Anda di halaman 1dari 35

Buku Praktis Operasional

BERAS
Bermula Erosi, Rusaknya
Alam Sedimentasi
Oleh :

BENY HARJADI
Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh
Balai Penelitian Kehutanan di Solo

DEPARTEMEN KEHUTANAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO
Jl. Jend. A. Yani – Pabelan, Kartasura PO BOX 295 Surakarta 57102
Kantor : BPK SOLO, Telepon : (0271) 716709 dan Fax. (0271) 716959
Rumah : Jl.Gemak II, T.10, Telp:591268, HP:08122686657, E-m : adbsolo@yahoo.com
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

KATA PENGANTAR
B E R A S (Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi) merupakan
buku pedoman untuk peringatan kepada semua pengelola lahan, jika lahan tidak
dikelola dengan baik apalagi dilakukan penebangan pohon besar-besaran maka
akan terjadi erosi dari ringan sampai besar yang berakibat rusaknya alam karena
terjadi sedimentasi besar-besaran dibagian bawah.
Sehingga dengan melihat permasalahan erosi yang serius maka
mengetahui cara penghitungan erosi secara tepat akan dapat dilakukan
perencanaan yang lebih matang, dengan mengkelaskan jenis erosi, tingkat erosi
dan luasan lahan yang tererosi, maka akan bisa dihitung kebutuhan dana, tenaga
dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah erosi. Perhitungan
erosi dapat dilakukans secara prediksi dengan USLE atau dengan cara
perhitungan erosi baik metode kualitatif maupun kuantitatif. Metode kuantitatif
dapat dibagi menjadi tiga cara yaitu : A. Trapping All Soil Removed, B.
Sampling Sedimen in Run Off, dan C. Measuring Changes in Elevation of The
Soil Surface.
Buku Pedoman BERAS ini jauh dari kesempurnaan yang diharapkan
para pengguna, maka kritik dan saran untuk perbaikan buku tersebut sangat
dinantikan. Terimakasih kepada para pembaca yang telah mau menggunakan
buku ini sebagai acuan dan telah memberikan masukan saran perbaikan.

PENULIS

BENY HARJADI
NIP. 710017594

BENY HARJADI ii
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Erosi dan Sedimentasi ...................................................................................1
B. Faktor Penyebab Erosi...................................................................................2
C. Akibat Erosi ...................................................................................................3
II. TINGKAT KEKRITISAN LAHAN .................................................................5
A. Erodibilitas Lahan .........................................................................................5
B. Toleransi Erosi...............................................................................................6
C. Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) ........................................................8
III. PERHITUNGAN EROSI DAN SEDIMENTASI ...........................................9
A. Prediksi Erosi................................................................................................10
B. Perhitungan Erosi.........................................................................................12
1. Metode Kualitatif ....................................................................................12
2. Metode Kuantitatif ..................................................................................16
A. Trapping All Soil Removed ..............................................................16
B. Sampling Sedimen in Run Off ..........................................................20
C. Measuring Changes in Elevation of The Soil Surface ......................26
PENUTUP ............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................30

BENY HARJADI iii


BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi dan Kriteria Nilai Erodibilitas Lahan (Nilai K).... 6

Tabel 2. Simbol Tingkat Erosi dan Prosentase Lahan Tererosi serta

Indeks Deplesi Tanah. .......................................................... 14

Tabel 3. Jenis dan Simbol Erosi.......................................................... 14

Tabel 4. Data Pengamatan Sampel Erosi dari Drum Kolektor......... 18

Tabel 5.. Data Pengamatan Lapangan TMA dan Analisa

Laboratorium........................................................................ 22

Tabel 6. Tabulasi Data Erosi di Sub DAS Tapan pada Tanggal 3

Desember 1996 ..................................................................... 23

Tabel 7. Nilai SDR Berdasarkan USDA............................................ 25

Tabel 8. Data Pengamatan lapangan di Lahan Tegal Pak Karto......... 28

BENY HARJADI iv
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

I. PENDAHULUAN

A. Erosi dan Sedimentasi


Erosi tanah dipengaruhi oleh jumlah dan intensitas hujan disamping juga
kecepatan permeabilitas tanah, sehingga besarnya erosi yang terjadi tergantung
dari pengaruh hujan sebagai media penyebab erosi dan kemampuan tanah untuk
menahan erosi. Dalam hal ini terjadinya erosi tanah berlangsung dua proses
penting yang perlu dicermati yaitu adanya pemisahan dan pengangkutan partikel-
partikel tanah atau bahan-bahan lainnya. Proses erosi tersebut berlangsung dari
lereng atas selanjutnya diendapkan pada daerah atau lereng bawah dalam bentuk
sedimentasi.
Sedimentasi atau pengendapan material-material tanah yang terangkut
merupakan kelanjutan akibat adanya erosi dan limpasan permukaan dari daerah
yang ada diatasnya. Sedimentasi dan erosi merupakan proses yang berbeda tapi
saling berkaitan, dalam hal ini terjadinya sedimentasi karena diawali oleh adanya
erosi. Namun tidak selalu erosi yang terjadi akan menimbulkan sedimentasi.
Akibat yang ditimbulkan oleh erosi dan sedimentasi sama-sama tidak
menguntungkan bagi kegiatan pemanfaatan lahan baik di lahan pertanian
maupun pada kawasan hutan. Misalnya akibat erosi yang terjadi akan
mengurangi tingkat produktivitas lahan dan menurunkan kelas kemampuan
penggunaan lahan. Begitu juga akibat proses sedimentasi akan mengurangi
umur waduk karena terjadinya pendangkalan secara besar-besaran.
Dengan memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan oleh terjadinya
erosi dan sedimentasi yang akan menurunkan secara drastis pemanfaatan lahan
dan umur waduk, maka tulisan berikut dimaksudkan akan menjelaskan cara-cara
pemantauan kedua proses tersebut. Pemantauan atau pengamatan di lapangan

BENY HARJADI 1
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

dapat dilakukan dengan metode kualitatif maupun kuantitatif, tergantung


kebutuhan dan akurasi data yang diperlukan. Untuk suatu perencanaan jangka
panjang dapat menggunakan metode kualitatif, sedangkan untuk pengamatan
yang lebih detil dan dipersiapkan untuk perencanaan jangka pendek disarankan
menggunakan metode kuantitatif.

B. Faktor Penyebab Erosi


Erosi tanah adalah merupakan pemecahan agregat tanah oleh air hujan dan
pengangkutan partikel tanah oleh limpasan permukaan dari suatu tempat ke
tempat lain yang lebih rendah. Erosi tersebut pada mulanya merupakan kejadian
alamiah oleh suatu proses geologi yang belum begitu membahayakan bagi
pelestarian pemanfaatan lahan. Selanjutnya dengan semakin banyaknya campur
tangan manusia sebagai pemanfaat lahan, maka erosi yang terjadi semakin
mengganggu keseimbangan dan tidak memperdulikan asas kelestarian. Sehingga
laju erosi yang terjadi jauh melebihi kecepatan proses pembentukan tanah, erosi
tersebut dalam kategori erosi dipercepat.
Terjadinya erosi dipercepat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
iklim, topografi, tanah, tanaman, dan manusia. Dari beberapa faktor penyebab
erosi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

E = f (C, T, S, V, H)

BENY HARJADI 2
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

dimana :
E : besarnya erosi sebagai faktor dari,
C : climate (iklim)
T : topography (topografi)
S : soil (tanah)
V : vegetation (vegetasi)
H : human (manusia)

C. Akibat Erosi
Akibat terjadinya erosi tidak hanya dirasakan di daerah atas (hulu) tetapi
juga berakibat sama jeleknya pada daerah bawah (hilir), yaitu akibat buruk
tersebut dapat timbul di daerah dimana erosi terjadi (on site) atau juga merugikan
di daerah bawah yang terkena penimbunan sedimentasi material (off site).
Beberapa akibat erosi dan sedimentasi yang terjadi pada kedua daerah
yaitu yang berada di on site maupun di off site tersebut antara lain:
Pada daerah dimana erosi itu terjadi, akan mengakibatkan :
♣ Menurunkan kesuburan tanah lapisan atas (Top Soil) yang kaya akan
berbagai unsur hara dan bahan organik, dan hanya meninggalkan
lapisan tanah bawah (Sub Soil) atau kadang tinggal bahan induk
(lapisan C) atau batuan induk (lapisan R).
♣ Mengganggu sifat fisika tanah yang disebabkan oleh tenaga erosif air
hujan yang mengakibatkan menurunkan laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah, aerasi tanah, yang akan memperbesar volume
aliran permukaan.
♣ Dengan meningkatnya volume aliran permukaan akan mempercepat
proses erosi dan memperberat tingkat erosi, sehingga dari erosi

BENY HARJADI 3
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

permukaan akan menjadi erosi parit atau sampai menjadi erosi


jurang.
♣ Menurunkan produktivitas lahan pertanian, serta berkurangnya luas
lahan olah atau juga lebar jalan akibat yang ditimbulkan oleh adanya
erosi jurang.
Pada daerah bawah diluar dari daerah terjadinya erosi, akan berakibat :
♠ Perubahan sifat-sifat hidrologi pada sungai karena peningkatan
kecepatan aliran permukaan yang menyebabkan banjir di musim
hujan dan sebaliknya akan kekeringan pada waktu musim kemarau
karena tanah tidak mampu menahan air akibat rusaknya sifat fisik
tanah.
♠ Menurunkan kualitas air sungai karena semakin meningkatnya
sedimentasi bahan-bahan akibat erosi di daerah atas, sehingga tidak
dapat lagi dipakai untuk keperluan rumah tangga atau juga
menurunnya kehidupan organisme didalam sungai.
♠ Menurunkan umur waduk akibat sedimentasi bahan yang berlebih,
disamping juga pendangkalan pada aliran-aliran sungai yang akan
menurunkan volume tampung air. Sehingga jika terjadi kelebihan
aliran permukaan akan segera mengakibatkan banjir disekitar daerah
aliran sungai.

BENY HARJADI 4
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

II. TINGKAT KEKRITISAN LAHAN


Pemahaman tingkat kekritisan suatu lahan juga merupakan suatu faktor
utama untuk memilih daerah prioritas yang perlu penanganan sesegera mungkin
berkaitan dengan proses erosi dan sedimentasi pada suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS). Parameter yang menentukan tingkat kekritisan suatu lahan antara lain :
erodibilitas lahan (nilai K), toleransi erosi (nilai T), dan kemampuan penggunaan
lahan (KPL).

A. Erodibilitas Lahan
Faktor erodibilitas lahan adalah faktor kepekaan suatu jenis tanah terhadap
erosivitas hujan dalam keadaan bera sepanjang tahun dengan kemiringan lahan
9% dan panjang lereng 22,1 m. Erodibilitas lahan atau nilai K tersebut
dipengaruhi oleh empat parameter yaitu tekstur tanah, struktur tanah,
permeabilitas tanah dan bahan organik. Nilai K berkisar dari 0,1 sampai 0,7
yang menunjukkan semakin tinggi nilai tersebut maka tanah semakin mudah
tererosi, sebaliknya semakin kecil nilai K tanah semakin tahan terhadap erosi
(lihat tabel 1). Untuk merubah kondisi dari lahan yang peka terhadap erosi
menjadi tahan terhadap erosi diusahakan dengan merubah keempat faktor yang
berpengaruh terhadap nilai K, kecuali tekstur tanah yang tidak dapat dirubah.
Perbaikan tersebut dilakukan dengan cara menambahkan bahan organik atau
bahan lain yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah, yang akan memperbaiki
struktur tanah dan mempercepat permeabilitas tanah.

BENY HARJADI 5
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Tabel 1. Klasifikasi dan Kriteria Nilai Erodibilitas Lahan (Nilai K)


KELAS NILAI - K KRITERIA KETAHANAN
TERHADAP EROSI
1 0,00 - 0,10 sangat rendah sangat tahan
2 0,11 - 0,20 rendah sedikit tahan
3 0,21 - 0,32 sedang tahan
4 0,33 - 0,43 agak tinggi agak peka
5 0,44 - 0,55 tinggi peka
6 0,56 - 0,64 sangat tinggi sangat peka

B. Toleransi Erosi
Toleransi erosi atau batas ambang erosi yang diperkenankan terjadi pada
suatu lahan, karena laju erosi tidak mungkin ditekan sampai nol atau tidak terjadi
erosi sama sekali. Sehingga erosi yang terjadi di suatu lahan boleh saja terjadi
asal tidak sampai melebihi nilai toleransi erosi (nilai T). Dengan kata lain jika
erosi telah jauh melebihi dari besarnya nilai T maka harus segera di waspadai
dan dilakukan beberapa upaya untuk mencegah terjadinya erosi baik dengan
teknik sipil maupun teknik vegetatif.
Nilai toleransi erosi dapat diperoleh dengan salah satu cara yang
dikemukakan oleh beberapa metode perhitungan nilai tersebut, antara lain :

BENY HARJADI 6
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Dimana :

Hammer (1981) T : toleransi erosi (mm/th)


EqD : faktor kedalaman tanah x
kedalaman efektif tanah
EqD
T = ⎯⎯⎯ RL : Resource Life (300 dan 400
RL
tahun)

Achlil (1982) K : erodibilitas tanah

T = 4 + 1,266 (10 D - K - 2)

Wood dan Dent (1983) D : kedalaman tanah (m)


Dmin : kedalaman minimum tanah
(EqD - Dmin)
T = ⎯⎯⎯⎯⎯ + LPT LPT : laju pembentukan tanah
RL
(ton/joule)
: 0,55 mm/th

BENY HARJADI 7
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

C. Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL)

Klasifikasi Kemampuan Penggunaan Lahan (KPL) yang dikemukakan


oleh Klingebiel dan Montgomery (1961) dan SCRCC (1971) telah disepakati
secara internasional dibagi menjadi 8 kelas yang terdiri dari kelas I sampai
dengan kelas VIII. Semakin tinggi kelas KPL tersebut maka dapat dikategorikan
lahan semakin kritis dan tingkat produktivitas lahan semakin menurun. Misalnya
secara tradisional kelas KPL I sampai IV cocok digunakan untuk budidaya
pertanian tanaman semusim, padang rumput atau hutan, sedangkan kelas KPL V
sampai VII hanya terbatas untuk padang rumput atau hutan, selanjutnya untuk
kelas KPL VIII disarankan hanya untuk perlindungan daerah aliran sungai.

Lebih jauh lagi Kelas KPL yang dipengaruhi oleh total tingkat
penghambat tersebut dibagi menjadi 5 Sub Kelas KPL dari jenis pembatas utama
yang meliputi : erosi (e : erosion), kebasahan (w : wetness), tanah (s : soil), iklim
(c : climate) dan gradien (g : gradient). Pada tingkat detil Sub Kelas KPL dibagi
lagi atas dasar pengelompokkan beberapa satuan peta inventarisasi yang
mempunyai kemiripan respon terhadap pengelolaan yang sama, mempunyai hasil
potensial yang hampir sama, dan memerlukan upaya konservasi tanah yang sama
pada tingkat Satuan KPL.

BENY HARJADI 8
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

III. PERHITUNGAN EROSI DAN


SEDIMENTASI
Pengukuran dan perhitungan tanah yang hilang akibat erosi dapat
dilakukan dengan pengukuran secara langsung di lapangan dengan metode
kuantitatif dan kualitatif maupun dengan metode pendugaan. Metode-metode
yang dipakai untuk mengevaluasi atau mengukur besarnya tanah yang hilang
dari suatu areal lahan atau daerah yang lebih kompleks pada DAS tergantung
pada :
◊ Jenis Erosi,
◊ Luasan areal,
◊ Tujuan Pengukuran Erosi.

Dengan demikian ada keperluan pengukuran yang bertujuan untuk


mendapatkan data tentang besarnya erosi yang terjadi pada suatu DAS secara
mendetil dan teliti tentunya dengan metode yang lebih akurat pula. Namun ada
pula yang sifatnya hanya bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi erosi
yang terjadi pada suatu DAS dengan metode yang lebih sederhana dari
sebelumnya. Dengan metode yang sederhana ini bukan berarti hanya didasarkan
pada penilaian secara kualitatif, namun dapat pula dihitung secara kuantitatif.
Oleh karena itu, uraian selanjutnya akan menjajikan cara sederhana pengukuran
erosi yang dapat dengan mudah diterapkan di lapangan dengan tidak mengurangi
keakuratan penilaian besarnya tanah yang hilang pada suatu tempat dan waktu
tertentu.

BENY HARJADI 9
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Pengukuran erosi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kehilangan


tanah yang terjadi pada suatu lahan pada periode waktu tertentu baik harian,
bulanan, atau tahunan. Namun dalam pengukurannya ditemui beberapa kendala
antara lain :
⇒ erosi tanah merupakan proses yang terputus-putus,
⇒ erosi tidak selalu tampak dengan jelas untuk diikuti prosesnya sehingga
terkesan kehilangan tanah berlangsung cepat,
⇒ besarnya erosi yang terjadi akan berlainan untuk kondisi permukaan
dan sifat-sifat tanah yang berbeda.

A. Prediksi Erosi
Universal Soil Loss Equation (USLE)
Persamaan Kehilangan Tanah Secara Umum

Prinsip perhitungan erosi dengan USLE adalah sebagai berikut :


⇒ Bahwa hasil perhitungan tersebut hanya merupakan prediksi atau
dugaan dari data besarnya intensitas hujan ,
⇒ Besarnya intensitas hujan dapat dihitung dengan berbagai metode
antara lain dengan metode Wischmeier (1959), Lenvain (1975), Bols I
(1978), dan Bols II (1978),
⇒ Dua parameter yang berperan dalam perhitungan ini adalah Erosivitas
hujan (nilai R) dan erodibilitas tanah (nilai K), disamping juga faktor
lainnya yaitu lereng (LS), penggunanan lahan (C), dan bangunan
konservasi tanah (P).

BENY HARJADI 10
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Kemungkinan dapat terjadi, besarnya erosi pertama dengan berikutnya


sama tetapi intensitas hujan dari curah hujan yang turun berbeda. Sehingga perlu
memperhatikan Koefisien Erosi yaitu perbandingan besarnya tanah tererosi
dengan erosivitas hujan, yang dirumuskan sebagai berikut :

A
Ke = ---------
R

Dimana :
Ke : Koefisien erosi, yaitu perbandingan banyaknya tanah tererosi
dengan erosivitas hujan,
A : besarnya erosi tanah
R : erosivitas hujan (EI30 adalah energi kinetis hujan intensitas
30 menit).

Prediksi erosi dengan metode USLE yang merupakan persamaan umum


kehilangan tanah sampai sekarang masih digunakan sebagai penduga erosi yang
terjadi pada sebidang tanah. Persamaan ini dapat dipakai sebagai petunjuk dalam
pengambilan keputusan perencanaan teknik konservasi tanah di lapangan.
Bentuk persamaan umum kehilangan tanah dikemukakan oleh Wischmeier dan
Smith (1978) sebagai berikut :

A = R. K. LS. C. P

dimana :
A : total rata-rata tanah yang tererosi setiap tahun (ton/ha/th)

BENY HARJADI 11
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

R : indeks erosivitas hujan


K : indeks erodibilitas lahan
LS : faktor panjang lereng (L = m) dan kemiringan lereng (S = %)
C : faktor tanaman
P : faktor upaya konservasi tanah.

B. Perhitungan Erosi
1. Metode Kualitatif
Land Reseource Inventory (LRI)
Inventarisasi Sumber Daya Lahan

Pada pengamatan erosi untuk tujuan tertentu khususnya sebagai dasar


perencanaan jangka panjang tidak perlu menggunakan data erosi secara
kuantitatif tetapi cukup dengan pengumpulan data kualitatif atau informasi
deskriptif kondisi lahan. Beberapa cara mendeteksi adanya erosi suatu lahan
dengan melihat tanda-tanda yang terdapat di lapangan sebagai berikut :
♥ Suatu kolom atau dasar tanah yang letak dan posisinya berada relatif
lebih tinggi dari daerah lain disekitarnya. Pada kolom dasar tanah
tersebut terlindungi oleh batu-batu, kumpulan rumput atau kayu,
♥ Akar pepohonan atau semak-semak belukar yang tersingkap keluar,
♥ Adanya pengerasan lapisan tanah atas yang disebabkan oleh hilangnya
lapisan partikel-partikel tanah halus pada lapisan olah tanah,
♥ Adanya parit-parit atau jurang-jurang yang merupakan erosi berat,
♥ Adanya penumpukkan atau pengendapan sedimen pada dasar parit-
parit, cekungan-cekungan, kaki lereng perbukitan,

BENY HARJADI 12
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

♥ Melihat perbedaan warna pada profil tanah dari horison A dan B, atau
membandingkan dengan profil-profil lain disebelahnya yang belum
tererosi.

Pengumpulan data erosi metode LRI dilakukan dengan pengkodean pada


setiap masing-masing satuan peta dengan mencatat maksimum 2 tipe erosi yang
dominan. Adapun urutan penulisan kode erosi tersebut selengkapnya sebagai
berikut (lihat tabel 2 dan 3) :
1. tingkat erosi dominan,
2. tipe erosi dominan,
3. tingkat erosi lain,
4. tipe erosi lain,
5. prosentase satuan peta yang tererosi,
6. indeks deplesi tanah.
Sebagai contoh dari hasil pengamatan erosi di lapangan ditemui 2 tipe
erosi yang dapat dituliskan dalam bentuk simbul sebagai berikut :

2S, 1L 43

artinya :
2S : tipe erosi lapis (S) dengan tingkat erosi sedang (2)
1L : tipe erosi tanah longsor (L) dengan tingkat erosi ringan (1)
4 : prosentase satuan peta yang tererosi 40-60%
3 : indeks deplesi tanah pada tingkat 3.

BENY HARJADI 13
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Tabel 2. Simbol Tingkat Erosi dan Prosentase Lahan Tererosi serta Indeks
Deplesi Tanah.
Tingkat Erosi Prosentase Indeks Deplesi Tanah (IDT)
Tererosi
0. tidak ada 0. < 1% 0. lapisan tanah atas utama tidak hilang
1. ringan 1. 1 - 10 % 1. daerah utama lapisan tanah atas tinggal
2. sedang 2. 10 - 20% sedikit (30 - 100% hilang),
3. berat 3. 20 - 40% 2. daerah utama lapisan tanah bawah
4. 40 - 60% terbuka atau banyak yang hilang ( 20 -
5. 60 - 80% 50%),
6. > 80% 3. daerah utama bahan induk terbuka

Tabel 3. Jenis dan Simbol Erosi

JENIS EROSI SIMBOL EROSI

Gerakan Partikel
Erosi Lapis S Sheet
Erosi Alur R Rill
Erosi Jurang G Gully
Erosi Angin W Wind

Gerakan Massa
Jatuhan F Fall
Tanah Longsor L Landslide
Aliran Tanah FL Flow
Slump Su Slump

BENY HARJADI 14
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Lain-lain
Erosi tebing sungai Sb Streambank
Erosi pantai C Coastal
Deposisi/Pengendapan D Deposition

Ketentuan Lain
Erosi jurang sisi jalan rG Roadside Gully
Erosi lapis sisi jalan rS Roadside Sheet
Tanah longsor sisi jalan rL Roadside Landslide
Aliran masa tanah eFL Earth Flow
Aliran lumpur mFL Mud Flow
Tanah longsor dangkal sL Shallow Landslide
Tanah longsor dalam dL Deep Landslide
Aliran masa tanah dangkal sFL Shallow Flow
Aliran masa tanah dalam dFL Deep Flow
Aliran masa tanah rayapan cFL Creeping Earth Flow

BENY HARJADI 15
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

2. Metode Kuantitatif
A. Trapping All Soil Removed
Metode Pengendapan Tanah Terangkut

Prinsip metode pengukuran ini adalah :


n Menampung seluruh tanah yang terangkut pada suatu plot,
o Penampungan limpasan air dan partikel tanah dengan kolektor,
p Bentuk kolektor disesuaikan dengan kondisi lahan,
q Hasil perhitungan realitis dan akurat.

a. Rumus Perhitungan Erosi

A = (Kb.Vb) + (K1.V1) + N1 x (K2.V2 + N2. K3.V3)

dimana :
A : bobot tanah tererosi (ton/hektar/tahun)
Kb : beban dasar kolektor I
K1 : sampel suspensi kolektor I
K2 : sampel suspensi kolektor II
K3 : sampel suspensi kolektor III
Kb, K1, K2, dan K3 merupakan hasil analisa
laboratorium yang dinyatakan (satuan gram/liter).
Vb : volume beban dasar kolektor I
V1 : volume suspensi kolektor I
V2 : volume suspensi kolektor II

BENY HARJADI 16
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

V3 : volume suspensi kolektor III


Vb, V1, V2 dan V3 merupakan hasil pengukuran dan
perhitungan pada saat pengamatan di lapangan
(satuan meter kubik = m3).
N1 : jumlah lubang pembagi pada kolektor I
N2 : jumlah lubang pembagi pada kolektor II

b. Rumus Perhitungan Limpasan Permukaan

Vro = { V1 + N1 (V2 + N2.V3) } - A/BJ

dimana :
Vro : volume limpasan permukaan (m3)
BJ : bobto jenis (ton/m3)

CONTOH PERHITUNGAN :

Dari hasil pengamatan lapangan pada tanggal 3 Desember 1996 di Sub


DAS Tapan diperoleh data lapangan dan analisa erosi di laboratorium sbb :

BENY HARJADI 17
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Tabel 4. Data Pengamatan Sampel Erosi dari Drum Kolektor


Drum Diameter Lubang TMA Sampel Keteranga
Kolekto Drum (m) Drum (m) (g/l) n
r (buah)
I 0,40 3 0,07 1006,350 lumpur
I 0,40 3 0,23 0,348 cairan
II 0,60 12 0,67 0,027 cairan
III 0,60 0 0,09 0,136 cairan

1. Berapa besar erosi yang terjadi di Sub DAS Tapan pada tanggal 3
Desember 1996 ?
2.Berapa besarnya aliran permukaan, jika BJ tanah 1,1 g/cm3 ?

JAWABAN :
Kb = 1006,350 g/l
K1 = 0,348 g/l
K2 = 0,027 g/l
K3 = 0,136 g/l

Vb = 3,14 x (½ x 0,40)2 x 0,07 = 0,0088 m3


V1 = 3,14 x (½ x 0,40)2 x 0,23 = 0,0289 m3
V2 = 3,14 x (½ x 0,60)2 x 0,67 = 0,1894 m3
V3 = 3,14 x (½ x 0,60)2 x 0,09 = 0,0254 m3

N1 = 3 lubang
N2 = 12 lubang

BENY HARJADI 18
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

A = (Kb.Vb) + (K1.V1) + N1 x (K2.V2 + N2. K3.V3)


= (1006,350 x 0,0088) + (0,348 x 0,0289) +
3 x (0,027 x 0,1894 + 12 x 0,136 x 0,0254)
= 9,0056 kg = 0,009 ton
Jadi besarnya erosi yang terjadi = 0,009 ton
Vro = { V1 + N1 (V2 + N2.V3) } - A/BJ
= {0,0289 + 3 x (0,1894 + 12 x 0,0254)} - 0,009/1,1
= 1,5203 - 0,009/1,1 = 1,512 m3
Jadi besarnya aliran permukaan = 1,512 m3

BENY HARJADI 19
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

B. Sampling Sedimen in Run Off


Metode Pengambilan Sampel Sedimen Aliran
Permukaan

Prinsip metode pengambilan sampel sedimen pada aliran permukaan tanah


adalah :
1.Sedimen berbeda dengan erosi permukaan,
2.Sedimen merupakan kelanjutan proses erosi,
3.Sedimen diukur pada suatu daerah tangkapan air (Catchment).

a. Rumus Bobot Suspensi

Sy = V x C
V = Q x t

dimana :
Sy : sediment yield (bobot sedimen terangkut pada aliran permukaan)
satuan kilogram (Kg),
V : volume interval permukaan satuan meter kubik (m3),
t : interval waktu pengamatan satuan detik (dt),
C : kadar konsentrasi suspensi satuan gram/detik (g/dt).

b. Rumus Sediment Delivery Ratio (SDR)

S (1 - a x Ab)
SDR = ------------------- + (a x Ab)
2 (S + 50 x N)

BENY HARJADI 20
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

dimana:
SDR : Sediment Delivery Ratio (0 < SDR < 1)
: merupakan perbandingan antara jumlah sedimen
yang mencapai outlet dengan total erosi yang terjadi pada daerah
tangkapan air.
S : kemiringan lereng rata-rata (%)
A : koefisien kekasaran manning
a : 0,8683216132
b : - 0,2018621338

C. Rumus Erosi Satu Kejadian Hujan

Sy
A = ------
SDR

CONTOH PERHITUNGAN

Dari pengamatan lapangan dan analisa sampel suspensi di Sub DAS Tapan
pada tanggal 3 Desember 1996 pada luasan daerah tangkapan air seluas 5 hektar
diperoleh data sebagai berikut :

BENY HARJADI 21
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Tabel 5.. Data Pengamatan Lapangan TMA dan Analisa Laboratorium


No. Jam Pengamatan TMA Kadar Suspensi
cm (g/dt)
1. 17.05 5 0,057
2. 17.10 7 0,071
3. 17.15 15 0,082
4. 17.20 30 0,092
5. 17.25 40 0,093
6. 17.30 50 0,094
7. 17.35 45 0,105
8. 17.40 40 0,100
9. 18.00 20 0,970
10. 19.00 5 0,060
11. 20.00 0 0

1. Berapa besarnya erosi yang terjadi pada satu kejadian hujan pada
catcment area di Sub DAS Tapan seluas 5 hektar ?
2. Berapa besarnya aliran permukaan pada satu kejadian hujan ?

BENY HARJADI 22
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

JAWABAN :

Tabel 6. Tabulasi Data Erosi di Sub DAS Tapan pada Tanggal 3 Desember 1996
No. Jam Interv TMA Debit Air Volume C A
al cm m3/dt RO g/l/dt kg
menit (m3)
1 2 3 4 5 6 7 8
1. 17.05 5 5 0,00078 0,234 0,057 0,013
2. 17.10 5 7 0,0018 0,54 0,071 0,038
3. 17.15 5 15 0,012 3,6 0,082 0,295
4. 17.20 5 30 0,069 20,7 0,092 1,904
5. 17.25 5 40 0,141 42,3 0,093 3,933
6. 17.30 5 50 0,247 74,1 0,094 6,965
7. 17.35 5 45 0,190 57 0,105 5,985
8. 17.40 20 40 0,141 169,2 0,100 16,92
9. 18.00 60 20 0,025 90 0,970 87,30
10. 19.00 60 5 0,00078 2,808 0,060 0,168
11. 20.00 0 0 0 0 0 0
460,482 123,521

a. Interval Waktu (Kolom 3)


Merupakan selisih pengamatan saat pengukuran pertama dengan
pengukuran berikutnya, sebagai contoh perhitungan interval waktu untuk nomer
1. Jam 17.10 - 17.05 = 5 menit
10. Jam 20.00 - 19.00 = 60 menit
b. Debit Air (Kolom 5)
BENY HARJADI 23
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Jumlah volume air pada satuan waktu tertentu, dalam hal ini volume
menggunakan satuan m3 dan satuan waktu menggunakan detik, sehingga debit
air = m3/dt. Debit air diukur dengan alat ukur THOMPSON, sehingga rumus
debit air :

Q = 1,4 (TMA)5/2

Sehingga contoh perhitungan untuk nomer :


1. Q = 1,4 (0,05)5/2 = 0,00078 m3/dt
9. Q = 1,4 (0,20)5/2 = 0,02500 m3/dt

c. Volume Run Off (Kolom 6)

V=Q x t

Sehingga contoh perhitungan nomer :


1. V = 0,00078 x (5 x 60) = 0,234 m3
9. V = 0,025 x (20 x 60) = 90 m3

d. Bobot Suspensi (Kolom 7)


Sy = V x C
Sehingga contoh perhitungan nomer :
1. Sy = 0,234 x 0,0517 = 0,013 kg
9. Sy = 90 x 0,97 = 87,300 kg

e. Erosi Satu Kejadian Hujan

BENY HARJADI 24
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Besarnya erosi satu kejadian hujan adalah jumlah bobot suspensi satu
kejadian hujan dibagi dengan Sediment Delivery Ratio (SDR).
Total suspensi = 123,521 kg = 0,123 ton
Sy
A = ---------
SDR

0,123
A = --------- = 0,212 ton
0,58

Jadi besarnya erosi satu kejadian hujan adalah = 0,212 ton

CATATAN :
Besarnya SDR dapat menggunakan tabel SDR menurut Soil Conservation
Service-USDA berikut ini :

Tabel 7. Nilai SDR Berdasarkan USDA


Luas (Km2) Luas (Ha) SDR
0,05 5 0,58
0,1 10 0,52
0,5 50 0,39
1 100 0,35
5 500 0,25
10 1.000 0,22
50 5.000 0,153
100 10.000 0,127
500 50.000 0,079
1000 100.000 0,059

BENY HARJADI 25
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

C. Measuring Changes in Elevation of The Soil


Surface
Metode Pengukuran Perubahan Elevasi Permukaan Tanah

Prinsip pengukuran erosi dengan menggunakan metode pengukuran


perubahan elevasi permukaan tanah adalah :
1. Besarnya erosi ditunjukkan oleh besarnya pengikisan (-) sebaliknya
besarnya sedimentasi ditunjukkan oleh penambahan bahan (+),
2. Pengukuran perubahan elevasi dengan melihat adanya pengikisan dan
penimbunan tidak selalu mudah dalam pelaksanaannya, karena sulit
diikuti prosesnya,
3. Untuk melihat perubahan elevasi dengan ditunjukkan adanya
pengikisan atau penimbunan, dengan menggunakan alat tongkat yang
dipasang permanen dan diukur pada periode waktu tertentu.

a. Rumus Erosi Pada lahan Beralur

A = E x K x L x BJ

dimana :
A : besarnya erosi yang terjadi (ton)
E : perubahan elevasi (+/-) satuan meter (m)
K : keliling basah saluran satuan meter (m)
L : panjang saluran satuan meter (m)
BJ : berat jenis tanah satuan ton/m3

BENY HARJADI 26
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

b. Rumus Erosi Pada lahan Tak Beralur/Berparit

A = E x P x L x BJ
dimana :
A : besarnya erosi yang terjadi satuan ton
E : perubahan elevasi (+/-) satuan meter (m)
P : panjang lahan satuan meter (m)
L : lebar lahan satuan meter (m)
BJ : berat jenis tanah satuan ton/m3

CONTOH PERHITUNGAN :
c Dari hasil pengamatan di lapangan pada tanggal 6 Desember 1996 di
Karanganyar pada lahan tebu dengan menggunakan tongkat (stik)
terjadi penurunan ketebalan tanah setebal 5 cm pada parit. Keliling
parit tersebut 75 cm dengan panjang 100 cm.
Berapa besarnya erosi yang terjadi pada parit tersebut ?
(BJ tanah 1,2 g/cm3).
JAWABAN :
A = E x K x L x BJ
= 0,05 x 0,75 x 100 x 1,2
= 4,5 ton
d Pada lahan tegal Pak Karto Desa Girimarto dari hasil pengamatan
dengan menggunakan tongkat yang dipasang pada jarak 3 m selama
satu tahun dengan pengamatan tiap-tiap bulan diperoleh data sebagai
berikut :

BENY HARJADI 27
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

Tabel 8. Data Pengamatan lapangan di Lahan Tegal Pak Karto

PERUBAHAN ELEVASI
Nomer Jalur I Jalur II Jalur III
Tongkat (cm) (cm) (cm)
a 0 - 0,5 0
b - 0,5 -1 +1
c - 0,5 -1 +1
d - 0,5 - 0,5 0
Rata-rata - 0,0038 - 0,0075 + 0,005

Berapa besarnya kehilangan tanah di lahan Pak Karto tersebut jika pada
jalur I, II, dan III masing-masing memiliki lebar 7 m, 6 m dan 7 m serta
panjang 10 m ?
(Diketahui BJ lahan tersebut = 1,1 kg/dm3).

JAWABAN :
A = E x P x L x BJ

AI = - 0,0038 x 10 x 7 x 1,1 = - 0,2926 ton


AII = - 0,0075 x 10 x 6 x 1,1 = - 0,4950 ton
AIII = + 0,005 x 10 x 7 x 1,1 = + 0,3850 ton
Total Erosi = - 0,4026 ton

Jadi besarnya erosi di lahan Pak Karto = 0,4026 ton

BENY HARJADI 28
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

PENUTUP

ÎErosi yang terjadi dapat berakibat buruk pada tempat dimana erosi tersebut
berlangsung (In Site) juga berlaku diluar dari tempat terjadinya erosi (Off
Site), yaitu kehilangan material tanah dibagian atas berakibat kurang
menguntungkan pula pada daerah dibawahnya yang akan terjadi penimbunan
(sedimentasi).

ÎFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap erosi selain faktor manusia juga oleh
faktor fisik lapangan antara lain iklim, topografi, tanah dan tanaman.

ÎPengukuran erosi dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif


tergantung dari tingkat ketelitian data dan ketersediaan alat, disamping juga
dapat berupa informasi deskriptif dari indikasi telah terjadinya erosi di
lapangan.

BENY HARJADI 29
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

DAFTAR PUSTAKA

Achlil, K., 1982. Kriteria Lahan Kritis Dalam Rangka Program PHTA. Dep.
Tan., DirJen Hut., Dir. reb & Rehab., Proyek P3DAS, Solo.

Bols, 1978. The Iso-erodent map of Jawa and Madura, Report Belgian
Technical Assistance Project ATA 105. Centre for Soil Research. Bogor.
p39..

Fletcher, J.R. dan R.G. Gibb, 1990. Land resource Survey Handbook for Soil
Conservation Planning in Indonesia. Project report No.1, Scientific
Report No. 11; Indonesia-New Zealand resource Mapping Project,
BTPDAS Surakarta.

Hammer, W.I., 1981. Second Soil Conservation Consultant Report.


AGOF/INS/78 /006. Tech. Note No. 10. Centre for Soil Research, Bogor,
Indonesia.

Harjadi B., 1990. Laporan Kajian Prediksi Erosi di Sub DAS Tapan dan Sub
DAS Wader tahun 1989/90, Departemen Kehutanan, Ditjen RRL, BTP
DAS. Surakarta.

Harjadi, B., 1993. Survai Pendahuluan Inventarisasi Sumber Daya Lahan di


Sub DAS Keduang. Proyek PTPDAS, BTPDAS Surakarta.

Klingebiel, A.A. and P.H. Montgomery, 1961. Land Capability Classification.


USDA Agriculture Handbook No. 210.

Wischmeier, W.H., and D.D. Smith, 1959. Predicting Rainfall Erosion Losses
From Cropland East of The Rocky Mountains, USDA Agr. Handbook,
282.

Wood, S.R. dan F.J. Dent, 1983. Lecs A Land Evaluation Computer System
Methodology. AGOF/INS/78/006, Manual 5. version 1, Ministry of Agr.
GOI/UNDP and FAO.

BENY HARJADI 30
BPK SOLO
BERAS
Bermula Erosi Rusaknya Alam Sedimentasi

BIODATA BENY HARJADI


Data Diri :
Nama : Ir. Beny Harjadi, MSc.
Tempat/Tanggal Lahir : Surakarta, 17 Maret 1961
NIP/Karpeg : 19610317.199002.1.001/ E.896711
b
Pangkat/Golongan : Pembina / IV
Jabatan : Peneliti Madya
Riwayat Pendidikan :
TK : TK Aisyiyah Premulung, Surakarta (1967)
SD : SD Negeri 94 Premulung, Surakarta (1973)
SMP : SMP Negeri IX Jegon Pajang, Surakarta (1976)
SMA : SMA Muhammadiyah I, Surakarta (1980)
S1 : IPB (Institut Pertanian Bogor), Jurusan Tanah/Fak.Pertanian,BOGOR (1987)
Kursus LRI (Land Resources Inventory) kerjasama dengan New Zealand selama 9 bulan untuk Inventarisasi
Sumber Daya Lahan (1992), INDONESIA-NEW ZEALAND
S2 : ENGREF (École Nationale du Génie Rural, des Eaux et des Forêst), Jurusan Penginderaan Jauh Satelit/
Fak.Kehutanan, Montpellier, PERANCIS (1996)
PGD : Post Graduate Diplome Penginderaan Jauh, di IIRS (Indian Institute of Remote Sensing) di danai dari
CSSTEAP (Centre for Space Science & Technology Education in Asia and The Pasific) Affiliated to the
United Nations (UN/PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa), Dehradun – INDIA (2005).
Riwayat Pekerjaan :
1. Staf Balai Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), Surakarta (1989).
2. Ajun Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai Teknologi
Pengelolaan DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 1998.
3. Peneliti Muda Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BTPDAS-WIB (Balai Teknologi Pengelolaan
DAS – Wilayah Indonesia Bagian Barat), 2001.
4. Peneliti Madya Bidang Konservasi Tanah dan Air pada BP2TPDAS-IBB (Balai Litbang Teknologi
Pengelolaan DAS - Indonesia Bagian Barat), 2005.
5. Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh pada BPK (Balai Penelitian Kehutanan) Solo,
2006
Riwayat Organisasi :
1. Menwa Mahawarman, Jawa Barat (1980 – 1985)
2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), (1980 – 1983)
3. Ketua ROHIS BP2TPDAS-IBB, 2 periode (2000-2006)
Penghargaan :
1. Satya Lancana Karya Satya 10 tahun, No. 064/TK/Tahun 2004
Alamat Penulis :
1. Kantor : BPK SOLO, d/a Jl.Ahmad Yani Pabelan, Po.Box.295, Surakarta. Jawa Tengah, Telp/Fax :
0271–716709, 715969. E-mail: bpksolo@indo.net.id
2. Rumah : Perumahan Joho Baru, Jl.Gemak II, Blok T.10, Rt 04/ Rw VIII, Kel.Joho, Sukoharjo, Jawa
Tengah. Telp : 0271- 591268. HP : 081.22686657
E-mail : adbsolo@yahoo.com

BENY HARJADI 31
BPK SOLO

Anda mungkin juga menyukai