Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang
1. Cairan Tubuh Makanan yang masuk ke dalam mulut biasanya masih berbentuk potongan atau keratan yang mempunyai ukuran relatif besar dan tidak dapat diserap langsung oleh dinding usus. Oleh karena itu sebelum siap diserap oleh dinding usus makanan tersebut harus melewati sistem pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu. Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah. Tiga kelenjar saliva yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submaksilar, dan kelenjar parotid. Kelenjar sublingual adalah kelenjar saliva yang paling kecil, terletak di bawah lidah bagian depan. Kelenjar submaksilar terletak di belakang kelenjar sublingual dan lebih dalam. Kelenjar parotid ialah kelenjar saliva paling besar dan terletak di bagian atau mulut di depan telinga . Setiap hari sekitar 1-1.5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Saliva terdiri atas 99.24% air dan 0.58% terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase (ptialin). Musin suatu glikoprotein dikeluarkan oleh kelenjar sublingual dan kelenjar submaksilar, sedangkan ptialin dikeluarkan oleh kelenjar parotid. Musin dalam saliva adalah suatu zat yang kental dan licin yang berfungsi membasahi makanan dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlacar proses menelan makanan. Cairan air liur mengandung -amilase yang menghidrolisa ikatan (14) pada cabang sebelah luar glikogen dan amilopektin menjadi glukosa, sejumlah kecil maltosa, dan suatu inti tahan hidrolisa yang disebut dekstrin. Hanya sebagian kecil amilum yang dapat dicema di dalam mulut, oleh karena itu sebaiknya makanan dikunyah lebih lama untuk memberi kesempatan lebih banyak pemecahan amilum di rongga mulut.

1|Makalah Biokimia

2. Cairan Empedu Kandungan empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan empedu (cairan pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati). Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berassal dari kantung empedu (duktus sistikus) membentuk saluran empedu utama. Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada sfingter Oddi, yang terletak beberapa centimeter di bawah lambung (Anonim, 2010). Cairan empedu terdiri dari asam emped, protein, garam empedu, kalsium dan lemak. Fungsi dari cairan empedu adalah untuk membentuk penyerapan lemak, dan vitamin A,D,E dan K (Anonim, 2010). Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan mempunyai rasa pahit. Caoran empedu mengandung zat-zat anorganik, yaitu HCO3, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organic, yaitu asam-asam empedu, bilirubin dan kolesterol. Asam-asam empedu yang penting ialah asam kolat dan asam deoksikolat. Beberapa fungsi asam empedu antara lain: sebagai emulgator dalam proses pencernaan lemak dalam usus; dapat mengaktifkan lipase dalam cairan pancreas; membantu mengadsorbsi asam-asam lemak, kolesterol, vitamin D dan K serta karoten; sebagai perangsang aliran cairan empedu dari hati; dan menjaga agar kolesterol tetap larut dalam cairan empedu sebab bila perbandingan asam empedu dengan kolesterol rendah, akan menyebabkan terjadinya beberapa endapan kolesterol (Anna Poedjiadi, 1994; 244). Garam empedu bersifat digestif dan memperlancar kerja enzimdan memperlancar kerja enzim lipase dalam memecah lemak. Garam empedu juga membantu pengabsorpsian lemak yang telah dicernakan (gliserin dan asam lemak) dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan memperbesar daya tembus endothelium yang menutupi vili usus. Garam empedu dibentuk di hati dari kolesterol melalui reaksi yang menyebabkan hidroksilasi inti steroid dan memutus rantai sisi. Dalam reaksi pertama, terjadi penambahan sebuah gugus -hidroksil kekarbon 7 (di sisi pada cincin ). Aktivasi 7 -hidroksilase yang mengkatalisis reaksi penentu ini ditekan oleh adanyagaram-garam empedu. Pada reaksi berikutnya, terjadi reduksi ikatan rangkap dan mungkin terjadi

