Anda di halaman 1dari 91

Buku Praktis

Oleh :

BENY HARJADI
Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh
Balai Penelitian Kehutanan di Solo

DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Kantor : BPK SOLO, Telepon : (0271) 716709 dan Fax. (0271) 716959
Rsd : Jl.Gemak II, T.10, Telp:591268, HP:08122686657, E-m : adbsolo@yahoo.com
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

KATA PENGANTAR
Buku praktis SEL (Survai Evaluasi Lahan) diperuntukkan bagi para
peserta Pendidikan Menengah Kehutanan (PMK) Semester III Tahun 2008,
yang diadakan oleh Perum Perhutani Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumberdaya Manusia. Buku ini menjelaskan tentang kondisi lahan yang
dapat dikuak dari hasil survai dan identifikasi ISDL (Inventarisasi Sumber
Daya Lahan). Sehingga diharapkan buku pedoman ini dapat dipakai
sebagai pemandu bagi para surveyor untuk mengumpulkan data fisik
sebanyak-banyaknya pada setiap SPT (Satuan Pemetaan Tanah) atau Unit
lahan (Satuan Lahan).
Satuan Lahan dibuat berdasarkan dari batas kesamaan lereng yang
diturunkan dari setiap bentuk lahan (Landform) yang sama pada suatu
bentang lahan (Landscape). Satuan Peta Tanah sebagai wadah atau
mangkuk untuk mengumpulkan semua data fisik sebanyak-banyaknya dari
Landform (Bentuk Lahan), Rock (Tipe Batuan), Soil (Jenis Tanah), Slope
(Lereng), Erosion (Erosi), Terrace (Konservasi Tanah), Land Use
(Penggunaan/Penutupan Lahan) dan LUC (Land Use Capability/
Kemampuan Penggunaan Lahan).
Ketepatan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat GPS
(Global Positioning Systeme) atau dengan pemandu petugas lapangan
seperti Mandor atau Mantri Kehutanan jika survai di Kawasan Hutan.
Apabila lokasi yang kita lakukan pengumpulan data fisik ISDL tidak tepat
maka data tersebut tidak berguna atau sia-sia karena maksud kita mau
mendata lahan hutan ternyata yang dilihat lahan tegalan agroforestri.
Buku Pedoman survai ini jauh dari kesempurnaannya, untuk itu
saran dan kritik dari para pemakai atau pengguna sangat diharapkan untuk
perbaikan dalam proses penyempurnaannya.

PENULIS

BENY HARJADI

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM ii


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 6

II. BENTUK LAHAN (LAND FORM)......................................................... 9

III. BATUAN (ROCK)................................................................................ 26

IV. TANAH (SOIL)..................................................................................... 43

V. LERENG (SLOPE)................................................................................. 55

VI. EROSI (EROSION)............................................................................... 59

VII. KONSERVASI TANAH ..................................................................... 63

VIII. PENGGUNAAN LAHAN ................................................................. 64

IX.KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ......................................... 67

TABEL KESESUAIAN LAHAN............................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 72

PERTANYAAN TENTANG SURVAI...................................................... 73

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM iii


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variasi Macam Bentuk dan Kemulusan Batuan............................................... 27

Tabel 2. Contoh Batuan Beku (Gambar 9) ..................................................................... 31

Tabel 3. Contoh Batuan Sedimen (Gambar 10) ............................................................. 35

Tabel 4. Contoh Batuan Metamorfose (Gambar 11) ...................................................... 38

Tabel 6. Kelas Lereng (RRL, 1983) ............................................................................... 55

Tabel 7. Kelas Lereng (Kucera , 1988) ......................................................................... 55

Tabel 8. Panjang Lereng................................................................................................ 56

Tabel 9. Bentuk Lereng ................................................................................................. 56

Tabel 10. Relief Relatif ................................................................................................. 56

Tabel 11. Posisi Lereng ................................................................................................. 57

Tabel 12. Prosentase Batuan Singkapan........................................................................ 58

Tabel 13. Jenis Batuan di Permukaan............................................................................ 58

Tabel 14. Tingkat Erosi Permukaan dan Alur ............................................................... 60

Tabel 15. Tingkat Erosi Jurang................................................................................... 60

Tabel 16. Biaya Pembangunan Erosi Jurang .............................................................. 60

Tabel 17. Tingkat Erosi Pantai ...................................................................................... 62

Tabel 18. Tingkat Pengendapan Material...................................................................... 62

Tabel 19. Prosentase Luas Satuan Peta Tererosi ........................................................... 62

Tabel 20. Prosentase Teras Per Satuan Peta .................................................................. 63

Tabel 21. Matriks Penentuan Kelas KPL (LUC)........................................................... 68

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM iv


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan)....... 8

Gambar 2. Sistem Bentuk Lahan : Alluvial sampai Karst............................................. 10

Gambar 3. Sistem Bentuk Lahan Bukit atau Perbukitan ............................................... 15

Gambar 4. Sistem Bentuk Lahan Gunung atau Pegunungan......................................... 19

Gambar 5. Sistem Bentuk Lahan Vulkanik dan Karst (Batu Kapur) ............................ 23

Gambar 6. Sistem Bentuk Lahan Marine (Laut) ........................................................... 25

Gambar 7. Macam Batuan Tergantung dari proses pembentukannya........................... 26

Gambar 8. Macam Batuan dari Masam sampai Basa.................................................... 29

Gambar 9. Macam Batuan Vulkanik tergantung Bahan Penyusunnya. ........................ 30

Gambar 10. Macam Batuan Sedimen/Endapan tergantung Kandungan Bahannya ..... 34

Gambar 11. Pembentukan Batu Malihan oleh Pengaruh Temperatur, Tekanan dan
Waktu ....................................................................................................... 37

Gambar 12. Bentuk Struktur Tanah diikuti Perkembangan dan Ukuran Struktur ........ 49

Gambar 13. Penetapan Nama Ordo Tanah ditentukan dari Epipedon/Hiorozon .......... 50

Gambar 14. Endopedon juga Sebagai Penentu Nama Tanah ........................................ 50

Gambar 15. Penetapan Nama Tanah dengan Sidik Cepat di Lapangan ........................ 51

Gambar 16. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih Detil sampai
Tingkat Great Group atau Serie................................................................ 52

Gambar 17. Diagram Penetapan Tekstur dengan Rasa dan Dipilin .............................. 53

Gambar 18. Regim Temperatur dari Pergilik sampai Hipertermik ............................... 54

Gambar 19. Regim Kelembaban dari Aquic sampai Perudic........................................ 54

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM v


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

I. PENDAHULUAN
Survai Evaluasi Lahan (SEL) adalah merupakan istem pemetaan
sumberdaya hutan untuk para perisalah, yaitu perpaduan dari dua sistem
berupa pengumpulan data risalah kehutanan dan data fisik inventarisasi
sumberdaya lahan. Sistem tersebut menggunakan teknik pemetaan
multifaktor didalam satuan-satuan peta yang relatif homogen yaitu dapat
diketahui atas dasar pengelolaan lahan secara berkelanjutan. Penetapan
satuan peta homogen tersebut didasarkan atas kesamaan bentuk lahan,
lereng, dan penggunaan lahan pada masing-masing petak dan anak petak.
Informasi tentang sumberdaya lahan dan penilaian hasil interpretasi dapat
dipadukan dengan sumber informasi lain seperti data kesesuaian lahan,
daerah-daerah perlindungan, serta sosial ekonomi setempat.
Data fisik lahan yang diperlukan guna melengkapi survai risalah
pada kawasan hutan adalah penambahan parameter fisik baik yang tetap
maupun berubah. Parameter fisik tetap antara lain bentuk lahan, batuan,
tanah, dan lereng; sedangkan parameter fisik yang berubah meliputi erosi,
teras dan informasi penggunaan lahan. Beberapa parameter fisik yang
dikumpulkan mencakup :

A. Lahan 1. Bentuk Lahan


2. Kemiringan Lereng
3. Relief Relatif
4. Batuan Singkapan
5. Batuan di Permukaan
B. Tanah 1. Jenis Tanah
2. Kedalaman Tanah

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 6


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
3. Kedalaman Regolit
4. Warna Tanah
5. Tekstur
6. Struktur
7. Kemasaman Tanah
8. Permeabilitas/Drainase
C. Batuan 1. Tipe Batuan
2. Tegangan/Pemecahan
D. Erosi 1. Jenis Erosi
2. Tingkat Erosi
3. Prosentase Erosi
E. Konservasi Tanah 1. Jenis Teras
2. Prosentase Berteras
F. Penggunaan Lahan
Masing-masing parameter tersebut akan diuraikan secara rinci pada
setiap bab berikut. Urutan prosedur perisalahan sumber daya hutan dapat
diuraikan seperti pada Gambar 1.
Buku petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk membantu
mempermudah pengamatan dan pengumpulan data fisik lahan dan risalah
kehutanan dalam rangka mengetahui potensi hutan secara cepat, mudah dan
akurat. Sedangkan tujuan pemetaan tersebut adalah :
1. Penetapan batas petak dan anak petak secara tepat sesuai dengan
tingkat kesesuaian dan kelas kemampuan lahan.
2. Inventarisasi fisik lahan dan kondisi potensi lahan saat ini dengan
mengumpulkan beberapa parameter tetap dan berubah, serta
informasi tambahan lainnya.
3. Menginformasikan data multifaktor dengan menampilkan peta
tematik dengan satu faktor atau beberapa faktor sekaligus.
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 7
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 1. Diagram Alur untuk Survai ISDL (Inventarisasi Sumber Daya Lahan)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 8


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

II. BENTUK LAHAN (LAND FORM)


BENTUK LAHAN : Wajah permukaan bentang alam dari hasil perpaduan
gaya endogen dan eksogen yang tercakup dalam relief
topografik atau raut muka bumi (Gambar 2).
: Daerah pengendapan bahan-bahan erosi yang
A. Alluvial diangkut oleh sungai dan diendapkan di lembah
dengan membentuk lapisan-lapisan endapan akibat
gaya grafitasi bumi (Colluvial) atau agen penyebab air
atau angin (Alluvial)

B. Marine : Daerah yang selalu berhubungan dengan laut dan


sekitarnya baik di tengah maupun di tepian.

P. Plain : Suatu wilayah dengan lereng yang umumnya


seragam, secara komparatif datar dengan batas-batas
tertentu dan tidak terpotong oleh elevasi-elevasi dan
depresi-depresi yang nyata, dapat berupa dasar
lembah yang meluas atau suatu puncak plato.

H. Hilly : Daerah dengan elevasi ketinggian antara 50 hingga


300 meter, dengan kondisi jalan berkelak-kelok

M. Plateau- : Suatu daerah berelevasi tinggi dengan lahan yang


rata, biasanya dibatasi oleh penurunan yang jelas
Mountain minimal pada salah satu sisi sampai pada lahan yang
lebih rendah. Bidang lahan yang berelevasi tinggi
dengan amplitudo relief lebih dari 300 m dengan
kelokan jalan melingkar spiral.

X. : Bentuk lahan lain yang terdiri dari batuan beku, lahan


bergaram, tempat tinggal, sungai jelek, danau,
Miscellaneous lembah sempit, dataran bukit, lahan yang tidak
produktif.

V. Volcanic : Gunung berapi dengan lubang di kulit bumi yang


terjadi akibat magma yang menerobos keluar ke
permukaaan bumi dengan erupsi lava secara
eksplosif atau effusif, dengan hasil klasmatis berupa
bom (batu besar), lapelli (batu kecil), slak (batu tak
teratur), zand (pasir), dan as (abu) serta batu apung.

K. Karst : Daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang


porous (berpori), dimana air permukaan tanah
merembes dan menghilang ke dalam tanah, dan
permukaan selalu gundul atau kurang vegetasi.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 9


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 2. Sistem Bentuk Lahan : Alluvial sampai Karst

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 10


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Bentuk Lahan adalah wajah permukaan bentang alam yang merupakan hasil
kegiatan dari perpaduan bermacam-macam gaya baik endogen maupun eksogen
yang terdiri dari berbagai macam bentuk permukaan bumi yang tercakup dalam
relief topografik atau raut muka bumi (Desaunettes, 1977 dan Kucera 1988).
Ada delapan sistem bentuk lahan yang ada di Indonesia, yaitu :
A. Alluvial
B. Marine
P. Plain
H. Hilly
M. Plateau and Mountain
X. Miscellaneous
V. Volcanic
K. Karst

A. Alluvial
Sistem Alluvial adalah daerah pengendapan bahan-bahan erosi yang diangkut oleh
sungai dan diendapkan di lembah dengan membentuk lapisan-lapisan endapan
akibat gaya grafitasi bumi (Colluvial) atau oleh agen penyebab air atau angin
(Alluvial).
A1.
Alluvio-marine sub system
A11. Swamp (tree vegetation)
A12. Marsh (low vegetation = hydrophytes and wet grass)
A13 Low lying lands (cultivated marshes)
A14. Undulating low lying lands
A15. Delta deposits (very recent soils = Fluvisols)
A16. Ancient sea shore and sand bars
A.17 Tidal swamp (inland)
A2.
Alluvial sub system
A21. Narrow river valley (<50 m), slope < 2%
A22. Broad river valley (> 50 m), slope < 2%
A23. Meander belt including menader scars
A24. Undulating to rolling river valley (slope 2 – 15%)
A25. Recent terrace (non floded river valley floor)
A26. Levee
A27. Alluvial fan
A28. Alluvial land
A3.
Alluvio-colluvial sub system
A31. Narrow, isolated interhill miniplain
A32. Broad, isolated
A33. Ramified
A34. Undulating to rolling interhill miniplain
A35. Alluvio-colluvial fan
A36. Colluvial fan
A37. Footslope colluvium in strips
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 11
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
A4.
Closed alluvial sub system
A41. Narrow depressed area (Swale, Mire, Slough, Vly etc.)
A42. Closed basin, depression and the lake
A43. Swamp or marsh (without marine influence)
A44. Lacustrine plain (recent)
A45. Ancient lake bottom

P. Plain
Sistem Dataran adalah suatu wilayah dengan lereng yang umumnya seragam, secara
komparatif datar dengan batas-batas tertentu dan tidak dipotong oleh elevasi-
elevasi dan depresi-depresi yang nyata, dapat berupa dasar lembah yang meluas
atau suatu puncak plato.
P0. Plain (synclinal plain included)
P01. Flat plain
P02. Undulating plain
P03. Rolling plain
P04. Flat with hummock, and hummocky
P05. Flat with hillock
P06. Undulating with hillocks
P07. Rolling with hillocks
P08. Hillocky
P09. Hilly with flat interhill miniplain
P1. Coastal plain (ss = same sub-categories)
P2. Marine terrace (ss)
P3. River and lake terrace (ss) ALLUVIAL TERRACES
P4. Erosion galcies =peneplain, pediment (ss)
P5. Accumulation glacis, basin, ancient lacustrine plain (ss)
P6. Piedmont plain (ss)
P7. Erosion remnants (Buttes temoins) : Residual hills and hillocks
P71. Hummock
P72. Hillock OUTLIER (Mesa, Table land, Meseta, Mound, Huerfano..)
P73. Hill
P74. Hummock
P75. Hillock INLIER (Cuesta, Hogback, Dome, Mendip,……..)
P76. Hill
P77. Inselberg
P78. Monadnock
P79. Rocks heaps
P8.
River cut vallons and valley, erosion surfaces
P80. River cut valley (flat)
P81. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope < 8%)
P82. River cut and valley surfaces, undulating rolling (general slope < 15%)
P83. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope < 15%)
P84. River cut and valley surfaces, hummocky relief (general slope > 15%)
P85. River cut and valley surfaces, undulating relief (general slope > 15%)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 12


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
P86. River cut and valley surfaces, rolling relief (general slope > 15%)
P87. River cut and valley surfaces, hillocky relief (general slope < 15%)
P88. River cut and valley surfaces, hillocky relief (general slope > 15%)
P89 River cut and valley surfaces, hilly
P9.
Special features
P91. Dissected foot of terraces
P92. Dissected ancient alluvio-colluvial fan
P93. Scalped anticline, rolling
P94. Scalped anticline, hummocky ANTICLINE DEPRESSION
P95. Scalped anticline, hillocky
P96. Terrace remnant : epaulement

H. Hilly (Amplitudo 50-300 m)


Sistem Bukit adalah daerah dengan elevasi ketinggian antara 50 hingga
300 meter, biasanya dicirikan oleh kondisi jalan berkelak kelok.
H1.
Hillock and hills pattern and special features
H11. Isolated hillock (may be an erosion remnant)
H12. Undulating land with hillock (mostly in piedmont)
H13. Rolling land with hillock
H14. Hillock in rolling pattern
H15. Foothills, lanieres and spur (hilly relief)
H16. Neatly singled out units in the piedmont,
not so much in continuity the upper slope
H17. Interhill rolling area (small unit)
H18. Rounded hill or knob
H19. Steep hills with undulating interhill bottoms
H2. Parallel, elongated ridges and structural slopes from bedded rocks with
vertical or sub vertical dip.
H21. Slopes up to 30%
H22. Slopes 30 – 50%
H23. Slopes 50 – 75%
H24. Slopes over 75%
H25. Slopes up to 50%
H26. Slopes 30 to 75%
H27. Slopes above 50%
H28. Slopes 30 and more
H29. Terraced ridge slopes
H3 Moderately dissected hill slope (ss = same sub-categories)
H4. Dissected hill slope (ss)
H5. Strongly dissected hill slope (ss)
H6. Versant or massif, slope connecting two surface, piedmont slopes and footslopes
(general gradient up to 30%)
H61. Slightly dissected, flat to undulating footslope
H62. Moderately dissected, undulating to rolling footslope

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 13


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
H63. Dissected piedmont slope, rolling with hummock and gullies
H64. Strongly dissected versant and piedmont slope (hillock, deep gullies)
H65. Deeply dissected versant (hilly relief)
H66. Non to slightly dissected footslope, undulating to rolling
H67. Slightly to moderately dissected piedmont slope, hummocky
H68. Slightly to moderately dissected versant, hilly
H69. Terraced footslope and piemont slopes
H7. Front or escarpment (general gradient from 30% onward)
H71. Slope 30 – 50%, slightly dissected
H72. Slope 30 – 50%, moderately dissected
H73. Slope 30 – 50%, dissected
H74. Slope 30 – 50%, strongly dissected
H75. Slope 50 – 75%, moderately dissected
H76. Slope 50 – 75%, dissected
H77. Slope 50 – 75%, strongly dissected
H78. Slope over 75%, dissected
H79. Slope over 75%, strongly dissected
H8.
Structural slopes
H80. Slightly dissected dip slope, gradien less than 15%
H81. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien up to 30%
H82. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien 15 - 50%
H83. Dissected to strongly dissected dip slope, gradien 15 - 50%
H84. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien 30 - 75%
H85. Dissected to strongly dissected dip slope, gradien 30 - 75%
H86. Slightly to moderately dissected dip slope, gradien over 50%
H87. Dissected to strongly dissected dip slope, gradien over 50%
H88. Scarp slope, gradien 30 to 75%
H89. Scarp slope, gradien 50 and above
H9. Summit areas remnants of ancient surfaces (small units)
H91. Flat relief
H92. Undulating
H93. Rolling
H94. Hummocky
H95. Hillocky
Lihat Gambar 3

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 14


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 3. Sistem Bentuk Lahan Bukit atau Perbukitan

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 15


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

M. Plateau and Mountain


Sistem Plateau adalah suatu daerah berelevasi tinggi dengan lahan yang rata, biasanya
dibatasi oleh penurunan yang jelas minimal pada salah satu sisi sampai pada
lahan yang lebih rendah.

Sistem Mountain adalah bidang lahan yang ber-elevasi tinggi, dengan amplitudo relief
lebih dari 300 m.

M1.
Plateau or high plain
M11 Flat plateau
M12 Undulating plateau
M13 Rolling plateau
M14 Plateau with hummocky relief
M15 Serrated plateau with parallel sharp ridges
M16 Plateau with hillocky relief
M17 Strongly dissected plateau area, sharp ridges (not parallel, hill size)
M18 Extremely dissected plateau area, hilly relief
M2. Non to slightly dissected mountain slope (relief amplitudo over 300 m)
M21 Gradient less than 30%
M22 Gradient 30 – 50%
M23 Gradient 50 – 75%
M24 Gradient over 75%
M25 Gradient up to 50%
M26 Gradient 30 – 75%
M27 Gradient above 50%
M28 Gradient above 20%
M29 Terraced
M3. Moderately dissected mountain slope, (ss = same sub categories)
M4. Dissected mountain slope (ss)
M5. Strongly dissected mountain slope (ss)
M6.
Slope of special characteristics
M61 Talus slope
M62 Rough broken and rocky slope
M7.
Special features
M71 Peak, Pinacho
M72 Serrated scarps, crags
M73 Horn
M74 Tower
M75 Arête
M76 Teton

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 16


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

M8.
Cirque and natural terrace
M80 Dissected vallon or valley head with dendritic d.p. (big unit)
M81 Cirque sloper
M82 Cirque with undulating floor
M83 Cirque with rolling floor
M84 Cat step
M85 Corrugated break on a slope (similar to epaulements)
M86 Natural terrace, flat to rolling relief
M87 Natural terrace, rolling to hilly relief

X. Micellaneous
Sistem Micellaneous adalah bentuk lahan yang lain terdiri dari batuan terbuka, lahan
bergaram, tempat tinggal, sungai jelek, danau, lembah sempit, dataran bukit,
lahan yang tidak produktif.

X1.
Outcrops
X11. Bluff (slope over 100%, rockiness over 50%)
X12. Rock outcrops
X2.
Salt pan or salt works
X3.
Settlement
X31. Kampong
X32. Town
X4.
River bed
X41. Straight
X42. Meandering
X43. Deeply incised
X5.
Lakes
X51. Saline and brackish water
X52. Fresh water
X53. Hot water ponds
X54. Reservoir

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 17


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

X6.
Miscellaneous land types
X61. Bad lands
X62. Rough, broken and rocky land (over 50% rockiness)
X63. Mountain scree (over 50% boulders on a steep slope)
X64. Scree fan, debris cone
X65. Land slide scar
X66. Landslide, earthslide, landslip
X67. Solifluxion stream, mudflow, slump
X7.
Narrow valley
X71. V – shaped valley
X72. Gully, ravine, flume
X73. Gorge
X74. Canyon
X75. Terraced valley sides and bottom
X76. Terraced valley head (vallon), gentle slopes
X77. Embayment, cove
X78. Dissected vallon with deep ravines (small unit)
X79. River cut valley (flat to undulating, small)
X8.
Summits
X81. Sharp summit and creat line
X82. Convex rounded summit
X83. Flat summit (very limited area)
X84. Mountain slope
X85. Saddle

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 18


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 4. Sistem Bentuk Lahan Gunung atau Pegunungan

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 19


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

V. Volcanic
Sistem Vulkanik atau gunung berapi adalah lubang di kulit bumi yang terjadi akibat
magma yang menerobos keluar ke permukaan bumi dengan erupsi lava secara
eksplosif atau effusif, dengan hasil klasmatis berupa bom (batu besar), lapelli
(batu kecil), slak (batu tak teratur), zand (pasir), dan as (abu) serta batu apung.
V1.
Craters
V11. Crater
V12. Caldera
V13. Volcanic vent.
V2.
Volcano upper slope
V21. Slightly dissected
V22. Moderately dissected
V23. Dissected
V24. Strongly dissected
V3.
Volcano middle slope
V31. Slightly dissected
V32. Moderately dissected
V33. Dissected
V34. Strongly dissected
V35. Flat and level part of mid slope
V36. Elongated spur, hill size (volcanic ridge)
V37. Benched
V38. -
V39. Terraced
V4.
Volcano lower slope
V41. Slightly dissected
V42. Moderately dissected
V43. Dissected
V44. Strongly dissected
V45. Flattish
V46. Volcanic ridge
V47. Terraced
V5.
Lava flows
V51. Recent lava flow
V52. Ancient lava flow
V53. Very ancient and dissected, broken down
V54. Scories, cinders cone
V55. Lava flow and lahar combined
V56. Toe of lava flow or volcanic ridge
V57. Lava plain
V58 Lava plateau

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 20


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
V6.
Lahar
V61. Terraced footslope on lahar, with boulders and blocky
V62. Undulating to rolling valley, with boulders and blocky
V63. Terraced footslope with hummocks
V64. Slope with catsteps and hillocks
V65. Talus slope on lahar with blocks
V7.
Planeze
V71. Flat, level and non dissected planeze
V72. Undulating and dissected level planeze
V73. Rolling, strongly dissected with ravines and gorges level planeze
V74. Slope planeze
V75. Intervolcano plain, slightly dissected, undulating
V76. Intervolcano plain, dissected, rolling
V77 Intervolcano plain, strongly dissected rolling with hummocks
V8.
Volcanic plain
V81. Flat
V82. Undulating
V83. Rolling
V84. Flat + hummocks
V85. Undulating + hummocks
V86. Rolling + hummocks
V87. Undulating + hillocks
V88. Rolling + hillocks
V9.
Volcanic outcrops
V91. Batholith
V92. Dyke
V93. Boss
V94. Stock
V95. Neck/plug
V96 Spine
V97 Piton (small volcano, hill size, rocky)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 21


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

K. Karst
Sistem Karst adalah daerah yang terdiri dari batu-batuan kapur yang porous (berpori),
dimana air permukaan tanah selalu merembes dan menghilang kedalam tanah,
dan permukaan selalu gundul/kurang vegetasi (Gambar 5).
K1. Karstic plateau (terrace)
K11. Undulating to rolling, with hummocks (hums or karstic mounds)
K12. Same, hillock size
K13. Same, hill size
K14. Plateau with lapies relief, blocks and boulders are gouged and …………..
K15. Same, with knobs, big outcrops with grotesque relief, grottos
K16. Same, with cliffs and caves
K2.
Gentle karstic slope
K21. Hummocky relief (conical mounds = hums, uvalas, and doline)
K22. Same, hillocky relief
K23. Same, hilly relief
K24. Lapies relief
K25. Knobs and gottos
K26. Cliffs and caves
K3. Steep slope (ss = same sub categories)
K4. Versant (ss)
K5.
Outcrops
K51. Hum
K52. Cliff
K53. Pinnacle
K6.
Depression
K61. Doline
K62. Uvala
K63. Sinkhole
K64. Katavothre
K7.
Plains
K71. Polje with flat relief
K72. Polje with flat relief + hillocks
K8.
Erosion surface in bedded chalk
K80. Vallon with dendritic drainage pattern
K81. Undulating relief
K82. Rolling relief
K83. Hummocky relief
K84. Hillocky relief
K85. Sharp parallel ridges, hillock sized with deep carved dendritic gullies on
the flanks, strongly dissected
K86. Hillock in rolling pattern with dense dendritic d.p., extremely dissected

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 22


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 5. Sistem Bentuk Lahan Vulkanik dan Karst (Batu Kapur)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 23


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

B. Marine
Sistem Marine adalah daerah yang selalu berhubungan dengan laut dan
sekitarnya baik ditengah maupun ditepian (Gambar 6).

B1. Beaches
B11. Sand beach
B12. Mud beach
B13. Shingle beach
B14. Cove
B15. Mud flat
B2. Dunes and lido
B21. Shifting sand
B22. Flat sandy deposits
B23. Lido
B24. Beach ridges
B25. Tombolo
B3. Rocky seaside and barriers
B31. Barrier, barrier flat
B32. Cliff
B33. Reef
B34. Wave cut terrace
B35. Rocky cape
B36. Reef flat
B4. Laguna and Lagoon
B41. Laguna
B42. Coral reef
B43. Coral flat
B44. Lagoon
B5. Atoll and coral
B51. Atoll
B52. Coral reef
B53. Coral flat
B6. Tidal flats
B61. Bared (or cultivated) tidal flat
B62. Marshy tidal flat
B63. Swampy tidal flat (mangrove)
B7. Delta outcrops
B71. Sandy
B72. Silty
B73. Clayey
B8. Sub-recent sea shore
B81. Swale deposits
B82 Sand ridges

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 24


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 6. Sistem Bentuk Lahan Marine (Laut)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 25


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

III. BATUAN (ROCK)


atuan : Himpunan mineral-mineral sejenis atau berbeda yang terikat
B secara gembur atau padat yang akan membentuk kerak bumi, dan
merupakan satu kesatuan yang padu dari agregat-agregat alami dari satu
mineral sejenis atau beberapa mineral/multicrystaline (Gambar 7).

Gambar 7. Macam Batuan Tergantung dari proses pembentukannya

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 26


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
Batuan adalah himpunan mineral-mineral sejenis atau berbeda jenis yang satu dengan
lainnya terikat secara gembur atau padat yang akan membentuk kerak bumi.
(Crippen and Eyles, 1985; dan Panhuys and Buurman, 1988).

Batuan terdiri dari empat jenis yang berbeda cara pembentukkannya, yaitu :
A. Batuan Beku adalah batuan yang terbentuk karena pengkristalan magma yang
berasal dari dapur magma yang dapat membeku didalam (batuan Plutonik), di
saluran (batuan Korok), dan diluar permukaan bumi (batuan Ekstrusif). Ciri
utama batuan beku adalah motif dan tekstur serta kekerasan seragam.
B. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat terkikisnya batuan dari suatu
tempat dan selanjutnya diendapkan di tempat lain. Ciri utama batuan sedimen
adalah heterogen kandungan mineral maupun asal batuan penyusunnya.
C. Batuan Metamorfose atau Batuan Malihan adalah batuan yang berubah bentuk
karena proses metamorfose dengan asal batuan dapat berupa batuan beku atau
batuan sedimen. Ciri utama batuan metamorfose adalah terbentuknya lapisan-
lapisan batuan dengan tingkat kekerasan yang berbeda karena terbentuk pada
waktu yang berlainan (Tabel 1).

Tabel 1. Variasi Macam Bentuk dan Kemulusan Batuan

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 27


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
A. Batuan Beku (Vulkanik) : batuan yang terbentuk dari magma yang
mengeras atau membeku didalam dan diatas permukaan bumi dengan 8
elemen utama yaitu O, Si, Al, Fe, Ca, Na, dan K.
Batuan beku dikelompokkan atas dasar : - kandungan SiO2
- tekstur batuan
- mode pembentukkan :
A1. Batuan beku atas
A2. Batuan beku dalam
A3. Batuan beku gang

Contoh batuan beku :


Gr Granit Pg Pegmatit Fs Felsit Gr Granite
Bs Basal Ap Aplit Fp Felsit Porfirik Sy Syenite
Ad Andesit Lp Liparit Tf Tufa Dr Diorite
Rl Riolit Db Diabase Pm Pumis Gb Gabbro
Dr Diorit Pd Peridot Ob Obsidion Pp Porphyre
Sy Syenit Bm Basal Melafir Bv Bresika Bs Basalte
Vulkanik
Av Abu Vulkanik Fp Felspar Kw Kwarsa Bm Bsl. Melaphyre
Gb Gabro Ob Obsidienne

Kedalaman dan Kecepatan Pembekuan Magma :

a. Abyssal atau Plutonic Rocks


- pembekuan sangat lambat dan sangat dalam (Batolit)
- perkembangan komposisi baik dengan ukuran sama
- tekstur : macroscopicolly Crystalline atau phaneritic
b. Hypabyssal atau Intrusive Rocks
- pembekuan pada kedalaman sedang/ditengah (Laccolith, Sills)
- tekstur : porphyritic-phaneritic

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 28


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
c. Volcanic atau Extrusive Rocks (LAVA)
- pembekuan diluar, dari letusan gunung berapi
- pembekuan cepat karena pendinginan lava
- biasanya porous
- tekstur : porphyritic-aphanitic
d. Effusive Materials (Gambar 8).
- pembekuan diudara
- perpecahan bahan glassy antara lain :
Ashes, Cinders, Pumice, Lapilli, dan Bombs
- tekstur : aphanitic (tanpa kristalin)

JENIS BATUAN DARI MASAM SAMPAI BASA


B. Beku Rhyolit Trachit Dasit Andesit Basalt Pakrit
Atas (Liparit) (Nitra
Basalt)

B. Beku Granit Sienit Diorit Diorite Gabro Peridotit


Dalam (Sienit Kw) Kwarsa

B. Beku Porfir- Granit Porfir- Porfir-Diorit Porfir- Porfir- -


Gang Sienit Kwarsa Diorite Gabro

MASAM Intermedier ALKALIS


SiO2 tinggi SiO2 rendah
warna terang warna
(putih) kelam/hitam

Gambar 8. Macam Batuan dari Masam sampai Basa

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 29


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 9. Macam Batuan Vulkanik tergantung Bahan Penyusunnya.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 30


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Tabel 2. Contoh Batuan Beku (Gambar 9)


NO BOBOT WARNA MINERAL MINERAL CIRI NAMA
JENIS UTAMA TAMBAHAN LAIN BATUAN
1 2,6-2,7 putih abu-abu, quartz, orthose, apatite, zircon, sangat
putih, microklin, topaze, tourmaline, keras, GRANITE
kemerahan, plagioclase, beryl, sphene, masif
kehijauan, biotite, magnetite,
kebiruan, merah, muscovite, ilmenite, hematite,
hitam hornblende, pyrite, monazite,
augite flourite, etc.....
2 2,8-3 hitam dan putih, plagioclase, apatite, sphene, sangat
abu-abu hijau, amphibole, zircon, rutile, keras DIORITE
pyroxinene, magnetite,
biotite, kadang ilmenite,
quartz pyrrhotine, pyrite
3 2,5-2,8 abu-abu, orthose, apatite, zircon, tidak
kehijauan, plagioclase, sphene, magnetite terlalu POR
coklat, coklat biotite, kompak PHYRE
kehijauan, amphibole,
kemerahan pyroxene, kadang
quartz
4 2,8-3,3 hitam, plagioclase, magnetite, sangat
kehijauan, hijau augite, ilmenite, biotite, keras, BASALTE
gelap, abu-abu hypersthene, apatite, hauyne, kompak
olivine, kaca perovskite, zeolite

5 2,7-2,9 abu-abu, abu- orthose, apatite, zircon, sangat


abu gelap, plagioclase, sphene, magnetite keras, SYENITE
kemerahan biotite, masif
hornblende, augit
6 2,8-3,1 abu-abu hitam, plagioclase, apatite, ilmenite, kompak
putih abu-abu, pyroxine, quartz, magnetite, GABBRO
kecoklatan, amphibole, sphene, pyrrhotine,
kehijauan, kadang olivine chromite, pyrite,
kemerahan rutile, grenat
7 2,8-3,3 hitam, abu-abu plagioclase, chlorite, magnetite, keras BASALTE
gelap, coklat, augite, ilmenite, agate, ketika MELA
kemerahan, hypersthene, quartz, calcite, segar PHYRE
merah, coklat, olivine, zeolite
abu-abu
kehijauan
8 2,3-2,6 hitam, abu-abu batu kaca quartz, biotite, batu
gelap, hijau, oligoclase perhias- OBSI
coklat an DIENNE

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 31


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
B. Batuan Sedimen (Endapan) : sedimen yang mengalami pemadatan atau
pengendapan serta konsolidasi dari hasil erosi yang terangkut, diendapkan dari
batuan endapan, beku atau metamorf.

Batuan sedimen dikelompokkan atas dasar : - wujud bahan endapan


- mode pembentukkan
- gatra petrologis
- watak mineral, komposisi
organik, tekstur dan bangun batuan
- lingkungan pengendapan
Contoh Batuan Endapan :

Bo boulder Bs batu sabak Kb E. Karbonat Bc Brecke


Pe pebble Br breksi Kp E.O. kapur Co Conglomerat
Se selut Pk pasir kwarsa Si E.O. Silikat Gr Gres
Li liat Gw graywacke Bk E.O. berkarbon Sa Schiste
argileux
Ko kongklomerat Ak arkosa Pi E. Piroklastik Ma Marne
Bp batu pasir Ag aglomerat As Argile
Schisteuse
Tv Travertin
Bx Bauxite
E = Endapan
E.O. = Endapan Organik

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 32


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
Keterangan Tambahan :
Boulder : bongkah batu sangat besar
Pebble : bongkah batu besar
Selut : kerikil, pasir, lumpur
Endapan karbonat : batu kapur, batu kapur liat, marl, marl berkarbon, marl
berliat, batu selut, batu selut berkarbon
Endapan Organik Berkapur : pasir mantel, adang coral, sekat foraminifera, sekat
pteropoda, dan Globigerin
Endapan Organik Silikat : Sekat diatomae dan Radiolaris, Flint, Jasper dan Chert
Endapan Organik Berkarbon : Batu bara, Gambut dan Minyak bumi
Endapan Piroklastik : Gelas Vulkanik, Sibiran lava berhablur, dan pecahan
hablur

B1. Batu Endapan Tua


Contoh : Batu gamping [CaCO3, CaMg(CO3)2]
Batu pasir [SiO2, pasir kwarsa]
Batu liat [Shale, Napal]

B2. Batu Endapan Baru


Contoh : Air [dataran banjir]
Angin [pasir pantai]

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 33


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 10. Macam Batuan Sedimen/Endapan tergantung Kandungan


Bahannya
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 34
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
Tabel 3. Contoh Batuan Sedimen (Gambar 10)
NO BOBOT WARNA MINE MINE RAL CIRI-CIRI
JENIS RAL TAMBAHAN LAIN NAMA
UTAMA BATUAN
1 Berva- bervariasi bervariasi : bervariasi butiran BRECHE
riasi : quartz, menyudut
calcite, sampai 2
dolomite, mm
2 2-2,65 abu-abu terang, quartz, calcedoine, granular GRES
kehijauan, kadang muscovite, 0,05-2 mm
kemerahan, opale feldspath,
coklat, hematite,
multiwarna limonite, zircon,
rutile, glauconie,
3 2,6-2,8 abu-abu terang calcite, bahan butumine granular MARNE
sampai gelap, dolomite kurang dari
kehijauan, quartz, min. 0,02 mm
kemerahan argileux
4 2,6-2,8 putih, kuning, calcite, mineral - TRAVERTIN
coklat, aragonite argileux, quartz,
kemerahan, hematite,
keabu-abuan limonite,
5 Berva- bervariasi, quartz, mineral butiran CONGLO
riasi tergantung quarzite, argileux, membulat MERATE
bahan fragmen, schiste limonite, sampai 2
galet, dan siliceux hematite, calcite mm
penyemen dll...
6 2,8 abu-abu biru, kaolinite, muscovite, granular SCHISTE-
keabu-abuan, mineral lain zircon, rutile, sampai 0,02 AEGILEUX
kehijauan, hitam argileux, calcite, mm
kecoklatan, quartz penghasil
kemerahan, bitumine
7 2,8 abu-abu, biru kaolinite, muscovite, granular ARGILE-
abu-abu, dan mineral calcite, zircon, kurang dari SCHIS-
kemerahan argileux, rutile, bahan 0,02 mm, TEUSE
sampai hitam quartz bitumine mudah belah
8 2,4-2,5 putih, kuning, calcite, hematite, - BAUXITE
coklat, coklat aragonite, goethite,
kemerahan, alumogel, lepidocrocite,
violet, hijau, dispore, chlorite, calcite,
abu-abu bohmite, phosphorite,
hydrargillit opale

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 35


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
C. Batuan Metamorfose (Malihan) : batuan yang berasal dari batuan beku atau
batuan sedimen yang telah mengalami perubahan dasar struktur kimia, atau
mineral sebagai akibat dari perubahan temperatur, tekanan, tegangan geser atau
lingkungan kimiawi.

Batuan metamorfose dikelompokkan atas dasar : - pendekatan geologis


- pendekatan regional

Contoh Batuan Metamorfose :

Fi K. Filit Kw K. Kwarsit Gn Gneiss


Gn K. Gneis Hn K. Hornfels Ms Mica-shists
Mb K. Marbel Gu K. Granulit Gu Granulite
Af K. Amfibolit Go K. Granolit Ss Sericito-schiste
Ek K. Eklogit Gb K. Granoblastit Mb Marbre
Fe K. Fels Sv Schiste vert Corn
Ab Amphibolite
Sp Serpentinite
K = Kelompok

Bentuk : C1. Foliated (Lembar)


- Lembar halus (Mika Schist)
- Lembar kasar (Granit Gneis)

C2. Non-Foliated (Bukan Lembar)


- dari batu pasir (Kwarsit)
- dari batu kapur (Marmer)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 36


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 11. Pembentukan Batu Malihan oleh Pengaruh Temperatur,


Tekanan dan Waktu
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 37
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
Tabel 4. Contoh Batuan Metamorfose (Gambar 11)

N BOBOT WARNA MINE RAL MINE RAL CIRI- NAMA


O JENIS UTAMA TAMBAHAN CIRI BATUAN
LAIN
1 2,6-2,8 abu-abu, abu- quartz, orthose, apatite, zircon, lemba GNEISS
abu putih, plagioclase, sphene, grenat, r-
coklat, biotite, muscovite, cordierite, lemba
kemerahan, amphibole, sillimanite, r
putih dan pyroxine epidote, pyrite,
hitam graphite
2 2,6-2,9 putih, abu-abu quartz, orthose, apatite, zircon, - GRANUL-
terang sampai plagioclase, grenat rutile, cyanite, ITE
abu-abu gelap hypersthene, biotite
diopside
3 2,6-2,8 putih, calcite, dolomite quartz, mica, - MARBRE
kehijauan, talc, epidote,
kebiruan, tremolite,
hijau, abu-abu forsterite, dll...
merah, hitam,
multiwarna
4 2,7-2,8 hitam, abu- amphibole, quartz, grenat, - AMPHI
abu, hijau plagioclase apatite, sphene, BOLITE
kehitaman epidote, biotite,
chlorite, diopsid
5 2,6-3,2 kehijauan, quartz, muscovite, albite, grenat, lemba MICA-
coklat, coklat biotite, paragonite staurodite, r daun SCHISTE
kemerahan, epidote,
abu-abu gelap tourmaline,
andalousite,
graphite
6 2,7-2,8 kehijaun, abu- quartz, chlorite, albite, aspek SERICITO
abu, abu-abu sericite, kadang tourmaline, mika SCHISTE
kehijauan, albite magnetite dan
abu-abu-gelap sutera
7 2,7-2,8 hijau, abu-abu chlorite, sericite, quartz, calcite - SCHISTE
hijau amphibole, V. CORNE-
epidote, albite ENNE
8 2,6-2,7 abu-abu hijau, olivine, serpentine grenat, bronzite, - SERPEN
hitam chromite, TINITE
kehijauan amphibole,
magnetite, talc

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 38


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

KODE BATUAN
1. Penulisan dengan huruf besar dan huruf kecil
2. maksimum hanya 2 jenis batuan

Contoh : Iw, Iv untuk batuan vulkanik lunak (pelapukan lanjut) dan


Untuk batuan vulkanik keras (pelapukan ringan)

I :Igneous Rock (Batuan beku/Volkanik)


It : Abu vulkanik
Iw : Batuan volkanik lunak
Ic : Batuan volkanik butiran kasar
Iv : Batuan volkanik keras
Is : Batuan pasir tufa
:
:

S : Sedimentary Rocks (Batuan endapan)


Sf : Alluvium halus (fine)
Sc : Alluvium kasar (coarse)
Sb : Alluvium liat hitam (black)
:
Sl : Sedimen batu kapur (limestone)
:

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 39


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
2. Unsur Yang Diamati

A. Tegangan (Pemecahan)

KEKERASAN TINGKAT PERALATAN UJI LAPANGAN


BATUAN TEGANGAN TOOLS FOR FIELD TEST
ROCK ROCK PALU GEOLOGI PISAU LAPANG
HARDNESS STRENGTH GEOLOGICAL KNIFE
HAMMER
1 Sangat Lunak Sangat Lemah pecah, hancur mudah dibongkar
Extremely Soft Extremely Weak crumbles, broken can be googed & peeled
2 Lunak Lemah lubang dangkal dibongkar susah
Soft Weak Shallow indentations googed/peeled difficulty
3 Agak Keras Agak Kuat pukulan satu kali dapat digores
Moderately Hard Moderately Strong single firm blow can be scraped
4 Keras Kuat pukulan > satu kali digores dengan susah
Hard Strong more than one blow scratched difficulty
5 Sangat Keras Sangat Kuat pukulan beberapa kali tidak dapat dibongkar
Very Hard Very Strong requires many blows cannot be scratched
6 Extrim Keras Ekstrim Kuat hanya dengan palu tidak bisa
Extremely Hard Extremely Strong only with g.hammer cannot

B. Pelapukan (Perubahan jadi tanah)

PELAPUKAN BAHAN BATUAN JADI TANAH


ALTERATION ROCK MATERIAL TO A SOIL
WARNA TEGANGAN
COLOUR STREGHTH
0 Belum tetap tetap Belum
Fresh stabel stabel Not yet
1 Ringan sudah berubah tidak lebih lemah Belum
Slightly weathered have discoloured no more weaker Not yet
2 Sedang agak berubah lebih lemah berubah sedikit
Moderately weathered slightly discoloured more weaker slightly change
3 Lanjut agak bk.berubah sangat lemah > 1/2 bagian
Highly weathered more discoloured very weak > half part
4 Sangat Lanjut banyak berubah amat sangat lemah seluruh luarnya
Very high w. externally change extremely weak all part of outside
5 Sempurna berubah sempurna tidak ada Sempurna
Completely altered completely change No change completely change

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 40


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
C. Kekerasan (Goresan)

C1. Bahan Kohesif (Plastisitas dan Kelembaban relatif)


Contoh : liat, debu, lempung dan lain-lain.

Plastisitas : 1. tidak liat (mudah jatuh lepas-lepas)


2. agak liat (mudah dipecah dengan jari-jari)
3. liat (sulit dipecah dengan jari-jari)
4. sangat sulit (tidak dapat dipecah)

Kelembaban Relatif : 1. Basah (sangat lemah)


2. Lembab (teguh)
3. Kering (keras)

TINGKAT TEST UJI LAPANGAN


KEKERASAN FIELD GUIDE TEST
HARDNESS IBU JARI JARI-JARI
CRITERIA THUMB FINGERS
Sl Sangat Lunak mudah ditekan dengan lepas-lepas bila diremas
Very Soft kepalan
Ln Lunak ditekan beberapa cm dibentuk dengan tekanan jari-
Soft jari ringan
Tg Teguh ditekan beberapa cm dengan dibentuk dengan tekanan kuat
Firm kekuatan sedang
Kk Kukuh ditembus dengan penekanan tidak dapat dibentuk
Stiff kuat
Sk Sangat Kukuh mudah ditembus dengan -
Very Stiff kuku
Kr Keras sulit ditembus dengan kuku -
Hard

C2. Bahan Non Kohesif (Kekompakan)


Contoh : bahan-bahan kasar, pasir, kerikil dan campurannya.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 41


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
TINGKAT PERALATAN UJI LAPANGAN KELAS
KEKERASAN FIELD GUIDE TEST TEKSTUR
HARDNESS TANGAN SEKOP TEXTURE
CRITERIA HAND SPADE CLASSES
Ss Sangat lepas dapat digali - sangat kasar
Very loose can be excavated very coarse
Ls Lepas mudah hancur dapat digali/can Kasar
Loose easily disaggregated be excavated coarse
Km Kompak agregat hancur Sulit Sedang
Compact disaggregated difficulty medium
Sm Sangat Kompak gumpalan hancur dengan ganco Halus
Very compact umps broken with spade fine

3. Kode Batuan

Penulisan kode batuan mencakup seluruh parameter penetapan nama batuan,


antara lain meliputi :
1. Jenis Batuan
2. Tegangan (pemecahan)
3. Kekerasan (Goresan)
4. Tingkat Pelapukan (Menjadi Tanah)
5. Kandungan Mineral Utama
6. Kandungan Mineral Tambahan
7. Warna batuan

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 42


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

IV. TANAH (SOIL)


A. Tingkat Ordo

1. Entisol (E) = Alluvial, Regosol (ENT = recent = baru)


Tanah masih muda, baru tingkat permulaan perkembangan tanah.
Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon Okrik, Albik atau Histik.

2. Vertisol (V) = Grumusol, Margalit (ERT= verto = berubah)


Tanah dengan kandungan liat yang tinggi lebih dari 30 % pada seluruh
horison, dengan sifat mengembang dan mengkerut. Dimana pada saat
kering tanah mengkerut menjadi pecah-pecah, dan sebaliknya saat basah
tanah mengembang dan lengket.

3. Inceptisol (I) = Alluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, (inceptum =


permulaan)
Tanah muda yang lebih berkembang dari pada Entisol, yang memiliki
horison kambik, sehingga tanah ini cukup subur.

4. Aridisol (A) = Desert Soils (aridus = sangat kering)


Tanah yang memiliki regim kelembaban tanah Arid (sangat kering), dan
epipedon Okrik serta kadang adanya horison penciri lainnya.

5. Mollisol (M) = (mollis = lunak)


Tanah yang memiliki tebal epipedon lebih dari 18 cm dengan warna
tanah hitam gelap, serta agregasi tanah baik yang dicirikan tanah tetap
lunak/lembut dalam keadaan kering. Kandungan bahan organik cukup
tinggi lebih dari 1 %, dan kejenuhan basa lebih dari 50 %.

6. Spodosol (S) = Podzol (spodos = abu)


Horison bawah terjadi iluviasi (pengendapan) bahan-bahan humus serta
Fe dan Al oksida yang ditunjukkan adanya horison Spodik, sedangkan
lapisan bawahnya terjadi eluviasi (pencucian) yang mengakibatkan
warna tanah pucat (Albik).

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 43


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
7. Alfisol (F) = Mediteran Merah Kuning, Latosol, Podsolik Merah Kuning
Tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (Argilik) dan
mempunyai kejenuhan basa lebih dari 35 % pada kedalaman tanah 180
cm dari permukaan.

8. Ultisol (U) = Podsolik Merah Kuning, Latosol, Hidromorf Kelabu


(ultimus = akhir)
Tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah dan bersifat
masam yang ditunjukkan nilai kejenuhan basa kurang dari 35 % pada
kedalaman 180 cm.

9. Oxisol (O) = Latosol Merah, Latosol Merah Kekuningan, Laterit,


Podzolik MK
Tanah tua yang hanya meninggalkan sedikit sisa mineral yang mudah
lapuk yang ditunjukkan nilai KTK rendah ( < 16 me/100 g liat) dengan
kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif. Di lapangan menunjukkan batas
lapisan yang tidak jelas yang banyak mengandung oksida Fe dan oksida
Al.

10. Histosol (H) = Gambut, Organosol, Tanah Organik (histos = jaringan)


Tanah dengan kandungan bahan organik > 20% pada tekstur pasir atau
kandungan bahan organik > 30% untuk tekstur liat. Lapisan bahan
organik tersebut tebalnya lebih dari 40 cm.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 44


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
Padanan Nama Taksonomi Tanah

Sistem Dudal & Modifikasi FAO/Unesco USDA Soil


Soepraptohardjo 1978/1981 1970 Taxonomy
(1957,1961) 1975

Organosol Organosol Histosol Histosol


Litosol Litosol Litosol Entisol
Aluvial Ranker Ranker Lithic Sub Group
Regosol Aluvial Fluvisol Entisol
Renzina Kambisol Cambisol Inceptisol
Grumusol Regosol Regosol Entisol
Andosol Kambisol Cambisol Inceptisol
Podsolik coklat Renzina Renzina Rendoll
Pods. ck.kelabuan Grumusol Vertisol Vertisol
Brown Forest Soil Kambisol Cambisol Inceptisol
Latosol Kambisol Cambisol Inceptisol
Latosol Cambisol Inceptisol
Brunizem Cambisol Inceptisol
Nitosol Nitosol Ultisol
Phaeozem Alfisol
Mollisol
Oksisol Ferralsol Oxisol
Kambisol-molik/ Greyzem/ Mollisol
Brunizem-molik Chernozem/
Kastanozem
Podsolik Mr Kuning Podsolik Acrisol Ultisol
Mediteran Mr Kn Mediteran molik Phaeozem Mollisol
Podsol Podsol Podsol Spodosol
Podsol Air Tanah Podsol humik Humic Podsol Spodosol
Laterit Air Tanah Oksisol Plinthic Aquox
gleiik/Plintik Ferralsol
Glei Humus Gleisol Humik Gleisol Aquept
Glei Humus Rendah Gleisol Gleisol Aquept
Hidromorf Kelabu Podsolik Gleiik Gleyik Acrisol Aquult
Aluvial Hidromorf Gleisol Hidrik Fluvisol Hydraquen
Planosol Planosol Planosol Aqualf

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 45


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
B. Tingkat Sub-Ordo
1. ENTISOLS (ENT)

Aquents tekstur sangat kasar berpasir, tidak ada epipedon okrik, permeabilitas
baik sampai berlebihan
Arents ada bekas horison diagnostik yang rusak karena percampuran, dengan
permeabilitas baik
Fluvents ada tanda-tanda sedimentasi , lereng < 25%, tekstur lapisan bawah pasir
sangat halus berlempung atau lebih halus, dengan bahan organik rendah
Orthents tekstur sama dengan fluvent, dengan bahan organik rendah,
permeabilitas baik, serta suhu tanah dapat mencapai rata-rata setahun <
0o C (ada permafost)

2. VERTISOLS (ERT)

Torrerts biasanya dalam keadaan kering dan mempunyai retakan sepanjang tahun
Uderts biasanya dalam keadaan lembab, retakan tampak selama kurang dari 90
hari kumulatif, atau kurang dari 60 hari berturut-turut
Usterts retakan tampak selama 90 hari kumulatif atau lebih tetapi tidak
sepanjang tahun, dan iklim panas dengan rata-rata suhu tahunan 22 oC
atau lebih
Xererts retakan tampak selama 60 hari berturut-turut atau lebih, suhu rata-rata
tahunan kurang dari 22 oC

3. INCEPTISOLS (EPT)

Andepts terdiri dari mineral liat Allophane dimana struktur longgar (BJ < 0,85),
kadang mengandung zarah-zarah kaca volkan. Sebanyak 60% atau lebih
dalam fraksi debu atau fraksi diatas debu, memiliki permeabilitas baik
dan tidak memiliki epipedon plaggen
Aquepts permeabilitas buruk yang ditunjukkan adanya gleisasi, kadang terdapat
epipedon histik/okrik, berbecak-becak, atau bersifat alkalin
Ochrepts kadang terdapat padas, epipedon okrik terlalu merah cerah, dapat
memiliki epipedon umbrik/molik setebal < 25 cm
Plaggepts memiliki epipedon plaggen
Tropepts suhu sedang sampai panas sepanjang tahun, terdapat epipedon
umbrik/molik/okrik dengan endopedon kambik, nilai KB < 50%
dibawah molik
Umbrepts suhu dingin sampai panas kurang dari 8 oC, memiliki epipedon umbrik/
antropik/molik dengan endopedon kambik dengan nilai KB < 50%, dan
tebal epipedon dapat > 25 cm, beriklim lembab sampai basah serta
permeabilitas baik

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 46


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
4. ARIDISOLS (ID)

Argids mempunyai horison argilik/natrik/petrokalsik dangkal, dengan iklim


lebih kering dari pada Orthid
Orthids aridisol khusus yang tidak mempunyai horison argilik/natrik, dapat
mempunyai horison petrokalsik/salik/gypsik/kalsik, umumnya kering,
DHL sama atau dibawah 2 mmho

5. MOLLISOLS (OLL)

Albolls terdapat horison Albik yaitu A2 pucat dibawah epipedon Molik atau
diapit dua horison Molik. Disamping itu terdapat endopedon
Argilik/Natrik, adanya tanda-tanda gleisasi dengan becak konkresi besi
dan mangan dengan ukuran diatas 2 mm, didalam horison endopedon
mencakup tanah Solonchak, Solonet, dan Planosol.
Aquolls permeabilitas buruk (ada gleisasi), hidromorf nyata (ada becak), dapat
mempunyai epipedon Histik, dapat juga Kalsik, termasuk pada tanah
glei humus
Burolls suhu rata-rata setahun dibawah 8 oC, dengan atau tanpa horison O,
memiliki horison Albik/Argilik/Natrik/Kalsik/Gypsik, banyak
mempunyai krotovinas dengan permeabilitas baik, meliputi Chernozem
Rendolls suara berisik bila tanah liat bergamping berwarna tua, epipedon Molik
sama atau lebih tipis dari 50 cm tanpa endopedon Argilik dan Kalsik.
Terdapat zarah-zarah gamping kasar (diameter < 7,5 cm) didalam atau
dibawah Molik, mengandung kapur, seperti Renzina
Udolls suhu rata-rata sama atau diatas 8 oC, mempunyai endopedon Albik/
Kambik/Argilik, nilai KB < 80%, memiliki horison Kalsik yang terletak
didalam, biasanya lembab, permeabilitas baik, meliputi Burnizem
Ustolls kadang-kadang kering selama 90 hari kumulatif atau lebih, nilai KB
sama atau diatas 80%, dapat mempunyai horison Kambik/Argilik, suhu
rata-rata terlalu tinggi atau kroma terlalu tinggi untuk Buroll
Xerolls kering selama 60 hari berturut-turut atau lebih, dapat mempunyai
duripan dangkal atau Natrik/Kalsik/Petrokalsik/Gipsik/Argilik, suhu
rata-rata sama atau diatas 8 oC

6. SPODOSOLS (OD)

Aquods permeabilitas buruk (ada gleisasi) dapat memiliki epipedon Histik, dapat
mempunyai duripan dalam Albic, berbecak
Ferrods permeabilitas baik, horison Spodik yang mempunyai nilai perbandingan
Fe/C diatas 6 (pengumpulan besi jauh lebih banyak dari humus)
Humods pengumpulan humus terdispersi, dengan pengumpulan Al lebih banyak
dari pada Fe, permeabilitas baik
Orthods horison Spodik dengan Fe/C sama atau kurang dari 6, permeabilitas
baik, pengumpulan Fe lebih banyak dari pada humus, dalam Spodik
terdapat butiran-butiran humus berukuran debu

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 47


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
7. ALFISOLS (ALF)

Aqualfs permeabilitas buruk (gleisasi, berbecak, konkresi Fe dan Mn


Boralfs suhu rata-rata dibawah 8o C, horison Albik dengan permeabilitas baik
Udalfs mempunyai horison Agrik/Natrik/Argilik atau Fragipan, permeabilitas
baik, terdapat horison Albik terputus-putus dan berbentuk lidah-lidah
yang menjulur kedalam horison Argilik/Natrik, dengan suhu rata-rata
tahunan diatas 8o C, biasanya keadaan lembab, serta DHL < 1 mmho
Ustalfs permeabilitas baik dan kadang kering selama 60 hari berurutan atau
kurang selama 90 hari kumulatif atau lebih, nilai KB sama atau diatas
80% dan DHL diatas 1 mmho
Xeralfs kering selama 60 hari berurutan atau lebih, suhu rata-rata tahunan
8-22oC, permeabilitas baik

8. ULTISOLS (ULT)

Aquults permeabilitas buruk (gleisasi), berbecak, konkresi Fe dan Mn


Humults tidak pernah jenuh air, warna lebih merah atau lebih cerah dari pada
Aquult, kandungan bahan organik sedang sampai tinggi (sama atau lebih
dari 1,5%), mempunyai horison Argilik
Udults permeabilitas baik, warna lebih merah/cerah dari pada Aquult, dengan
kadar bahan organik dibawah 1,5% biasanya bersifat lembab berurutan
kurang 90 hari kumulatif dengan masa kering kurang dari 60 hari
Ustults permeabilitas baik. lebih merah/cerah dari pada Aquult, kadar B.O.
dibawah 1,5% dengan masa kering lebih dari 90 hari kumulatif atau
lebih 60 hari berurutan
Xerults suhu rata-rata tahunan dibawah 22 oC, dengan masa kering > 60 hari,
kadar B.O. dibawah 1,5%, permeabilitas baik berwarna cerah dari pada
Aquult

9. OXISOLS (OX)

Torrox biasanya kering, epipedon Okrik dengan value lembab sama atau lebih
tinggi dari 4
Ustox suhu rata-rata tahunan sama atau lebih tinggi 15 oC, biasanya lembab
dengan musim kering > 60 hari, serta warna value lembab kurang dari 4

10. HISTOSOLS (IST)

Folists berasal dari penimbunan daun-daun dan ranting-ranting yang sangat


lambat proses dekomposisinya
Fibrists paling rendah tingkat dekomposisi, sisa-sisa tumbuhan aslinya mudah
disidik asal botaninya
Hemists bahan-bahan berada dalam tingkatan dekomposisi setengah jalan
Saprists paling jauh tingkat dekomposisi, dengan jaringan asli tumbuhan
penyusun bahan organik tidak dapat disidik lagi

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 48


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 12. Bentuk Struktur Tanah diikuti Perkembangan dan Ukuran


Struktur

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 49


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 13. Penetapan Nama Ordo Tanah ditentukan dari


Epipedon/Hiorozon

Gambar 14. Endopedon juga Sebagai Penentu Nama Tanah

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 50


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 15. Penetapan Nama Tanah dengan Sidik Cepat di Lapangan

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 51


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 16. Tambahan Unsur Penciri untuk Penetapan Nama Tanah Lebih
Detil sampai Tingkat Great Group atau Serie.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 52


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 17. Diagram Penetapan Tekstur dengan Rasa dan Dipilin

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 53


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Gambar 18. Regim Temperatur dari Pergilik sampai Hipertermik

Gambar 19. Regim Kelembaban dari Aquic sampai Perudic

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 54


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

V. LERENG (SLOPE)
A. KEMIRINGAN LERENG (Kucera, 1988)

Lereng adalah istilah dalam geomorfologi yang menyatakan permukaan


tanah yang letaknya miring yaitu merupakan sudut tangen atau
perbandingan antara perbedaan tinggi dengan jarak datar yang dapat
dinyatakan dalam bentuk derajat atau persen lereng.

Tabel 5. Kelas Lereng (RRL, 1983)


Kelas KisaranLereng Deskripsi / Kriteria
Class Slope Range Description
Prosen (%) Derajat (o)
Procent Degrees
1 0-8 0-4,5 Datar Flat to slightly sloping
2 8 - 15 4,5-8,5 Miring Moderately sloping
3 15 - 25 8,5-14 Sangat Miring Strongly sloping
4 25 - 45 14-24 Curam Steep
5 > 45 > 24 Sangat Curam Very steep

Tabel 6. Kelas Lereng (Kucera , 1988)


Kelas KisaranLereng Deskripsi / Kriteria
Class Slope Range Description
Prosen (%) Derajat (o)
Procent Degrees
A 0-4 0-2,5 Datar Flat to slightly sloping
B 4-8 2,5-4,5 Agak Miring Gently sloping
C 8 - 15 4,5-8,5 Miring Moderately sloping
D 15 - 25 8,5-14 Sangat Miring Strongly sloping
E 25 - 35 14-19 Agak Curam Moderately steep
F 35 - 45 19-24 Curam Steep
G 45 - 65 24-33 Sangat Curam Very steep
H 65 - 85 33-42 Ekstrim Curam Extremely steep
I > 85 >42 Terjal Precipitous

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 55


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Tabel 7. Panjang Lereng


Simbol Panjang Lereng (m) Deskripsi/ Description
Symbol Slope Length
1 < 50 Sangat Pendek Very short
2 50 - 100 Pendek Short
3 100 - 200 Cukup Panjang Moderately long
4 200 - 500 Panjang Long
5 > 500 Sangat Panjang Very Long

Tabel 8. Bentuk Lereng


Simbol Bentuk Lereng Deskripsi/ Description
Symbol Slope shape
x Convex Cembung, membukit naik
v Concave Cekung, seperti lembah menurun
s Straight Lurus, tanah datar
c Complex Kompleks, kadang cembung, cekung & datar

B. RELIEF RELATIF

Relief Relatif adalah perbedaan elevasi permukaan tanah antara titik


rendah dan titik tinggi serta merupakan suatu ketidaksamaan tinggi
rendah permukaan lahan yang dipandang secara kolektif.

Tabel 9. Relief Relatif


Simbol Relief Relatif Lereng (%) Beda (m)
Symbol Relative Relief Slope (%) Amplitude
e Endapan Depositional <2 <2
d Dataran Flat/Plains <2 2 - 10
o Berombak Undulating 2-8 2 - 10
l Bergelombang Hummocky 8 - 16 2 - 10
h Berbukit Kecil Small Hilly > 16 2 - 10
i Bukit Terisolasi Isolated Hillock > 16 10 - 25
a Berbukit Anakan Hillocks > 16 25 - 50
b Perbukitan Hills > 16 50 - 300
g Pegunungan Mountains > 16 > 300

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 56


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
Tabel 10. Posisi Lereng
Simbol Posisi Lereng Deskripsi
Symbol Slope Position Description
t Top Interfluve Puncak Bukit
v Upper Slope Lereng Bagian Atas
m Middle Slope Lereng Bagian Tengah
l Lower Slope Lereng Bagian Bawah
f Valley Slope Dasar Lembah

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 57


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
C. BATUAN SINGKAPAN

Batuan Singkapan adalah batuan induk yang keluar ke permukaan bumi


karena lapisan tanah terkikis habis akibat telah terjadi erosi berat
yang telah lanjut.

Tabel 11. Prosentase Batuan Singkapan


Simbol Deskripsi Prosentase (%)
Symbol Description Percentage (%)
0 Tidak ada Negligible 0
1 Sedikit Slight 1 - 10
2 Sedang Moderate 10 - 20
3 Banyak Severe 20 - 40
4 Berlebih Excessive 40 - 60
5 Melimpah Abundant 60 - 80
6 Ekstrim melimpah Extremely abundant > 80

D. BATUAN DI PERMUKAAN

Batuan Permukaan adalah batuan-batuan yang terletak di permukaan


tanah karena berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan akan
mengganggu dalam pengelolaan tanah yang lebih intensif.

Tabel 12. Jenis Batuan di Permukaan


Simbol Nama Diameter (cm)
Symbol
Inggris Indonesia
g Gravel Kerikil 0,2 - 7,6
f Fine gravel Kerikil halus 0,2 - 0,5
m Medium gravel Kerikil sedang 0,5 - 2,0
r Coarse gravel Kerikil kasar 2,0 - 7,6
c Cobble Kerakal 7,6 - 25
s Stone Batu 25 - 60
b Bouldery Batu besar > 60

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 58


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

VI. EROSI (EROSION)

Erosi adalah salah satu gaya eksogen yang mengikis tanah atau batuan
yang telah melapuk dan dapat diakibatkan oleh antara lain air
mengalir, air laut, angin, es, air tanah, dan gravitasi.

1. JENIS EROSI (Varnes, 1978; dan Eyles, 1985)

Erosi Permukaan adalah pemindahan tanah yang relatif seragam dari


suatu luasan oleh air tanpa perkembangan saluran yang nyata.

Erosi Alur adalah suatu saluran kecil dengan kedalaman kurang dari 300
mm dan dapat diratakan dengan pengolahan tanah secara normal.

Erosi Jurang adalah erosi berupa saluran dengan kedalaman lebih dari 300
mm.

Erosi Longsor (Landslide) adalah pemindahan bahan tanah-batuan secara


cepat diatas permukaan yang secara kasar sejajar dengan permukaan
bumi.

Erosi Jatuhan (Fall) adalah pemindahan bahan tanah dan batuan secara
cepat diatas permukaan tanah karena grafitasi tanpa adanya luncuran
sejajar permukaan bumi

Aliran Masa Tanah adalah bahan material yang bergerak dalam bentuk
cairan kental.

Slump adalah longsoran atau luncuran secara berputar dan sebagian besar
dari masa tanah tersebut dapat terangkat kearah mundur.

Erosi Pantai adalah erosi karena gelombang pada daerah pantai.

Erosi Tebing Sungai adalah pemindahan material oleh air dari tebing
aliran atau sungai.

Pengendapan adalah bahan tererosi yang telah diendapkan oleh air tetapi
tidak seluruhnya ditumbuhi tanaman.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 59


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
2. TINGKAT EROSI
A. Erosi Permukaan/Lembar, Alur dan Angin

Tabel 13. Tingkat Erosi Permukaan dan Alur


Simbol Kriteria Deskripsi Kondisi
Symbol Criteria Description
0 Tidak ada Diabaikan A<T
Negligible Little or no top soil lost
1 Ringan Penipisan top soil A>T
Slight Little top soil remain
2 Sedang Hampir semua lapisan A >> T
Moderate Much top soil lost
3 Berat Lapisan bawah telah hilang kronis A >>> T
Severe Soil parent material or bedrock exposed
Keterangan : A : erosi aktual, T : erosi yang diperbolehkan

B. Erosi Jurang

Tabel 14. Tingkat Erosi Jurang


Simbol Deskripsi Kedalaman Panjang
Symbol Description Depth (m) Length (m)
1 Ringan Slight <2 < 20
2 Sedang Moderate 2-8 20 - 50
3 Berat Severe >8 > 50

Tabel 15. Biaya Pembangunan Erosi Jurang


Simbol Harga Relatif Biaya Jutaan Rupiah
Symbol Relative Price Price in Million Rp.
A Mahal Expensive > 15
B Sedang Moderate 5 - 15
C Murah Cheap <5

Kesulitan Teknis Lebar Jurang


Technique Difficulty Width of Gully
a. Sulit 1. < 1 m
b. Sedang 2. 1 - 5 m
c. Mudah 3. > 5 m

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 60


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
C. Tanah Longsor (Landslide) dan Jatuhan (Fall)
Luas Bekas Erosi Volume Material Biaya
L. Luas > 20 ha 1. Banyak > 100 m3 Pembangunan
D. Sedang 2 - 20 ha 2. Sedang 10 - 100 m3 A. Mahal
S. Sempit < 2 ha 3. Sedikit < 10 m3 B. Sedang
C. Murah

Kesulitan Teknis Jumlah Tanah Longsor Kedalaman


a. Sulit X. Berlebih Rata-rata
b. Sedang Y. Sedang <1m
c. Mudah Z. Sedikit >1m

D. Aliran Masa Tanah dan Slump


Luas Bekas Erosi Volume Material Biaya
L. Luas > 20 ha 1. Banyak > 100 m3 Pembangunan
D. Sedang 2 - 20 ha 2. Sedang 10 - 100 m3 A. Mahal
S. Sempit < 2 ha 3. Sedikit < 10 m3 B. Sedang
C. Murah

Kesulitan Teknis Jumlah Tanah Longsor Kedalaman


a. Sulit X. Berlebih Rata-rata
b. Sedang Y. Sedang <1m
c. Mudah Z. Sedikit >1m

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 61


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
E. Erosi Pantai dan Tebing Sungai
Tabel 16. Tingkat Erosi Pantai
Simbol Kriteria Tinggi (m) Panjang (m)
1 Ringan <2 < 20
2 Sedang 2-8 20 - 50
3 Berat >8 > 50
Keterangan : Panjang Tebing 5 meteran
Tinggi Tebing 1 meteran

Sifat Material Frekwensi Kena Ombak/Banjir


0. Berpasir (lepas-lepas) A. Jarang < 1 x / 5 tahun
1. Berdebu ( licin, agak lepas) B. Sedang 1 x / 1-5 tahun
2. Berlempung (kuat, padat) C. Sering > 1 x / tahun
3. Berliat (masif, padu)

F. Depresi/Pengendapan
Tabel 17. Tingkat Pengendapan Material
Frekwensi Debu + Pasir Kerikil Kerikil + Batu
kali/tahun < 0,2 cm 0,2 - 25 cm > 25 cm
<2 0 0 1
2-4 0 1 2
4-8 1 2 3
8 - 15 2 3 3
> 15 3 3 3
Keterangan : (o) Diabaikan, (1) Ringan, (2) Sedang, (3) Berat

3. PROSENTASE EROSI
Tabel 18. Prosentase Luas Satuan Peta Tererosi
Simbol Persen Luasan (%) Deskripsi
0 <1 Diabaikan
1 1 - 10 Sedikit
2 10 - 20 Agak Luas
3 20 - 40 Luas
4 40 - 60 Sangat Luas
5 60 - 80 Sebagian Besar
6 > 80 Hampir Seluruhnya

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 62


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

VII. KONSERVASI TANAH


(TERRACES)
Konservasi Tanah adalah usaha mencegah erosi untuk melindungi tanah,
sehingga kesuburan tanah selalu terpelihara dan dapat berproduksi
secara berkesinambungan dan berkelanjutan (lestari).

1. JENIS TERAS
Bl. Terang bangku datar
Br. Teras bangku miring kedalam
Bo. Teras bangku miring keluar
Bm. Teras Campuran
Rt. Teras Gulud
Hd. Hillside Ditch
Ot. Orchard Terrace (Teras Kebun)
Ib. Individual Basin ( Teras Individu)

2. RISER/TAMPINGAN TERAS

Simbol Persen Rumput (%) Deskripsi


0 <25 Bersih/tanah terbuka
1 25 -50 Rumput Sedikit
2 50-75 Rumput sedang
3 >75 Rumput banyak
4 > 50% Dari batu

3. PROSENTASE BERTERAS
Tabel 19. Prosentase Teras Per Satuan Peta
Simbol Persen Luasan (%) Deskripsi
0 <1 Diabaikan
1 1 - 10 Sedikit
2 10 - 20 Agak Luas
3 20 - 40 Luas
4 40 - 60 sangat Luas
5 60 - 80 Sebagian Besar
6 > 80 Hampir Seluruhnya

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 63


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

VIII. PENGGUNAAN LAHAN


(LAND USE/LAND COVER)

HUTAN (H)
Ha = hutan palem
Hb = hutan bambu
Hc = hutan pantai
Hd = hutan rontok dimusim kering
He = hutan savana campuran (Melaleuca sp.)
Hf = hutan submontane basah (ketinggian 1000-2000 m dpl)
Hg = hutan gambut
Hh = hutan dataran rendah primer basah (ketinggian < 1000 m dpl)
Hi = hutan kapur
Hj = hutan jati
Hk = hutan kerangas
Hl = hutan mahoni
Hm = hutan pegunungan basah (ketinggian > 2000 m dpl)
Hn = hutan nipah
Ho = hutan gelam (Melaleuca leucadendron)
Hp = hutan pinus
Hq = hutan lain-lain, kebun karet terbengkalai, dll.
Hr = hutan rawa
Hs = hutan kiri kanan sungai (meander)
Ht = hutan payau (pasang-surut), hutan bakau dll.
Hu = hutan pada bukit-bukit ultrabasik
Hv = hutan bakau
Hw = hutan lahan becek (wetland) dataran rendah
Hx = hutan log (primer yang diusahakan, termasuk kubah gambut)
Hy =
Hz = hutan sekunder

SEMAK (B)
Bl = semak pegunungan pada gambut, hutan moss (blang)
Bu = semak alami, semak-semak, belukar, sudah tidak ditanami 5-10
tahun

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 64


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
PADANG RUMPUT ( R)
Ra = alang-alang
Rr = rawa
Rs = savana
Rt = padang gembalaan

TEGAL (U)
Uc = kebun campuran
Us = kebun sayur-sayuran, pekarangan, hortikultura
Ut = tanaman tegalan

SAWAH (S) AIR (W)


Ss = sawah Wd = danau
Si = sawah irigasi Wg = tambak garam
Se = lebak, lebung Ws = tambak salju
Sp = sawah pasang surut Wt = tambak (bandeng, udang)
Sr = sawah tadah hujan Ww = waduk

PERKEBUNAN (P)
Pa = nanas Pn =
Pb = tembakau Po = coklat
Pc = kelapa Pp = kelapa sawit
Pd = pinus (damar) Pq =
Pe = Pr =
Pf = Ps = panili
Pg = cengkeh Pt = teh
Ph = Pu = tebu
Pi = kopi Pv = singkong
Pj = Pw =
Pk = karet Px =
Pl = lain-lain Py =
Pm = pisang Pz =

AGROFORESTRY (A)
Aa = agro-silvikulture

PENGHIJAUAN (F)
Fm = peremajaan spesies khusus
Fp = penghijauan
Fr = reboisasi

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 65


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

TANDUS/TANPA VEGETASI (T)


Tb = pantai
Td = bukit pasir
Tf = kipas aluvial, dasar sungai
Tl = aliran lava dan abu vulkanik
Tm = aliran lumpur
Tr = batuan singkapan
Ts = runtuhan batu lepas

PEMUKIMAN (K)
Kk = kota, desa, areal industri, areal rekreasi, bandar udara,
Km = markas militer, tempat latihan, lapangan tembak
Ks = timbunan sampah
Kt = tambang

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 66


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

IX.KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN


(LAND USE CAPABILITY)
Kelas I sampai IV ditetapkan sebagai daerah untuk penanaman
tanaman semusim tanpa teras. Lahan kelas I - IV sesuai juga untuk
penanaman tanaman semusim pada teras, dan akan memiliki peningkatan
pembatas fisik pada tanaman yang tanpa teras. Lahan tersebut juga cocok
untuk padang gembalaan, agroforestri, dan untuk hutan.
Kelas V tidak cocok untuk penanaman budidaya tanpa teras.
Hanya cocok untuk tanaman yang berteras bangku, untuk agroforestri,
padang gembalaan, dan hutan. Kelas VI hanya cocok untuk tanaman
tahunan dimana sesuai dengan kedalaman dan kemiringan lereng
disesuaikan dengan tanaman agroforetri dan teras bangku. Lahan ini cocok
untuk padang gembalaan, agroforestri dan hutan. Kelas VII sesuai untuk
hutan produksi terbatas, sehingga tidak sesuai untuk tanaman semusim atau
tanaman agroforstri. Kelas VIII sesuai untuk hutan lindung yaitu tanaman
hutan yang tidak boleh dilakukan penebangan karena banyak faktor
pembatas fisik, sehingga hanya diperuntukkan untuk perlindungan lahan
dan pelindung daerah aliran sungai.
Penetapan kelas KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) dapat
mengikuti Tabel 20 KPL dibawah ini sampai tingkat sub kelas. Dimana
dari semua faktor pembatas dipilih faktor pembatas yang terberat dengan
kelas KPL yang paling rendah, misalnya VIII. Sebab satu faktor
penghambat dapat sebagai penentu ke kelas mana lahan harus dimasukkan,
untuk lahan yang tidak memiliki faktor penghambat sama sekali baru
dimasukkan di kelas I.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 67


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Tabel 20. Matriks Penentuan Kelas KPL (LUC)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 68


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

TABEL KESESUAIAN LAHAN


Jati (Tectona grandis)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 69


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Kayu putih (Melaleuca leucadendron)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 70


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Pinus (Pinus merkusii)

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 71


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

DAFTAR PUSTAKA

Balsem, T. and Buurman, P., 1989. Guidelines for Land Unit Description. Land
Resource Evaluation and Planning Project. Technical Report No.13 Centre for
Soil Research, Bogor.

Desaunettes, J.R., 1977. Catalogue of Landforms for Indonesia. Soil Research


Institute Bogor, FAO. 111p and Appendices.

Eyles, G.O., 1985. The New Zealand Land Resources Inventory Erosion Classification.
Water and Soil Miscellaneous Publication No. 85. National Water and Soil
Conservation Authority, New Zealand.

Klingebiel, A.A. and Montgomery, P.H., 1961. Land Capability Classification.


USDA Agriculture Handbook No. 210.

Kucera, K.P., 1988. Guidelines for Soil and Terrain Field Description in Integrated
Watershed Management Studies for Indonesia using USDA System. Konto
River Project ATA 206 Phase III. Project Communication No. 6.

USDA, 1975. Soil Taxonomy a Basic System of Soil Classification for Making and
Interpretation Soil Surveys. Soil Survey Staff. Agriculture Handbook No. 436.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 72


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

PERTANYAAN TENTANG SURVAI


APA
1. apa yang dimaksud dengan survai SEL dan survai perisalahan hutan ?
2. apa yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan survai ?
3. apa yang dikerjakan pada saat survai lapangan ?
4. apa yang harus dilakukan setelah selesai survai ?
5. apa manfaat dari melaksanakan kegiatan survai ?

BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir ?
2. Bagaimana cara melaksanakan survai SEL dan perisalahan ?
3. Bagaimana cara memahami data biofisik yang akan dilakukan ?
4. Bagiamana cara menyimpulkan data lapangan dan menyimpulkan
tingkat KPL dan KKL ?
5. Bagiamana cara menetapkan sampel lokasi pada saat survai sampling
dan pada saat survai secara sensus ?

DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara dan citra satelit ?
2. Dimana letak lokasi setiap unit lahan harus ditetapkan sebelum
menginventarisasi data SEL ?
3. Dimana saja koordinasi dan konsultasi harus dilakukan sebelum survai ?
4. Dimana bisa mendapatkan data sekunder dan diperlukan untuk apa saja ?
5. Diaman saja data perolehan SEL dan perisalahan hutan diarahkan ?

MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
2. Mengapa setiap survai harus menetapkan titik sampel dengan tepat ?
3. Mengapa sebelum survai harus menguasai medan dan data biofisik ?
4. Mengapa perlu ada survai orientasi ?
5. Mengapa sampel data harus dilakukan menyebar ?

SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai lapangan ?
3. Siapa yang harus dihubungi saat koordinasi dan konsultasi ?
4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya ?
5. Siapa yang perlu diajak untuk diskusi sebelum haisl ini disebarluaskan ?
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 73
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

APA
1. Apa yang dimaksud dengan survai SEL dan survai perisalahan
hutan ?
Survai SEL (Survai Evaluasi Lahan) atau ISDL (Inventarisasi Sumber
Daya Lahan) merupakan survai biofisik lahan dengan WADAH unit lahan
yang merupakan unit pengelolaan lahan atas dasar kesamaan lereng yang
dilakukan secara sensus atau sampling.
Jika survai SEL meliputi seluruh wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai)
baik diluar maupun didalam kawasan hutan, sedangkan survai perisalahan
hutan hanya meliputi kawasan hutan yang meliputi wilayah BH (Bagian
Hutan).

2. Apa yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan survai ?


Persiapan survai antara lain :
- SDM (Sumber Daya Manusia), yaitu yang menguasai teknik
IFU (Interpretasi Foto Udara) dan mendalami tentang biofisik
lahan
- Bahan, meliputi bahan IFU, bahan survai, dan bahan GIS
(pemetaan)
- Peralatan, peralatan IFU, survai dan laborat GIS (Geographic
Information System)
- Transportasi, harus tangguh dan handal untuk medan yang
berat, menanjak, berbatu, berlumpur baik roda dua maupun
roda empat.

3. Apa yang dikerjakan pada saat survai lapangan ?


a. Konsultasi : koordinasi ke beberapa instansi dari atas sampai
bawah di lokasi yang menjadi wilayah survai.
b. Orientasi : penjelajahan seluruh wilayah yang akan di survai
dari hulu sampai hilir, dari pegunungan sampai dataran, dari
desa sampai perkotaan.
c. Survai : dapat berupa sensus (mendatangi seluruh unit lahan)
atau dengan cara sampling ( beberapa sampel yang mewakili
bentuk lahan dan penutupan lahan).
d. Recheking : survai kembali dilakukan karena ada beberapa
data yang belum lengkap, tertinggal, terlewatkan sementara
jika ditetapkan dengan IFU ternyata foto udara tidak jelas atau
tidak ada fotonya.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 74


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
e. Monev : evaluasi seluruh kegiatan dari persiapan, survai awal
dan rechecking untuk melihat kekurangan atau kelemahan
pelaksanaan survai agar tidak terulang dikemudian hari, sambil
melengkapi data yang masih belum lengkap, misalnya data
penyebaran curah hujan, suhu udara & sosek.

4. Apa yang harus dilakukan setelah selesai survai ?


a. Reinterpretasi : IFU ulang untuk revisi peta dasar dan peta unit
lahan serta data biofisik yang belum dilengkapi pada lembar
tabulasi.
b. Tabulasi : melengkapi data biofisik setiap unit lahan dari IFU,
dan memasukkan data hasil analisis laboratorium tanah, untuk
rekomendasi dan pengkelasan KPL (Kemampuan Penggunaan
Lahan) dan KKL (Klasifikasi Kesesuaian Lahan).
c. Kompilasi data : data biofisik, data laborat untuk penetapan
KPL dan KKL diproses sebagai data atribut dengan
memasukkan sebagai data dasar lewat program Excell atau
dBase.

5. Apa manfaat dari melaksanakan kegiatan survai ?


a. Survai orientasi : dimaksudkan untuk mengenal medan dan
penjelajahan seluruh wilayah untuk koreksi dalam
penyempurnaan peta dasar.
b. Survai biofisik : untuk pengumpulan data sumber daya lahan
pada setiap unti lahan secara sensus maupun sampling sistem,
dengan beberapa tahapan :
- Survai pendahuluan : untuk mendaptakan Kunci Interpretasi
(KI) dalam IFU dan persiapan pembuatan Kartu Lapangan
(KL).
- Survai utama : survai SEL dengan mengumpulkan data
biofisik, data sosek dan data iklim setempat yang menyebar di
wilayah survai.
- Survai akhir (Recheking): beberapa unit lahan yang tidak ada
foto udaranya, sambil melengkapi data sekunder, serta sheking
beberapa data SEL pada unit lahan yang meragukan.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 75


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

BAGAIMANA
1. Bagaimana cara melakukan interpretasi foto udara awal dan akhir
?
IFU awal : yaitu IFU sebelum berangkat ke lapangan untuk persiapan
pembuatan peta dasar (peta navigasi untuk memastikan letak lokasi di
lapangan) dan peta unit lahan (wadah yang akan diisi oleh data SEL dari
akses di lapangan maupun dari hasil IFU dan analisis laborat tanah).
IFU akhir : yaitu untuk melengkapi data SEL yang belum sempat
dikumpulkan di lapangan dengan dasar kunci interpretasi beberapa lokasi
berdekatan yang sudah didatangi

2. Bagaimana cara melaksanakan survai SEL dan perisalahan ?


Pada prinsipnya kedua survai tersbut sama, yaitu sama sama berpedoman
unit lahan sebagai dasar pengelolaan lahan, unsur pembeda tersebut antara
lain :

NO UNSUR SURVAI SEL PERISALAHAN


PEMBEDA HUTAN
1. Lokasi Hutan dan diluar Kawasan hutan
hutan perhutani
2. Wilayah DAS Bagian Hutan (BH)
3. Unit Lahan Wadah tunggal Sebagai bagain dari
untuk kesamaan petak atau pengganti
pengelolaan lahan anak petak (SK.143)
4. Penetapan di Dengan peta dasar Dengan peta blangko
Lapangan (navigasi) dan peta dan berdasarkan
bentuk lahan nomer petak & huruf
(lereng) anak petak
5. Kepastian letak unit Harus hati-hati Lebih mudah dan
lahan karena sering keliru tepat, karena petugas
menetapkan letak lapangan (mandor)
unit lahan di hafal betul letak petak
lapangan dan anak petak.
6. Penjelajahan lokasi Mudah diluar hutan Mudah karena
dan sulit untuk di dipandu oleh para
kawasan hutan petugas lapangan
Perhutani

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 76


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
3. Bagaimana cara memahami data biofisik yang akan dilakukan ?
a. Membaca buku pedoman dan buku-buku tentang tanah dan
geologi
b. Sering melakukan survai (jam terbang), sehingga mengenal
betul setiap biofisik di buku pedoman dengan kenampakan
fisik di lapangan.
c. Sering melaksanakan IFU untuk mengakses data biofisik dari
interpretasi foto dengan berbagai pendekatan parameter lain
dan menggunakan kunci interpretasi.
d. Mengvisualisasi deskripsi parameter lahan dengan kondisi
sebenarnya di lapangan lewat beberapa foto-foto obyek yang
telah dikumpulkan.

4. Bagiamana cara menyimpulkan data lapangan dan menyimpulkan


tingkat KPL dan KKL ?
a. Data biofisik dan data laborat merupakan data dasar yang
nantinya dapat dipakai untuk rekomendasi tentang KPL, KKL
maupun tingkat kekritisan lahan.
b. Penetapan KPL dan KKL dari data dasar tersebut dapat
dilakukan secara manual dari tabulasi parameter maupun
dengan otomatis dengan bahasa makro saat pengolahan GIS
dengan komputer.
c. KPL meliputi kelas terbaik (kelas I) sampai terburuk (kelas
VIII), KKL dari kelas sesuai (S1), sesuai marjinal (S0) dan
tidak sesuai (N). masing-masing memiliki faktor pembatas
yang berbeda antara KPL (e, w, s, c, g) dan kelas KKL (s, d,
pH, Rh, T, dll).

5. Bagiamana cara menetapkan sampel lokasi pada saat survai


sampling dan pada saat survai secara sensus ?
a. Survai sampling, yaitu mengambil sampel yang mewakili
semua bentuk lahan dan variasi beberapa kelas penutupan
lahan dari daerah atas (Pegunungan) sampai daerah bawah
(Alluvial/Daratan).
b. Survai sensus, yaitu dengan menjelajahi dan mengambil
sampel seluruh unit lahan yang ada pada peta secara berurutan
dari daerah yang tersulit (pegunungan dan perbukitan) sampai
daerah yang mudah dijangkau (dataran rendah).

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 77


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

DIMANA
1. Dimana mendapatkan foto udara atau citra satelit ?
- Foto udara maupun citra satelit dapat diperoleh pada agen atau
instansi yang terkait dengan penginderaan jauh, dimana foto
udara biasanya diperbaharui setiap 5 – 10 tahun, sedangkan
citra satelit diperbaharui setiap bulannya.
- Agen atau instansi yang mengadakan atau memperjualbelikan
foto udara dan citra satelit antara lain : LAPAN, Bakosurtanal,
PT.Bhumi Prasaja, PPIK (Pusat Pelayanan Informasi
Kebumian).

2. Dimana saja letak lokasi setiap unit lahan yang harus ditetapkan
sebagai sampel sebelum menginventarisasi data SEL ?
- sampel unit lahan harus tersebar merata yang mewakili variasi
bentuk lahan, jenis tanah, dan kelas kemiringan lereng serta
kelas penutupan lahan.
- Sebelum mengisi data SEL pada setiap unit lahan pastikan
bahwa nomer unit lahan yang ada di Foto Udara
kenampakkannya sama dengan kondisi di lapangan.
- Kesalahan mengakses unit lahan yang tidak sesuai selain data
tidak berguna juga akan mempengaruhi kesalahan unit lahan
yang lain jika data tersebut dijadikan kunci interpretasi saat
reinterpretasi (IFU akhir).

3. Dimana saja koordinasi dan konsultasi harus dilakukan sebelum


survai atau saat orientasi ?
- Koordinasi : koordinasi dalam Tim antara Tim Lapangan
dengan TIM GIS dan para pengemudi, disamping itu juga
harus ada koordinasi dengan instansi lain misalnya : Perhutani,
Pertanian, Dinas PU, Pemda dll.
- Konsultasi : menyampaikan rencana atau maksud orientasi dan
survai serta kegiatan selanjutnya sampai selesai.
- Orientasi : melakukan penjelajahan wilayah yang akan di
survai sehingga diperoleh gambaran umum, sebagai bahan
perencanaan survai selanjutnya.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 78


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
4. Dimana bisa mendapatkan data sekunder dan diperlukan untuk apa
saja ?
- Data Iklim, didapat dari BMG (Badan Meteorologi dan
Geofisika) propinsi, Dinas Pengairan Kabupaten atau
Kecamatan, Dinas Pertanian dll.
- Data Sosek, BPS (Badan Pusat Statistik) propinsi atau
Kecamatan, Nomografi desa di Kelurahan.
- Data Tanah, dari Puslitanak Departemen Pertanian, Dinas
Geologi di Bandung, dll.
- Data Vegetasi, Peta RePPORT, Bakosurtanal, dll.

5. Dimana saja data perolehan SEL dan perisalahan hutan diarahkan ?


a. untuk mendapatkan kelengkapan data biofisik lapangan dan
disimpulkan dalam KPL.
b. Dengan dibantu data analisis laboratorium kesuburan tanah,
maka akan diperoleh KKL (tanaman perkebunan, industri,
pertanian, dan kehutanan).
c. Dari KPL dan KKL akan dapat direkomendasikan pengelolaan
lahan yang optimal untuk setiap unit lahan

MENGAPA
1. Mengapa survai perlu dilakukan dan selalu harus diawali dengan
interpretasi foto udara ?
- Walaupun sudah ada foto udara maupun citra satelit, tapi
survai lapangan mutlak dilakukan atau tidak dapat
ditinggalkan, karena setiap lahan memiliki spesifikasi
kenampakkan yang berbeda. Walaupun nampaknya di foto
udara sama, kondisinya bisa jadi di lapangan berbeda,
sehingga foto udara hanya salah satu alat bantu survai.
- Sebelum survai atau orientasi diawali dengan IFU, untuk
mengenal Landscape (bentang lahan) dan variasi Land Form
(bentuk lahan), sehingga dapat ditetapkan beberapa sampel
yang menyebar dan dapat mewakili keseluruhan.
- IFU awal dipersiapkan untuk membuat Peta Dasar (Peta
Navigasi) sebagai penunjuk arah lokasi di lapangan, dan Peta
Unit Lahan (Peta Anak Petak) yang dipakai sebagai wadah
untuk mengisi seluruh data SEL.

2. Mengapa setiap survai harus menetapkan titik sampel dengan tepat ?


- Titik sampel yang ditetapkan harus memenuhi persyaratan :
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 79
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
a. Mudah dijangkau dengan kendaraan atau ditempuh jalan kaki.
b. Menyebar ke seluruh areal atau wilayah survai.
c. Mudah ditandai, dilihat, ditetapkan di lapangan dan lebih dari
10% total keseluruhan unit lahan
- Titik sampel yang tidak terencana dengan baik dan tidak
terorganisir dengan rapi antara satu sampel dengan lainnya
mempersulit pada saat menemukan titik sampel satu titik ke
titik sampel berikutnya, dimana untuk pemula bisa mengakses
sekitar 5 unit lahan, sedangkan yang sudah mahir bisa
mencapai 10 unit lahan per harinya.
- Penetapan titik sampel yang tidak tepat di lapangan,
menyebabkan kesalahan data unit lahan, yang berarti
informasi tersebut tidak memiliki makna yang berarti.
3. Mengapa sebelum survai harus menguasai medan dan data biofisik
yang akan dikumpulkan ?
- Sebelum survai ada kegiatan orientasi dimaksudkan untuk
penguasaan medan dengan memilah-milah beberapa karakter
medan, misalnya :
a. Medan yang dilalui lewat darat (roda 4 atau roda 2), jalan kaki
dan dengan transportasi air.
b. Penetapan titik sampel pada beberapa unit lahan yang dapat
mewakili variasi bentuk lahan dan mudah dijangkau.
c. Lokasi ditempuh sangat jauh dan bahkan harus menginap di
lokasi atau dapat dilakukan pulang balik dari lokasi ke base
camp.
- Penguasaan dan pendalaman biofisik sangat penting karena
kalau hanya beberapa parameter yang kita ingat dan hafalkan
maka hanya itu-itu saja yang tercatat, padahal kondisi biofisik
di lapangan sangat bervariasi. Untuk itu sangat penting untuk
memahami Buku Pedoman Survai dan pembuatan Kartu
Lapangan.
4. Mengapa perlu ada survai orientasi ?
- Survai orientasi sangat perlu dilakukan untuk menguasai
medan, menyiapkan pembuatan Kartu Lapangan dan Kunci
Interpretasi.
- Survai orientasi dimaksudkan juga untuk konsolidasi dengan
para petugas lapangan (Mantri dan Mandor) yang banyak
membantu penunjukkan petak dan anak petak.
- Jika tanpa orientasi atau langsung survai lapangan, maka bisa
jadi kesasar dan buang-buang waktu atau tidak tepat sasaran
serta petugas sering tidak siap di lapangan, sehingga akan
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 80
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
tidak efisien dan efektif dan kadang hanya beberapa sampel
yang dapat dikumpulkan.
5. Mengapa sampel data harus dilakukan menyebar ?
- Setiap satu unit lahan diharapkan dapat mewakili 10 unit lahan
yang ada disekitarnya, sehingga untuk setiap BH (Bagian
Hutan) yang biasanya ada 600 unit lahan maka paling tidak
sampel yang harus ditentukan sekitar 60 unit lahan yang
menyebar.
- Jumlah sampel juga tergantung kondisi relief topografi lahan,
dengan semakin berbukit atau bergunung maka sampel akan
semakin banyak, sebaliknya jika relief relatif sebagian besar
berombak atau dataran maka sampel relatif sedikit.
- Jika sampel tidak menyebar maka kesulitan dalam
pengumpulan data SEL lewat IFU, karena kekurangan
informasi yang berasal dari Kunci Interpretasi.

SIAPA
1. Siapa saja yang memiliki kapasitas untuk survai SEL ?
- Teknisi atau Surveyor yang berpindidikan Sarjana (S1) bidang
Pertanian atau Ilmu-ilmu Tanah, atau minimal STM Pertanian
atau SKMA yang pernah memperoleh Teknik Survai dan
Pengetahuan tentang parameter biofisik lahan.
- Surveyor yang berpengalaman dalam IFU dan survai lapangan
untuk evaluasi lahan maupun perisalahan hutan yang memiliki
dedikasi dan kemauan yang kuat untuk mendalami survai
SEL.
- Tidak cacat mata (berkacamata atau silindris), buta warna,
rabun dekat maupun jauh serta usia kurang dari 40 tahun.

2. Siapa yang harus dilibatkan pada saat orientasi dan saat survai
lapangan ?
- orientasi melibatkan para eksekutif, analis laborat GIS,
superviser dan sebagian surveyor untuk bersama-sama
mengenal medan dan manyamakan persepsi di lapangan.
- Survai lapangan dilakukan oleh para surveyor yang dipandu
oleh superviser sampai terjadi transfer teknologi dan
mendapatkan persepsi yang sama tentang pemahaman
parameter biofisik lahan.

3. Siapa yang harus dihubungi saat koordinasi dan konsultasi ?


PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 81
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
- Koordinasi : melibatkan Tim besar survai dan anggota lain
diluar instansi terkait.
- Konsultasi : bertemu para pejabat di pusat, daerah, dan di
lokasi secara vertikal dan lintas sektoral secara horizontal.

4. Siapa yang berhak mengoreksi dari hasil survai dan data seluruhnya
?
- Para superviser dan para eksekutif struktural jika
dimungkinkan dari sejak data SEL sampai dengan
rekomendasi pengelolaan lahan.
- Para analisis laborat GIS yang akan mengakses data atribut
dan data grafis jika dirasa ada yang meragukan dan perlu
dipertanyakan.

5. Siapa yang perlu diajak untuk diskusi sebelum haisl ini


disebarluaskan ?
- Diskusi Internal : Tim besar survai yang terdiri dari para
surveyor, para supervisi dan eksekutif.
- Diskusi Eksternal : melibatkan pemesan pekerjaan (perhutani)
dan para pengguna (stakeholder) lainnya yang mengambil
kebijakan dalam pelaksanaan di lapangan.

PERMASALAHAN UMUM SURVAI


1. Pemahaman surveyor yang berbeda-beda akan menimbulkan
subyektifitas yang tinggi, sehingga data SEL yang dikumpulkan
sering bervariasi antar surveyor.
2. Sering terjadi perbedaan hasil laborat tanah dengan hasil analisis
sidik cepat di lapangan, yang disebabkan kurang akurat hasil laborat
atau subyektivitas pencandraan di lapangan.
3. Merupakan beban dan pekerjaan yang berat dalam melaksanakan
interpretasi foto udara awal, dan terasa lebih berat lagi saat IFU
tahap akhir yang membutuhkan ketekunan, ketelitian dan ketelatenan
yang tinggi.
4. Pada daerah yang sulit dijangkau dan tidak ada foto udara sering
menyulitkan dalam mengisi data SEL, karena tidak ada informasi
yang dapat diandalkan.
5. Ketidak disiplinnya para surveyor dan interpreter foto udara maka
menyebabkan waktu penyelesaian sering mundur dalam akhir
penyajian data.
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 82
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
6. Sering tidak akur (match) antara data yang dikumpulkan dengan
monev unit lahan, karena :
a. nomer unit lahan dobel
b. nomer unit lahan tidak ada
c. ada nomer, tapi tidak ada datanya
d. ada data, tapi tidak ada nomer unit lahannya.
7. Tulisan tangan dari hasil interpretasi foto udara yang kurang terbaca
dan data lapangan yang tidak sesuai menyebabkan hasil akhir
berbeda.
8. Interpreter yang sudah berumur lebih dari 40 tahun akan mengalami
kesulitaan untuk mengamati sendiri, sehingga harus ada yang
membantu penulisan data karena keterbatasan mata (minus atau
plus).

PERMASALAHAN PADA SAAT :


a. Persiapan
- Peta topografi dan foto udaara tidak tersedia
- Bahan dan peralatan tidak lengkap
- SDM (Sumber Daya Manusia) tidak mencukupi dan tidak memadai
- Alat transportasi tidak dapat diandalkan untuk medan berat
- Belum ada buku pedoman survai
b. IFU
- Alat interpretasi (stereoskop saku dan cermin) terbatas
- SDM tidak dapat melihat stereoskopis (mata silindris dan minus) dan
kurang menguasai teknik interpretasi foto udara
- Foto banyak yang blank (kosong) pada beberapa RUN (jalur terbang)
atau foto tidak lengkap.
- Pemasangan plastik transfaran pada foto udara tidak tepat
- Kenampakkan foto udara kurang jelas (tidak fokus) atau ada
gangguan awan dan atmosfir.
c. Orientasi
- Tidak faham maksud dan tujuan orientasi lapangan
- Hasil orientasi belum dapat menghasilkan sesuatu yang berarti,
misalnya kartu lapangan, kunci interpretasi, dan route rencana survai.
- Dari orientasi belum didapatkan data sekunder yang lengkap tentang
data iklim, sosek dan aksesibilitas serta rencana jalur survai.
- Saat orientasi belum mampu memperoleh informasi apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan sesuai dengan adat istiadat setempat dan
daerah yang terlarang dimasuki.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 83


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
- Orientasi belum melibatkan Tim Surveyor maupun Tim Laborat GIS
secara keseluruhan.
d. Survai
- Data SEL belum lengkap atau data salah dalam pengumpulan karena
kurangnya pemahaman parameter biofisik lahan
- Data yang dikumpulkan tidak tepat penetapan unit lahan
- Data belum menyebar merata yang dapat mewakili seluruh bentuk
lahan
- Data banyak yang kosong, karena jumlah sampel terlalu sedikit.
- Lokasinya tidak dapat dikunjungi, karena tidak ada foto udara dan
peta topografi.
e. Reinterpretasi
- Belum memiliki kunci interpretasi foto udara (IFU) yang lengkap
sehingga beberapa obyek diinterpretasi berbeda (salah).
- Sering tidak telaten dan kurang teliti karena keterbataassan atau
kelelahan dan dimungkinkan oleh sebab lain, sehingga dibutuhkan
kemauan yang keras.
- Karena bidang pekerjaan ini paling berat dan melelahkan maka yang
sering terjadi untuk penyelesaian target harus dilakukan lembur
pekerjaan sampai malam hari, karena butuh waktu yang sangat lama
dan ketekunan luar biasa.
- Beberapa kode parameter yang jarang dipakai sering lupa dan belum
dicantumkan di kartu lapangan, sehingga sering terjadi pengisian
kode yang salah karena hanya menghafal kode tertentu saja yang
sering dipakai.
- Malas membuka buku pedoman dan menghafal kode parameter dari
buku maupun dari kartu lapangan, sehingga sering data keliru karena
kodenya salah.
f. Recheking
- Recheking ditetapkan pada daerah yang belum didatangi dan tidak
ada dalam foto udara, namun sering menambah sampel yang kurang
menyebar.
- Harus dilakukan oleh surveyor yang sama sehingga memiliki
persepsi yang sama tentang biofisik lahan.
- Dipakai untuk melengkapi data sekunder (iklim, sosek, administrasi,
nomografi, dll) wilayah desa sampai dengan kabupaten.
- Melengkapi dan menyempurnakan lagi sisa-sisa data biofisik yang
belum tercatat dan tidak mungkin dapat diperoleh dari IFU.

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 84


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo
g. Kompilasi data
- Data belum lengkap oleh beberapa sebab karena tidak dapat
diperoleh di lapangan karena medan yang sulit dan dari interpretasi
foto udara ada gangguan awan atau gambar tidak jelas.
- Data tertinggal karena belum sempat dikumpulkan dari lapangan dan
belum diinterpretasi.
- Data dobel yaitu dalam satu nomer unit lahan memiliki dua atau
lebih data biofisik yang berbeda.
- Beberapa kolom data dikosongkan atau ditinggalkan karena
pemahaman surveyor dan interpreter terbatas.
- Simbul data sering tidak konsisten sehingga tidak dapat ditetapkan
KPL (Kemampuan Penggunaan Lahan) dan KKL (Klasifikasi
Kesesuaian Lahan) yang tepat dan pasti.
h. Pelaporan
- Data yang belum lengkap dan sering selesainya mundur
menyebabkan pelaporan tidak segera dapat diselesaikan.
- Data palsu atau keliru menyebabkan kesimpulan KPL dan KKL yang
salah pula, sehingga pelaporannya juga tidak tepat.
- Data dengan tulisan yang kurang jelas sering dinterpretasikan
berbeda oleh pengetik (pengolah data) sehingga hasilnya juga tidak
sesuai dengan yang diharapkan dan tidak sesuai dengan kondisi
lapangan.
- Data belum sinkron antara aspek biofisik, iklim, dan sosek maka
belum dapat disimpulkan kelas KPL dan KKL
- Data tidak dilakukan pengoreksian oleh korektor sering mengalami
kekeliruan yang besar dikesimpulan nanti.

TIDAK ADA YANG LEBIH SULIT DARI


SESUATU YANG BELUM KITA KETAHUI
KEMAUAN LEBIH UTAMA DARI KEMAMPUAN
KEMAUAN LEBIH BIJAK DITUNJANG KEMAMPUAN
SERING MENCOBA AKAN SERING SALAH
TIDAK MENCOBA TIDAK PERNAH SALAH
KETAKUTAN HANYA DAPAT DISELESAIKAN DENGAN DIHADAPI
KERJAKAN SESUATU YANG MENAKUTKAN TERLEBIH DAHULU
PERMASALAHAN HANYA DAPAT BERAKHIR JIKA DIPECAHKAN
JANGAN MENIMBUN MASALAH DENGAN MEMETIESKAN
JANGAN MENGENDAPKAN MASALAH DENGAN MELUPAKANNYA
SEMUA MASALAH HARUS DISELESAIKAN DAN DITUNTASKAN

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 85


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

BIODATA BENY HARJADI


Data Diri :
Nama : Ir. Beny Harjadi, MSc.
Tempat/Tanggal Lahir: Surakarta, 17 Maret 1961
NIP/Karpeg : 710. 017.594 / E.896711
Pangkat/Golongan : Pembina / IVb
Jabatan : Peneliti Madya

Riwayat Pendidikan :
TK : TK Aisyiyah Premulung, Surakarta (1967)
SD : SD Negeri 94 Premulung, Surakarta (1973)
SMP : SMP Negeri IX Jegon Pajang, Surakarta (1976)
SMA : SMA Muhammadiyah I, Surakarta (1980)
S1 : IPB (Institut Pertanian Bogor), Jurusan Tanah/Fak.Pertanian,BOGOR (1987)
Kursus LRI (Land Resources Inventory) kerjasama dengan New Zealand selama 9 bulan
untuk Inventarisasi Sumber Daya Lahan (1992), INDONESIA-NEW
ZEALAND
S2 : ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan
Penginderaan Jauh Satelit/ Fak.Kehutanan, Montpellier, PERANCIS (1996)
PGD : Post Graduate Diplome Penginderaan Jauh, di IIRS (Indian Institute of Remote
Sensing) di danai dari CSSTEAP (Centre for Space Science & Technology
Education in Asia and The Pasific) Affiliated to the United Nations (UN/PBB :
Perserikatan Bangsa-Bangsa), Dehradun – INDIA (2005).

Riwayat Pekerjaan :
1. Staf Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Surakarta (1989).
2. Ajun Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai
Teknologi Pengelolaan DAS–Wilayah Indonesia Bagian Barat) Surakarta, 1998.
3. Peneliti Muda Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-IBB (Balai
Teknologi Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat) Surakarta, 2001.
4. Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BP2TPDAS-IBB (Balai
Litbang Teknologi Pengelolaan DAS - Indonesia Bagian Barat) Kartasura, 2005.
5. Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada BPK (Balai
Penelitian Kehutanan) Solo, 2006

Riwayat Organisasi :
1. Menwa Mahawarman, Jawa Barat (1980 – 1985)
2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), (1980 – 1983)
3. Ketua ROHIS BP2TPDAS-IBB, 2 periode (2000-2006)
Penghargaan :
1. Satya Lancana Karya Satya 10 tahun, No. 064/TK/Tahun 2004
Alamat Penulis :
1. Kantor : BPK Solo, d/a Jl.Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. Jawa
Tengah, Telp/Fax : 0271–716709, 715969
2. Rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII,
Kel.Joho, Sukoharjo, Jawa Tengah. Telp : 0271- 591268. HP : 081.22686657
PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 86
Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Lampiran 1. Blangko Isian Survai ISDL

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 87


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

Tabel 21. Penentuan Nama Tanah dengan Sifat Penciri Tanah

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 88


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

KARTU LAPANGAN

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 89


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 90


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009
SURVAI EVALUASI LAHAN (SEL)
Beny Harjadi, Peneliti BPK Solo

PMK X, Semester III Tahun 2008 Pusdiklat SDM 91


Perum Perhutan. 18-20 Nop 2008, 9 dan 20 Feb 2009

Anda mungkin juga menyukai