Anda di halaman 1dari 9

GLIKOSIDA FLAVONOL Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid.

Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin, ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal. Biosintesa Glikosida Flavonoid Aglikon dan glikosida flavonol dan falvanoid lainnya adalah contoh senyawa yang di dalam sistem biologis pembentukannya dapat melalui kedua cara pembentukan senyawa aromatis, yaitu dengan kondensasi asam asetat dan melalui shikimic Acid Pathway.

DAFTAR PUSTAKA Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya. Jakarta. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta. Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNHAS. Makassar.

Harborne JB.1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methode.

Mursyidi, achmad. 1989. Analisis metabolit sekunder. UGM. Yogyakarta.

Glikosida adalah suatu senyawa yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan gugus aglikon(genin) dan molekul gula(glikon). Bagian gula yang terdapat pada glikosida dapat berupa gula yang tidak spesifik(misalnya glukosa) atau gula yang spesifik(misalnya digitoksosa, sarmaentosa). Molekul gula yang sering terdapat pada glikosida lazimnya adalah -D-glukosa, tetapi kadang-kadang ditemukan juga gula jenis lain yaitu ramnosa, digitoksosa, simarosa dan lain-lain. Bila ikatan glikosidik terjadi dengan molekul glukosa maka disebut glukosida, sedangkan bila berikatan dengan gula yang lain(bukan glukosa) disebut glikosida. Glikosida pada umumnya larut dalam air, sedangkan aglikonnya tidak larut dalam air. Oleh karena itu cara ekstraksinya akan berbeda (Anonim, 2012). Berdasarkan atom apa yang menghubungkan bagian gula dan bukan gula, maka dikenal 4 macam glikosida yaitu : 1). O-glikosida, jika atom 0 menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida inim mudah dihidrolisa dengan asam dan enzim, 2). N-glikosida, jika atom N menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula ( gugusan amino) seperti; nukleosida, ribosa, purin, visin, dan krotonosida. Golongan ini sebagian gulanya bukan gula sebenarnya tetapi derivatnya misal; asam uronik, 3). C-

glikosida, jika atom C menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini tahap terhadap hidrolisa asam.Hidrolisa dapat terjadi dengan bantuan pemanasan atau oksidator, dan 4). S- glikosida, jika atom S menghubungkan antara bagian gula dan bukan gula. Glikosida ini hanya terdapat pada famili famili tertentu misal Cruciferae (Waston, 2005). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki karakteristik bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-,3,4-, atau 3,4,5-terhidroksilasi (Sastrohamidjojo, 1996). Flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi flavon, flavonol, flavonon, flavononon, isoflavon, calkon, dihidrokalkon, auron, antosianidin, katekin, dan flavan-3,4-diol (Sirait 2007). Flavonoid terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan pada telah sifat kelarutan dan reaksi warna (Harbone 1987). Flavonoid pada tumbuhan berfungsi dalam pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga (Robinson 1995).
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Terjemahan Kokasih Padmawinata. Bandung : FMIPA ITB Senyawa Flavonoid Flavonoidmerupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Flavonoidterdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pulapada setiap telaah ekstrak tumbuhan. Dalam tumbuhan, flavonoidterdapat dalam berbagai struktur. Semuanya mengandung 25 atom karbondalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6 C3 C6 yaitu dua cincin aromatik yangdihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tak dapatmembentuk cincin ketiga. Modifikasi flavonoid lebih lanjut, dapat mungkin terjadi padaberbagai tahap dan menghasilkan penambahan atau pengurangan gugushidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoid, isoprenilasigugus hidroksil atau inti flavonoid, metilenasi gugusorto-dihidroksil, dimerisasi (pembentukan biflavonoid), pembentukanbisulfat, dan yang terpenting adalah glikosilasi gugus hidroksil(pembentukan flavonoid O-glikosida) atau inti flavonoid (pembentukanflavonoid C-glikosida) (Markham, 1988). Markham (1988) menyatakan bahwa flavonoid pertama yang dihasilkanpada alur biosintesis flavonoid ialah khalkon, dan semua turunanflavon diturunkan darinya melalui berbagai alur. Semua golonganflavonoid saling berkaitan, karena berasal dari alur biosintesis yangsama. Cincin A terbentuk karena kondensasi ekor-kepala dari tiga unitasam asetat-malonat atau berasal dari jalur poliketida. Cincin Bserta satuan tiga atom karbon dari rantai propan yang merupakankerangka dasar C6 C3 berasal dari jalurasam sikimat (Manitto, 1981). Berdasarkankerangka dasarnya, maka dikenal beberapa jenis flavonoid diantaranya: khalkon, auron, flavanon, isoflavon, flavon, dihidroflavonol,flavonol, antosianin, katekin (flavan 3 ol), flavan 3,4 diol,dan proantosianin seperti tampak pada gambar:

