Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

EMBRIOLOGI DAN REPRODUKSI TUMBUHAN


PEMBUATAN PREPARAT DENGAN METODE PARAFIN
PADA ORGAN Oryza sativa








Disusun oleh:
1. Aditya Tulus Nugraha (K4310001)
2. Diana Fatihatul U (K4310020)
3. Esti Dina Pertiwi (K4310027)
4. Ismia Tri Febiyanti (K4310045)
5. Linnasif Sari Dewi (K4310048)
6. Marinda Mega (K4310053)
7. Sulastri (K4310080)
8. Susi Susanti (K4310081)
9. Wahyu Fitri Lestari (K4310088)
10. Yakin Silaban (K4310089)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
LAPORAN PRAKTIKUM
EMBRIOLOGI DAN REPRODUKSI TUMBUHAN

I. JUDUL : PEMBUATAN PREPARAT TUMBUHAN DENGAN METODE
PARAFIN PADA ORGAN BUAH, BUJI DAN BUNGA Oryza sativa

II. TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan preparat tumbuhan dengan
metode parafin
2. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebiahn pembuatan preparat dengan metode
paraffin
3. Untuk mengetahui keberhasilan pembuatan preparat dengan metode paraffin
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan preparat dengan metode paraffin

III. DASAR TEORI
Jaringan dalam bahasa Perancis adalah "tissue" yang pertama kali digunakan oleh
Bichat seorang ahli anatomi dan fisiologi dari Perancis yang terkesan oleh ragam
anyaman yang dijumpainya sewaktu mendeteksi tubuh. Observasi mikroskop pada
jaringan yang berbeda memastikan bahwa satuan terkecil dari jaringan dibentuk oleh sel,
sel inilah merupakan struktur terkecil yang membentuk tubuh manusia,hewan dan
tumbuhan (Linuary, 2000)
Mikroteknik atau teknih histology merupakan ilmu yang mempersiapkan organ,
jaringan dan bagian jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Penelaah umumnya
dilakukan dengan bantuan mikroskop karena struktur jaringan yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan,
diantaranya adalah dengan metode parafin.
Metode parafin sekarang banyak digunakan karena hampir semua macam jaringan
dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metode ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini
adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku atau
metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan
metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat
seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh
lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin.
Metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut
dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila
menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan medode
ini(Suntoro,1983). Namun untuk dapat mempelajari prosedur pembuatan sediaan dengan
metode paraffin dan mendapatkan hasil pengirisan setipis mungkin, maka dilakukanlah
praktikum ini.
(www.sribd.com/doc/87853818-Upload)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan preparat adalah:
- Lamanya waktu fiksasi, jika fiksasi dilakukan terlalu lama akan mengakibatkan
jaringan pada objek rusak.
- Lamanya wktu staining. Jika staining tidak dilakukan secara benar, dapat
mengakibatkan objek tidak terwarnai dengan sempurna.
- Lamanyaa waktu dehidrasi. Jika dehidrasi dilakukan terlalu lama atau terlalu cepat,
mengakibtkan tingkat kerapuhan akan meningkat. Jika dehidrasi dilakukan terlalu
cepat mengakibatkan kemungkinan masih terdapatnya air dalam jaringan yang
sangat besar.