2|Makalah Biokimia

hidroksilasi tambahan. Dihasilkan dua kelompok senyawa yang berbeda. Satu kelompok memiliki gugus -hidroksi diposisi 3,7 dan 12 dan menghasilkan seri asam kenakalat. Melalui reaksi oksidasi 3 karbon dikeluarkan dari rantai sisi. Fragmen-5karbon sisanya yang melekat ke struktur cincin memiliki sebuah gugus karboksi (Dawn marks, 2000). Bilirubin adalah produk utama dari penguraian sel darah merah yang tua. Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu. Sebagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan mengikat sebagian dari bilirubin total termetabolisme dan bagian ini disebut sebagai bilirubin langsung. Bilirubin mengandung bahan pewarna, yang member warna pada kotoran (Anonim, 2010). Bilirubin yang terbentuk di jaringan perifer akan diangkut ke hati oleh albumin plasma. Metabolism bilirubin lebih lanjut terjadi dihati. Peristiwa metabolism ini dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: 1. Ambilan bilirubin oleh sel parenkim hati 2. Konyugasi bilirubin dalam reticulum endoplasma halus 3. Sekresi bilirubin terkonyugasi ke dalam empedu (Happer Robert K. murray, 1998; 351)

3|Makalah Biokimia

BAB II TIJAUAN PUSTAKA


A.LANDASAN TEORI 1.CAIRAN TUBUH a.Penetapan PH Liur
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekitar 1-1,5 liter saliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang utamaadalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil (Ganong, 1995).Saliva terdiri atas 99,24% air dan 0,58% merupakan ion-ion Ca++, Mg++, Na+, K+, PO43-, Cl, HCO3-, SO42-serta zat-zat organik seperti musin dan enzimamilase (Poedjiadi, 1994). Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,4. Suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari -amilase. Enzim ini bekerjasecara optimal pada pH 6,6 (Guyton dkk, 1997). Amilase saliva mulai tidak aktif pada pH 4,0. Oleh karena itu, setelah makanan ditelan dan masuk ke dalamlambung, proses hidrolisis oleh enzim amilase saliva tidak berjalan lebih lama lagi. Secara umum enzim -amilase bekerja optimal pada pH 6,6 (Guyton, 1997)

b.Uji Sulfat
Uji sulfat dalam pengujian kadar sulfat dalam saliva ini kami mencampurkan 1 mL air liur yang sudah diencerkan dengan HCL tujuannya untuk mengasamkan air liur tersebut lalu ditambahkan BaCl2. Belerang organic merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasalterutama dari metabolisme protein. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi adalah : BaCl2 + SO42 BaSO4 + 2Cl .Pada uji presipitasi, pada saat air liur ditambahkan dengan asam asetat encer membentuk endapan putih, air liur disini mengandung enzim amilase, amylase yang direaksikan dengan asam asetat encer akan membentuk endapan putih, asamasetat encer mempunyai kemampuan mengikat air dari gugus pengikatair,sehingga kelarutan amilum akan berkurang dan akan mengendap

c.Uji fosfat
Saliva berfungsi sebagai buffer. Kompenen yang berperan serta sebagai buffer pada saliva adalah fosfat, urea, protein, dan bikarbonat. Bikarbonat merupakan komponen

4|Makalah Biokimia

yang paling besar fungsinya sebagai buffer dalam saliva karena sifatnya yang mudah untuk berikatan dengan hidrogen (Tenovuo dan Lagerl,1994). Fosfat yang berperan untuk beberapa tingkatan dalam buffer saliva pada keadaan volume saliva yang rendah saja. Sedangkan protein merupakan komponen yang paling sedikit peran sertanya sebagai buffer. Fosfat sulit mengikat asam sedangkan bikarbonat merupakan komponen yang paling mudah mengikat asam.

d.Uji Klorida
Air liur ditambahkan HNO3 10% dalam uji klorida. HNO3 10% berfungsi untuk mengikat klorida yang terkandung dalam air liur. Setelah itu pH air liur diukur dan menghasilkan pH asam. Larutan air liur kembali ditambahkan AgNO3 yang berfungsi membentuk endapan garam AgCl. Hasil yang ditunjukkan oleh air liur setelah penambahan HNO3 10% dan AgNO3 adalah terbentuknya larutan keruh dengan endapan di dalamnya. Hal ini menunjukkan air liur mengandung mineral klorida dan dapat membentuk endapan garam pada pH asam.