Isolasi Flavonoid Isolasiflavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengancara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapatmelarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarutpolar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut semipolar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya, untuk tujuanskrining maupun isolasi, umumnya

menggunakan pelarut methanol atauetanol. Hal ini disebabkan karena pelarut ini bersifat melarutkansenyawa senyawa mulai dari yang kurang polar sampai dengan polar.Ekstrak methanol atau etanol yang kental, selanjutnya dipisahkankandungan senyawanya dengan tekhnik fraksinasi, yang biasanyaberdasarkan kenaikan polaritas pelarut (Monache, 1996). Dalampenelitian ini senyawa flavonoid diisolasi dengan tekhnik maserasi,mempergunakan poelarut methanol teknis. Ekstraksi methanol kentalkemudian dilarutkan dalam air. Ekstrak methanolair kemudiandifraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat. Masingmasing fraksiyang diperoleh diuapkan, kemudian diuji flavonoid. Untuk mendeteksiadanya flavonoid dalam tiap fraksi, dilakukan dengan melarutkansejumlah kecil ekstrak kental setiap fraksi kedalam etanol.Selanjutnya ditambahkan pereaksi flavonoid seperti : natriumhidroksida, asam sulfat pekat, bubuk magnesiumasam klorida pekat,atau natrium amalgamasam klorida pekat. Uji positif flavonoidditandai dengan berbagai perubahan warna yang khas setiap jenisflavonoid (Geissman, 1962).

Karakterisasi Flavonoid Karakterisasi senyawa flavonoid lazim dilakukan denganpengukuran-pengukuran spektrofotometri. Dari segi struktur,senyawa-senyawa flavonoid dapat dideteksi berdasarkan warnanya dibawah sinar tampak atau sinar ultra lembayung. Flavonoid mempunyaisistem karbonil yang berkonyugasi dengan cincin aromatik, sehinggasenyawa-senyawa ini menyerap sinar panjang gelombang tertentu didaerah ultra violet (Achmad, 1986). Agustini, Dewi Meliati, 1999, KudraflavonC Dan Empat Senyawa Dari Kulit Akar Artocarpus glauca blume(Moraceae). Tesis Tidak diterbitkan,Bandung, Institut Teknologi Bandung. Achmad, Syamsul Arifin, 1986,Kimia Organik Bahan Alam, Jakarta,Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Universitas Terbuka Afrida, 1999, IlmuKimia Senyawa Fenol Terisoprenilasi Dua Spesies Tumbuhan ArtocarpusHutan Tropis Indonesia. Tesis Tidakditerbitkan, Bandung, Institut Teknologi Bandung. Anwar, Chairil, 1994,Pengantar Praktikum Kimia Organik, Jakarta,Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PendidikanTinggi. Bialangi, Nurhayati, 2002, IsolasiPenentuan Struktur Flavonoid dari Daun Ocimum Sanctum, Linn. AsalGorontalo, Tesis. Bandung, Program Pasca Sarjana UNPAD. Dede, Sukandar, 2000, FlavonoidTerpenilasi Dari Kayu Batang TumbuhanArtocarpus champeden spreng,Tesis Tidak diterbitkan Bandung, Institut Teknologi Bandung. Ersam, Taslim, 1998, DuaSenyawa Flavon Terisoprenilasi Dari Artocarpus bracteata hook,Majalah IPTEK ,Jurnal Ilmu PengetahuanAlam Dan Teknologi, Lembaga Penelitian Institut Teknologi SepuluhNovember.

