Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh : dr. Tri Rejeki Herdiana Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom. Asetilkolin berperan sepagai neurotransmiter ketika saraf simpatis mengaktivasi kontraksi dari leher kandung kemih, vesikula seminalis, dan vas deferens. Refleks ejakulasi berasal dari kontraksi otot bulbokavernosus dan ischiokavernosus serta dikontrol oleh saraf pudendus.
Singkatnya, ejakulasi terjadi karena mekanisme refleks yang dicetuskan oleh rangsangan pada penis melalui saraf sensorik pudendus yang terhubung dengan persarafan tulang belakang (T12-L2) dan korteks sensorik (salah satu bagian otak). Mengapa refleks ini dapat terjadi sebelum pria tersebut menginginkannya? Penelitian terakhir mengemukakan bahwa terdapat gangguan respon penis pada pria dengan ejakulasi dini. Penelitian yang dilakukan oleh Xin dan kawan-kawan serta dimuat di dalamJ.Urol mengukur kadar sensorik penis menggunakan biothesiometry pada pria dengan ED dan membandingkannya dengan kadar yang normal. Pada pria tanpa ED, pengukuran kadar sensitivitas penis meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun pada pria dengan ED, justru sensitivitas semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia (P<.001). Penelitian lanjutan mengemukakan bahwa pria dengan ED memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada pria tanpa ED. Derajat Ejakulasi Dini Ejakulasi dini dapat terbagi menjadi tiga derajat berdasarkan ringan-beratnya gangguan yang akan dijelaskan melalui tabel di bawah ini :
Penjelasan Ejakulasi terjadi setelah beberapa kali gesekan Ejakulasi terjadi sesaat setelah penis masuk ke dalam vagina Ejakulasi terjadi ketika penis menyentuh kelamin wanita bagian luar atau sebelum menyentuh kelamin wanita
Penyebab ED primer dapat terjadi pada pria yang tidak pernah memiliki hubungan seksual tanpa mengalami ejakulasi dini. Hal ini umumnya dapat terjadi karena gangguan emosional atau penyebabnya dapat multipel. Penyebab lainnya adalah kecemasan ketika berhubungan seksual yang berkaitan dengan trauma seksual (pelecehan seksual, insest) Penyebab ED sekunder dapat berkaitan dengan beberapa penyebab baik organik, zat, atau psikis dimana kecemasan merupakan penyebab terbanyak
Respon seksual manusia terbagi atas 3 fase yaitu libido (hasrat/birahi), perasaan terangsang, dan orgasme (klimaks). The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV) mengklasifikasikan gangguan seksual menjadi 4 kategori :
Primer Berkaitan dengan gangguan kesehatan (organik) Dipengaruhi oleh obat-obatan Tidak spesifik
Masing-masing kategori DSM IV mnegklasifikasikan gangguan tersebut pada ketiga fase seksual atau gangguan pada libido, perasaan terangsang, dan orgasme. Pada beberapa pria, ejakulasi dini dapat berakibat terhadap disfungsi ereksi. Ejakulasi dini untuk pertama kali paling banyak dikategorikan sebagai non-spesifik (berdasarkan DSM IV) dimana tidak ada seorang pun yang mengetahui penyebabnya dan faktor psikologis dicurigai menjadi penyebab utama dari ED. Penyakit yang melibatkan saluran reproduksi pria (gangguan organik) atau pengaruh obat-obatan jarang sekali menjadi penyebab dari ED. Apabila ED terjadi sebelum penetrasi (masuknya penis ke dalam vagina) pada pasangan yang mengharapkan kehamilan, maka tidak mungkin kehamilan dapat terjadi kecuali dengan inseminasi buatan. Hal ini akan mengakibatkan gangguan emosi dan psikis bagi pasangan tersebut. Salah satu teori mengapa gangguan psikologis dikatakan sebagai penyebab utama dikondisikan karena adanya tekanan sosial untuk mencapai klimaks dalam waktu singkat. Sebagai contoh, penyebab dasar ED dapat berkaitan dengan ketakutan tertangkap sedang masturbasi saat remaja atau dapat berhubungan dengan pengalaman seksual pertama sebelum pernikahan (di rumah pacar, hotel, mobil) yang berkaitan dengan ketidaknyamanan dan perasaan bersalah. Pola ini akan sulit dirubah setelah pria tersebut menikah. Terlebih lagi adanya fakta bahwa terangsangnya seorang wanita serta orgasme wanita lebih lama dan lebih sulit daripada pria. Hal ini akan menimbulkan perasaan ejakulasi dini bagi pria yang orgasme lebih cepat daripada pasangannya. Perasaan takut ditolak, ketakutan akan menyakiti pasangan seksual atau penisnya sendiri, serta kekhawatiran akan terjadinya kegagalan merupakan faktor psikis penyebab terjadinya ED. Beberapa peneliti menemukan perbedaan antara waktu laten dan perbedaan homon pada pria dengan ED dan pria normal. Teori tersebut mengatakan bahwa beberapa pria memiliki sensitivitas berlebih (oversensitif) atau hipereksitabilitas (mudah terangsang) dari alat kemaluan mereka yang mencegah berkurangnya aktivitas simpatis dan mempercepat terjadinya ejakulasi. Pria dengan hipereksitabilitas akan mudah mengalami ED.[](TRH)
