Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KULTUR EMBRIO

Nama NIM Kelompok Asisten

Disusun Oleh: : Hilyatun Najiyah : 115040201111171 : Kamis, 07.30 : Sony Eko P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada pemuliaan tanaman, biasanya dilakukan persilangan buatan antara tanaman induk (parental) untuk menghasilkan hibrid baru. Persilangan buatan lebih mudah berhasil bila dilakukan antar tanaman dengan hubungan kekerabatan yang dekat. Untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan, seringkali penyilangan dilakukan dengan tanaman liar atau bahkan persilangan dengan varietas yang berbeda bila sifat-sifat tersebut tidak terdapat pada kerabat dekatnya. Penyerbukan dan pembuahan dapat berhasil, namun setelah persilangan buatan seringkali dijumpai permasalahn antara lain buah yang terbentuk gugur saat embrio belum matang, terbentuk buah dengan endosperm yang kecil atau terbentuk buah dengan embrio yang kecil dan lemah. Kondisi tersebut dapat menghambat program pemuliaan tanaman karena embrio muda, embrio dengan endosperm kecil atau embrio kecil dan lemah seringkali tidak dapat berkecambah secara normal dalam kondisi biasa. Untuk mengatasi hal tersebut maka embrio dapat diselamatkan dan ditanam dengan bantuan bioteknologi, yaitu secara aseptis dalam media buatan sehingga dapat berkecambah dan menghasilkan tanaman utuh. Teknik untuk menanam embrio muda ini dikenal dengan sebutan penyelamatan embrio atau Embryo Rescue. Selain itu, dikenal juga teknik kultur embrio (Embryo Culture), yaitu penanaman embrio dewasa pada media buatan secara aseptis. Aplikasi kultur embrio ini antara lain perbanyakan tanaman, pematahan dormansi untuk mempercepat program pemuliaan serta perbanyakan tanaman yang sulit berkecambah secara alami, misalnya anggrek. Agar dapat mengetahui lebih lanjut tentang kultur embrio dan penyelamatan embrio, maka dilakukan praktikum ini. 1.2 TUJUAN a. Mendeskripsikan morfologi kacang tanah dan biji anggrek b. Mendeskripsikan kondisi optimum untuk tumbuh kacang tanah dan anggrek

c. Mendeksripsikan teknik kultur embrio kacang tanah dan embryo rescue biji anggrek d. Mendeskripsikan contoh aplikasi kultur embrio e. Mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur embrio dan embryo rescue 1.3 MANFAAT Agar dapat mengetahui lebih lanjut tentang kultur embrio dan embryo rescue sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi kacang tanah & biji anggrek 2.1.1 Morfologi Kacang Tanah a. Akar Perakaran tanaman kacang tanah terdiri atas akar lembaga (radicula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (rudix lateralis). Pertumbuhan akar menyebar ke semua arah sedalam lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah. Akar berfungsi sebagai organ pengisap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman. Namun, fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah beraerasi jelek, kadar airnya kurang, kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, serta derajat keasaman (pH) tanah tinggi. Akar tanaman kacang tanah bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium radicicola. Bakteri ini terdapat pada bintil-bintil akar tanaman kacang tanah dan hidup bersimbiosis saling menguntungkan. Tanaman kacang tanah tidak dapat menambat nitrogen bebas dari udara tanpa bakteri rhizobium. Sebaliknya, bakteri rhizobium tidak dapat mengikat nitrogen tanpa bantuan tanaman kacang tanah. Pada bintil-bintil akar terdapat unsur nitrogen yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan ketersediaan unsur N dalam tanah. b. Batang Batang tanaman kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya batang tumbuh tunggal. Namun, lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang berkisar antara 30 cm 50 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam tanah merupakan tempat melekat akar, bunga, dan buah. Ruas-ruas batang yang berada di atas permukaan tanah merupakan tempat tumbuh tangkai daun. c. Daun