2.CAIRAN EMPEDU a. Tes Gmelin


Pigmen pigmen empedu sebagian besar merupakan hasil katabolisme hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial dari hati, limpa, dan sumsum tulang. Pigmen empedu yang utama adalah biliverdin, yang berwaran hijau dan bilirubin yang berwarna jingga/kuning coklat. Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna, misalnya mesobiliverdin (hijjau hingga biru), mesobilirubin (kuning) dan mesobilisianin (hijau hingga ungu). Asam nitrat adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Larutan asam nitrat dengan kandungan asam nitrat lebih dari 86 % disebut juga sebagai nitrat berasap. Sebagai sebuah oksidator yang kuat, asma nitrat bereaksi dengan hebat dengan sebagian besar bahan bahan organic dan reaksinya dapat bersifat eksplosif. Produk akhirnya bervariasi tergantung pada konsentrasi asam, suhu, serta reduktor. Reaksi dapat terjadi dengan semua logam kecuali deret logam mulia da aloi tertentu. Karakteristik ini membuat asam nitrat menjadi agen yang umum nya digunakan dalam uji asam.

5|Makalah Biokimia

b. Tes Pettenkofer
Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu proses yangmemudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-asam deoksikolat dan litokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang disintesis dalam usus lewat kerjanyaenzim-enzim bakteri pada asam-asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empedu primer yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder.

B. TUJUAN
1. Cairan Tubuh a. Untuk mengetahui PH liur b. Untuk mengetahui adanya sulfat dalam liur pada uji sulfat c. Untuk mengetahui adanya fosfat dalam liur pada uji fosfat d. Unuk mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur pada uji klorida 2. Cairan Empedu a. Untuk mengetahui adanya pigmen empedu pada tes Gmelin b. Untuk mengetahui adanya asam empedu pada tes pettenkofer

6|Makalah Biokimia

BAB III METODELOGI PERCOBAAN


A.Cairan Tubuh 1. Penetapan PH Liur
Tujuan : Untuk mengetahui pH Liur Dasar : Pada kisaran pH tertentu suatu indicator akan memberikan perubahan warna sesuai dengan H dalam larutan yang diperiksa. Bahan : 1. Air Liur 2. Ph Indikator Cara Kerja : 1. Sediakan air liur sebanyak 3 ml dan di tampung ke tabung 2. Celupkan pH indicator ke air liur dan sesuaikan dengan warna di pH indicator untuk menentukan pH.

2. Uji Sulfat
Tujuan : Untuk mengetahui adanya sulfat dalam liur Dasar : Ion Sulfat dalam suasana asam daapt diendapakan oleh barium Ba 2 + SO42 BaSO4 (endapan putih) ( H) Bahan : 1. Air liur 2. HCL encer/HCL 10% 3. BaCl2 Cara Kerja :
7|Makalah Biokimia

Bahan Liur HCL BaCl2 Hasil Pengamatan 1mL 3-5 tetes 5-10 tetes

Tabung

Terdapat endapan putih

3.

Uji Fosfat
Tujuan Dasar : Mengetahui adanya fosfat dalam saliva :

Fosfat bereaksi dengan asam moliblat membentuk asam fosfomoliblat , yang dapat direduksi memberikan warna biru tua (ortofosfat) Alat : a. Tabung reaksi Pyrex b. Rak tabung reaksi c. Pipet tetes Bahan : a. Saliva b. Larutan Urea 10% c. Larutan ammonium molibdat special d. Larutan FeSO 5% special Cara kerja : 1. Isi saliva 1 ml dalam tabung reaksi yang bersih dan kering

menggunakan pipet tetes 2. Tambahkan 1 0,5 ml (10 tetes) urea 10 % dan 5 mL (100 tetes) larutan

amonium molibdat special

8|Makalah Biokimia

3.

Campur baik-baik dan tambahkan menggunakan FeSO4 special

sebanyak 0,5 ml (10 tetes) 4. perhatikan dan catat adanya

warna biru yang menunjukkan adanya fosfat. 5. Intensitas warna akan bertambah bila dibiarkan beberapa waktu.

4. Uji Klorida
Tujuan : mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur Dasar : Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag (perak). Empedu AgCl (endapan putih) menunjukan adanya klorida Bahan : 1. Liur 2. asalm nitrat 10% 3. perak nitrat 1% Cara kerja : Bahan Liur Asam nitrat Perak nitrat Tabung 1 mL 3-5 tetes 5-10 tetes

B.Cairan Empedu 1. Tes Gmelin


Tujuan : untuk mengetahui adanya pigmen empedu Dasar : Penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan menghasilkan senyawa hasil oksidasi yang berwarna Bahan : 1. cairan empedu encer (1:5) 2. larutan asam nitrat pekat Cara kerja :

9|Makalah Biokimia

sediakan dua buah tabung reaksi, masukkan 1.5ml asam nitrat pekat pada masing-masing tabung reaksi. pada taung reaksi A masukkan 1.5ml cairan empedu 1:50 dan pada tabung reaksi B masukkan 1.5ml empedu pekat. catat warna yang terbentuk Bahan Cairan empedu encer Aquades Asam nitrat pekat Tabung I 3 mL 3 mL Tabung II 3 mL 3 mL

2. Tes Pettenkofer
Tujuan : untuk mengetahui asam empedu Dasar : Asam- asam empedu yang terdapat dalam empedu terutama sebagai garam empedu, yang merupakan senyawa aromatik kompleks. Asam empedu bereaksi dengan furfural (yang terbentuk pada penambahan asam pekat dan karbohidrat) membentuk turunan berwarna. Bahan:
1. 2. 3.

Larutan asam empedu encer (1:5) dan akuades. Larutan sukrosa 5% Asam sulfat pekat.

Cara kerja: Siapkan 2 tabung, tabung I diisi dengan cairan empedu encer sebanyak 5 ml, lalu tabung II diisi dengan aquades sebanyak 5ml. Lalu kedua tabung tersebut ditetesi sebanyak 5 tetes larutan sukrosa 5 %. Setelah itu kedua tabung juga diberi H2SO4 pekat ( melalui dinding tabung) sebanyak 3ml pada masing-masing tabung. Tabung Cairan empedu encer Aquades Larutan sukrosa 5% H2SO4 pekat ( melalui dinding tabung) Tabung I 5 ml 5 tetes 3 ml Tabung II 5 ml 5 tetes 3 ml

10 | M a k a l a h B i o k i m i a

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


A.CAIRAN TUBUH 1.Penetapan PH liur
Hasil : didapatkan PH liur 7 Pembahasaan : Hasil percobaan menunjukan ph liur 7,dalam hal ini masih normal,sebab Saliva mempunyai pH antara 6,0-7,4. Suatu kisaran yang menguntungkan untuk kerja pencernaan dari -amilase. Enzim ini bekerja secara optimal pada pH 6 , 6 ( G u yt o n d k k , 1 9 9 7 ) . A mi l a s e s a l i v a s e t e l a h m a k a n a n d i t e l a n d a n m a s u k k e d a l a m l a m b u n g , p r o s e s hidrolisis oleh enzim amilase saliva tidak berjalan lebih lama lagi

2.Uji Sulfat
Hasil : terdapat endapan putih Pembahasan : Didapatkan hasil endapan putih pada percobaan yang menunukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi adalah : BaCl2 + SO42 BaSO4 + 2Cl.Pada uji presipitasi, pada saat air liur ditambahkan dengan asam asetat encer membentuk endapan putih, air liur disini mengandung enzim amilase, amylase yang direaksikan dengan asam asetat encer akan membentuk endapan putih, asam asetat encer mempunyai kemampuan mengikat air dari gugus pengikatair,sehingga kelarutan amilum akan berkurang dan akan mengendap.

3.Uji Fosfat
Hasil : pada saliva membentuk senyawa berwarna biru Pembahasan : Berdasarkan hasil data di atas, menunjukkan bahwa saliva positif terdapat kandungan fosfat. Hal ini terlihat larutan berwarna biru yang menjadi tolak ukur positifnya suatu zat yang terdapat di saliva. Keberadaan ion fosfat dalan saliva

11 | M a k a l a h B i o k i m i a

dilepaskan oleh larutan urea kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan FeSO agar suasananya menjadi asam sehingga dapat bereaksi dengan larutan ammonium molibdat.Asam tersebut digunakan untuk membuktikan adanya ion-ion fosfat yang terdapat pada saliva dengan membentuk senyawa yang berwarna biru

4.Uji Klorida
Hasil : terdapat endapan berwarna putih Pembahasan : Uji Clorida, dimana filtrate ditambahkan dengan larutan AgNO3 dan menghasilkan endapan putih yang menandakan pada saliva positif(+) mengandung ion Cl-. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu sampel yang ditambahkan dengan AgNO3 akan diperoleh endapan putih yang menandakan adanya ion Cl-. Klorida merupakan zat-zat anorganik yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh. Reaksinya adalah: Cl- +_AgNO3 AgCl(putih) + NO-3

B. CAIRAN EMPEDU 1.Tes Gmelin


Hasil : Pada tabung I yang terisi cairan empedu terlihat adanya gradasi warna yang berubahubah (hijau unggu agak coklat bening) Sedangkan tabung II yang berisi aquades tidak terdapat perubahan warna Pembahasan : Zat warna empedu berasal dari pemecahan hemoglobin pada butir sel darah merah. Beberapa zat warna itu adalah bilirubin(orange,kuning,coklat) dan biliverdin(hijau). Pada percobaan ini larutan NH3 pekat ditambahkan kedalam tabung yang berisi cairan empedu. Tujuan dari penambahan HNO3 agar terjadi oksidasi zat warna empedu. Banyaknya HNO3 pekat yang dimasukkan kedalam tabung reaksi diusahakan sama banyak dengan jumlah empedu sehingga cairan empedu berada pada bagian atas (hijau) dan bagian bawah larutan HNO3(p), setelah digoyangkan menghasilkan larutan yang brwarna orange. Test gmelin empedu berdasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna menghasilkan serangkaian hasil oksida. Fungsi dari zat warna ini adalah menurungkan kadar gula darah,mencegah kelelahan otot,dan memperbaiki kerusakan hati akibat alcohol.
12 | M a k a l a h B i o k i m i a

2.Tes Pettenkoffer
Hasil : Pada tabung I yang terisi cairan empedu terlihat adanya turunan berwarna dan biasanya terdapat cincin ungu di tengahnya. Sedangkan tabung II yang berisi aquades tidak ada perubahan warna. Pembahasan : Uji pettenkofer mempunyai prinsip yang sama dengan uji gmelin yaitu penambahan zat pengoksidasi kuat (H2SO4 ) pada cairan empedu, perubahan warna tersebut disebabkan karena oksidasi pigmen tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pigmen empedu yang dioksidasi oleh berbagai pereaksi akan menghasilkan suatu turunan berwarna.

13 | M a k a l a h B i o k i m i a

BAB V KESIMPULAN
A. CAIRAN TUBUH Pada praktikum didapatkan PH saliva 7, terdiri atas ion-ion sulfat, fosfat dan klorida yang didapatkan hasil positif pada setiap percobaan. B. CAIRAN EMPEDU 1. empedu adalah cairan bersifat asam yang berwarna hijau yang diekskresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata 2. pigmen-pigmen empedu berasal dari bilirubin dan biliferdin dari penghancuran eritrosit
3. pada tes gmelin untuk pigmen empedu, cairan terlihat adanya gradasi warna

yang berubah-ubah (hijau unggu agak coklat bening).


4. Pada tes pettenkofer untuk asam empedu, cairan terlihat adanya turunan

berwarna dan biasanya terdapat cincin ungu di tengahnya

14 | M a k a l a h B i o k i m i a

REFRENSI
1. http://ml.scribd.com/doc/64895759/Laporan-Tetap-Praktikum-Biokimia-II 2. http://www.scribd.com/doc/45829736/biokimia-222222222222222 3. http://ml.scribd.com/doc/91895099/LAPORAN-ENZIM 4. http://berburudggema.blogspot.com/2012/01/percobaan-empedu.html 5. http://themaczmanchemistry.blogspot.com/2012/05/empedu-laporan.html 6. http://themaczmanchemistry.blogspot.com/2012/05/laporan-biokimia.html 7. http://tjouliends.blogspot.com/2011/08/laporan-praktikum-biokimia-uji-gmelin.html

15 | M a k a l a h B i o k i m i a

Anda mungkin juga menyukai