Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. DEFINISI Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru (Mansjoer,2000:465). Menurut Price,(2005 : 804) pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. B. ETIOLOGI Menurut Price, 2005 : 805 1. Aspirasi secret yang berisi mikroorganisme pathogen yang telah berkolonisasi pada orofaring. Misalnya bakteri, virus dan jamur. 2. Inhalasi aerosol yang infeksius, asap pabrik, aspal, dsb. 3. Penyebaran hematogen dari ektrapulmonal. C. TANDA DAN GEJALA 1. Pneumonia bacterial Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak, disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung, penggunaan otot-otot aksesoris pernafasan 2. Pneumonia virus Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan bersambungan (bounding) 3. Pneumonia aspirasi Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat, hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder 4. Pneumonia mikoplasma Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis. (Price,2005:806)

D. KLASIFIKASI Klasifikasi berdasarkan patologi, etiologi dan klinis menurut Price dan Arif Mutaqin sebagai berikut: 1. Berdasarkan patologis: a. Pnumonia lobaris Timbul bila organisme berkolonisasi luas pada ruang alveolar yang menyebabkan kosolidasi seluruh lobus disebabkan oleh pnumokokus. b. Broncopneumonia Timbul bila organism berkolonisasi pada bronkus dan meluas ke alveoli. c. Infeksi virus Menyebabkan peradangan interstitial melalui sel-sel limfoid, dapat sembuh spontan. d. Infeksi fungus atau tuberculosis paru Menyebabkan kerusakan nekrosis pada jaringan paru. 2. Berdasarkan etiologi: Tipe 1. Sindrom topical/ bakteri Etiologi Streptococcus pneumonia bakteri gram positif yang secara alamiah tinggal pada traktus respiratorius. Faktor resiko a. Sickle cel disease. b. Hypogamaglobulinemia c. Multiple myeloma Tanda dan gejala a. Menggigil b. Demam 39-40oC. c. Nyeri dada pleuritik. d. Batuk produktif, sputum hijau purulen dan mungkin mengandung bercak darah serta hidung kemerahan. e. Retraksi intercostals. f. Penggunaan otot asesoris. g. Bisa timbul sianosis.

2. Sindrome atipikal.

a. Hemophylus influenza. b. Stapylococus aureus.

a. Usia tua. b. COPD c. Influenza d. Anak-anak

a. Malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan dan batuk kering. b. Nyeri dada karena batuk.

c. Mycoplasma pneumonia 3. Sindrom aspirasi a. Aspirasi gram negative: klebsiela, pseudomonas, serratia, enterobacter, proteus. b. Bakteri gram positif: staphylococcus c. Aspirasi asam lambung

e. Dewasa muda

a. Kondisi lemah karena alcohol b. Perawatan, misalnya infeksi nosokomial c. Gangguan kesadaran

a. Demam rendah dan batuk. b. Produksi sputum bau busuk. c. Foto dada: jaringan intersisial yang terkena tergantung dari bagian parunya. d. Infeksi gram positif atau negative. e. Gambaran klinik mungkin sama dengan pneumonia klasik: distres respirasi mendadak, dispnea berat, sianosis, batuk, hypoksemia, dan diikuti tanda infeksi sekunder.

4. Hematogen

Terjadi bila bakteri pathogen menyebar keparu melalui aliran darah: Staphylococcus, E.Coli, baktri anaerob enteric.

a. Cateter IV yang terinfeksi. b. Endocarditis

a. Gejala pulmonal timbul minimal dibanding gejala septicemia b. Batuk non produktif dan nyeri

c.Penyalahgunaan pleuritik sama dengan yang terjadi obat d. Abses intra abdominal e. Pyelonefritis f. Empyema kandung kemih pada emboli paru