Daun berbentuk lonjong, terletak berpasangan (majemuk), dan bersirip genap. Tiap tangkai daun terdiri atas empat helai anak daun. Daun muda berwarna hijau kekuningan, setelah tua menjadi hijau tua. Daun-daun tua akan menguning dan berguguran mulai dari bawah ke atas bersamaan dengan stadium polong tua. Helaian daun bersifat nititronic, yakni mampu menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Permukaan daunnya memiliki bulu yang berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu. d. Bunga Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupukupu, berwarna kuning, dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4 6 minggu. Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri pada malam hari. Dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70% - 75% yang membentuk bakal polong. Bunga mekar selama sekitar 24 jam, kemudian layu, dan gugur. Ujung tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang dan masuk ke dalam tanah. e. Buah Buah kacang tanah berbentuk polong dan dibentuk di dalam tanah. Polong kacang tanah berkulit keras, dan berwarna putih kecokelat-cokelatan. Tiap polong berisi satu sampai tiga biji atau lebih. Ukuran polong bervariasi, tergantung jenis atau varietasnya dan tingkat kesuburan tanah. Polong berukuran besar biasanya mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm. f. Biji Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit biji tipis berwarna putih, merah, atau ungu. Inti biji terdiri atas lembaga (embrio), dan putih telur (albumen). Biji kacang tanah yang berkeping

dua juga merupakan alat perbanyakan tanaman dan bahan makanan. Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai besar. Biji kecil beratnya antara 250 g 400 g per 1000 butir, sedangkan biji besar lebih kurang 500 g per 1000 butir. (Rukmana, 1998) 2.1.2 Morfologi Biji Anggrek Di dalam buah, didapati biji yang berukuran sangat kecil dan halus seperti tepung. Biji anggrek sebetulnya bukan merupakan biji yang sempurna karena tidak mempunyai cadangan makanan (endosperm) untuk pertumbuhan embrionya. Oleh karena itu, untuk mengecambahkan biji-biji tersebut di dalam harus dibantu Mikoriza, yang menyediakan zat gula sebagai makanan biji-biji tersebut. Secara buatan, proses perkecambahan biji-biji anggrek harus menggunakan teknik in vitro. Biji anggrek (Purwanto, 2009)

2.2 KONDISI OPTIMUM UNTUK TUMBUH KACANG TANAH & ANGGREK a. Kacang Tanah Di Indonesia, kacang tanah (Arachis hypogea L.) cocok ditanam di dataran rendah yang berketinggian di bawah 500 m dpl. Iklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah bersuhu tinggi antara 25 - 32C, sedikit lembab (RH 65% - 75%), curah hujan 800 mm - 1300 mm per tahun di tempat terbuka. Sementara pada media tanamnya, jika di tanah tanaman kacang tanah membutuhkan tanah yang berstruktur ringan seperti tanah regosol, andosol, latosol, dan aluvial. Kacang tanah dapat dibudidayakan di lahan saswah berpengairan, sawah tadah hujan, lahan kering tadah hujan. Hal yang paling penting adalah tanahnya cukup subur,

gembur, berdrainase dan beraerasi baik, serta pH antara 6,0 6,5. (Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantul, 2012) b. Anggrek Untuk menumbuhkan biji anggrek yang kurang sempurna itu perlu disediakan media khusus agar biji tersebut tetap tumbuh dengan kondisi tanpa kehadiran mikoriza. Media yang baik untuk perkecambahan biji anggrek biasanya dipakai media versi Knudson C. Biji yang disebarkan dalam media steril dengan pH 5,0 5,2 ini akan berkecambah setelah tiga minggu. Embrio anggrek ini akan tumbuh besar, setelah berumur 9 12 bulan baru siap dikompotkan. Proses penanaman ini dilakukan pada suatu lemari steril yang disebut entkas. Peranan cahaya terhadap pertumbuhannya sebagai eksplan juga sangat penting. Untuk pembentukan tunas dan akar diperlukan lama penyinaran optimum 16 jam per hari. Sementara suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan jaringan berkisar antara 20 - 25C. Penggunaan suhu rendah dapat mengurangi aktivitas enzim perosidase dan oksidase yang bertindak sebagai katalisator dalam proses oksidasi senyawa fenol. Selain itu, pada umumnya digunakan pH sekitar 4,8 5,2 untuk media cair. Dan tentu saja diperlukan oksigen. Karena oksigen berfungsi di dalam proses respirasi jaringan. Adanya enzim-enzim peroksidase dan oksidase dapat mengkatalis terjadinya proses oksidase pada bagian jaringan anggrek yang terluka akibat pemotongan. Hal ini menyebabkan terganggunya pengambilan zat hara, terjadinya pembengkakan sel, dan terlepasnya plasma sel dari dinding sel. (Widiastoety, 1997) 2.3 TEKNIK KULTUR EMBRIO KACANG TANAH & EMBRYO RESCUE BIJI ANGGREK Teknik Embryo Culture dan Embryo Rescue pada dasarnya melibakan 3 tahapan, yaitu: a. Sterilisasi Eksplan Embrio pada prinsipnya berada dalam keadaan steril. Hal ini disebabkan karena embrio berada di dalam buah (di dalam biji) terlindung oleh jaringan-jaringan buah dan biji yang berada di luar embrio, antara lain oleh