Hanapi, 1995, IsolasiBeberapa Senyawa Metabolit Sekunder Dari Kayu Batang Artocarpuschampeden, Jurnal penelitian, Bandung,Lembaga Penelitian Intitut Teknologi Bandung Harborne, J.B, 1987, MetodeFitokimia 2, Padwinata.k.Soediro,Bandung, Institut Teknologi Bandung. Ibrahim, Rully, 2003, IsolasiKurkumin Dari Temulawak (Curcuma Xanthorrina),Skripsi tidak diterbitkan, Gorontalo, IKIP Negeri Gorontalo. Khopkhar, 1990, KonsepDasar Kimia Analitik, Jakarta,Universitas Indonesia. Markham, K.R,1988, CaraMengidentifikasi Flavonoid, a.b. padmawinata.K, Bandung, InstitutTeknologi Bandung. Nurachman, Zeily, 2002, ArtoindosianinUntuk Tumor, www.google.com. Siregar, 1988, Dasar-DasarKimia Organik, Jakarta, DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Rukmana, Rahmat, 1998, BudiDaya Nangka, Yogyakarta,Penerbit Kanisius. Rao, A.V.Rama 1970, ColouringMatters Of The Wood Of Artocarpus heterophyllus,Kumpulan Literatur, Kelompok Penelitian Kimia Organik Bahan AlamInstitut Teknologi Bandung. Siregar, 1988, Dasar-DasarKimia Organik, Jakarta, DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Subarnas, A.Sidik, A. Muhtadi dan S.A. Sumiwi,1997, Isolasi Dan Identifikasi SenyawaAktif Analgetik Dari Akar Pakis Tangkur(Polodium feii mrtt),Laporan Penelitian, DirektoratPembinaan Penelitian Dan Pengabdian Pada masyarakat, DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Widyawantoro, A, 2002, GlikosidaSianogenik Dari Umbi Ketela Karet,Tesis Tidak diterbitkan, Bandung, Universitas Padjajaran. Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid. Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila di tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan. Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu menunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi beberapa kelas lebih tersebar daripada yang lainnya. Penyebaran flavonoid meliputi, Golongan Tumbuhan Flavonoid

Bakteri Fungi Ganggang merah Lumut hati

Hampir tidak ada sama sekali

Sedikit tipe flavonoid, terutama 3deoksiantosianin, glikoflavon Flavonoid berstruktur sederhana, 3deoksiantosian, flavon, flavonol, leukoantosianidin, kalkon dan flavanon.

Equisetum Lycopodium Paku-pakuan Gymnospermae

Kebanyakan flavonoid, biasanya tipe sederhana, biflavonil Segala macam flavonoid, biflavonil jarang

Angiospermae

Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas. Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh flavon dan flavonolol tanwarna. Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6. Aktivitas biologi flavonoid antara lain, - anti kanker : kuersetin, mirisetin - anti oksidant : kuersetin, antosianidin, dan prosianidin - anti inflamasi : apigenin, taksifolin, luteolin, kuersetin - anti alergi : nobeletin, tangeretin - anti hipertensi : prosianidin - anti virus : amentiflavum, skutellarein, kuersetin Klasifikasi flavonoid umumnya didasarkan atas inti molekul, *Harbone membagi flavonoid kedalam kelompok - Antosianin - Proantosianidin - Flavonol - Flavon