E. STADIUM Stadium dari Pneumonia bakteri yang disebabkan oleh bakteri Pneumonia Pneumococcus yang tidak terobati adalah sbb : 1. Penyumbatan ( 4- 12 jam pertama ): eksudat serosa mauk dalam alveolus dari pembuluh darah yang bocor. 2. Hepatisasi merah ( 48 jam berikutnya ),paru paru tampak merah dan tampak bergranula karena eritrosit, fibrin, dan leukosit polimorphonukleus ( PMN) mengisi alveolus. 3. Hepatisasi kelabu ( 3-8 hari ) paru paru tampak abu- abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi didalam alveolus yang terserang. 4. Resolusi ( 7-11 hari ), eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali kepada struktur semula. ( Price, 2005: 806) F. FAKTOR RESIKO 1. Usia diatas 65 tahun Karena pada usia > 65 tahun karena daya tahan dan kemampuan melawan serangan kuman pada lansia sudah jauh menurun dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Respons perlawanan tubuh terhadap serangan kuman, yaitu misalnya demam dan batuk sudah tidak berjalan secara optimal. Selain itu, lemahnya daya tahan tubuh juga menyebabkan kuman penyebab peradangan bisa bermacammacam.. 2. Anak dengan umur <2 bulan Anak usia < 2 bulan memiliki imunitas yang lebih rendah sehingga lebih mudah terkena infeksi. 3. Tirah baring yang lama Tirah baring yang lama dapat menyebabkan pneumonia hidrostatik, khususnya pada pasien koma. Diakibatkan karena terjadi akumulasi secret di saluran pernafasan. 4. Riwayat merokok Nikotin adalah zat kimia di dalam rokok yang dapat menyebabkan toksik dalam paru sehingga menyebabkan kerusakan jaringan di paru 5. AIDS

Penurunan system imun menyebabkan respon perlawanan tubuh terhadap infeksi juga menurun. 6. Malnutrisi kurangnya protein menyebabkan antibody tidak terbentuk, sehingga pertahanan tubuh terhadap infeksi juga menurun 7. Pemasangan ETT dalam jangka waktu yang lama, dan keadaan ETT yang kurang bersih. dapat menyebabkan masuknya kuman penyebab infeksi ke dalam saluran pernafasan sehingga dapat memicu terjadinya pneumonia. 8. Riwayat Infeksi Pernafasan Kronik pasien mengalami kerusakan paru sehingga mudah untuk terjadi infeksi paru berulang (Price, 2005:804) G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Radiologi : Thorak foto mendeteksi 2. adanya penyebaran ( missal dari lobus kebronkhial ), multiple abses / infiltrate, empiema ( staphylococcus) penyebaran atau lokasi infiltrasi ( bacterial) penyebaran extensive nodul infiltrate ( sering kali viral ) pada pneumonia mycoplasma chest- X ray mungkin bersih.

Test Fungsi Paru Volume paru mungkin menurun ( kongesti dan kolaps alveolar ), tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan udara menurun, hypoksemia. Tes Fungsi Paru Terdiri atas : a. .Test Ventilasi (digunakan alat SPIROMETER, PEAK FLOW METER (Mini Wright Peak Flow Meter), Bodyplethysmograph. b. Test kapasitas diffusi, dengan alat Alveo-Diffusion Tester. c. Uneven Ventilation dengan Capnograph. Instrumen/peralatan-peralatan diatas termasuk peralatan utama/ Induk, namun untuk operasional masih memerlukan alat-alat pendukung lainnya, seperti X Y RECORDER dllnya.

3.

Laboratorium. Darah lengkap ( Complete blood count CBC) : leukositosis biasanya timbul,meskipun nilai pemeriksaan sel darah puth ( leukosit / WBC) rendah pada infeksi virus ) LED meningkat, ada tanda infeksi Pemeriksaan elektrolit natrium dan kalium untuk mengetahui adanya

keseimbangan cairan elektrolit dan asam- basa darah. Elektrolit sodium dan klorida mungkin rendah karena pada pasien dengan pnumonia didapatkan mual muntah sehingga dapat ditemukan kekurangan cairan dan elektrolit. Test serologi : membantu dalam membedakan diagnosis pada organisme secara spesifik . Kultur sputum dan darah (pewarnaan gram ) didaptkan dengan needle biopsy, aspirasi transtrakheal fiberoptic bronchoscopy,atau biopsy paru paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab. Lebih dari satu organisme dapat ditemukan seperti diplococcus pneumonia, staphylococcus aureus, A. Hemplytic Streptococcus dan hemophylus influenzae Analisis gas darah dan pulse oximetry : abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan paru- paru. ( Soemantri,2008: 70) H. PENATALAKSANAAN 1) Pemberian terapi : a. Antibiotika yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan. b. Penisilin G merupakan antibiotika pilhan .Pneumonia.,Medikasi efektif lainnya untuk infeksi oleh termasuk Eritromisin, Streptococcus klndamisin,

sefalosporin generasi kedua dan ketiga, Trimetoprim sulfametoksazol ( bactrim , TMP-SMZ). c. Bronchodilator seperti aminophylin dan mukolitik berfungsi untuk memperbaiki drainase secret dan distribusi ventilasi. d. Simptomatik : antipiretik diberikan untuk menurunkan panas akibat reaksi infeksi, analgesic diberikan untuk mengurangi nyeri akibat peradangan, biasanya pada penuomonia diadapatkan nyeri dada.

2) Pemberian oksigen yang adequate untuk menurunkan perbedaan oksigen di alveoli arteri dan mecegah hypoksia selluler.

3) Pemberian cairan intra vena untuk pemenuhan hidrasi tubuh dan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan asam- basa darah. 4) Pemberian nutrisi yang adequate diet TKTP ( bila tidak ada kontra indikasi ): pemberian nutrisi yang adekuat membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga infeksi tidak semakin parah. 5) Istirahat tirah baring dan posisi semi fowler /fowler: memaksimalkan ekspansi paru sehingga dapat mengurangi sesak. I. Patofisiologi Bakteri penyebab pneumonia masuk ke paru melalui saluran pernafasan menyebabkan reaksi berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi sebukan sel PMN

(polimorfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan dan kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah yang biasanya terjadi antara 48 jam. Selanjutnya terjadi kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura dan ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat. Proses ini masuk dalam stadium hepatisasi kelabu terjadi dalam waktu 3-7 hari. Dilanjutkan stadium resolusi dimana terjadi peningkatan jumlah makrofag di alveoli, degenerasi dan menipisnya fibrin serta menghilangnya kuman dan debris. J. WOC (terlampir) K. KONSEP KEPERAWATAN (1) Pengkajian Data Fokus a. Identitas Usia: bayi dan anak kecil lebih rentan terkena penyakit ini karena respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik (price,2005:804) Tempat tinggal Pneumonia atipikal banyak terjadi pada tempat dengan kondisi hidup yang padat (Wong, 2003:460). b. Keluhan utama : batuk, sesak nafas, nyeri dada, demam, anoreksia, menggigil, nyeri kepala, malaise.

c. Riwayat penyakit sekarang : Batuk, demam timbul secara mendadak, tidak berkurang dengan obat batuk. Pada awal mula batuk tanpa secret, tetapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif, dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan sering berbau busuk. Selanjutnya diikuti demam tinggi, lemas, nyeri kepala dan frekwensi pernafasan cepat. d. Riwayat penyakit dahulu. Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas ( ISPA) Riwayat penyakit yg menurunkan daya tahan tubuh :AIDS. Riwayat pemakaian antibiotika yang lama, immunosupresif, dan radiasi Klien yg dirawat dengan menggunakan alat medis life support seperti ventilator dengan pemasangan trakheostomi, selang endotrakheal. Riwayat alergi ;obat, makanan.

e. Riwayat kesehatan keluarga f. Riwayat menderita pneumonia, infeksi saluran nafas, DM. g. Riwayat Psikososial Kecenderungan keluarga akan mengalami kecemasan terkait dengan kondisi : panas, sesak, nyeri saat bernafas, batuk-batuk, malas makan. h. Kebutuhan dasar Nutrisi sering terjadi mual, muntah, anorexia terkait dengan mucus yg berbau busuk yang dapat menyebabkan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Aktivitas intoleransi aktivitas, karena kurangnya suplai oksigen. Istirahat kecenderungan tidur menggunakan bantal lebih dari satu, atau tidur dengan posisi semi fowler/ fowler untuk memudahkan bernafas. i. Pemeriksaan Fisik. 1. B1 = breath = system pernafasan.

1. Bentuk dada simetris, expansi paru tertinggal pada paru yg mengalami konsolidasi, retaksi intercostalis ringan sampai berat pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot bantu nafas tergantung derajat sesak. 2. fremitus vocal meningkat pada area konsolidasi, 3. suara nafas : ronkhi basah dan halus, whezing.