kulit buah, daging buah dan kulit biji. Keadaan ini menyebabkan sterilisasi embrio tidak perlu dilakukan. Sterilisasi permukaan perlu dilakuakn pada buah ataupun biji untuk mensterilkan permukaan buah/biji sehingga pada waktu isolasi embrio tidak terdapat sumber kontaminan. Karena embrio berada di dalam, sterilisasi dapat dilakukan dengan pembakaran buah/biji atau dengan sterilan kimia seperti Sodium hypochlorite dengan konsentrasi cukup tinggi (>2%). b. Isolasi dan Penanaman Embrio Seringkali masalah timbul saat isolasi embrio terutama untuk embrio berukuran kecil sehingga isolasinya harus dilakukan di bawah mikroskop. Untuk embrio berukuran besar, isolasi embrio tidak menjadi masalah. Isolasi harus dilakukan secara hati-hati agar embrio tidak rusak dan kehilangan salah satu atau lebih bagian-bagiannya (radicula, plumula, hypocotil, coleoptyl, dll). Selain itu harus tetap dijaga juga agar isolasi dilakukan dalam kondisi tetap aseptis. Embrio yang telah diisolasi selanjutnya ditanam pada media yang telah dipersiapkan. Media untuk pengecambahan embrio cukup sederhana. Kebutuhan nutrisi di dalam media untuk pengecambahan embrio juga lebih sederhana dibandingkan dengan media untuk tujuan teknik kultur yang lain. Pada prinsipnya media diperlukan untuk menggantikan peranan endosperm dalam mendukung perkecambahan embrio dan perkembangan bibit muda mengingat embrio yang ditanam umurnya telah memiliki radicula dan plumula. Media yang umum digunakan untuk pengecambahan embrio adalah media Knudson dan Vacin & Went (untuk anggrek), media MS dalam konsentrasi garam-garamnya. Dalam perkecambahan embrio dewasa umumnya vitamin tidak ditambahkan pada media, namun sumber karbon tetap diperlukan meskipun dalam konsentrasi yang lebih rendah (umumnya 20 g/l).

c. Aklimatisasi Aklimatisasi dilakukan setelah embrio berkecambah dan diperoleh plantlet yang siap untuk dipindahkan ke lapangan. Teknik aklimatisasi untuk plantlet hasil regenerasi kultur embrio pada prinsipnya sama dengan aklimatisasi plantlet hasil regenerasi dari teknik kultur jaringan lainnya. (Sugito, 2004)

2.4

CONTOH APLIKASI KULTUR EMBRIO a. Kultur Embrio Muda (Immature Embryo Culture)\ Tujuan mengkulturkan embrio muda ini adalah menanam embrio yang terdapat pada buah muda sebelum buah tersebut gugur (mencegah kerusakan embrio akibat buah gugur) sehingga teknik ini disebut sebagai Embryo Rescue atau penyelamatan embrio. Kondisi seperti ini biasanya dijumpai pada buah hasil persilangan, di mana absisi buah kerap kali dijumpai setelah penyerbukan dan pembuahan. Contohnya pada persilangan anggrek Vanda spathulata di mana absisi atau gugur buah pada saat buah masih muda yaitu setelah berumur 3 bulan setelah persilangan pada buah anggrek. Vanda spp akan mengalami masak penuh setelah berumur 6 bulan. Apabila buah ini tidak diselamatkan atau dipetik dan kemudian dikecambahkan, maka tidak akan diperoleh buah hasil persilangan. Perkecambahan biji yang masih muda di lapangan sangat sulit bahkan pada beberapa kasus hampir tidak mungkin bisa terjadi. Leh karena itu, buah yang belum tua (2 4 bulan) pada anggrek Vanda tersebut kemudian dipanen dan dikecambahkan secara in vitro. Budidaya embrio muda ini lebih sulit dibandingkan dengan budidaya embrio yang telah dewasa. b. Kultur Embrio Dewasa (Mature Embryo Culture) Kultur embrio dewasa dilakuakan dengan membudidayakan embrio yang telah dewasa. Embrio ini diambil dari buah yang telah masak penuh dengan tujuan