- Khalkon dan auron - Flavanon - Glikoflavon - Isoflavon - Biflavonil *Berdasarkan warna flavonoid *Berdasarkan flavonoid major dan flavonoid minor - flavonoid major : flavon, flavonol, biflavonil - flavonoid minor : khalkon, dihidrokhalkon, auron, flavanon, flavononol dan isoflavon. Hampir setiap tumbuhan tingkat tinggi menunjukkan pola khas glikosida flavon dan flafonol dalam daun atau bunga. Senyawa tersebut merupakan penanda taksom idel dalam pengkajian masalah penggolongan tumbuhan, penghibridaan, atau fitogeografi. Walaupun banyak yang dipelajari dengan membandingkan pola bercak flavonoid dalam kromatogram dua arah dari ekstrak 2 jenis tumbuhan yang berbeda, atau dari populasi tumbuhan, tetapi tetap perlu diidentifikasi komponen utama yang ada. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan sederetan cara fitokimia sederhana, dan untuk mempelajari cara ini dianjurkan pertama-tama pada flavonoid yang sudah dikenal, yaitu rutin yang merupakan glikosida kuersetin. Rutin atau kuersetin 3-rutinosida pertama kali diisolasi dari Fagopyrum esculentum dan sampai sekarang tumbuhan ini masih tetap digunakan. Tidak dapat diragukan lagi bahwa dari semua glikosida kuersetin, rutin paling luas penyebarannya dan mungki terdapat pada 25 % dari flora setempat. Sumber yang mudah diperoleh termasuk bunga Magnolia, Viola, Aesculus hippocastanum, Nicotiana tabacum (daun tembakau), Rheum, teh, dan Phaseolus vulgaris. Bahan tumbuhan yang diperoleh dari sumber tersebut di atas harus dikumpulkan da diekstraksi oleh etanol 95 % panas (jaringan segar) atau etanol 70 % (jaringan kering) selama 30 menit, lalu ekstrak dipekatkan sampai volumenya tinggal sedikit. Kuersetin 3- rutinosida Kuersetin merupakan salah satu flavonoid yang banyak terdapat di alam dan diketahui mampu menghambat enzim sitokrom P-450 yang berperan dalam metabolisme parsetamol. Hasil penelitian menunjukkan kadar parasetamol dalam darah tidak dipengaruhi oleh dosis kuersetin yang diberikan. Derajat nekrosis hati karena pemberian parasetamol dosis toksik lebih rendah pada pemberian kuersetin 750 mg/kg BB (p<0,05). Kuersetin dosis 750 mg/kg BB dapat menghambat aktivitas sitokrom P-450 yang tinggi karena parasetamol dosis toksik (p<0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kuersetin dosis 750 mg/kg BB dapat menurunkan efek hepatotoksik parasetamol, dan menurunkan aktivitas enzim sitokrom P-450. Pergeseran spektrum UV dan spektrum tampak pada rutin Larutan Etanol max (nm) Pita I Pita II Pita III Pengaruh pada Spektrum Diagnosis Struktur

Etanol

259

366 bh

363

Geser hipsokrom 12 nm dibandingkan dengan kuersetin (pita III 375 nm) Geser batokrom 52 nm (pita III)

3-OH tersulih

Ditambah 2 tetes NaOH 2M Ditambah 2 tetes AlCl35%

272

327

415

4-OH bebas 5-OH bebas

275

303 bh 325

433

Geser batokrom 70 nm (pita III)

Ditambah serbuk 271 NaOAc Ditambah NaOAc dan H3BO3 262

393

Pergeseran 12 nm pada pita I

7-OH bebas

298

387

Geser batokrom 20 nm (pita III)

3,4-diOH bebas

Daftar Pustaka Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia penuntun cara modern menganalisis tumbuhan terbitan kedua. Bandung: ITB. Markham, K.R. 1988 .Cara mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: ITB. Sekolah Farmasi ITB http://bahan-alam.fa.itb.ac.id

Anda mungkin juga menyukai