4. perkusi dinding thorak ; redup pada area konsolidasi. 5. Frekwensi nafas : cepat dan dangkal takut nafas dalam karena nyeri pleuritik. 6. Tanda sianosis perifer ( kulit ) dan sianosis central : mukosa bibir, wajah 2. B2 = Blood = system hemodinamik. Denyut nadi cepat ( takhicardia) dan lemah, suhu hypertemia, tekanan darah normal 3. Bunyi jantung regular diapex ICS 4-5 midklavkularis sinistra. Vena jugularis ada bendungan bila ada komplikasi cor- pulmonal Perkusi : batas jantung tidak mengalami pergeseran. Pada hypoksemia berat terdapat tanda cyanosis, CRT lambat. Turgor B3 = brain ( system neurology ) Pada pneumonia berat didapatkan penurunan kesadaran, wajah / expresi wajah klien meringis kesakitan, meregang, menggeliat. 4. 5. 6. B 4 = Bladder ( system perkemihan ) Ada / tidak distensi kandung kemih B5 = bowel ( system gastrointestinal ) Auscultasi bising usus terdengar lemah akibat immobilisasi B 6 = Bone ( system musculoskeletal ) Kekuatan otot normal (2) Diagnosa Keperawatan. 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningatan produksi sputum 2. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara alveoli dan membran kapiler 4. PK: septik syok berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder 5. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi bekterimia/viremia 6. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler untuk mengeluarkan toksin, batuk persisten.

7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan diare sekunder akibat infeksi 8. Kekurangan volume cairan 9. Gangguan keseimbangan elektrolit tubuh

(3) intervensi 1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum yang ditandai dengan RR meningkat, terdengar ronkhi, batuk tidak efektif, sesak, produksi sputum (warna: kuning kehijauan, merah; kekentalan, jumlah). Tujuan: Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: RR 12-24 x/mnt Ronkhi berkurang/tidak terdengar ronkhi Sesak nafas berkurang/tidak sesak lagi Produksi sputum berkurang Batuk efektif

Intervensi: 1. Jelaskan pada pasien penyebab ketidakefektifan jalan nafas R/ Peradangan dari parenkim paru menyebabkan produksi sekret meningkat ditunjang dengan batuk tidak efektif sehingga terjadi penumpukan sekret dan mengalami obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan ketidakefektifan jalan nafas 2. Beri minum air hangat R/ Air hangat dapat menjaga sekresi tetap lembab dan membantu proses drainase sekret 3. Lakukan penguapan memakai alat berocare/nebulizer dengan terapi mukolitik dan bronkodilator R/ mukolitik dapat mengencerkan sekret dan bronkodilator dapat melebarkan bronkus/jalan nafas. 4. Berikan clapping dan fibrasi pada daerah paru yang terdapat sekret R/ clapping dan fibrasi membantu merontokkan sekret pada dinding paru dan membawanya ke saluran nafas yang lebih besar. 5. Lakukan penghisapan/suction

R/ Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu batuk efektif. 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik R/ antibiotik mempunyai aktivitas untuk membunuh bakteri dalam alveoli. 7. Observasi RR, pola pernafasan, suara nafas tambahan dan karakteristik sputum R/ Pengeluaran sekret dan suara nafas vesikuler menandakan adanya kepatenan jalan nafas.

2.

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen ditandai dengan pasien mengeluh sesak, nadi meningkat, RR meningkat, terdapat retraksi ICS, penggunaan otot bantu pernafasan. Tujuan: Pasien dapat menunjukkan perbaikan oksigen yang adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil : Pasien tidak sesak Nadi 60-100x/mnt RR 12-24 x/mnt Tidak ada retraksi ICS Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

Intervensi: 1. Jelaskan kepada keluarga penyebab dari sesak R/ Sesak terjadi karena adanya penumpukan sekret sehingga terjadi penyempitan jalan nafas, hal ini menyebabkan oksigen yang masuk menjadi berkurang 2. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi R/ Meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi 3. Berikan oksigen dengan metoda yg diharuskan R/ Oksigen memperbaiki hypoksia, diperlukan observasi yang cermat terhadap aliran dan prosentase pemberian 4. Berikan bronchodilator sesuai yg ditentukan R/ Bronkhodilator mendilatasi jalan nafas dan membantu melawan oedema mukosa bronchial dan spasmemuskuler