IV. ALAT DAN BAHAN













V. CARA KERJA
1. Pengambilan sampel di lapangan
Tahapan ini bertujuan untuk menentukan sampel apa yang akan kita jadikan slide
preparat, misalnya organ akar, batang, daun, buah, dan biji. Sampel yang kita ambil
dari lapangan, yaitu biji, buah dan bunga dari Oryza sativa.Setelah di peroleh sampel
tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam larutan alkohol 70%.
2. Fiksasi
Fiksasi dilakukan dengan menggunakan larutan FAA (Formalin 40%, Alkohol 70%,
Asam Asetat Glacial 100%) selama lebih kurang 24 jam. Tujuan fiksasi adalah
mematikan atau penghentian proses-proses hidup secara tiba-tiba dan kekal
(permanen) dan mengawetkan semua isi sel dalam ukuran serta posisi semula dalam
Alat :
- Gelas Beker
- Spatula
- Bunsen
- Korek api
- Balok kayu
- Mikrotom
- Pinset
- Jarum pentul
- Kaca arloji
- Kaki tiga
- Water Bath
- Hot Plat
- Deg glass
- Obyek Glass
- Mikroskop
- Tissue
Bahan :
- Formalin 40%
- Asam Asetat glacial (100%)
- Alkohol 70%
- Alkohol 80%
- Alkohol 95%
- Alkohol 100%
- Xilol
- Parafin murni
- Aquades
- Saflanin 1%
- Biji Oyiza sativa
- Buah Oryza sativa
- putih telor

sel atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup . Akan tetapi bila ditangani
secara kasar, bahan akan rusak sebelum dimasukkan ke dalam larutan pengawet.
Organ bunga, buah, dan biji Oryza sativa dimasukkan ke dalam gelas beker yang
berisi larutan FAA kemudian ditutup dengan alumunium foil selama 24 jam.

3. Pencucian dan Dehidrasi
Tahap ini bertujuan menarik air dari jaringan tumbuhan agar kemudian dapat
dikenakan larutan yang dapat bercampur atau larut dalam parafin yang digunakan
sebagai alat dimana bahan akan ditanam. Dehidrasi seringkali dilakukan dengan seri
alcohol-xylol atau alkohol TBA.
Proses pencucian dan dehidrasi dilakukan dengan cara merendam organ-organ
tumbuhan yang akan dijadikan preparat dalam larutan berikut secara berurutan
masing-masing selama 30 menit. Larutan tersebut adalah sebagai berikut : alkohol
70%, alkohol 80%, alkohol 95%, alkohol 100%, alkohol/xilol (3:1), alkohol/xilol
(1:1). alkohol/xilol (1:3), xilol dan xilol .
Setelah selesai tahapan di atas, kemudian organ diangkat dan diletakkan di kaca rloji
untuk di tiriskan. Lalu dimasukkan ke dalam campuran xilol parafin dengan
perbandingna 1:9 dengan suhu 57 C selama 24 jam.
4. Infiltrasi
Proses infiltrasi dilakukan dengan cara campuran xilol/parafin dibuang, dan diganti
dengan parafin murni dengan temperatur 57 C selama 24 jam.

5. Penyelubungan
Dilakukan dengan cara membuang parafin yang lama dan diganti dengan parafin
murni yang baru. Setelah kurang lebih 1 jam dibuat blok.

6. Pengirisan
Membuat irisan-irisan dengan menggunakan rotary microtome dengan ketebalan 6-12
mikronmeter.
7. Perekatan
Irisan direkatkan pada gelas benda dengan campuran glisrin : albumin yang dibubuhi
air, kemudian gelas benda ditaruh di atas hot plat dengan temperatur 45 C sampai pita
parafin merenggang.
.
8. Pewarnaan
Mencelupkan preparat organ buah, bunga, dan biji berturut-turut ke dalam gelas
benda: xilol, xilol, alkohol/xilol (1:3), alkohol/xilol (1:1), alkohol/xilol (3:1), alkohol
100%, alkohol100%, alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70% masing-masing selama
3 menit. Kemudian safranin 1% dalam alkohol 70% selama 1 jam, lalu proses
selanjutnya adalah mencelupkan preparat organ (buah, biji, dan bunga) masing-
masing larutan selama 1 menit. Larutan tersebut adalah alkohol 70%, alkohol 80%,
alkohol 95%, alkohol 100%, alkohol 100%, alkoho/xilol (3:1), alkoho/xilol (1:1),
alkoho/xilol (1:3), xilol, xilol. alkoho/xilol.

9. Penutupan
Irisan ditutup dengan gelas penutup dengan pemberian balsam kanada terlebih
dahulu.

10. Pemberian Nama (Pelabelan)
Di sebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi keterangan nama preparat,
organ, penampang, dsb. Setelah itu dilakukan pengamatan.











VI. PEMBAHASAN
Analisa hasil pembuatan preparat Oriza sativa
Dari hasil pembuatan preparat organ buah dan biji Oriza sativa pada kelompok kami
kurang berhasil. Hal itu ditunjukkan pada saat pengamatan dengan mikroskop preparat
yang dihasilkan bagian bagian jaringannya tidak nampak jelas. Pembuatan preparat
tersebut kurang berhasil kemungkinan disebabkan karena :
1. Setelah pengambilan organ dari tanaman tidak langsung dilakukan fiksasi tetapi
disiimpan dahulu dalam alcohol 70% terlalu lama (2hari) sehingga organ dari
tanaman tersebut mengalami kerusakan.
2. Waktu fiksasi yang dilakukan melebihi batas waktu yang ditentukan (seharusnya 24
jam), sehingga mengakibatkan jaringan pada obyek rusak.
3. Lamanya waktu dehidrasi, jika dehidrasi dilakukan terlalu lama atau terlalu cepat
mengakibatkan tingkat kerapuhan akan meningkat. Jika dehidrasi dilakukan terlalu
cepat mengakibatkan kemungkinan masih terdapat air dalam jaringan.
4. Lamanya waktu pewarnaan. Jika pewarnaan tidak dilakukan secara benar maka dapat
mengakibatkan organ tersebut tidak terwarnai dengan sempurna.
5. Tingkat kematangan organ yang digunakan. Dalam pembuatan preparat yang kita
lakukan menggunakan biji dan buah padi yang sudah tua sehingga sangat keras yang
mengakibatkan pada saat pemotongan dengan microtome organ tidak dapat dipotong
dengan sempurna.

Sedangkan pada pembuatan preparat bunga Oriva sativa pada kelompok kami gagal, pada
saat proses pencucian dan dehidrasi bunga yang kami gunakan hilang. Hal itu disebabkan
karena organ bunga oriza sativa memiliki ukuran yang sangat kecil.





VII. KESIMPULAN
Langkah-langakh dalam pembuatan preparat dengan metode parafin
1. Pengambilan sampel di
lapangan
2. Pengambilan sampel di
lapangan
3. Fiksasi
4. Pencuciandan Dehidrasi
5. Infiltrasi
6. Penyelubungan
7. Pengirisan
8. Perekatan
9. Pewarnaan
10. Penutupan
11. Pemberian Nama
Kelebihan pembuatan preparat tumbuhan dengan menggunakan metode paraffin
adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda
beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10
mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6
mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila
menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan
metode seloidin.
Metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut
dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila
menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan medode
ini(
Hasil praktikum ini adalah :
Untuk pembuatan preparat biji dan buah Oryza sativa kurang berhasil.
Untuk pembuatan preparat bunga Oryza sativa gagal, karena bunga hilang pada
saat proses pencucian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan preparat adalah:
- Lamanya waktu fiksasi
- Lamanya waktu staining.
- Lamanyaa waktu dehidrasi.



SARAN
Dalam melakukan langkah-langkah pembuatan preparat seperti fiksasi, pencucian dan
dehidrasi, dan lain-lain harus teliti, mengikuti prosedur yang sesuai, memperkecil
kesalahan praktikan. Organ tanaman yang dibuat preparat harus spesifik, bagian-
bagiannya masih utuh dan memperhatikan tingkat kematangan organ.

DAFTAR PUSTAKA
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang
Widjajanto dan Susetyoadi Setjo. 2001. Mikroteknik Tumbuhan. Malang: Universitas
Negeri Malang
http ://www.bangkoyoy.com/2010/10/pembuatan-preparat-whole-mount-lumut.html
http: www.sribd.com/doc/87853818-Upload
http: //id.shvoong.com/exact-sciences/1996032-mount-pada-lumut/
http://www.scribd.com/doc/78420836/48797339-Lap-Mikrotek-Parafin

Anda mungkin juga menyukai