Anda di halaman 1dari 28

SESI 4 8: STRATEGI MENDAPATKAN INFORMASI: TEKNIK

Must-to-know key-points: 1. Mendapatkan keluhan pasien Teknik pembuka Teknik Klarifikasi Teknik Mengarahkan Pasien 2. Mengatasi resistensi 3. Mengatasi mekanisme pertahanan pasien (defenses) Metode Pembelajaran: Tugas Baca Diskusi interaktif Demonstrasi / Role-play

Persiapan Sesi dalam kelas: Pasien/pemeran pasien Alat Bantu Latih (bila memungkinkan dan tersedia fasilitasnya):

o Video contoh wawancara


Alat bantu latih di luar kelas: Daftar tilik penilaian ketrampilan teknik wawancara (terlampir).

DAFTAR TILIK TEKNIK WAWANCARA Padankan teknik wawancara yang akan menghasilkan respons di bawah ini: Respons: 1 : pembicaraan yang spontan : rambling : menjawab pertanyaan dengan adekuat : jawaban satu kata : keheningan/diam : hostility : marah

2
3 4 5

6 7

21

Teknik wawancara: Open-ended, patient-centered questions Open-ended, symptom-centered questions Closed-ended questions Leading questions Meminta untuk lebih spesifik Meminta untuk membuat lebih umum (generalize) Meminta untuk memberi alas an Probing Meminta untuk menyimpulkan Menghubungkan Pernyataan untuk meneruskan Mengulang pernyataan pasien Mengarahkan pasien Pertanyaan yang menilai adanya gejala psikiatri Smooth transitions Accentuated transitions Abrupt transitions Konfrontasi Menunjukkan penerimaan Shifting Induction to bragging Interpretations Addressing of defence mechanisms Bypassing defense mechanisms Distraction Reassurance _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____ _____

____

22

MATERI ACUAN STRATEGI MENDAPATKAN INFORMASI : TEKNIK

Teknik mendapatkan informasi secara garis besar ada tiga macam berdasarkan jenis pasien yang dihadapi. Teknik pertama digunakan untuk pasien yang sangat kooperatif. Pasien-pasien tersebut sangat terbuka dan mau menceritakan hampir semua permasalahannya. Teknik kedua digunakan untuk pasien yang menutupi beberapa bagian dari masalah mereka. Teknik ketiga digunakan untuk pasien yang secara tidak disadari melakukan distorsi persepsi terhadap diri sendiri dan orang lain. Tingkat kooperatif pasien terhadap terapi berbeda-beda. Beberapa pasien sangat kooperatif dengan datang tepat waktu untuk menceritakan permasalahan mereka. Beberapa pasien lain secara aktif menghambat usaha terapis untuk mengetahui permasalahan pasien tersebut; mereka mungkin merasa malu, menunjukkan sikap bermusuhan, atau takut. Beberapa pasien lain secara tidak sengaja (tanpa disadari) mengalami distorsi persepsi terhadap masalah mereka. Seorang pasien biasanya mengungkapkan masalah mereka dengan cara: 1. Mengeluarkan semua permasalahannya (keluhan/complaints) 2. Mengeluarkan beberapa masalah namun menutupi masalah-masalah yang dianggap memalukan (resistance) 3. Dengan mengeluarkan masalah yang paling memalukan kepada terapis juga terhadap diri pasien sendiri (defenses). Ada berbagai strategi untuk menghadapi ketiga cara tersebut. Jika pasien berkomunikasi dengan cara complaining/mengeluh, maka yang dilakukan pasien adalah membantu pasien untuk menceritakan permasalahannya secara mendetil. Terapis juga mengeksplorasi setiap aspek dari permasalahan yang pasien ungkapkan. Pendekatan yang dilakukan termasuk: teknik pertanyaan terbuka (opening), klarifikasi (clarification) dan mengarahkan (steering). Resisten lebih sulit untuk diatasi. Teknik yang paling berguna untuk membantu pasien mengatasi resisten adalah penerimaan (acceptance) dan konfrontasi (confrontation). Tunjukkan pada pasien kalau terapis mengetahui dan mengerti resistensi

23

pasien namun, pada saat yang sama terapis mencoba untuk meyakinkan pasien bahwa lebih menguntungkan bagi pasien jika ia berhenti melakukan resistensi. Defenses adalah kondisi yang paling sulit untuk diatasi. Pada berbagai wawancara psikodiagnostik, defenses dapat dibiarkan jika tidak mempengaruhi pemenuhan kebutuhan informasi untuk terapis. Pada beberapa situasi, terapis mau tidak mau tetap harus mengkonfrontasi atau menginterpretasi mekanisme defense yang digunakan pasien untuk mempertahankan rapport dan mendapatkan diagnosis. Pasien dengan berbagai tingkat kooperatif tersebut (juga termasuk pasien yang kooperatif pada waktu tertentu dan tidak kooperatif di waktu lain); membuat terapis harus menyesuaikan strategi yang digunakan untuk mendapatkan informasi. Ada berbagai teknik untuk membantu menumbuhkan sikap kooperatif pada pasien. 1. Keluhan Pasien Pasien yang datang secara sukarela ke profesional kesehatan jiwa mengemukakan suatu alasan yang membuat ia datang. Alasan yang diungkapkan biasanya adalah masalah yang berkaitan dengan fungsi sehari-hari pasien, interaksi personal, atau yang berhubungan dengan perilaku dan kepuasan akan dirinya. Ketika berbicara tentang masalah tersebut, terapis mendengarkan penderitaan di balik kata-kata yang diucapkan pasien dan mendengarkan keluhan pasien. Pasien umumnya mengharapkan empati akan penderitaannya dan penjelasan tentang penyebab kelelahan hebat yang dirasakannya. Intinya, pasien menginginkan diagnosis dan rencana terapi. Terapis membutuhkan teknik untuk mencapai tujuan tersebut di atas, yaitu: a. Mengeluarkan semua keluhan pasien (dengan teknik pertanyaan terbuka). b. Mengartikan keluhan tersebut sebagai suatu gejala, ciri kepribadian tertentu (pola perilaku jangka panjang), atau permasalahan hidup (dengan teknik klarifikasi). c. Menentukan area dari setiap keluhan dan berpindah dari satu jenis keluhan ke keluhan lain (teknik mengarahkan). Jika terapis menjalankan ketiga teknis tersebut di atas maka terapis akan mendapatkan diagnosis dan dapat memberikan terapi yang sesuai.

24

Teknik Pembuka Dalam mewawancarai pasien dengan gangguan jiwa, pewawancara harus mencapai keseimbangan antara memberikan pasien kesempatan untuk bercerita dengan kata-kata pasien sendiri dan mendapatkan informasi yang penting untuk diagnosis. Jika pewawancara membiarkan pasien bercerita tanpa batas, maka pasien dapat terus menerus bercerita; jika pewawancara menanyakan sesuatu yang spesifik, maka cerita pasien akan mengalami distorsi. Menggunakan teknik pertanyaan terbuka sebagai pendekatan di awal wawacara akan membuat pasien menceritakan masalahnya dengan kata-kata pasien sendiri. Pertanyaan yang membantu di antaranya adalah: Bagaimana saya dapat membantu anda? Apa yang bisa saya bantu? Masalah apa yang membawa anda ke sini? Darimana sebaiknya kita mulai? Pendekatan dengan teknik patient-centered akan mengundang pasien untuk memberikan topik pembicaraan, membantu pasien memberikan gambaran mengenai masalahnya dari sudut pandang pasien, dan harus mendapatkan keluhan utama. Pertanyaan terbuka dan luas memperkecil dugaan dan membuat pasien dapat mengeluarkan dan menggali apa yang ia anggap penting. Beberapa pewawancara hanya menggunakan teknik pertanyaan terbuka, mereka jarang menelusuri kata kunci atau menanyakan hal yang spesifik. Pewawancara dengan teknik seperti itu bisa mendapatkan gejala depresi pada pasien namun tidak dapat menemukan berapa lama dan berapa berat gejala depresi tersebut kecuali jika pasien sendiri yang mengungkapkan hal tersebut. Pewawancara juga bisa mendapatkan gejala gangguan tidur pada pasien namun tidak bisa mendapatkan gambaran lebih jelas mengenai gangguan tidur tersebut. Pewawancara yang menggunakan pendekatan teknik pertanyaan terbuka seperti dijelaskan di atas akan menyulitkannya dalam mendapatkan informasi penting untuk diagnosis dan tidak dapat melakukan penilaian yang efisien. Pewawancara juga dapat menghadapi masalah sebaliknya, yaitu membuat pasien tidak nyaman dengan pertanyaan ya dan tidak yang cepat dan terus menerus. Teknik seperti ini bisa mendapatkan informasi namun tidak mencapai keluhan utama. Sebagai contoh:

25

C P C P C P C P C P

: Saya dr. A, anda setuju untuk mengikuti wawancara ini? : Ya : Ok, berapa umur anda? : 47 : Apakah anda mempunyai saudara kandung? : Ya : Berapa banyak? : Tiga : Apakah anda anak bungsu? : Bukan.

Dalam waktu setengah jam pewawancara tersebut membombardir pasien dengan pertanyaan tertutup, mengumpulkan berbagai detil yang tidak dapat diformulasikan menjadi gambaran klinis atau diagnosis. Dua teknik wawancara tersebut terlihat ekstrim. Setiap teknik tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian. Pertanyaan terbuka dapat menghasilkan jawaban yang jujur/valid, individual dan spontan. Pasien dapat termotivasi untuk memberitahukan kepada pewawancara hal-hal yang mengganggunya dan mereka ingin terapis menolong mereka. Teknik tersebut kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih terarah untuk mendapatkan keluhan utama. Kekurangan dari teknik pertanyaan terbuka adalah dapat menimbulkan jawaban yang terlalu panjang, tidak nyata, tidak jelas, dan tidak lengkap. Pewawancara akan merasa terlalu banyak informasi namun tetap tidak kekurangan detil-detil yang diperlukan untuk diagnosis. Keuntungan dari pertanyaan tertutup adalah dapat memberikan jawaban yang cepat, jelas, dan dapat dipercaya. Menggunakan pertanyaan tertutup namun detil dapat membantu pewawancara mengembangkan wawancara yang sistematik dan mengarah pada gambaran status mental pasien jika dibandingkan dengan wawancara yang terbuka. Pertanyaan tertutup terkadang dapat menghasilkan jawaban yang positif palsu, dan menghambat kebebasan pasien dalam mengekspresikan dirinya. Pasien yang terlalu patuh mereka yang ingin menyenangkan hati terapis pertanyaan tertutup dapat menyebabkan pasien sedikit memberikan informasi. Respon pasien juga dapat mengkonfirmsi prekonsepsi yang dibuat terapis dan selanjutnya tidak memberikan gambaran yang sebenarnya dari persepsi pasien terhadap realitas.

26

Pendekatan yang baik adalah dengan mengkombinasikan keduanya dengan teknik yang berkelanjutan dari pertanyaan luas ke pertanyaan yang terfokus dan tajam. Memulai topik baru dengan pertanyaan terbuka yang luas; lanjutkan dengan memfokuskan pada satu topik target; dan akhiri dengan serial pertanyaan yang semakin menyempit, sesekali tertutup tipe ya/tidak. Pertanyaan ya/tidak dapat digunakan untuk verivikasi, spesifik, atau memancing respon. Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan pertanyaan terbuka yang tajam dan fokus. Contoh: Apakah anda mengalami sulit tidur? (jawaban yang muncul adalah: ya atau tidak) lebih baik bertanya: Apa yang terjadi saat anda mencoba tidur? Dengan pertanyaan seperti kalimat kedua, pasien tahu kalau dokter bermaksud menanyakan apakah pasien mengalami sulit tidur namun pasien juga tetap mendapat kesempatan untuk memberikan jawaban selain ya atau tidak. Saya mengalami pengalaman yang aneh. Saya sering melihat monster. Hal tersebut seakan saya bermimpi ketika akan tidur. (menggambarkan halusinasi hipnagogik gejala klasik narkolepsi). Aspect Genuineness Broad, open-ended question High They produce spontaneous formulations. Reliability Low reproducible answers. Precision Low Intent of question is vague. Time efficiency Low High may suggest answers. High Intent of question is clear. High Narrow, low-ended question Low They lead the patient.

They may lead to non Narrow focus; but they

27

Circumstantial elaborations. Completeness of diagnostic coverage Low Patient selects the topic.

May invite yes/no answers. High Interviewer selects the topic.

Acceptance by patient

Varies Most patients prefer expressing themselves freely; others become guarded and feel insecure.

Varies Some patients enjoy clear-cut checks; others hate to be pressed into a yes/no format.

Teknik Klarifikasi Tiap pasien mempunyai cara menjawab yang berbeda-beda. Beberapa pasien menjawab pertanyaan dengan jelas, yang lainnya menjawab secara sempit, tidak sesuai dengan pertanyaan, tidak jelas, atau sirkumstansial. Dalam beberapa situasi, pewawancara perlu membantu pasien untuk dapat memberi jawaban yang lebih jelas. Teknik yang dapat membantu pasien memperjelas jawabannya adalah specification, generalization, checking symptom, leading question, probing, interrelation, dan summarizing. Specification Jika pasien memberikan jawaban yang tidak jelas, pertanyaan bisa diubah menjadi lebih tertutup; seperti contoh sebagai berikut:

1. D
P 2. D P 3. D P 4. D P

: Bagaimana tidur anda Tn. Wiguna ? : Buruk : Apa yang buruk dengan tidur anda? : Semuanya : Apakah anda mempunyai masalah untuk bisa tidur? : Ya : Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk bisa tertidur belakangan ini? : Kadang-kadang satu jam, kadang 3 jam, kadang saya tidak bisa tidur sama sekali sepanjang malam.

28

5. D P 6. D P

: Apakah pernah ada saat malam hari anda bisa tidur dengan nyenyak, namun anda terbangun beberapa kali? : Tidak : Apakah anda pernah terbangun sangat awal dan tidak bisa tidur lagi? : Tidak

Pertanyaan no. 3, 5 dan 6 merupakan pertanyaan tertutup namun dapat memberikan jawaban yang akurat. Jika pasien mengeluh dengan kata-kata yang tidak jelas (buruk, tidak makan seperti seharusnya, rendah); kembalikan lagi kata-kata pasien tersebut kepada pasien untuk mendapat penjelasan. Jika hal tersebut gagal, pertanyakan pengertian anda tentang keluhan pasien tersebut. Jika pasien merespon dengan Bukan itu yang saya maksud! biarkan pasien menjelaskan maksudnya. Contoh:

1. D
P 2. D P 3. D P 4. D P 5. D P 6. D P 7. D P 8. D P

: Apa yang membuat anda datang ke sini, Bu Lisa? : Saya merasa lelah setiap hari. : Lelah? : Karena saya tidak bisa tidur dengan nyenyak. : Apa yang terjadi dengan tidur anda? : Tidak nyenyak . : Seperti apa tidur tidak nyenyak yang anda alami? (dokter memfokuskan pada tidak nyenyak dulu dan mengabaikan lelah) : Saya rasa, saya tidak tahu : Maksud anda, anda gelisah? : Tidak, saya rasa tidak. : Kapan terakhir kali anda merasa tidur anda tidak nyenyak? : Semalam : Coba jelaskan tidur anda, mulai saat anda berangkat ke tempat tidur.. : Saya pergi tidur jam 10.30 malam dan saya terbangun lagi sekitar tak lama setelah tengah malam. : Ya? : Lalu jam 1.00 atau 1.30 saya tertidur lagi. Saya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk kembali tidur kemudian terbangun lagi jam 4.00 pagi,dan saya tidak tahu kapan saya tertidur. Di pagi hari saya sulit untuk bangun.

9. D

: Jadi tidur tidak nyenyak yang anda maksud adalah sering terbangun pada malam hari.

29

P 10. D P 11. D P 12. D P

: Ya, benar. : Anda juga mengatakan kalau anda merasa lelah sepanjang hari. (Sekarang dokter beralih ke masalah kedua yaitu kelelahan) : Ya. : Apakah hal tersebut sering kali terjadi setelah anda tidak bisa tidur nyenyak pada malam hari? : Tidak, tidak selalu. Beberapa malam saya bisa tidur cukup nyenyak namun saya tetap merasa lelah hingga jam 11 siang. : Jadi tampaknya anda mengalami dua masalah: terbangun di tengah malam dan merasa lelah saat pagi hari. : Ya, itulah yang terjadi.

Untuk pasien ini, tidur tidak nyenyak berarti mengalami insomnia. Pewawancara kemudian menilai hubungan antara intermittent insomnia dengan kelelahan yang dialami pada pagi hari, dan mendapatkan bahwa kedua hal tersebut tidak saling berhubungan. Teknik pertanyaan seperti di atas juga membuat pasien merasa didengarkan dan dimengerti. Jika pewawancara merespon secara persuasif atau membuat preasumsi tentang apa yang dikatakan pasien maka pasien bisa menghentikan komunikasi diantara mereka. Generalization Terkadang pasien menjelaskan informasi yang spesifik saat pewawancara memerlukan penjelasan mengenai pola perilaku secara keseluruhan. Contoh:
Tn. Badu, 48 tahun, Melayu, menikah, pegawai, mengalami episode depresi pertama kali sekitar 2 tahun yang lalu. Saat ini ia mengalami kekambuhan dan kembali ke klinik. D P D P : Tn. Badu, coba ceritakan masalah apa yang anda alami belakangan ini? : Saya mengalami masalah dalam kehidupan seksual saya. : Masalah apa itu? : Semalam saya mengalami masalah yang sangat buruk. Kami ke sini untuk menemui anda, kami menginap di hotel dan menikmati makan malam. Namun saat di tempat tidur, saya tidak bisa bangun. D P D P : Apakah anda sering mengalami hal ini? : Istri saya sangat pengertian. : Jadi, anda tidak pernah mengalami masalah seksual? : Semalam, seperti yang sudah saya katakan tadi.

30

D P

: Masalah seksual seperti apa yang sering anda alami, jika ada? : Saya tidak bisa bergairah, bagaimanapun saya sudah berusaha. Hal tersebut membuat istri saya lelah dan saya menjadi frustrasi. Namun itu bukan masalah yang saya alami kemarin. Kemarin saya tidak bisa ereksi.

D P

: Apakah anda impoten sebelum anda mengalami depresi lagi? : Jika demikian saya tidak mempunyai masalah.

Pasien tersebut cenderung untuk membawa masalah yang terjadi saat ini, satu kejadian yang bukan representasi dari gejala yang biasa ia alami. Karena itu, pewawancara mengulangi pertanyaannya, namun dengan memperluas perspektif waktu, dengan menggunakan kata-kata seperti biasanya, seringkali atau lebih sering. Jika pasien kembali merujuk pada situasi spesifik, dokter dapat mengeksplorasi setiap situasi untuk dapat mengerti keseluruhan masalah. Checking Symptom Pewawancara dapat mengajukan beberapa daftar gejala kepada pasien untuk membentu menilai adanya psikopatologi, hal tersebut dilakukan jika cerita yang disampaikan pasien tidak jelas. Sebagai contoh, pasien depresi sering kali kurang baik dalam komunikasi verbal sehingga menyebabkan tidak efektif dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Dalam kondisi tersebut, pewawancara dapat menanyakan beberapa gejala dan pasien bisa menjawab dengan ya/tidak. Pewawancara tetap harus melakukan periksa ulang untuk menghindari pewawancara menjadi sugestif. Contoh:
Tn. Jani, 47 tahun, menikah, manager dari sebuah pabrik, tidak memberikan jawaban yang jelas dalam tujuh pertanyaan awal wawancara. Pewawancara memberikan pertanyaan yang lebih terarah dan langsung mengartikan keluhan pasien yang tidak jelas menjadi gejala.

1. D
P

: Selamat siang Pak Jani, bagaimana kegiatan anda belakangan ini? : Saya merasa istri saya tidak begitu puas terhadap saya. Ia berkata kepada saya: Mengapa kamu tidak bisa menjadi dirimu sendiri lagi, seperti saat saya pertama kali bertemu dengan mu dan menikah dengan mu?

2. D P

: Ia berpikir anda sudah berubah? : Kami akan bertemu dengan orang-orang Amway. Mereka adalah orang-orang yang sangat luar biasa. Mereka mencoba membantu kita jika mereka bisa. Anda harus bertemu dengan mereka.

31

3. D P

: Istri anda berpikir anda telah berubah? Bagaimana hal tersebut tampak dalam pertemuan tadi? :Mereka adalah orang-orang yang luar biasa. Mereka sangat ramah dan bersemangat. Mereka tampak sangat optimis. Saya bertemu dengan salah seorang dari mereka pada hari senin pagi yang lalu jam 8.30 a.m di kantor pos. Hari itu adalah hari yang sangat indah. Saya menanyakan kabar padanya. Ia menjawab, Luar biasa, luar biasa. Ia tampak sangat ceria. Saya hanya pernah satu kali bertemu dengan orang seperti itu sebelumnya, yaitu di gereja.

4. D P 5. D P 6. D P 7. D P 8. D P 9. D P 10. D P

: Jadi dalam hal apa anda berbeda? Apa yang dipikirkan oleh istri anda? : Saya tidak begitu tahu. Dia selalu pengertian, namun belakangan ini ia sering tidak sabaran menghadapi saya. : Maksud anda, anda tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang ini? : Betul. Mereka berdiri, berbicara panjang lebar, dan memberitahukan bagaimana cara memotivasi orang lain. : Bagaimana perbedaan anda dengan mereka? : Saya berdiri dan mengatakan bahwa mereka luar biasa. : Apa yang salah dengan hal itu? : Saya tidak tahu. Di tempat saya bekerja orang-orang berkata: Ada apa dengan Jani? Ia biasanya selalu memiliki mood yang baik. : Jadi mood anda sudah berubah? : Saya yakin orang-orang di tempat kerja membuat cerita yang lucu mengenai saya. : Anda pikir apa yang salah dengan anda? : Di tempat kerja, orang-orang tampaknya berpikir saya berbeda. : Tampaknya mood anda sudah berubah. : Ya, biasanya saya selalu pergi dengan mereka dan bercanda dengan semua orang dan mereka tertawa serta berkata: Tidak ada yang dapat membuat ia sedih.

11. D P 12. D P 13. D P 14. D

: Hal tersebut sudah berubah sekarang? : (menangis) : Apakah anda merasa sedih? : Ya. : Dan anda menarik diri dari teman-teman di tempat kerja? : Ya. Saya ingin sendirian. : Dan dengan orang-orang Amway, anda tidak dapat ikut bersemangat dan

32

mengucapkan kata-kata yang bersemangat? P 15. D P : Tidak, saya tidak dapat bersemangat seperti mereka. : Apakah anda tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan keadaan anda? : Benar. Saya hanya ingin memberitahukan kepada mereka bahwa mereka begitu pengertian terhadap saya namun saya bahkan tidak bisa melakukan hal itu. Saya hanya bisa menangis.

Pewawancara pada awalnya membiarkan pasien untuk bercerita namun pertanyaan terbuka ternyata tidak efektif. Pasien bisa menjadi lebih spesifik pada pertanyaan 2 6, tapi tetap tidak mendapatkan kejelasan mengenai masalahnya. Akhirnya pewawancara checks for symptoms (8, 10, 12 15). Teknik checks for symptoms membuat pewawancara lebih banyak bicara dan mengajukan gejala pada pasien namun teknik ini pada situasi tertentu cukup efektif untuk membantu mengumpulkan gejala yang dapat mengarahkan pada diagnosis. Leading Questions Leading questions mengarahkan pasien pada jawaban yang spesifik. Sebagai contoh,
Tentu saja anda tidak pernah berpikir untuk bunuh diri, benar kan? Anda tidak pernah mendengar suara-suara, bukan?

Pertanyaan seperti itu akan membuat pasien yang pencemas dan dependen menyangkal gejala-gejala yang dialami walaupun sebenarnya pasien pernah berpikir untuk bunuh diri atau pernah mendengar suara-suara. Teknik tersebut juga dapat menghasilkan jawaban yang berlawanan pada pasien yang tidak kooperatif yang tidak pernah berpikir untuk bunuh diri atau mendengar suara-suara namun merasa diserang oleh pewawancara karena menggunakan teknik tersebut. Teknik leading question tetap dapat menghasilkan jawaban yang akurat dan valid. Jika pewawancara ingin mendapatkan informasi yang dapat dipercaya dan relatif tidak terdistorsi, hindari penggunaan teknik leading question. Jika pewawancara maka pewawancara dapat memilih pertanyaan yang sesuai dengan jawaban yang diinginkan. Sebagai contoh, jika pewawancara ingin mengekspresikan kepercayaannya pada pasien

33

bahwa pasien akan kooperatif dengan rencana terapi, maka pewawancara dapat mengatakan:
Anda akan minum obat sesuai dengan yang saya resepkan, ya? Anda akan pergi ke mal yang ramai dikunjungi orang untuk melihat apakah anda masih mengalami serangan panik, ya?

Jika pewawancara sengaja ingin membuat pasien menjawab dengan jawaban yang berlawanan dari arahan anda, maka leading questions dapat diajukan sesuai keadaan. Denngan demikian teknik wawancara tidak dapat dinilai baik atau buruk, tapi tepat atau tidak tepat untuk mendapatkan suatu tujuan tertentu. Probing Pasien kadang menyampaikan makna dan pentingnya suatu situasi yang ia alami tanpa menjelaskan alasannya. Pewawancara harus mencoba untuk menemukan alasan tersebut dengan teknik yang disebut probing. Teknik ini dapat digunakan dalam berbagai situasi dari menilai derajat tilikan pasien terhadap wahamnya sampai mendapatkan informasi lebih banyak mengenai suatu topik yang sepertinya ingin pasien sembunyikan. Pasien dengan waham akan terbantu untuk bercerita tanpa merasa dikonfrontasi jika pewawancara menggunakan teknik probing. Contoh: Tn. Slamet, 48 tahun, Jawa, bercerai, ditangkap polisi karena memacu kendaraannya dengan kecepatan melebihi batas yang ditentukan dan mengabaikan perintah polisi untuk berhenti. Ketika berhasil ditangkap, ia membuat pernyataan seperti polisi mencegah pemilihan yang adil. Pernyataan tersebut dan pernyataan lain yang serupa itu membuat Tn. Slamet dibawa ke IGD rumah sakit. Pewawancara pada awalnya menggunakan teknik continuation (1 6) dan selanjutnya probing (7).

1. D
P 2. D P 3. D

: Apa yang membuat anda dibawa ke IGD, Pak Slamet? : Polisi. : Apa yang membuat anda berurusan dengan polisi? : Ceritanya panjang. Saya tinggal di kota kecil dan selama dua tahun terakhir ini saya berpikir untuk menjadi walikota. : Oke.

34

P 4. D P

: Saat siang hari saya bekerja sebagai akuntan. Waktu yang saya miliki untuk mempersiapkan diri menjadi walikota hanya di malam hari. : Ya, teruskan. : Suatu sore, tiba-tiba, tetangga-tetangga saya mulai berdatangan. Mereka kemudian selalu datang hampir setiap malam. Mereka bertanya apakah saya punya waktu untuk minum bir. Saya selalu pergi dengan mereka.

5. D P

: Apa yang terjadi kemudian? : Dua hari yang lalu saya berpikir, Kali ini saya tidak akan pergi dengan mereka. Segalanya sangat tenang. Tetangga sebelah rumah saya bahkan memadamkan lampu. Saya berpikir, Mereka tidak bisa menipu saya. Saya mengambil senjata saya dan menembakkan ke udara. Dan ketika tetangga saya membuka jendela, saya katakana padanya bahwa saya tahu kalau ia mengamati saya.

6. D P

: Kemudian apa yang terjadi? : Ia berkata, Omong kosong. Dan ia bilang akan menelepon polisi. Saya katakan kalau saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Saya masuk ke mobil saya dan segera pergi. Ketika saya sampai di jalan tol, saya dihentikan oleh polisi. Mereka bilang mereka menghentikan saya karena mengebut. Saya katakan saya tahu kenapa mereka menghentikan saya dan saya tidak mau berhenti. Namun mereka berhasil menangkap saya. Akhirnya mereka membawa saya ke sini pagi ini.

7. D P 8. D P

: Menurut anda apa artinya ini? : Apakah anda tidak mengerti? Apakah anda tidak bisa melihat rencana mereka? : Mungkin anda dapat membantu saya untuk dapat mengerti apa yang terjadi. : Para tetangga datang, saya pikir karena mereka bermaksud mencuri waktu saya sehingga saya tidak dapat mempersiapkan diri untuk pemilihan wali kota. Saya tidak pernah memberitahukan mereka bahwa saya akan mencalonkan diri, namun mereka pasti mengetahuinya.

9. D P 10. D P 11. D P 12. D P

: Mengapa begitu? : Karena saya mendapat beberapa petunjuk. : Petunjuk seperti apa? : Ketika saya pulang, saya melihat melalui jendela, sebelum masuk rumah, dan saya melihat bayangan. : Menurut apa bayangan apa itu? : Saya pikir seseorang ada di dalam rumah dan mengamati apa yang ada di rumah. : Menurut anda mengapa polisi berurusan dengan semua ini? : Astaga, apa anda tidak mengerti? Mereka tidak ingin saya menjadi walikota. Mereka ingin menghentikan saya. Mereka berpikir, jika saya ikut pemilihan, mereka

35

saya akan membongkar dan menghapuskan korupsi yang sudah berlangsung sekian lama.

Probing berguna untuk menilai isi pikir pasien terutama adanya ideas of reference dan waham (7 12). Pewawancara tidak mau menguji interpretasi pasien karena cara pasien menggambarkan pengalamannya menunjukkan bahwa ia memiliki tilikan diri yang buruk terhadap distorsi realitasnya. Probing juga digunakan jika pasien menyatakan adanya halusinasi atau waham. Misalnya, jika pasien menjawab iya pada pertanyaan apakah anda mendengar suarasuara atau mendapat penglihatan?, maka pewawancara harus berusaha untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai waktu, tempat dan frekuensi dari halusinasi tersebut. Teknik probing juga dapat digunakan untuk mendapatkan respon emosional pasien terhadap suatu kejadian yang ia alami. Saat pasien menceritakan tentang masalah pernikahannya, konflik di tempat kerja atau kesulitannya dalam menghadapi anak-anak; dengan cara yang netral, alihkan wawancara dari usaha mengumpulkan informasi lebih detil tentang konflik yang dialami menjadi mengajukan pertanyaan langsung tentang emosinya. Jika pewawancara ingin tahu apa yang pasien rasakan dan pikirkan maka yang harus dilakukan adalah bertanya. Interrelation Pewawancara harus melakukan eksplorasi mengenai hubungan yang tidak logis yang disampaikan oleh pasien dalam wawancara. Pasien bisa menyampaikan isi pikir yang terdistorsi, terganggu sampai tingkat waham. Jika pasien menghubungkan dua hal yang tampaknya tidak saling berhubungan, katakana pada pasien: Tunggu, saya tidak mengerti apa hubungannya antara A dan B. Tolong jelaskan sehingga saya bisa melihat hubungan di antara kedua hal tersebut. Contoh: Beatrice, 39 tahun, keturunan Cina, menikah, mempunyai 5 orang anak, sangat curiga terhadap rekan kerjanya. Ketika ditanya mengenai pengalaman kerjanya, ia mengungkapkan tentang kecelakaan yang menimpa anaknya dan menghubungkan hal tersebut dengan perubahan yang terjadi dalam jadwal kerjanya.

36

1. D P 2. D P 3. D P 4. D P 5. D

: Bagaimana kondisi pekerjaan anda saat ini? : Saya tidak tahu. Orang-orang sepertinya menghindari saya. : Apakah ada alasannya? : Saya tidak tahu. Mungkin. Minggu lalu, ketika mereka mengubah jadwal kerja saya dari dinas pagi menjadi dinas sore, anak saya mengalami kecelakaan. : Apa hubungannya dengan perubahan jadwal kerja anda? : Mereka merencanakan kecelakaan itu. : Bagaimana mengubah jadwal kerja anda bisa berhubungan dengan kecelakaan yang menimpa anak anda? : Kecelakaan itu terjadi di sore hari menjelang malam. Itu adalah hari pertama saya harus berada di kantor saat sore hari. : Saya masih tidak bisa mengerti bagaimana bekerja di sore hari dengan kecelakaan yang menimpa anak anda bisa saling berhubungan.

: Apakah anda tidak melihat hubungannya? Mereka ingin saya ada di kantor ketika
saya mendapat kabar mengenai kecelakaan tersebut, sehingga mereka bisa melihat bagaimana reaksi saya. Mereka mungkin berharap saya akan hancur tetapi saya tidak memuaskan mereka. Saya tidak memberitahukan kepada siapapun tentang kecelakaan tersebut.

Hal-hal yang diceritakan Beatrice saling berhubungan (interrelated) dalam waham yang ia alami. Pewawancara menemukan waham tersebut dengan menanyakan pada pasien bagaimana caranya perubahan jadwal kerja berhubungan dengan kejadian kecelakaan (3 5). Pada wawancara tersebut, pewawancara menanyakan tentang hubungan logis antara dua kejadian namun tidak mendiskusikan mengenai emosi pasien. Jika pewawancara ingin memunculkan emosi pasien maka ia dapat melanjutkan dengan: 6. D
: Anda pasti merasa sangat kecewa ketika mengetahui bahwa semua rekan kerja anda mempunyai rencana untuk menghancurkan anda.

Keuntungan dari munculnya emosi pasien adalah membantu pewawancara untuk menilai apakah pasien merasa bersalah, merasa curiga, atau bermusuhan (hostility).

37

Summarizing Teknik summaries berguna pada pasien yang memberikan jawaban yang tidak jelas atau sirkumstansial, asosiasi longgar, flight of ideas, seperti pada pasien bipolar atau siklotimia. Teknik ini membantu memfokuskan perhatian pasien. Dengan teknik ini pewawancara juga dapat merefleksikan kembali pada pasien apa yang dipikirkan oleh pewawancara mengenai kata-kata pasien. Pewawancara perlu berhati-hati dalam menggunakan teknik ini karena dapat mengarahkan pasien dan pewawancara meletakkan kata-katanya pada pasien. Contoh:
Roni, 24 tahun, belum menikah, baru lulus sekolah, pertama kali menghubungi pewawancara melalui telepon. Saat itu pasien terkesan ada dorongan untuk berbicara. 1. D : Anda mengatakan kepada saya di telepon bahwa anda merasa tidak nyaman. Coba beritahukan lebih lanjut kepada saya tentang perasaan tersebut. P : Hari Minggu yang lalu adalah salah satu contohnya. Hal tersebut terjadi secara tiba-tiba ketika saya sedang berbicara dengan Anna di telepon pada malam Minggu. Secara tiba-tiba saya merasa tidak enak. Pada hari Minggu saya tidak mau bangun. Ketika akhirnya saya bangun, saya kemudian berlari sejauh 10 mil. Saya selalu berusaha untuk berlari dua kali 10 mil dalam sehari dan dua kali 15 mil per hari dalam satu minggu. 2. D P 3. D P : Seperti apa yang anda katakan tidak nyaman? : Hanya cemas dan tegang. : Lalu bagaimana sisa hari Minggu itu berlangsung? : Saya pikir dengan berlari dapat membantu memperbaiki perasaan saya, seperti yang selalu terjadi selama ini, namun saya tetap merasa tegang dan panic. Saya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan apapun. Perasaan ini juga ada ketika saya sedang bersama perempuan.

4. D
P 5. D P 6. D P

: Maksud anda, anda mengalami masalah ketika sedang berkencan? : Ya, secara seksual. Saya tidak bisa tenang. : Apakah anda mengalami masalah untuk ereksi? : Ya, sepertinya begitu. : Apakah anda mengalami masalah ini setiap waktu? : Tidak, hal tersebut memburuk saat saya merasa tegang dan buruk. Kondisi tersebut berfluktuasi.

38

7. D

: Jadi anda mengalami masalah secara berkala, dalam waktu singkat ketika anda merasa tegang dan buruk, tidak dapat tenang, dan mengalami masalah seksual?

: Betul, saya merasa buruk, tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan saya, dan tidak mau melakukan apapun.

Jawaban pasien yang pertama adalah menggambarkan perasaan tidak nyaman yang ia alami. Pasien tidak dapat memperjelas jawabannya (2) maka ia dimotivasi untuk terus menjelaskan dan tetap fokus pada topik: masalah dengan perempuan (4). Pewawancara menyimpulkan pernyataan-pernyataan pasien (7) dan mendapatkan persetujuan dari pasien mengenai kesimpulan tersebut. Metode lain untuk teknik summarizing terutama untuk pasien yang mudah diintimidasi adalah dengan cara meminta bantuan pasien, yaitu: Saya ingin mengetahui apakah saya mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang telah kita diskusikan; maka saya akan mengulang pengertian saya mengenai pembicaraan kita dengan kata-kata saya sendiri dan saya minta anda mengkoreksi setiap kesalahan yang saya buat. Tujuh teknik klarifikasi specification, generalization, checking symptoms, leading questions, probing, interrelation, dan summarizing memotong-motong bentuk keseluruhan dari setiap gejala dan menilai hubungan tiap elemen dari suatu topik; teknikteknik tersebut biasanya patient-centered. Teknik Mengarahkan Pasien Teknik ini membantu pewawancara untuk mengarahkan perhatian pasien dari satu hal ke hal lain dan dari suatu topik ke topik lain. Pewawancara menjadi seperti kapten kapal yang memberi tahu pengemudi (pasien), jalan mana yang harus ditempuh. Teknik ini lebih interviewer-directed. Dengan teknik steering wawancara dapat diarahkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Teknik ini termasuk continuation, redirecting, dan transition. Continuation Continuation adalah teknik steering yang paling sederhana. Teknik ini mendorong pasien untuk terus bercerita. Dengan teknik ini pasien bisa mengetahui bahwa ia telah

39

memberikan informasi yang berguna untuk diagnosis. Teknik ini termasuk gerak tubuh, mengangguk, mempertahankan kontak mata, dan kalimat seperti: Apa yang terjadi kemudian? Jelaskan lebih lanjut. Okay. Ada lagi? Saya ingin mendengar lebih banyak. Hal itu menarik. Saya pikir itu adalah hal penting. Teruskan. Terus bercerita. Hmm. Keuntungan dari teknik ini adalah pewawancara membiarkan pasien menceritakan masalahnya dengan menggunakan kata-kata pasien sendiri; tidak ada gejala yang diajukan oleh pewawancara. Intervensi langsung harus dihindari, hal tersebut membuat pasien menceritakan tentang dirinya dan memilih hal yang penting menurut pandangan pasien sendiri bukan menurut pewawancara. Echoing Teknik Echoing adalah mengulang jawaban pasien pada bagian yang ingin dielaborasi oleh pewawancara. Teknik ini berbeda dengan continuation, yaitu pada teknik echoing pewawancara secara selektif menekankan beberapa bagian dari kalimat yang pasien ucapkan, sehingga pasein juga ikut memfokuskan pada bagian tersebut. Redirecting Teknik ini membantu pasien untuk tidak lagi teralih dari topik utama dan meminta pasien untuk kembali ke topik setelah teralih dari topik tersebut. Digunakan pada pasien yang terjebak dalam detil-detil yang tidak relevan atau membahas masalah orang lain. Pasien dengan tangensial, flight of ideas, dan sirkumstansial merupakan indikasi untuk menggunakan teknik ini.

40

Transition Selama wawancara ada banyak topik yang harus dibahas untuk itu pewawancara harus dapat mengalihkan pasien. Ada beberapa teknik transisi yang dapat digunakan yaitu: smooth, accentuated, abrupt. Teknik transisi yang digunakan tergantung kondisi status mental pasien. Smooth Transition Teknik ini secara halus mengarahkan pasien untuk berpindah topik dengan memberikan kesan pada pasien bahwa memang topik-topik tersebut saling berhubungan, yaitu: Cause-effect relationship Pewawancara mengasumsikan suatu kejadian yang disampaikan pasien mempengaruhi fungsi pasien. Misalnya: penggunaan zat dan dampaknya. Temporal relationship Menghaluskan transisi antar gejala dengan menghubungkan gejala tersebut pada suatu waktu yang sama. Accentuated Transition Teknik ini menekankan perubahan topik dan menempatkan topik sebelumnya terpisah dari topik yang baru; contoh: Baiklah, sekarang mari kita bahas hal lain. Accentuated Transition juga dapat diawali dengan menyimpulkan topik sebelumnya sebelum berpindah ke topik lain. Abrupt Transition Teknik ini memperkenalkan topik yang baru tanpa pemberitahuan lebih dahulu sehingga biasanya menjadi aneh dan biasanya merupakan nasihat yang aneh. Abrupt transition berguna untuk pasien yang berbohong atau memanipulasi gejala. 2. RESISTENSI Resistensi yang dimaksud di sini adalah pada pasien yang secara sadar menghindari pembicaraan tentang suatu topik. Dapat tampak dalam berbagai cara, sebagai contoh: Saya tidak mau membicarakan tentang hal itu sekarang. Saya tidak mau membahas hal ini dengan anda.

41

Resistensi tidak langsung adalah ketika pasien berusaha mengalihkan perhatian pewawancara dari suatu topik: pasien dapat menjawab pertanyaan pewawancara secara singkat atau tidak menjawab sama sekali, atau pasien mulai berbicara secara intensif tentang hal lain, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaktertarikan, atau berhenti sebelum menjawab. Pasien berusaha mengalihkan topik dengan berkata: Hal tersebut sama sekali tidak mengganggu saya. Hal ini bukan hal yang menjadi perhatian saya. Masih banyak hal lain yang harus dikhawatirkan. Dua hal logis tentang alasan resistensi pasien adalah: 1. Pasien ingin mempertahankan suatu reputasi. 2. Pasien tidak senang dengan respon pewawancara dan takut mengalami penolakan atau diremehkan oleh pewawancara. Pada wawancara awal biasanya pasien ingin menunjukkan reputasi yang baik, dan tidak mau mempermalukan dirinya sendiri. Pasien tidak mau dianggap gila. Pasien khawatir akan respon pewawancara terhadap rasa hilangnya perasaan, ketakutan yang aneh atau halusinasi yang dialaminya sehingga pasien mencoba menghindar untuk mengungkapkan hal tersebut. Strategi untuk mengatasi resistensi pasien adalah: expressing acceptance, confrontation, confrontation with consequences, shifting, exaggeration, induction to bragging. Expressing Acceptance Pasien yang menunjukkan keengganan untuk berbicara namun tidak secara jelas menyatakan penolakan, biasanya mengindikasikan adanya kekhawatiran dianggap aneh dari pasien. Pewawancara sebaiknya menunjukkan penerimaan terhadap pikiran dan perasaan pasien sehingga pasien merasa dimengerti. Pewawancara tidak menggunakan nilai-nilai moral tertentu dan menerima pasien tanpa mengkritik atau memuji. Membantu pasien mengatasi resistensinya, memberikan dukungan pada pasien, katakan apa yang tampaknya merupakan maksud pasien; hal-hal tersebut menunjukkan bahwa pewawancara mengerti pasien.

42

Confrontation Confrontation memfokuskan resistensi pasien. Teknik ini meningkatkan kesadaran pasien akan resistensi dan mengajak pasien untuk member penjelasan. Teknik confrontation digunakan ketika pewawancara melihat adanya perilaku seperti menghindari kontak mata, menelan ludah berulang kali, wajahnya merona, terlalu berlebihan mengontrol ekspresi emosi, tegang, tidak bisa tenang, atau ketika pasien menggunakan bahasa yang mengandung makna ganda atau tersembunyi, melakukan pengalihan, mengurangi gejala, atau sering berpindah topik. Confrontation with Consequences Pewawancara harus mengetahui apa yang diinginkan pasien, karena teknik ini menggunakan pemenuhan kebutuhan pasien. Jika pasien sangat menginginkan sesuatu (meninggalkan rumah sakit, mendapatkan anaknya kembali, bertemu pengacara), maka adanya kemungkinan bahwa keinginannya akan tercapai dapat membantu pasien mengatasi resistensinya. Strategi ini berguna untuk pasien yang secara keras kepala menolak berhubungan dengan pewawancara. Shifting Mengubah fokus pembicaraan bertujuan untuk melakukan pendekatan pada masalah lain. Teknik ini merupakan cara untuk membuat pasien membicarakan suatu hal yang tidak mau ia bicarakan. Pewawancara tidak memaksa untuk terus bertanya tentang hal yang tidak ingin pasien bicarakan namun biarkan pasien tidak menjawab pertanyaan tersebut dan berpindah topik kemudian mencoba masuk kembali ke pertanyaan tersebut dengan cara lain. Ibaratnya seperti masuk ke rumah melalui pintu belakang. Exaggeration Pasien yang cemas, obsesif, dan hati-hati sering kali menolak mengakui bahwa ia telah melakukan suatu kesalahan kecil. Pasien khawatir pewawancara akan menolaknya jika pewawancara mengetahui kesalahan yang dibuat pasien tersebut. Jika hal tersebut terjadi turunkan perhatian pasien dengan menempatkan kesalahan tersebut pada perspektif yang benar. Sebagai contoh, seorang pasien yang marah pada anaknya dan menampar anak tersebut, ia menjadi khawatir bahwa apa yang dilakukannya merupakan child abuse, maka pewawancara dapat mengatakan:

43

Anda tidak menyebabkan memar atau mencekiknya? Pasien akan merasa tenang jika tindakannya dibandingkan dengan perilaku kriminal atau kekerasan yang berat. Pasien juga terbantu untuk mengerti secara jelas bahwa tindakannya tidak melampaui nilai toleransi pewawancara yang dapat membuat pewawancara menolak pasien. Pasien akan merasa dimengerti dan mau berbicara lebih banyak. Induction to Bragging Pasien dengan tendensi sociophatic senang memberikan kesan yang baik pada pewawancara. Mereka khawatir perilaku antisosial mereka akan memperburuk reputasinya, dengan demikian pasien akan menutupi beberapa tindakan yang ia lakukan. Teknik exaggeration juga bisa digunakan untuk pasien tersebut namun memancing pasien untuk menunjukkan dirinya juga bisa berhasil. Sebagai contoh, ketika pasien menolak berbicara tentang kenakalannya saat SMU, pewawancara dapat menantang pasien dengan berkata: Apakah anda adalah petarung yang handal? Pernyataan tersebut mengesankan bahwa pewawancara dapat menerima kenakalan pasien. Pasien antisosial biasanya percaya bahwa perilakunya bisa diterima, dengan pernyataan seperti di atas, pasien akan merasa bahwa pewawancara dapat menerima dan mengerti dirinya. Pernyataan tersebut mengandung pesan bagi pasien untuk tidak khawatir akan kritik dari pewawancara dan bahkan mungkin pewawancara dapat memberikan pujian. Pada fase selanjutnya, pewawancara harus menjelaskan pada pasien bahwa dengan mengerti dan menerima perilaku pasien bukan berarti pewawancara mendukung pasien untuk terus melakukan tindakan antisosial dan bukan berarti pewawancara senang dengan tindakan yang pasien lakukan. Pengertian dan penerimaan pewawancara akan tindakan pasien hanya menunjukkan bahwa pewawancara ingin memberikan ruang dan perhatian pada pasien sehingga pasien dapat menceritakan tindakannya dengan ekspresi emosi yang tipikal untuk gangguan kepribadiannya. 3. DEFENSES Mekanisme defensi yang dijelaskan dalam DSM IV yaitu: Acting out

44

Affiliation Altruism Anticipation Autistic Fantasy Denial Devaluation Displacement Dissociation Help-rejecting complaining Humor Idealization Intellectualization Isolation of affect Omnipotence Passive aggression Projection Projective Identification Rationalization Reaction Formation Repression Self-assertion Self-observation Splitting Sublimation Supression Undoing

Mengatasi Mekanisme Defens Mekanisme defens membuat persepsi pasien terhadap diri dan lingkungannya mengalami distorsi. Pada wawancara insight-oriented, terapis membantu pasien untuk menyadari mekanisme defensnya, dengan tujuan pasien akan mengubah perilaku defensifnya dengan perilaku yang lebih realistis.

45

Mengatasi defens tidak sama dengan mengatasi resistensi. Pasien yang menggunakan mekanisme defens tertentu biasanya tidak menyadari hal tersebut dan tidak mempunyai kontrol terhadap mekanisme defens yang ia gunakan. Perilaku patologi muncul dan mempengaruhi wawancara. Mengatasi defens berarti menetralisir dampaknya dan tidak melakukan interpretasi pada pasien. Teknik yang dapat dilakilan adalah: bypassing, reassurance, distraction, confrontation, interpretation. Bypassing Pewawancara seringkali bertemu dengan pasien yang persepsi terhadap realitasnya sangat terdistorsi. Seorang janda dapat menyatakan bahwa suaminya adalah yang terbaik dan tidak akan dapat menemukan orang lain seperti suaminya tersebut. Ternyata didapatkan bahwa suami yang diidolakan itu adalah seorang pecandu alkohol yang sering memukul pasien. Untuk diagnosis depresinya, tidak penting untuk melakukan konfrontasi terhadap pasien apalagi pada wawancara pertama. Akan lebih baik jika defensi yang dilakukan pasien dibiarkan dan tidak ditanggapi namun dapat dibahas di laporan status mental pasien. Reassurance Reassurance bertujuan untuk menurunkan kecemasan dan kecurigaan pasien serta meningkatkan kepercayaan diri pasien dengan menunjukkan dukungan. Teknik ini dilakukan dengan menunjukkan mekanisme defensi kepada pasien dari sisi yang baik untuk pasien. Pendekatan yang empatik akan membuat pasien merasa mempunyai dukungan. Hal ini sangat berguna pada pasien yang merasa terbeban dengan masalah yang ia alami. Distraction Teknik distraction berguna pada pasien dengan mood yang abnormal seperti mania, depresi atau pasien dengan intoksikasi. Pembicaraan pasien tidak bisa dihentikan atau dialihkan dengan mengetahui mekanisme defensi yang pasien gunakan. Hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan stimulus kuat untuk mendapatkan perhatian pasien, seperti memanggil namanya, berteriak, atau menyentuh pasien. Pertanyaan yang diajukan harus singkat dan closed-ended.

46

Pewawancara seringkali tidak mendapatkan perhatian terus menerus dari pasien namun bisa mendapatkan jawaban singkat yang diperlukan. Confrontation Teknik confrontation digunakan untuk menarik perhatian pasien pada perilaku tertentu dengan harapan pasien dapat menyadari perilaku tersebut dan memperbaikinya selama wawancara. Interpretation Interpretation menekankan pada pengertian pewawancara terhadap perilaku defensi yang dilakukan pasien. Pewawancara mengajukan makna dari pikiran dan perilaku pasien. Biasanya interpretasi mengikuti confrontation karena pewawancara harus membantu pasien menyadari perilakunya sebelum ia dapat mengerti interpretasi yang diajukan oleh pewawancara. Interpretation menunjukkan pada pasien bahwa pewawancara mencoba memahami perilaku yang pasien lakukan dan mengajak pasien untuk mendiskusikan hal tersebut. Empat aspek dalam interpretation: a. Waktu Waktu yang tepat untuk melakukan interpretasi adalah ketika pasien menjadi tertarik dengan perilakunya sendiri. Ketertarikan tersebut menunjukkan bahwa pasien siap untuk mendiskusikan makna perilakunya. b. Sudut pandang Cara pewawancara mengajukan interpretasi sangat penting. Interpretasi dapat dibuat berdasarkan pendapat pewawancara atau pasien. Interpretasi yang dibuat berdasarkan sudut pandang pewawancara akan membuat pasien merasa dikritik, tidak nyaman, marah dan resisten. Interpretasi yang dibuat dari sudut pandang pasien lebih mudah diterima oleh pasien. c. Cakupan Interpretasi dapat dibuat berdasarkan suatu fokus perhatian, seperti perilaku isolasi, atau isu yang lebih luas seperti gaya hidup. Interpretasi yang luas akan merusak kepercayaan diri pasien dan rapport antara pewawancara dengan pasien. d. Dampak terhadap pasien

47

Interpretasi mempunyai dampak emosional pada pasien. Pasien dapat merasa lebih cemas terhadap situasinya dan lebih terbebani. Reference: Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using DSM-IV. Volume1: Fundamentals. Washington: American Psychiatric Press Inc., 1994., hal. 43 97

48

Anda mungkin juga menyukai