merangsang perkecambahan dan menumbuhkan mebrio tersebut secara in-vitro, contohnya seperti pada kacang tanah. Teknik kultur ini umumnya dikenal dengan sebutan kultur embrio (embryo culture). Kultur embrio lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan penyelamatan embrio. Hal ini disebabkan karena embrio yang ditanam adalah embrio yang telah berkembang sempurna sehingga media tanam yang digunakan juga sangat sederhana. (Zulkarnain, 2009) 2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN KULTUR EMBRIO & EMBRYO RESCUE a. Genotipe: pada suatu spesies, embrio mudah diisolasi dan tumbuh, sementara pada tanaman lain agak susah. b. Tahap embrio diisolasi: pada tahapan yang lebih besar, lebih baik bila dilakukan pengisolasian embrio. c. Kondisi tumbuhan: sebaiknya ditumbuhkan di rumah kaca/kondisi terkontrol. Embrio harus cukup besar dan berkualitas tinggi. d. Kondisi media: Hara makro dan mikro pH 5,0 6,0. Sukrosa sebagai sumber energi. Embrio yang belum matang perlu 8 12%, embrio matang perlu 3%. Auksin dan sitokinin tidak diperlukan. GA diperlukan untuk memecahkan dormansi. Vitamin (opsional) Senyawa organik (opsional), air kelapa, casein hydrolisate, glutamin e. Lingkungan Oksigen: perlu oksigen yang cukup. Cahaya: kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian ditransfer ke tempat yang cahayanya cukup untuk merangsang sintesa klorofil. Suhu: kadang perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 40C) untuk memecah dormansi. (Zulkarnain, 2009)

III. METODOLOGI 3.1 ALAT & BAHAN 3.1.1 Alat Pinset : memotong organ tanaman Botol kultur (5 buah) : tempat meletakkan eksplan Cawan Petri : tempat bahan / tempat melakukan penanaman Bunsen : sterilisasi alat / botol kultur 3.1.2 Bahan Embrio kacang dan biji anggrek : sebagai bahan praktikum Detergen 5% : sebagai bahan sterilisasi Fungisida 0,3 gram / 100 ml : sebagai bahan sterilisasi dari fungi atau jamur Bayclean 10 ml / 100 ml : sebagai bahan sterilisasi dari bakteri Aquadest : pencuci dari bahan sterilisasi Alkohol : bahan sterilisasi alat 3.2 CARA KERJA Menyiapkan alat & bahan Sterilisasi a. Kacang tanah dan biji anggrek dicuci dengan detergen 5% b. Fungisida 0,3 gram/100 mL, kacang tanah, dan biji anggrek dicuci Bayclean 10mL/100mL c. Kacang tanah dan biji anggrek dicuci aquadest LAFC Kacang tanah dan biji anggrek dicelup alkohol, dibakar, lalu diletakkan di cawan petri

Dipotong melintang sesuai garis buah Ambil embrio atau plumule Letakkan di botol kultur ANALISA PERLAKUAN Pada proses sterilisasi bahan untuk kultur embrio, kacang tanah dan biji anggrek dicuci dengan detergen 5% bertujuan untuk membersihkan atau proses sterilisasi, fungisida 0,3 gram/100 ml, bertujuan untuk sterilisasi dari fungi atau jamur dan kacang tanah dan biji anggrek dicuci. Bayclean 10 mL/100 mL bertujuan untuk proses sterilisasi dari bakteri. Sementara kacang tanah dan biji anggrek dicuci aquadest bertujuan untuk membersihkan calon eksplan dari ketiga bahan sterilisasi yang sudah digunakan sebelumnya. Pada proses penanaman eksplan di LAFC, kacang tanah dan biji anggrek dicelup alkohol, dibakar, lalu diletakkan di cawan petri bertujuan untuk proses penanaman yang steril. Dipotong melintang sesuai garis buah bertujuan untuk mendapatkan bagian eksplan yang maksimal. Mengambil embrio atau plumule bertujuan untuk menyelamatkan atau mengembangkan kehidupan dari tanaman tersebut. Peletakkan di botol kultur bertujuan untuk menyimpan dan proses perkembangbiakan eksplan. 3.3

IV. HASIL & PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tanggal 26 November 2012 Botol Ke1 Kondisi Eksplan Kondisi baik, namun mulai terlihat kontaminasi di salah satu eksplan Jenis Kontaminasi Jamur Ket. Pertumbuhan Ketiga eksplan masih dapat tumbuh baik walaupun terdapat sedikit kontaminasi Ketiga eksplan dapat tumbuh dengan baik Pertumbuhan sangat baik untuk ketiga eksplan Pertumbuhan sangat baik untuk ketiga eksplan Pertumbuhan baik namun terdapat kontaminasi pada media kultur

Kondisi ketiga eksplan masih baik dan tidak ada kontaminasi 3 eksplan tidak terkontaminas i 3 eksplan belum terkontaminas i Terdapat kontaminasi pada media, namun ketiga eksplan masih dapat tumbuh

Jamur

Tanggal 29 November 2012 Botol Ke1 Kondisi Eksplan Kurang baik, karena 1 dari 3 eksplan terkontaminasi Jenis Kontaminasi Jamur Ket. Pertumbuhan 2 eksplan tumbuh dengan baik, namun 1 ekspan tidak dapat tumbuh karena tertutupi oleh kontaminasi 1 eksplan tidak dapat tumbuh karena terkontaminasi, 2 eksplan yang lain tumbuh dengan baik Pertumbuhan sangat baik untuk ketiga eksplan Pertumbuhan sangat baik untuk ketiga eksplan Pertumbuhan baik namun terdapat kontaminasi pada media kultur

Kurang baik, karena 1 eksplan terkontaminasi

Jamur

3 eksplan tidak terkontaminasi

3 eksplan belum terkontaminasi Terdapat kontaminasi pada media, namun ketiga eksplan masih dapat tumbuh

Jamur

4.2 Pembahasan Dari praktikum dan pengamatan yang dilakukan pada proses kultur embrio didapatkan hasil bahwa sebagian besar dari kultur mengalami kegagalan. Kegagalan kultur tersebut diakibatkan oleh kontaminasi dari jamur maupun bakteri. Karena pada botol botol tersebut terlihat jamur jamur kehitaman dan pada botol lain terlihat bintik bintik seperti adanya bakteri. Namun pada praktikum ini tidak 100% mengalami kegagalan karena ada dua botol kultur yang tidak terkontaminasi dan bisa dikatakan berhasil. Adanya perbedaan hasil ini dikarenakan yang melakukan proses kultur juga orang yang berbeda dengan kehati-hatian dan ketelitian dari orang tersebut. Pada botol 3 dan 4 tidak terkena kontaminasi. Hal ini karena botol botol tersebut masih bersih dan belum terlihat jamur ataupun bakteri. Kesterilan dari botol-botol tersebut terjaga sehingga bisa berhasil. Sedangkan untuk botol botol yang lain mengalami kontaminasi. Hal ini bisa dikarenakan karena adanya ketelodoran dan kurang hati-hati dari para praktikan sehingga kultur dari kacang tanah tercebut terkena kontaminasi. Kegagalan dari kultur tersebut juga bisa dikarenakan bahan yang dikulturkan memiliki kualitas yang kurang baik sehingga tidak tumbuh dan terkontaminasi. Zulkarnain (2009)

yang menyatakan bahwa beberapa sumber kontaminasi mikroorganisme pada sistem kultur jaringan dapat dikemukakan sebagai berikut: Medium sebagai akibat sterilisasi yang tidak sempurna, Eksplan, Lingkungan kerja dan pelaksanaan penanaman yang kurang hati hati, Dari serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk kedalam botol kultur.
Yusnita (2003) yang menyatakan bahwa sebelum melakukan kultur jaringan kegiatan pertama yang dilakukan adalah memilih tanaman induk yang jelas jenis, varietas dan speciesnya dan untuk mendapatklan eksplan yang bersih dari kontaminasi harus disterilkan terlebih dahulu untuk menghilangkan mikroorganisme yang menempel sehingga persentase pertumbuhan embrio adalah 100 %.