5. Observasi sesak pasien, nadi, RR, retraksi ICS, penggunaan otot bantu pernafasan R/ Deteksi adequatnya distribusi oksigen dalam tubuh

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan difusi oksigen antara alveoli dan membran kapiler yang ditandai dengan sesak, sianosis, retraksi ICS, RR , PCO2 , PO2 Tujuan: Pasien menunjukkan perbaikan pertukaran gas setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: Pasien tidak sesak/sesak berkurang Tidak sianosis Tidak ada retraksi ICS dan tidak ada nafas cuping hidung RR 12-24x/mnt PO2 dalam batas normal (80-100 mmHg) PCO2 dalam batas normal (35-45 mmHg)

Intervensi: 1. Jelaskan pada pasien penyebab kulit pucat R/ Peradangan dari parenkim paru menyebabkan adanya akumulasi eksudat pada paru sehingga mengganggu difusi O2 dan CO2 sehingga suplay O2 ke jaringan perifer berkurang 2. Tingkatkan tirah baring, batasi aktivitas dan bantu kebutuhan perawatan diri sehari-hari sesuai kebutuhan pasien. R/ Aktivitas dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan dapat memperberat gejala 3. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan R/ Terapi oksigen dapat mengkoreksi hipoksemia yang terjadi 4. Kolaborasi dalam pemeriksaan AGD R/ Pemeriksaan AGD dapat menunjukkan penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar CO2 . 5. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif. R/ Tindakan ini dapat meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk pernaikan ventilasi. 6. Observasi adanya sianosis, dispneu berat, takipnoe dan retraksi dada. R/ Menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.

4. PK: Septik syok yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, RR meningkat, kulit kemerahan. Tujuan: Pasien dapat menunjukkan berkurangnya infeksi akibat pneumonia dan meningkatnya system imun setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: - Suhu tubuh normal (36,5 0C-37,5 0C) - Nadi 60-100 x/mnt - RR 12-24 x/mnt - Kulit tidak merah Intervensi: 1. Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya menjaga pasien dari penularan infeksi dari lingkungan sekitar R/ Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain 2. Batasi pengunjung R/ Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain 3. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic R/ Digunakan untuk membunuh bakteri pneumonia. Kombinasi antiviral dan antijamur digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran 4. Observasi tanda-tanda infeksi R/ Menunjukkan keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan

5. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi bekterimia/viremia yang ditandai dengan suhu >37,5oC, kulit kemerahan, akral panas, takikardia. Tujuan: Pasien mengalami penurunan suhu setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil : Pasien panasnya turun (36,5-37,5oC) Kulit tidak tampak kemerahan Akral hangat Nadi normal (60-100x/menit)

Intervensi: 1. Jelaskan kepada pasien penyebab demam.

R/ Demam disebabkan karena adanya proses peradangan oleh bakteri yang masuk dalam tubuh 2. Berikan kompres air hangat R/ Demam disebabkan karena adanya proses peradangan oleh bakteri yang masuk dalam tubuh. 3. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian tipis dan menyerap keringat. R/ Pakaian tipis mempercepat penurunan suhu dengan cara radiasi. 4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik dan antipiretik R/ Antipiretik mengandung parasetamol yang dapat membantu untuk menurunkan panas 5. Observasi kondisi pasien: suhu tubuh 36,5 37,5oC, akral hangat, badan tidak panas, nadi normal R/ Hasil observasi menunjukkan keberhasilan dari tindakan keperawatan yang dilakukan.

6. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkhim paru, reaksi seluler untuk mengeluarkan toksin, batuk persisten ditandai dengan pasien mengungkapkan nyeri dada, nadi meningkat, TD meningkat, raut wajah kesakitan, VAS 2-3 Tujuan: Pasien merasa nyaman dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: - Ungkapan rasa nyeri berkurang - Ekspresi wajah rileks - VAS 1-2 - Nadi 60-100 x/mnt - TD 120/80 mmHg Intervensi: 1. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri R/ Nyeri disebabkan karena adanya proses peradangan pada paru 2. Ajarkan klien menahan dada saat batuk R/ Menahan dada sebagai tindakan fixaxi, mempersempit pintu pengendalian nyeri sehingga rangsangan nyeri sedikit yang diantarkan ke otak 3. Ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri dengan rileksasi, distraksi R/ Meningkatkan kerjasama klien dalam penanganan nyeri

4. Kolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai ketentuan R/ Analgesik merubah persepsi dan interpretasi nyeri dgn menekan SSP 5. Observasi keluhan nyeri, TD, Nadi, VAS R/ Deteksi keberhasilan tindakan untuk menentukan tindakan selanjutnya

7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan BB menurun, lemas, pasien

mengungkapkan kurang nafsu makan. Tujuan : Pasien menunjukkan perbaikan nutrisi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil Pasien tidak lemas Tidak muntah Peningkatan BB 0,5 kg/minggu Intervensi 1. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat dan tipe diet TKTP yang dibutuhkan. R/ Intake nutrisi yang adekuat memberikan kalori untuk tenaga dan protein untuk proses penyembuhan. 2. Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering, jika mungkin kombinasikan dengan makanan yang disukai R/ Makanan dalam jumlah sedikit namun sering akan menambah energi. Makanan yang menarik dan disukai dapat meningkatkan selera makan. 3. Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik. R/ Mengurangi tidak enak pada perut. 4. Observasi BB tiap hari dengan alat ukur yang sama. R/ Peningkatan berat badan menandakan indikator keberhasilan tindakan.

8.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui feses ditandai dengan: dengan mukosa bibir kering, mata cowong, turgor kulit tidak elastis, produksi urine menurun, nadi meningkat.

Tujuan: Pasien menunjukkan pemenuhan volume cairan secara adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: mukosa bibir lembab, mata tidak cowong, turgor kulit elastis, produksi urine 1 cc/kg BB/jam, nadi 80-100x/mnt Intervensi: 1) Jelaskan tentang pentingnya masukan oral yang adekuat R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat diare. 2) Berikan larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan melalui feses R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang melalui diare. 3) Anjurkan untuk banyak minum sesuai kebutuhan tubuh R/ Masukan oral yang adekuat dapat mengganti kehilangan cairan akibat diare. 4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan melalui IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi hebat dan muntah. R/ Mengganti cairan yang hilang karena diare 5) Kolaborasi dengan dokter dalam Pemberian obat anti diare, antibiotika, anti emetic sesuai tertentuan R/ Anti diare mengurangi peristaltic usus, antibiotika membunuh kuman penyebab infeksi, anti emetic mengurangi mual & muntah 6) Observasi tiap 3 jam : balance cairan, mukosa bibir, kecowongan kelopak mata dan nadi R/ Deteksi tingkatan dehidrasi dan menentukan tindakan selanjutnya 9.gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan melali diare dan muntah Tujuan : Pasien menunjukkan adanya keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil: urine dalam batas normal 1cc/kgBB/jam, nadi dan TD dalam batas normal, Na dalam batas normal (135-145). Intervensi:
1) Berikan pasien minum sesuai kebutuhan tubuh

R/ Membantu meningkatkan kehilangan cairan akibat diare


2) Beri oksigen dengan metode yang diharuskan

R/ Mempertahankan nafas dan sirkulasi pasien tetap adekuat

3) Berikan larutan RL iv

R/ Cairan Ringer Laktat merupakan cairan yang


4) Tinggikan kaki pasien

R/ Untuk memperbaiki sirkulasi serebral yang lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali ke jantung

(4) Evaluasi a. Pasien menunjukkan keefektifan bersihan jalan nafas b. Pasien dapat menunjukkan perbaikan oksigen yang adekuat c. Pasien menunjukkan perbaikan pertukaran gas d. Pasien dapat menunjukkan berkurangnya infeksi e. Pasien mengalami penurunan suhu tubuh f. Pasien merasa nyaman dan kebutuhan rasa nyaman terpenuhi g. Pasien menunjukkan perbaikan nutrisi h. Pasien menunjukkan peningkatan aktivitas i. pasien menunjukkan kebutuhan cairannya terpenuhi j. pasien menunjukkan tidak ada gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Anda mungkin juga menyukai

  • Rencana Intervensi (NCP)
    Rencana Intervensi (NCP)
    Dokumen20 halaman
    Rencana Intervensi (NCP)
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Kartu Pendaftaran SNMPTN PDF
    Kartu Pendaftaran SNMPTN PDF
    Dokumen1 halaman
    Kartu Pendaftaran SNMPTN PDF
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen2 halaman
    Tugas
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Ileus Obstruksi
    Ileus Obstruksi
    Dokumen12 halaman
    Ileus Obstruksi
    Atmayadi Gunawan
    Belum ada peringkat
  • Artikel Tentang Tekhnologi Komputer
    Artikel Tentang Tekhnologi Komputer
    Dokumen5 halaman
    Artikel Tentang Tekhnologi Komputer
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • ILEUS PARALITIK
    ILEUS PARALITIK
    Dokumen5 halaman
    ILEUS PARALITIK
    Arsh Angly
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Internet
    Sejarah Internet
    Dokumen6 halaman
    Sejarah Internet
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • E-Learning Meupakan Electronic Learning
    E-Learning Meupakan Electronic Learning
    Dokumen2 halaman
    E-Learning Meupakan Electronic Learning
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Internet
    Sejarah Internet
    Dokumen6 halaman
    Sejarah Internet
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Ileus
    Laporan Pendahuluan Ileus
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Ileus
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Akut Abdomen
    Akut Abdomen
    Dokumen11 halaman
    Akut Abdomen
    Danil Anugrah Jaya
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen24 halaman
    Bab 2
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • ILEUS PENYEBAB DAN PENANGANAN
    ILEUS PENYEBAB DAN PENANGANAN
    Dokumen21 halaman
    ILEUS PENYEBAB DAN PENANGANAN
    Rizki Khair
    Belum ada peringkat
  • Sarah Stemi
    Sarah Stemi
    Dokumen25 halaman
    Sarah Stemi
    Wardy Aceh
    Belum ada peringkat
  • Sarah Stemi
    Sarah Stemi
    Dokumen25 halaman
    Sarah Stemi
    Wardy Aceh
    Belum ada peringkat
  • Retplas WP
    Retplas WP
    Dokumen16 halaman
    Retplas WP
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Hi Per Bilirubin Emi A
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Dokumen5 halaman
    Hi Per Bilirubin Emi A
    Dwi Marta R
    Belum ada peringkat
  • Bronkho Pneumonia
    Bronkho Pneumonia
    Dokumen18 halaman
    Bronkho Pneumonia
    Mardha Dwi Kusmiati
    Belum ada peringkat
  • BAB I.anak
    BAB I.anak
    Dokumen35 halaman
    BAB I.anak
    Kesarina Kencana Sianturi
    Belum ada peringkat
  • Kelainanan Dinding Perut
    Kelainanan Dinding Perut
    Dokumen21 halaman
    Kelainanan Dinding Perut
    Dian Doank
    Belum ada peringkat
  • 2008-1-00424-STIF-Bab 1
    2008-1-00424-STIF-Bab 1
    Dokumen6 halaman
    2008-1-00424-STIF-Bab 1
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Pathways Mio Ma
    Pathways Mio Ma
    Dokumen1 halaman
    Pathways Mio Ma
    Zahriar Badar Syam
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan BRPN
    Bab I Pendahuluan BRPN
    Dokumen3 halaman
    Bab I Pendahuluan BRPN
    kriwull
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen17 halaman
    Pneumonia
    Wisra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Post Partum
    Laporan Pendahuluan Post Partum
    Dokumen8 halaman
    Laporan Pendahuluan Post Partum
    Dani Cool Cullen Caspian
    Belum ada peringkat
  • Pathways Mio Ma
    Pathways Mio Ma
    Dokumen1 halaman
    Pathways Mio Ma
    Zahriar Badar Syam
    Belum ada peringkat
  • Retplas WP
    Retplas WP
    Dokumen16 halaman
    Retplas WP
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat
  • Bab III Skripsi Shinta
    Bab III Skripsi Shinta
    Dokumen13 halaman
    Bab III Skripsi Shinta
    At-Tirmidzi Qanit Liaquat Barcelonista
    Belum ada peringkat