Anda di halaman 1dari 11

7.

Sebutkan tahap konversi konvensional ke organic Peningkatan Keragaman Hayati Peningkatan keragaman hayati dilakukan dengan cara penanaman pohon pelindung dan pembuatan hutan koloni. Penanaman pohon pelidung bertujuan untuk: 1. Meningkatkankeragaman tanaman yang selanjutnya akan meningkatkan keragaman serangga hama dan musuh alaminya. Bila keragaman tanaman cukup tinggi, musuh alami dapat berkembang dengan baik dan akan tetap bertahan hidup di tempat tersebut. Konservasi musuh alami juga dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa di areal pertanaman. Mulsa dari berbagai bahan organik atau sisa tanaman akan menutup tanah dari sinar matahari langsung, meningkatkan kelembapan tanah, serta menumbuhkan hewan permukaan tanah yang di antaranya dapat berfungsi sebagai musuh lami atau penyedia makanan untuk serangga lain. 2. Memperbaiki iklim mikro sehingga tanaman tumbuh baik; 3. Menyediakan habitat berbagai jenis burung yang dapat berfungsi sebagai predator ulat atau serangga kecil; dan 4. Menambah bahan organik tanah. Konservasi Lahan Konservasi lahan merupakan pekerjaan yang memerlukan ketekunan dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun bila hal ini tidak dilakukan, maka proses pengkurusan tanah akan semakin cepat dan tidak akan terjadi produksi yang tinggi serta berkelanjutan. Konservasi lahan dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah yang tahan erosi Untuk memenuhi

kebutuhan hara tanaman, digunakan pupuk organik. Usahakan agar kadar bahan organik tanah terus meningkat dengan cara menambah bahan organik ke dalam tanah. Sumber bahan organik dapat berupa sampah pangkasan, sisa tumbuhan, kompos atau bokasi, sampah organic rumah tangga, sampah kota, dan sampah pasar, limbah sampah organik pabrik dan peternakan, serta tanaman khusus penghasil bahan organik seperti pupuk hijau dan pohon pelindung.

Masa Konversi Masa sebelum areal lahan konvensional menjadi organic penuh, yaitu mulai dari saat tidak menggunakan bahan-bahan kimia buatan dan menggantikannya dengan bahan-bahan organik, disebut masa konversi. Masa konversi minimal adalah 2 tahun, dan bergantung pada waktu yang diper-lukan untuk mengatur, mengem-bangkan, dan melaksanakan prak-tek-praktek budi daya organik. Selama masa konversi, hal-hal yang perlu dilakukan adalah: 1. Memperbaiki lingkungan dengan meningkatkan keragaman hayati, 2. Mempersiapkan penggunaan/ pembuatan pupuk kompos, 3. Melakukan konservasi lahan dan 4. Musuh alami,

Isolasi Lahan pertanian organik harus terisolasi dari kebun-kebun konvensional. Jarak isolasi sangat bergantung pada daerah masingmasing, terutama topografinya. Pada lahan yang datar, lebar isolasi atau border cukup 25 m. Akan tetapi, untuk topografi miring, batas kebun organik adalah sampai terhindar dari aliran air dari lahan yang tidak organik. Isolasi ditujukan agar aliran air dari kebun nonorganik tidakmengalir ke kebun orga-nik. Penanaman pohon sebagai wind breaker juga dapat dilakukan, atau dengan cara membuat hutan buat-an sebagai isolasi

Inspeksi dan Sertifikasi Langkah selanjutnya adalah mencari sertifikat produk organic dari lembaga sertifikasi yang diakui dunia internasional. Untuk pasar Eropa, Jepang, dan Amerika, sertifikat dari Skal Negeri Belanda telah diakui

8. Sebutkan dan jelaskan tahapan produk organic menjadi organic? Program inspeksi dan sertifikasi sistem pertanian organik ini dapat diikuti oleh usahatani perorangan atau kelompok, perusahaan pengolahan, koperasi, pedagang, perkebunan besar, dan lain-lain. Sebelum program ini dilaksanakan, perusahaan atau calon lisensi terlebih dahulu mengajukan aplikasi (permohonan) secara tertulis kepada SI. Formulir aplikasi (terlampir) dan cara mengisinya adalah sebagai berikut: 1. Data perusahaan, ditulis nama perusahaan, alamat, nomor telepon dan fax termasuk email (kalau ada). 2. Program sertifikasi yang akan diikuti, dalam hal ini dipilih program metode produksi organik (organic production methods). 3. Jika perusahaan pernah diinspeksi dan atau disertifikasi sebelumnya maka disebutkan nama lembaga yang melakukan inspeksi atau sertifikasi. Informasi tentang inspeksi dan sertifikasinya dilampirkan termasuk laporan temuannya. Jika perusahaan tersebut pernah mengikutinya dan kemudian memutuskan kontrak dengan lembaga inspeksi dan atau sertifikasi tersebut maka disebutkan alasan pemutusan tersebut. Jika pernah ditolak oleh lembaga inspeksi dan sertifikasi sebelumnya maka alasan penolakannya juga disebutkan. 4. Diskripsi aktivitas perusahaan, dicantumkan unit-unit prosesing termasuk unit yang berkaitan dengan administrasi dan ekspor. 5. Unit-unit pertanian, luasnya, jumlah petani dan jenis produk yang dihasilkannya. 6. Jenis transportasi dan waktu tempuh dari lokasi unit-unit pertanian dan prosesing ke bandara terdekat, serta waktu tempuh antar unit pertanian maupun prosesing. 7. Jika sudah dibentuk sistem pengawasan intern, dijelaskan pula cara kerjanya. Setelah ditandatangani dan dilampiri surat keanggotaan KADIN dan atau bukti kepemilikan tanah, aplikasi tersebut dikirim ke Kantor Pusat Skal International dengan alamat Stationsplein 5, PO Box 161, 8000 AD Zwolle, the Netherlands; telepon +31-(0)38-426 0100; fax +31-(0)38-423 7040; e-mail: info@skalint.com; http://www.skalint.com Selanjutnya, SI akan segera mempertimbangkan kesesuaiannya terhadap aturan pertanian organik yang tercantum

dalam EEC Regulation Nomor 2092/91 dan standar SI. Jika hasil penilaian awal tersebut memenuhi syarat dua standar tersebut maka SI akan menawarkan program inspeksi dan sertifikasi termasuk perkiraan pembiayaan pada tahun pertama. Jika tawaran tersebut dapat disetujui oleh aplikan (calon pemegang lisensi) maka SI akan mengirim kontrak. Setelah kontrak ditandatangani dan dikirim kembali beserta separuh pembiayaan tahun pertama ke SI, maka aplikan telah tercatat sebagai salah satu lisensi SI dan diberi nomor lisensi serta dimasukkan dalam program inspeksi dan sertifikasi. Selanjutnya, SI akan segera menghubungi salah satu inspekturnya untuk segera merencanakan dan melaksanakan inspeksi. Untuk kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur, SI akan menugaskan inspekturnya yang di Indonesia, telepon: 0331-332 864, hp: 081 2345 5599, email: winaryo@telkom.net atau skal-indonesia@jember.wasantara.net.id INSPEKSI Inspeksi adalah penyelidikan yang dilakukan dengan menggunakan cara-cara yang benar dan atau dengan menguji produk, proses atau aktivitas dan menentukan kesesuaiannya dengan standar atau dokumen normatif lainnya; termasuk inventarisasi. 1. Standar Standar yang digunakan oleh inspektur SI dalam melakukan inspeksi pertanian organik adalah EEC Regulation No. 2092/91 tanggal 24 Juni 1991 dan beberapa

amandemennya. Disamping itu digunakan pula standar yang ditetapkan oleh SI. Dua standar ini telah diterima secara internasional. 2. Metoda Inspeksi Dalam melakukan inspeksi, inspektur SI menggunakan kombinasi beberapa metoda inspeksi untuk memeriksa, menguji dan membuktikan diterapkannya standar pertanian organik. Beberapa metoda yang digunakan antara lain sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara dilakukan terhadap berbagai pihak yang bersangkutan dengan sistem produksi dan administrasi pertanian organik. Sebagai contoh di unit pertanian, inspektur akan bertanya kepada petani, pemilik tanah, buruh, petani tetangganya atau bahkan

kepada penjual pestisida. Sedangkan di unit pengolahan inspektur antara lain akan bertanya kepada manajer produksi, pengontrol kualitas dan atau kepada pekerja di pabrik. b. Inspeksi fisik Di unit produksi pertanian, inspektur menginspeksi lahan dan sekitarnya. Merunut secara visual penggunaan pupuk buatan maupun pestisida misalnya mengamati warna daun, bau, packing kosong yang terdapat di kebun, dan lain-lain. Inspektur juga akan menginspeksi ruang penyimpanan produk pertanian, mesin-mesin dan peralatan yang

digunakan. Sedangkan di unit pengolahan inspektur akan memeriksa semua tempattempat pengolahan dan penyimpanan. c. Inspeksi administrasi Inspeksi terhadap administrasi unit pertanian dilakukan terhadap semua dokumen yang berkaitan dengan input pertanian yang digunakan misalnya pupuk, bahan untuk perlindungan tanaman, dan lain-lain. Pembukuan mengenai produk organik yang di dapat dan produk yang dijual juga diinspeksi. Sedangkan di unit pengolahan, semua dokumen misalnya invoice, packing list, dokumen transportasi, dan lain-lain dari produk yang masuk dan produk yang keluar di chek dan dianalisis. Jika dipandang perlu inspeksi dilakukan sampai ke pembeli. d. Sampling Sampling atau pengambilan contoh untuk keperluan analysis kimia (misalnya herbisida, insektisida, fungisida, logam berat atau bahan-bahan lain yang tidak diperbolehkan) dilakukan untuk beberapa keperluan, misalnya: Pada waktu inspeksi ditemukan keraguan akan penggunaan bahan-bahan yang tidak boleh digunakan, misalnya tampak residu di daun, bungkus kosong, informasi dari tetangga, dan lain-lain. Jika tanda-tanda penggunaan bahan-bahan terlarang, misalnya herbisida, tampak jelas dan lisensi secara terbuka mengakuinya dan menandatangani form yang diisi oleh inspektur maka pengambilan sampel tidak diperlukan lagi. Adanya informasi dari pihak ketiga tentang penggunaan bahan-bahan yang dilarang, atau

Pengambilan sampel secara rutin. Sampel yang telah diambil oleh inspektur dikirim ke laboratorium yang terakreditasi untuk dilakukan analisis. Hasil analisis dievaluasi oleh inspektur dan manajer inspeksi untuk mengambil langkah-langkah berikutnya yang diperlukan. Penerapan standar pertanian dapat diuji secara efektif dengan memadukan metoda-metoda tersebut, menguji silang, dan mengkombinasikannya dengan pengetahuan serta pengalaman profesionalnya. Untuk memperoleh informasi yang obyektif, inspektur menentukan sendiri apa yang dikehendaki. Dalam keadaan tertentu inspektur juga mengambil sampel dari lahan yang diinspeksi secara acak atau mengambil sampel petani yang relatif lebih berisiko terhadap terjadinya kesalahan, contohnya petani yang lokasinya berdekatan dengan desa, atau yang mempunyai kebun yang luas, produksinya tinggi, jenis tanah tertentu, dan lain-lain. Dalam satu tahun paling tidak dilakukan satu kali pemeriksaan terhadap semua aspek. Jika suatu unit diinspeksi dua kali dalam satu tahun beberapa aspek mungkin diinspeksi satu kali dan yang lainnya dua kali. Sebagai contoh inspeksi pada musim tanam, inspektur mengontrol asal benih dan perlakuan yang diberikan terhadap benih, sedangkan inspeksi pada saat yang lain dilakukan terhadap penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma, dan aspek-aspek lainnya. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan semua metoda tersebut ditentukan oleh inspektur tergantung pada kondisi yang dihadapinya. Berikut diberikan contoh pelaksanaan inspeksi secara garis besar sebagai berikut: a. Mula-mula inspektur memberitahu lisensi tentang maksud inspeksi dan menerangkan prosedur inspeksi. b. Kemudian, bersama lisensi membuat rencana inspeksi, misalnya kemana dan kapan, informasi apa yang diperlukan, dengan siapa akan berbicara, petani yang mana yang akan ditanyai, dan kebun mana yang akan diinspeksi, dan lain-lain. Pada inspeksi yang pertama, inspektur akan melakukan inventarisasi baik terhadap unit prosesing maupun

unit pertanian. Dalam inventarisasi ini lisensi perlu menjelaskan tentang proses pengolahan, peta pabrik, kemudian mengunjungi pabrik mulai dari awal proses sampai dengan produk akhir. Memeriksa semua pembukuan. Dalam pemeriksaan pembukuan, inspektur tidak tertarik dengan harga tetapi asal, kuantitas, dan tujuan terakhir dari suatu produk. c. Selama inspeksi, temuan dan kesimpulan inspeksi ditulis dalam form inspeksi yang akhirnya ditandatangani oleh lisensi atau orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan tersebut. d. Inspektur selalu melakukan inspeksi secara transparan, terbuka dan jelas terhadap pihak yang diinspeksi dan menjelaskan kaitannya dengan standar dan aturan yang berlaku. e. Pada akhir kunjungan inspeksi, inspektur akan mendiskusikan hasil inspeksi dan menjelaskan temuannya, serta merencanakan dan mendiskusikan inspeksi berikutnya. 4. Sistem Pengawasan Intern untuk Kelompok Tani Sistem Pengawasan Intern (SPI) merupakan langkah yang praktis dan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh EEC 2092/91. SPI perlu dibentuk jika unit pertanian merupakan kelompok petani dengan luas masing-masing kurang dari 20 ha. Inspeksi terhadap SPI antara lain ditujukan pada status, struktur dan tanggung jawab organisasi SPI, serta dokumen-dokumennya misalnya tentang prosedur SPI, formulir pemeriksaan yang telah dibakukan, misalnya buku kunjungan, tanggung jawab yang jelas dan jadwal kunjungan SPI serta pelaporannya. Di dalam prosedur diperiksa juga tindakan yang harus diambil oleh SPI jika terdapat anggota yang melanggar aturan budidaya organik, sanksi-sanksinya termasuk pencabutan keanggotaan dari proyek organik. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap rencana dan pelaksanaan pelatihan dan pembinaan anggota SPI sebagai pengawas intern. Tugas dan tanggung jawab pengawas intern dituangkan dalam perjanjian yang disebut field officer agreement. Data dan dokumen SPI yang diinspeksi antara lain:

a. Daftar petani yang memuat nama petani, kode atau nomer lahan, lokasi, jenis tanaman yang diusahakan, luasnya (hektar) dan statusnya (organik atau konversi) serta catatan tentang pengetahuan masing-masing petani terhadap standar budidaya organik. b. Hak dan kewajiban kelompok tani yang dituangkan dalam perjanjian secara tertulis dalam bentuk perjanjian petani(farmer-agreement). Perjanjian ini ditulis dalam bahasa yang dimengerti oleh petani dan ditandatangani oleh masing-masing petani. c. Catatan tentang penyuluhan yang dilakukan terhadap anggota kelompok tani, baik yang dilakukan secara individu atau secara kelompok. d. Peta tinjau (overview map) yang menggambarkan lokasi pertanian organik secara makro dan peta detail (detailed map) kebun yang menunjukkan kebun-kebun secara individu tiap anggota dan informasi tentang kemungkinan adanya risiko kontaminasi dari lingkungan sekitarnya. e. Riwayat kebun dari tiap anggota yang berkaitan dengan penggunaan bahan-bahan pemupukan dan perlindungan tanaman, khususnya penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia yang terakhir kali dilakukan. f. Pembukuan yang jelas dan lengkap tentang produk yang dijual, produk yang disimpan, dan input pertanian yang digunakan oleh tiap anggota, termasuk referensi keorganikannya. g. Catatan realisasi produksi tahun lalu dan estimasi produksi tahun ini. h. Catatan tentang jumlah produk, produk yang disimpan dan produk yang dijual. i. Catatan tentang pengawasan yang dilakukan oleh SPI misalnya dapat berupa buku kunjungan. Temuan-temuan SPI dan tindakan yang diambil oleh SPI misalnya mengeluarkan petani dari keanggotaan organik. j. Laporan tiga bulanan dari SPI dan tindakan yang telah dilakukan oleh SPI. Inspektur SI akan menggunakan dokumen dan hasil inspeksi SPI tersebut untuk menginspeksi petani dan kebunnya, dan mengechek temuan SPI dengan temuannya. Ini merupakan suatu sistem audit. Hal yang penting adalah frekuensi inspeksi yang dilakukan oleh petugas lapangan SPI.

5. Perjanjian Prosesor, Petugas SPI dan Petani Perjanjian yang dimaksud disini adalah perjanjian untuk menerapkan standar pertanian organik dan melaksanakan instruksi yang diberikan oleh lembaga inspeksi dan sertifikasi. Perjanjian ini ditulis dengan bahasa lokal dan ditandatangani oleh prosesor (processor agreement) maupun petani (farmer agreement). Dalam hal kelompok tani, petugas SPI menandatangani field officer agreement. Perjanjian ini tidak terbatas waktunya dan tidak perlu diperbaharui. 6. Waktu Inspeksi Inspeksi terhadap unit pertanian dilaksanakan pada waktu yang kritis terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan, misalnya pada waktu petani biasanya menebar pupuk buatan, perlakuan benih, herbisida, fungisida, dan lain-lain. Biasanya tenggang waktu inspeksi adalah sejak persiapan tanam sampai panen dari tanaman yang bersangkutan. Oleh karena itu, unit yang tidak diinspeksi pada waktu kritis tidak dapat disertifikasi sebagai organik. Untuk unit-unit yang diinspeksi dua kali dalam satu tahun tetapi hanya inspeksi kedua yang dilaksanakan sedangkan inspeksi yang pertama dilewati maka kebunnya dapat disertifikasi organik tetapi produknya tidak dapat dijual sebagai produk organik. 7. Kebebasan dan Keamanan Inspektur Selama inspeksi, lisensi harus memberi kebebasan kepada inspektur SI untuk menginspeksi kebun-kebun produksi, ruang-ruang penyimpanan, tempat-tempat pengolahan hasil, catatan atau laporan, dokumen-dokumen pendukung, dan informasi lain yang memungkinkan pelaksanaan inspeksi. Jika inspektur tidak diberi kebebasan untuk hal-hal tersebut maka sertifikasi tidak dapat dilanjutkan. Jika pada waktu yang ditetapkan, tidak dapat dilakukan inspeksi misalnya karena banjir, jalan yang tidak memungkinkan, dan atau karena adanya perang, atau adanya teroris maka inspektur SI akan mencoba sedapat mungkin untuk melakukan inspeksi untuk memperoleh informasi yang diperlukan melalui berbagai alternatif. Jika inspeksi tidak dapat dilakukan, walaupun mungkin unit ini sesuai dengan standar yang ada, maka setifikasi tidak dapat diberikan. Jika unit pertanian ini tidak dapat disertifikasi karena tidak terjaminnya

keamanan dan kebebasan masuk maka unit ini dimasukkan dalam konversi tahun kedua dan disertifikasi tahun berikutnya jika memungkinkan untuk melakukan inspeksi. 8. Penyimpangan Penyimpangan terhadap standar pertanian organik dan standar SI yang ditemukan oleh inspektur di tulis dalam formulir inspeksi. Pada saat memulai inspeksi, inspektur akan memeriksa penyimpangan terhadap standar yang terjadi pada inspeksi sebelumnya. Jika penyimpangan ini belum diperbaiki maka inspektur akan menulis kembali penyimpangan tersebut didalam formulir inspeksi. Disamping penyimpangan, inspektur juga menyebutkan hal-hal yang perlu mendapat perhatian (point of attention). Hal yang perlu mendapat perhatian ini memang tidak membahayakan sertifikasi saat ini tetapi mungkin di kemudian hari. 9. Pelaporan Setelah melakukan inspeksi, inspektur mengirim formulir inspeksi yang telah diisi ke Skal Internasional pusat di Netherland sebagai bahan sertifikasi. Data lainnya, misalnya daftar petani, peta tinjau dan peta ditail, laporan tri wulan dari SPI, dan lain-lain juga dikirim jika dianggap perlu untuk pertimbangan sertifikasi. SERTIFIKASI Setelah formulir inspeksi diterima oleh kantor pusat SI maka segera dilakukan pengechekan berbagai hal. Jika diperlukan, SI akan menghubungi inspekturnya untuk klarifikasi atau untuk memperoleh informasi tambahan yang diperlukan dalam sertifikasi. Sertifikasi adalah tindakan yang diambil oleh pihak ketiga dengan penuh kepercayaan bahwa produk, proses atau pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar tertentu dan dokumen normatif lainnya. Penyimpangan-penyimpangan terhadap standar diperiksa dan diklasifikasi misalnya apakah sifatnya prosedural atau yang mengancam secara langsung terhadap keorganikan suatu produk. Penyimpangan-penyimpangan ini dapat menyebabkan dicabutnya sertifikat. Pada permulaan sertifikasi, semua penyimpangan harus diperbaiki terlebih dahulu sebelum sertifikasi.

Di dalam cakupan sertifikat (scope certificate) dicantumkan gambaran tentang proses, produk dan usahatani yang disertifikasi per lisensi. Scope certificate diterbitkan dan dirobah oleh SI pusat berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan oleh inspektur SI. Scope certificate dapat diperbaharui setelah dilakukan inspeksi. Laporan inspeksi dan sertifikasi kemudian dicetak dan ditandatangani oleh inspection manager dan account manager SI, sedangkan sertifikat dan lampirannya ditanda tangani oleh managing director SI. Fotokopi laporan dikirim kepada lisensi dan inspektur SI. Sebagai lembaga inspeksi dan sertifikasi, SI diakreditasi oleh Dutch Council for Accreditation (Raad voor Accreditatie atau RvA) menurut EN 45011 (seperti ISO 65). RvA adalah organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk mengatur sistem sertifikasi. Adanya akreditasi berarti SI bekerja menurut prosedur yang baku dan jelas sebagaimana tertera dalam manual kualitas termasuk form dan aturan yang baku. Disamping itu, SI juga diakreditasi oleh FSC International untuk program sertifikasi hutan berkelanjutan. SI dapat memberikan logo FSC kepada para lisensinya. SI adalah anggota IFOAM

9. Sebutkan organisasi yang berperan dalam pertanian organic secara nasional maupun internasional? Internasional:

IFOAM

(Federasi Internasional Gerakan

Pertanian

Organik)

merupakan

organisasi

internasional yang memberikan dukungan penuh terhadap sistem pertanian organik dan demokratis. Pada saat ini IFOAM telah menyatukan lebih dari 750 organisasi yang ada di 116 negara.

Nasional: MAPORINA ( Masyarakat Pertanian Organik Indonesia) LEISA (Low External Input Suistainable Agriculture)

Anda mungkin juga menyukai