4.1

Pembahasan tentang teknik kultur embrio dan embryo rescue dibanding dengan literatur Kondisi lingkungan Embrio yang dikulturkan yaitu O dengan suhu 4 C (dingin) untuk memecah dormansi. Hal ini sesuai dengan literatur Sugito dan Nugroho (2004) bahwa Kondisi Lingkungan kultur embrio yaitu memerlukan Oksigen (perlu oksigen tinggi), Cahaya : kadang embrio perlu ditumbuhkan dalam gelap selama 14 hari, kemudian ditransfer ke cahaya untuk merangsang sintesa klorofil, Suhu : kadang o perlu perlakuan dingin (vernalisasi, 4 C) untuk memecah dormansi. Literatur Yusnita (2003) yang menyatakan bahwa sebelum melakukan kultur jaringan kegiatan pertama yang dilakukan adalah memilih tanaman induk yang jelas jenis, varietas dan speciesnya dan untuk mendapatklan eksplan yang bersih dari kontaminasi harus disterilkan terlebih dahulu untuk menghilangkan mikroorganisme yang menempel sehingga persentase pertumbuhan embrio kacang tanah adalah 100 %. Hal ini sesuai dengan literatur Zulkarnain (2009) yang menyatakan bahwa giberelin mempunyai peranan yang penting dalam tanaman yaitu meningkatkan pemanjangan pucuk pucuk yang kecil, sehingga dengan adanya giberelin didalam kultur embrio akan menyebabkan semakin cepatnya perkecambahan pada embrio dan akhirnya embrio kacang tanah mengalami pertumbuhan yang optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurheti (2010) yang menyatakan bahwa masalah yang terjadi pada kegiatan in vitro bukan hanya pada penanaman eksplan saja. Pertumbuhan dan perkembangan eksplan dalam botol sangat dipengaruhi oleh pemenuhan persyaratan dalam kegiatan praperlakuan. Masalah serius akan muncul (kontaminasi) jika kegiatan praperlakuan tidak dilakukan dengan baik. Praperlakuan bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan yang mungkin muncul seperti hambatan kemikalis, fisi, dan biologi. Untuk mengenaili senyawa aktif yang ada dalam media, potensi gangguan, proses reaksi, dan alternative pengelolaannya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nurheti (2010) yang meyatakan bahwa pencokelatan (browning) adalah suatu keadaan dimana mincul warna cokelat bahkan hitam yang menyebabkan tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan. Peristiwa pencokelatan merupakan peristiwa yang alami yang biasa terjadi. Pencokelatan umumnya merupakan tanda akan adanya kemunduran fisiologi eksplan. Tidak jarang kondisi seperti ini diakhiri dengan kematian eksplan. Menurut George dan Sherrington (1984), dimana pertumbuhan in vitro jaringan melalui inisiasi sel pada eksplan dan pertumbuhan jaringan kalus kadang-kadang mengalami hambatan dengan adanya cahaya. Dalam hal ini, terdapat perbedaan yang jelas antarjaringan berbagai spesies tanaman dalam kaitannya dengan respons jaringan tersebut terhadap cahaya.

V. PENUTUP

5.1 Kritik Pada praktikum kultur embrio ini bahan belum bisa tersedia dengan maksimal sehingga praktikum belum bisa berjalan dengan lancar dan kurangnya alat sehingga hanya beberapa praktikan saja yang melakukan praktik. Hanya sebagian praktikan saja yang bisa melihat secara langsung langkah kerja dari praktikum sedangkan yang lain tidak.

5.2 Saran Pada praktikum embrio yang dilakukan pada minggu kemarin sebaiknya alat dan bahan seharusnya disiapkan dengan maksimal sehingga kultur dapat berjalan dengan baik. Dan ketika praktikum seharusnya para praktikan diberi kesempatan melakukan dan melihat jalannya praktikum sehingga semua bisa tahu dan melihat secara langsung bagaimana langkah kerja.Dari praktikum embrio.

DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantul. 2012. Kacang Tanah.http://warintekjogja.com/2Fwarintek/2Fwarintekjogja/ 2Fwarintek_v3/2Fdatadigital/2Fbk/2Fkacang/2520bantul.pdf (Online) . Diakses 30 November ber 2012. Purwanto, Arie W. dan Endang Semiarti. 2009. Pesona Kecantikan Anggrek Vanda. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sugito, H dan A. Nugroho. 2004. Teknik Kultur Jaringan. Penebar Swadaya. Yogyakarta. Rukmana, Rahmat. 1998. Kacang Tanah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Widiastoety, D. 1997. Kultur Jaringan pada Tanaman Anggrek. Buletin Perhimpunan Anggrek Indonesia.

Widarto, L., 1996. Perbanyakan Tanaman . Penerbit Kanisius. Jakarta. Yusnita., 2004. Kultur Jaringan Tanaman. PT Agromedia Pustaka. Jakarta. Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai