Anda di halaman 1dari 12

II. PENENTUAN PANAS SPESIFIK BAHAN I.

Tujuan Praktikum Tujuan praktikum dari acara II Penentuan Panas Spesifik Bahan ini adalah: a. Mampu memahami salah satu metode penentuan panas spesifik bahan hasil pertanian. b. Dapat menentukan besarnya panas spesifik bahan hasil pertanian II. Tinjauan Pustaka Kalor dapat diperkirakan sebagai energi yang dipindahkan karena perbedaan suhu. Energi sebagai kalor mengalir dari benda yang lebih panas (suhu lebih tinggi) ke benda yang lebih dingin (suhu lebih rendah). Pada tingkat molekul, ini berarti bahwa molekul molekul dari bagian yang lebih panas kehilangan energi kinetiknya dan berpindah ke bagian yang lebih dingin ketika kedua bagian tersebut bersentuhan. Akibatnya, energi kinetik translasi rata-rata dari molekul-molekul benda yang lebih panas menurun atau dikatakan suhunya turun. Pada benda yang lebih dingin suhunya meningkat. Energi telah berpindah, atau kalor mengalir, diantara kedua benda tersebut sampai tercapai suhu yang sama (Petrucci, 1985). Sebuah cara sederhana tetapi efektif untuk mengukur kapasitas kalor pada tekanan konstan menggunakan sebuah kalorimeter. Kalor Q dibekalkan oleh sebuah pemanas listrik kepada sebuah kalorimeter yang diisolasi dengan baik yang berisi bahan contoh, dan sebuah termometer yang mengukur kenaikan temperatur T. Suatu bahan contoh dengan massa m dan kapasitas kalor jenis c menyerap suatu jumlah kalor yang banyaknya sama dengan m c T (Kane, 1938). Perubahan entalpi yang mengikuti perubahan fisika atau kimia dapat diukur dengan kalorimeter. Pengukuran itu dilakukan dengan memantau perubahan temperatur yang mengikuti proses yang terjadi pada tekanan tetap. Salah satu cara untuk melakukan ini pada reaksi pembakaran adalah dengan

menggunakan kalorimeter adiabatik dan mengukur T pada saat sejumlah zat terbakar api dalam oksigen yang diberikan, dan kemudian menggunakan kapasitas kalor sebagai faktor konversi (Atkins, 1999). Salah satu penggunaan kalorimeter yang terpenting adalah penentuan kalor spesifik zat. Dalam teknik dikenal sebagai metode campuran, contoh zat dipanaskan sampai suhu tinggi, yang diukur secara akurat dan kemudian dimasukkan secara cepat dalam kalorimeter yang berisi air dingin. Kalor yang hilang oleh zat akan diterima oleh air dan kalorimeter. Dengan mengukur suhu akhir campuran, kalor spesifik dapat dihitung (Doughlas, 1997). Kalorimeter bahan bakar adalah alat ukur nilai kalor pembakaran suatu bahan bakar cair. Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur temperatur air di dalam Kalorimeter sebelum dan sesudah pembakaran bahan bakar di dalam kalorimeter tersebut. Akuransi pengukuran nilai kalor pembakaran dengan menggunakan alat ini ditentukan pada kecermatan dalam mengamati nilai temperatur air di dalam kalorimeter sebelum dan sesudah pembakaran di dalam kalorimeter (Herlambang, 2004). Apabila dua benda yang suhunya berbeda, disentuhkan satu sama lain maka akhirnya suhu keduanya akan menjadi sama. Suhu akhir itu terletak antar suhu masing masing benda. Sewaktu menyentuh dua benda yang suhunya berbeda, kita dapat memikirkan adanya sesuatu yang lalu kita sebut panas, yang mengalir dari benda yang suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah. Pengaliran panas dari suatu benda menyebabkan suhu benda turun dan sebaliknya. Banyaknya panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1oC tiap gram bahan disebut panas jenis bahan itu. Panas jenis memang tergantung pada jenis bahan dan sebenarnya juga sedikir tergantung pada suhu pula (Soedojo, 1986). Panas spesifik tepung (kanji) kering adalah 1.54 kJ kg-1 oC-1 (0.37 kcal kg-1
o -1

C ); tepung padian (gandum, cantel) juga memiliki nilai yang sama. Panas

spesifik untuk padi-padian lain pada kadar lengas yang berlainan bisa ditentukan menggunakan persamaan diatas. Panas spesifik bahan kering sayuran dan buah-buahan adalah 0.8-0.9 kJ kg-1 oC-1, dan untuk susu kering

kaya lemak adalah 1.8-1.9 kJ kg-1 oC-1, menunjukkan bahwa panas spesifik bahan kering pada bahan yang berlainan adalah sangat berbeda (Anonima, 2011). Kalorimeter berarti mengukur panas. Ketika aliran panas terjadi antara dua benda yang terisolasi dari lingkungannya, jumlah panas yang hilang dari satu benda harus setara dengan jumlah benda lainnya. Panas adalah yang berpindah, jadi prinsipnya adalah prinsip kekekalan energi.Kuantitas panas yang ditambahkan pada suatu benda sebagai positif danpada kuantitas yang meninggalkan benda sebagai negative. Ketika sejumlah benda berinteraksi, jumlah aljabar dari setiap kuantitas panas yang dipindahkan pada semua benda harus sama dengan nol. Ini adalah Azas Black yang dasarnya adalah kekekalan energi, Kapasitas panas spesifik aluminium : 900 J/kg Kapasitas panas spesifik kaca : 840 J/kg C (Anonim , 2010). Sifat intensif berhubungan dengan kapasitas panas adalah kalor jenis (panas spesifik) yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 g zat sebesar 10C. Untuk air, panas spesifiknya adalah 4,18 Jg-1C-1. Kebanyakan zat mempunyai panas spesifik yang lebih kecil dari air. Misalnya besi, panas spesifiknya hanya 0,452 J g-1 0C-1. Berarti lebih sedikit panas diperlukan untuk memanaskan besi 1 g sebesar 10C daripada air atau juga dapat diartikan bahwa jumlah panas yang akan menaikkan suhu 1 g besi lebih besar dari pada menaikkan suhu 1 g air (Anoninc, 2009). Pengetahuan tentang panas spesifik sangat diperlukan untuk perhitungan proses-proses pemanasan atau pendinginan. Panas spesifik bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan. Pada suhu kamar, panas spesifik suatu bahan yang mengandung air dapat dihitung berdasarkan nilainilai panas spesifik dari bahan kering dan airnya (Anonimd, 2011). Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya perubahan temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan sejumlah panas. Besarnya panas spesifik untuk air disebabkan karena adanya sedikit pengaruh dari laut terhadap cuaca. Pada musim dingin air laut lebih
o b o

lambat menjadi dingin dari daratan sehingga udara yang bergerak dari laut ke darat lebih panas daripada udara dari darat ke laut. Demikian juga dalam musim panas, air laut lebih lambat menjadi panas daripada daratan (Anonime 2009). Panas spesifik (Cp) bahan pangan adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur satu satuan kuantitas bahan pangan sebesar satu derajat dikali bobot produk dikali perubahan temperature yang diinginkan, informasi tentang panas spesifik sangat penting apabila wujud bahan pangan mengalami perubahan, maka nilai dari variable panas spesifik harus dimasukkan dalam perhitungan beban panas (Jassin,2009). Telah diusulkan (Ledward and Mitchell and areas 1992; Areas 1992) bahwa sulit untuk menekan protein seperti plasma darah yang terbentuk dari nondisulfida kovalen ketika dilakukan pemanasan pada konsentrasi air yang rendah. Kemudian pada temperatur yang lebih rendah semua protein kecuali agar agar menunjukkan penurunan daya larut dengan meningkatnya panas temperature dan kenaikan kandungan air (Mohammed, 2000).

III. Metode percobaan a. Alat 1. Kalorimeter 1 unit 2. Thermometer 3. Alat pencatat 4. Pengukur waktu 5. Timbangan 6. Kompor listrik b. Bahan 1. Air murni 2. Bahan hasil pertanian (kopi dan tepung beras)

c. Cara Kerja 1. Penentuan Panas Spesifik Bahan Kalorimetri ditimbang (a gram) dan dicatat suhunya (T1) Air murni ditimbang (b gram) dan dicatat suhunya (T2), kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter. Bahan hasil pertanian (kopi/tepung beras) ditimbang sebesar 25 gr

Bahan hasil pertanian dipanaskan hingga merata sampai suhu 80oC

Bahan hasil pertanian yang sudah dipanaskan ditimbang (c gram), kemudian bahan dimasukkan ke dalam kalorimeter

Campuran bahan hasil pertanian diaduk secara perlahan dan dicatat suhu akhir campuran (T4)

Hitung panas yang diberikan oleh bahan : Q = m s c s (T 3 T 4 )

Hitung panas yang diterima oleh air : Q = m w c w (T 4 - T 2 )

Hitung panas yang diterima oleh kalorimeter : Q = m c c c (T 4 - T 1 ) Hitung panas spesifik bahan padat

2. Penggunaan EfisensiPenggunaanPanas dalamProses Pemanasan Bahan Hasil Pertanian Timbang air murni (a gram) dan catat suhunya (T1)

Timbang kopi (b gram) dan masukkan ke dalam air murni, aduk hingga merata dan catat suhunya (T2)

Nyalakan kompor listrik dan catat jam mulai menyalakannya

Panaskan campuran yang dimasukkan ke dalam beaker glass sampai suhu 80 C (T3) sambil di aduk hingga merata dan catat waktu yang diperlukan (t menit)

Setelah campuran sampai pada suhu tertentu (T3), angkat dan bersamaan dengan itu kompor listrik cepat dimatikan

Hitung jumlah kebutuhan panas bahan, jumlah panas yang diberikan dan efisiensi pemanasan

IV. Hasil dan Pembahasan a.1 Tabel 2.1 Penentuan Panas Spesifik No. Nama Bahan 1 2 3 4 Tepung Beras Kalorimeter Air murni Air campuran Massa(gr) 25 122,8 100 Suhu(oC) 80 26 27 33

a.2 Pembahasan Panas spesifik adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram bahan sebesar 1 C. Panas spesifik bahan-bahan pertanian sangat tergantung pada lengas bahan. Selain itu, panas spesifik juga berhubungan dengan kapasitas kalor yang merupakan jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur dari suatu sampel bahan sebesar 1 C. Sebuah kuantitas yang erat pula kaitannya dengan kapasitas kalor molar adalah kapasitas kalor jenis (spesific heat capacity) dimana merupakan kalor yang diperlukan untuk merubah satu bahan temperatur di dalam satu satuan massa dari suatu zat (bahan-bahan pertanian). Dalam praktikum acara 2 ini yaitu penentuan panas spesifik bahan- bahan hasil pertanian, bahan yang digunakan adalah tepung beras dan kopi. Dimana kita ketahui bahan ini sangat mudah untuk ditemukan dan dibuat baik di rumah tangga ataupun pabrik skala besar. Dalam percobaan kali ini metode yang digunakan dalam penentuan panas spesifik adalah metode menggunakan alat ukur panas yaitu kalorimeter. Pada perhitungan pertama kita menentukan besar Q air yang diperoleh dari massa air dikalikan, panas spesifik air dikalikan selisih suhu campuran dengan suhu air murni, sehingga diperoleh Q air sebesar 600 kal. Kemudian menentukan Q kalorimeter dan diperoleh hasil sebesar 114,327 kal. Kemudian menentukan Q bahan yang diperoleh dari selisih antara Q air dan Q kalorimeter, dan diperoleh hasil sebesar 714,327 kal. Terakhir kita menentukan C tepung dan diperoleh hasil sebesar 0,608 kal gr/oC. Minus menunjukkan bahwa reaksi melepas panas hal tersebut dikarenkan adanya proses kenaikan suhu. Kita ketahui bahwa nilai panas spesifik tepung beras dalam teori sebesar 0,37 kal/ g C. Hasil pada percobaan tidak sesuai dikarenakan faktor kesalahan, seperti pada saat proses pemanasan bahan banyak yang tercecer pada saat diaduk, penggunaan termometer yang kurang tepat pemakaiannya karena saat digunakan skala termometer tidak dinormalkan terlebih dahulu sehingga suhu yang diukur kurang tepat. Selain itu, setelah bahan dipanaskan

sampai mencapai suhu 80 C terlalu lama memasukkannya dalam kalorimeter sehingga suhu dari bahan agak turun.

b.1 Tabel 2.2 Efisiensi Penggunaan Panas P (watt) 300 m.air m.kopi T.air T.camp (gr) 150 (gr) 20 (oC) 26 (oC) 27 T3 t C.kopi C.air (oC) (jam) (kal/groC) (kal/groC) 80 0,33 0,731 1

Sumber : Laporan Sementara b.2 Pembahasan Pada percobaan kedua yaitu Penentuan efisiensi panas dalam proses pemanasan bahan hasil pertanian dalam hasil praktikum bertujuan untuk menentukan besarnya kebutuhan energi. Besarnya energi yang digunakan akan berpengaruh pada besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Semakin besar efisiensi yang diperoleh maka biaya produksi semakin kecil dan dapat ditekan. Untuk menentukan efisiensi penggunaan panas, kita menentukan Q air terlebih dahulu, besar Q air yang diperoleh yaitu 150 kal. Kemudian menentukan Q kopi dan diperoleh hasil sebesar 774,860 kal. Besarnya kalori bahan adalah hasil penjumlahan dari kalor air dan kalor kopi. Dari perhitungan, diperoleh hasil 942,860 kal. Kemudian Q kompor sebesar 85179,600 kal. Maka besar efisiensi yang diperoleh sebesar 1,086 %. Kita ketahui bahwa semakin besar nilai efisiensi maka banyak energi yang diserap oleh bahan sehingga menghemat penggunaan energi. Ini berarti biaya produksi dapat ditekan. Semakin kecil efisiensi panas maka semakin banyak energi yang menghilang, berarti pemborosan energi dan memperbesar biaya produksi suatu usaha. Kemudian faktor faktor yang mempengaruhi efisiensi adalah massa bahan, besarnya kalor spesifik bahan dan besarnya perubahan suhu yang terjadi.

V. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum acara II Penentuan Panas Spesifik dan Efisiensi Penggunaan Panas dalam Proses Pemanasan Bahan Hasil Pertanian ini adalah: 1. Panas spesifik adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gram bahan sebesar 1 C. 2. Panas spesifik merupakan jumlah energi panas yang diserap atau dilepaskan oleh satuan massa bahan dalam suatu perubahan suhu, tanpa terjadi perubahan fasa bahan 3. Panas spesifik tepung beras yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 0,608 kal/ g C. 4. Semakin besar nilai panas spesifik suatu bahan maka energi yang dibutuhkan semakin besar, semakin kecil nilai panas spesifik suatu bahan semakin kecil energi yang dibutuhkan. 5. Nilai panas spesifik dari setiap bahan berbeda beda begantung pada karakteistik bahan penyusunnya 6. Penyimpangan yang terjadi disebabkan karena kurang tepatnya mengukur suhu bahan pada termometer, banyaknya bahan yang tercecer saat diaduk pada proses pemanasan bahan. 7. Nilai Qkompor yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 85179,600 kalori. 8. Nilai Qair yang diperoleh 150 kalori, dan nilai Qkopi diperoleh 774,860 kalori,
maka Qbahannya sebesar 924,860 kalori.

9. Besarnya efisiensi panas yang diperoleh 1,086%. 10. Semakin besar nilai efisiensi maka banyak energi yang diserap oleh bahan, semakin kecil efisiensi panas maka semakin banyak energi yang menghilang.

VI. Lampiran Analisis Hasil Percobaan a. Perhitungan Tabel 2.1 C kalorimetri = 0,133 Q air = m air . C air (T4 T3) = 100 . 1 (33 27) = 100 . 1 . 6 = 600 kal Q calorimeter = m kal . C kal (T4 T2) = 122,8 . 0,133 . (33 26) = 122,8 . 0,133 . 7 = 114,327 kal Q bahan = Q air + Q kal = 600 + 114,327 = 714,327 kal C tepung Q lepas = Q terima

Qkalori + Q air = Q tepung 714,327 kal 714,327 kal C tepung C tepung = m tepung. C tepung (T4 - T1) = 25 . C tepung (33 80) = = - 0,608 kal/groC (reaksi melepas panas)

b. Perhitungan Tabel 2.2 P kompor (kal/jam) 1 watt = 1 J/s = 860,4 kal/jam 1 J = 0,239 kal Q air = m air . C air (Tcamp Tair)

= 150 . 1 (27 26) = 150 . 1 . 1 = 150 kal Q kopi = m kopi . C kopi (T3 Tcamp) = 20 . 0,731 . (80 27) = 20 . 0,731 . 53 = 774,860 kal Q bahan = Q air + Q kopi = 150 + 774,860 = 924,860 kal Q kompor = P kompor x t = 300 . 860,4 . 0,33 = 85179,600 kal =

=
= 1,086 %

DAFTAR PUSTAKA Anonima. 2011. Sifat Panas Bahan. www.bambangpurwantara.staff.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal 24 maret 2011 pukul 19.32 WIB. Anonimb. 2011. Kalorimetri. www.detiku.cc.cc/2010/kalorimetri.html. Diakses pada tanggal 24 maret 2011 pukul 20.00 WIB. Anonimc. 2009. Kalorimetri, Kapasitas panas, Panas spesifik.

www.chemistry.org/marteri_kimia. Diakses pada tanggal 17 maret 2011 pukul 21.30 WIB. Anonimd. 2011, Sifat termal produk pertanian. Tiamartiana.wordpress.com/2011. Diakses pada tanggal 17 maret 2011 pukul 21.45 WIB. Anonime. 2009. Thermokimia. Sahri.ohlong.com/thermokimia.cat 3105.html, Diakses pada tanggal 17 maret 2011 pukul 22.00 WIB. Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Giancoli, Douglas. 1987. Fisika Jilid 1 Edisi Empat. Erlangga. Jakarta. Herlambang, Bambang dan Djuhana. 2004. Rancang Bangun Sistem Pengamatan Temperature Air Berbasis PC untuk Pengukuran Nilai Air Kalorimeter suatu Prototipe Kalorimeter Bahan Bakar. Volum 28 hal 44. Tangerang. Jassin, Ernawati. 2010. Kajian Eksperimental Nilai Konduktivitas Termal dan Panas Spesifik beberapa Jenis Ikan. makassar Kane, Joseph W. 1983. Fisika. Erlangga. Jakarta. Mohammed, Z.H, S.E hill, J.R Mitchell. 2000. Covalent Crosslinking in Heated Protein System. Journal of Food Science Vol 22 No 2. Institute of Food Technologists. Pettruci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta. Soedojo, 1986. Azas-Azas Ilmu Fisika. Gadjah mada university press. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai