjadi, termasuk dalam pelaksanaan ibadah haji. Daerah sabuk meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat ke Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada tahun 1996 terjadi wabah meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 meninggal dunia. Dalam pelaksanaan ibadah haji, pada tahun2000 lalu, sebanyak 14 orang jamaah haji Indonesia tertular penyakit ini.Sebanyak 6 orang dari 14 penderita meningitis tersebut meninggal di Arab Saudidengan penyebab kematian meningitis meningokokus serogrup 135. Angkatersebut bertambah pada tahun 2001 menjadi 18 penderita dan enam di antaranya meninggal di Arab Saudi.

c. Etiologi Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu a. Bakteri : Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae

(pneumokokus), Neisseria meningitis (meningokokus), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,

Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae dan Peudomonas aeruginosa. b. Penyebab lainnya : Lues,Toxoplasma gondii dan Ricketsia.

d. Patogenesis Manusia merupakan reservoir alami untuk meningokokus. 10% total jumlah penduduk dewasa merupakan carierr sehingga mereka tidak menunjukkan gejala. Penyakit ini dapat disebarkan secara droplet ataupun dengan kontak langsung. Bakteri yang menginvasi tersebar ke bagian otak melewati pembuluh darah setelah berlakunya proses kolonisasi akibat infeksi di traktus respiratorius bagian atas. Mikroorganisme menginvasi ke jaringan selaput otak hanya apabila telah memasuki ruang subaraknoid. Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar. Respons inflamasi di piameter, arachnoid, cairan serebrospinal dan ventrikel akan menyebabkan eksudat yang

terbentuk

menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal sehingga

menimbulkan gejala-gejala neurologis.

e. Penatalaksanaan Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan. Untuk profilaksis dapat diberikan rifampisin 2x sehari selama 2 hari. Dosis orang dewasa 600mg/dosis, bayi di atas 1 tahun 10mg/kgBB, anak umur kurang dari 1 bulan 5mg/kg BB. Untuk orang dewasa juaga dapat diberikan Ceftriaxone 250mg IM dosis tunggal, atau Ciprofloxasin 500mg per oral dosis tunggal. Pengobatan Spesifik pada meningitis meningokokus dengan memberikan Penisilin parenteral atau ampisilin dan kloramfenikol juga efektif. Pasien dengan infeksi meningokokus harus diberi rifampisin sebelum dipulangkan apabila sebelumnya tidak mendapat generasi ketiga cephalosporin atau ciprofloxacin. f. Pencegahan Pencegahan meningitis meningokokus dapat dicapai dengan baik

immunoprofilaksis atau kemoprofilaksis. Rifampisin, kuinolon, dan ceftriaxone adalah antimikroba yang digunakan untuk membasmi meningokokus dari nasofaring. 1. Imunoprofilaksis Penyakit invasif terjadi hanya pada pasien tanpa antibodi bakterisidal atau opsonizing tertentu dan oleh karena itu, dapat dicegah dengan menginduksi antibodi dengan vaksinasi. Vaksin pertama untuk pencegahan penyakit meningokokus mengidentifikasi dikembangkan materi pada 1912. dari Scherp dan Rake sebagai (1935) suatu

capsular

meningococcus

polysaccharide. Namun, kerja nyata pada vaksin meningokokus dimulai hanya setelah munculnya perlawanan terhadap sulfonamid dan penisilin. Pada tahun 1960, vaksin polisakarida berdasarkan pada kelompok A dan C adalah kapsul

yang dikembangkan. Dari lima serotipe umum bertanggung jawab untuk> 90% dari penyakit meningokokus, vaksin yang tersedia untuk kelompok A, C, Y dan W-135. Polisakarida grup C menghasilkan respon immun yang lebih rendah dibandingkan dengan polisakarida grup A, dan mempunyai efek immunogenik yang amat rendah pada anak dibawah usia 2 tahun. Immunoprofilaksis terhadap infeksi meningococcus menggunakan vaksin polisakarida quadrivalent (seregrup A, C, Y dan W 135). Pada infant, hanya komponen vaksin meningococcus grup A yang menghasilkan protektif antibodi. Vaksinasi hanya direkomendasikan untuk individu dengan risiko tinggi, termasuk pengunjung negara dengan penyakit hiperendemik atau epidemik, pada keadaan ledakan yang disebabkan oleh serogrup yang terdapat dalam vaksin, orang-orang dalam barak militer, dan orangorang dengan risiko tinggi berupa defisiensi komponen terminal komplemen serta individu yang telah mengalami splenectomy. Pada negara berkembang, penyebab infeksi meningococcus adalah dari serogrup B. Kapsul polisakarida dari organisme ini mempunyai immunogenisitas yang sangat rendah, sebab anti-B polisakarida antibodi tidak bersifat bakterisidal di dalam komplemen manusia. Untuk meningkatkan immunogenisitas dari polisakaridal serogrup B, telah dikembangkan suatu polisakarida protein conjugate vaksin yang serupa dengan conjugate vaksin haemophilus influenzae type B. Saat ini terdapat 3 macam conjugate vaksin yaitu: a. HbOC, dimana protein carrier berasal dari non toksigenik mutan dari toksin diphteria yang dari berikatan dengan rantai pendek kasul

oligosaccharida/OC

polyribosylribitolphospate/PRP

polisakarida haemophilus influenzae tipe B. b. PRP-OMP, conjugate vaksin yang berisi outer membrane proteins dari N. Meningitidis/OMP, yang berikatan dengan rantai PRP polymer. c. PRP-D, berisi toksoid diphteria yang berikatan dengan rantai sedang PRP polymer

Berdasarkan rekomendasi dari Immunization Practice Advisory Committee (1991) dan Committee on Infectious Disease of the American Academy of Pediatrics (1991), penggunaan vaksin tersebut adalah sabagai berikut: a. Seluruh bayi di imunisasi Hib conjugate vaksin (Hb-OC atau PRP-OMP), dimulai pada usia 2 bulan. Pemberian dari vaksin dimulai sat 6 minggu. Pemberian imunisasi dapat bersamaan dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR. Vaksin diberikan secara intramuskular pada tempat yang berbeda dengan menggunakan syringe yang berbeda. b. Bila menggunakan Hb-OC, pada infant usia 2-6 bulan diberikan 3 dosis dengan selang paling sedikit 2 bulan. Infant usia 7-11 bulan diberikan 2 dosis dengan selang paling sedikit 2 bulan sebelum mencapai usia 15 bulan. Booster diberikan saat usia 15 bulan paling sedikit 2 bulan setelah dosis terakhir. Bila menggunakan PRP-OMP, pada infant usia 2-6 bulan diberikan 2 dosis degan selang 2 bulan, dan booster diberikan saat berusia 12 bulan. Anak usia 7-11 bulan diberikan 2 dosis dengan selang 2 bulan, sedangkan anak usia 12-14 bulan diberikan single dose, pada kedua kelompok tersebut booster diberikan saat usia 15 bulan, paling sedikit 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada kelompok usia dewasa diberikan single dose secara subcutan. Vaksinasi ini memberikan perlindungan terhadap penyakit sebesar 90%, tetapi tidak cukup potent untuk mengurangi kasus carrier. 2. Kemoprofilaksis Secara umum, kemoprofilaksis tidak dianjurkan selama wabah karena beberapa sumber paparan dan risiko paparan berkepanjangan. Masalah logistik dan biaya tinggi juga membuat alternatif praktis. Kemoprofilaksis dapat dipertimbangkan untuk orang yang mempunyai kontak dekat dengan pasien dalam situasi endemik. Ciprofloxacin 500 mg dalam dosis tunggal mungkin adalah pilihan termudah pada orang dewasa. Anak-anak bisa menerima baik suntikan IM tunggal ceftriaxone atau 4 dosis oral rifampisin selama dua hari, sesuai dengan berat badan. Antimikroba yang biasa digunakan untuk kemoprofilaksis adalah rifampisin, siprofloksasin, ceftriaxone, minocycline, dan spiramisin. Ketika rifampisin oral (4 dosis dalam 2 d) dibandingkan dengan dosis tunggal ceftriaxone IM untuk profilaksis, tindak lanjut budaya menunjukkan bahwa seftriakson secara signifikan lebih efektif. Ceftriaxone dapat memberikan alternatif yang efektif untuk rifampisin untuk

profilaksis pada orang yang mempunyai kontak dekat dengan pasien dengan meningitis meningokokus. Kloramfenikol oil mungkin obat pilihan di daerah dengan fasilitas kesehatan terbatas, karena dosis tunggal dari bentuk long-acting telah terbukti efektif.

Anda mungkin juga menyukai