Dalam otak manusia ada zat bernama serotonin yang berfungsi untuk mengatur terjadinya ejakulasi. Serotonin disalurkan dari neurotransmitter di otak untuk menghambat ejakulasi. Oleh karena itu, jika kadar serotonin kurang atau tidak cukup, hal ini dapat menyebabkan ejakulasi yang terlalu cepat. Gangguan pada sistem saraf juga menyebabkan tubuh tidak dapat mengendalikan mekanisme ejakulasi, yang mengakibatkan disfungsi ereksi dan ejakulasi dini (kedua hal ini saling berhubungan). Penyebab lain yang lebih umum adalah faktor psikologis. Misalnya, pada pasangan yang baru menikah, biasanya masih gelisah saat berhubungan dan mungkin terlalu banyak stimulasi/rangsangan, sehingga ejakulasi terlalu cepat terjadi. Hal ini wajar dan akan pelanpelan berkurang sendiri seiring dengan berjalannya waktu. Penyebab psikologis lainnya antara lain stress yang berkepanjangan (sehingga tidak bisa rileks), ingin cepat selesai ketika melakukan hubungan seksual, perasaan bersalah (guilt), dsb. Semua hal ini dapat menyebabkan gejala ejakulasi dini.
gerakan. Bila pria merasa akan ejakulasi, wanita segera mengangkat tubuhnya dan menekan penis seperti pada langkah sebelumnya. Selanjutnya rangsangan dengan masturbasi diulang lagi, dan dilanjutkan dengan hubungan seksual seperti di atas. 4. Dilakukan setelah beberapa hari melakukan latihan di atas. Pada langkah ini, pria boleh melakukan tekanan untuk mempertahankan ereksinya selama berhubungan seksual dengan posisi wanita di atas. 5. Dilakukan bila pria sudah lebih mampu mengendalikan ejakulasi. Pada langkah ini pasangan dapat melakukan hubungan seksual dengan posisi samping. Kalau dengan posisi ini pria mampu menahan ejakulasi, maka hubungan seksual dapat dilakukan dalam posisi pria di atas. Jadi inti dari terapi ejakulasi dini adalah membiasakan pria dengan ereksi dan mencegah terjadinya ejakulasi. Jika proses ini diulang terus-menerus, lama kelamaan pria akan terbiasa dan ejakulasi dini dapat dicegah. Pendekatan kedua adalah dengan terapi secara psikologis. Sebagian kasus ejakulasi dini terjadi karena masalah psikologis, misalnya masih merasa asing dengan pasangan, kondisi pikiran/mental yang sedang stress, atau perasaan bersalah terhadap pasangan. Jika masalah psikologis ini dapat diatasi, maka kendala ejakulasi dini akan hilang dengan sendirinya. Beberapa hal seperti perasaan canggung atau kondisi stress yang diakibatkan oleh pekerjaan mungkin dapat hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Tapi sejumlah hal lain, misalnya perasaan minder atau perasaan cemas, memerlukan bantuan dari psikolog / ahli. Pendekatan terakhir yang dapat ditempuh untuk mengatasi ejakulasi dini adalah dengan menggunakan obat. Ada dua jenis obat, yaitu obat luar dan obat dalam. Obat luar biasanya merupakan obat sejenis balsem yang dioleskan di penis. Fungsinya untuk mengurangi sensitivitas penis, sehingga diharapkan ejakulasi tidak terlalu cepat terjadi. Sedangkan obat dalam harus dimasukkan ke dalam tubuh / diminum, tujuannya untuk mengontrol ejakulasi. Obat jenis ini bekerja dengan cara mengatur kadar serotonin dalam tubuh. Mungkin saja menyebabkan efek samping jika tidak digunakan dengan benar. Oleh karena itu, harus konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan. Berikut sejumlah tips untuk mengatasi ejakulasi dini: 1. Saat berhubungan badan, arahkan pikiran ke hal lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan seks. Misalnya memikirkan Teletubbies, Spongebob, atau mie ayam.... Bisa juga memikirkan hal yang tidak Anda sukai. Hal ini akan mengurangi rangsangan yang Anda rasakan. 2. Kurangi sensitivitas penis dengan menggunakan kondom yang tebal atau krim yang dapat membuat penis menjadi kurang sensitif. 3. Tepat ketika akan orgasme, cabut penis dari vagina sehingga tidak sampai terjadi ejakulasi. Diperlukan kerja sama dari pihak wanita agar teknik ini dapat berhasil.
4. Cari posisi yang tepat dan nyaman agar hubungan dapat berlangsung tahan lama. 5. Jangan menggunakan obat secara sembarangan -- selalu konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu karena obat yang salah bisa fatal akibatnya.