Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada bidang agroindustri. Berbagai macam komoditas pada bidang agroindustri sangat berpotensi untuk dikembangkan dan dapat dijadikan sebagai produk andalan asli Indonesia. Salah satu contoh produk agroindustri yang terkenal dalam ranah perdagangan yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri digunakan secara luas pada parfum, kosmetik, perasa makanan dan minuman, dan juga pada produk pembersih rumah tangga. Berbagai macam tanaman seperti jeruk purut, cengkeh, daun nilam, kayu putih, serai dan lain-lain, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan minyak atsiri. Selain itu, berbagai macam bunga pun dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan minyak atsiri karena aroma bunga yang harum sehingga keharumannya tersebut dapat dimanfaatkan. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat awam, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Kualitas ataupun mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masingmasing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya. Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak mutu minyak atsiri yang bersangkutan. Bila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah. Teknologi isolasi atau ekstraksi minyak atsiri pun bermacam-macam yaitu penyulingan, ekstraksi dengan pelarut, pengepresan, dan enfleurasi. Pada prinsipnya, isolasi minyak atsiri dilakukan untuk memperbaiki mutu minyak atsiri. Berbagai metode dilakukan untuk memisahkan senyawasenyawa yang tercampur di dalam minyak atsiri. Senyawa-senyawa yang dipisahkan tersebut umumnya dapat menurunkan mutu minyak atsiri, sehingga apabila ingin mendapatkan mutu minyak atsiri yang tinggi perlu dilakukan berbagai metode isolasi. Metode isolasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode penyulingan dengan uap langsung (steam distillation) yang menggunakan bahan baku berupa daun jeruk purut dan metode ekstraksi dengan pelarut serta enfleurasi yang menggunakan bahan baku bunga melati dan bunga sedap malam. Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya, bisa dilakukan dengan beberapa proses isolasi atau ekstraksi baik secara fisika ataupun kimia. Oleh karena itu, dilakukan beberapa teknik atau metode ekstraksi minyak atsiri dengan berbagai bahan baku utama untuk mengetahui kecocokan antara bahan baku yang digunakan dengan metode yang digunakan pula. B. Tujuan Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam metode ekstraksi atau isolasi minyak atsiri, mengetahui proses dari masing-masing metode yang dilakukan, dan mengetahui kadar dari komponen utama minyak atsiri yang dibuat.

II.

METODOLOGI

A. Bahan dan Alat Bahan : Daun jeruk purut, bunga melati, bunga sedap malam, air, pelarut organik nheksana/petroleum ester, etanol, dan lemak. Alat : Ketel suling, labu florentine, gelas ukur, timbangan, pisau, talenan, erlenmeyer, pendingin balik, klafenger, aufhauser, neraca, ekstraktor, evaporator, gelas beker, kaca enfleurasi, dan sudip. B. Prosedur kerja Penyulingan Ketel suling diisi air secukupnya.

- Ekstraksi dengan pelarut Simplisia

Boiler dipanaskan sampai suhu maksimal 80oC

Dimasukkan dalam ekstraktor

Bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ketel

Pelarut murni dipompakan ke dalam ekstraktor

Labu florentine dipasang dan air dialirkan melalui kondensor

Pengotor dipisahkan dengan cara penyulingan pada suhu dan tekanan rendah. Diperoleh concrete

Suhu pada ketel uap dinaikkan, tekanan diatur dan dikontrol

Concrete dimurnikan dengan alkohol dan kemudian disaring.

Tetesan kondesat pertama diamati dan dicatat. Penyulingan kurang lebih 2 jam.

Alkohol dan minyak atsiri dipisahkan dengan penyulingan pada tekanan dan suhu rendah.

Distilat yang dihasilkan dipisahkan dalam labu florentine dan disimpan dalam botol

Minyak murni

Minyak dan rendemen

Enfleurasi

- Kadar air 10-30 g sampel + 50-100 ml toluena dicampur

Lemak dihamparkan secara merata pada lapisan tipis plat kaca

Mahota bunga diletakkan pada lemak selama 24 jam.

Campuran tersebut didistilasi sampai volume air tidak bertambah

Lemak yang sudah jenuh dikerok dengan menggunakan sudip.

Kadar Minyak atsiri Volume yang tetampung dibaca 50-100 g sampel +akuades sampai terendam Didistilasi hingga voleme minyak tidak bertambah

Lemak diekstraksi dengan alkohol, lalu didinginkan pada suhu rendah.

Lemak dipisahkan dari alkohol dengan cara disaring.

Volum minyak yang tertampung dibaca

Minyak atsiri dipisahkan dari alkohol dengan evaporasi.

III. A. Hasil Pengamatan Terlampir

HASIL DAN PEMBAHASAN

B.

Pembahasan Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan empat macam metode, yaitu penyulingan (distillation), pengepresan (expression), ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction) dan enfleurasi. Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan (Satyadiwiria 1979). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah. Proses penyulingan minyak atsiri, secara umum terdapat tiga metode yang biasa digunakan yaitu proses penyulingan dengan air ( water destilation), penyulingan dengan uap (steam destilation), serta penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation). Pada metode penyulingan dengan air (water distillation), bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Minyak atsiri akan dibawa oleh uap air yang kemudian didinginkan dengan mengalirkannya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan (Guenther 1987). Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan melati. Penyulingan dengan air ini biasa disebut juga dengan penyulingan langsung. Proses penyulingan langsung terlihat mudah dalam penanganan dan penggunaannya namun ternyata mengakibatkan kerugian berupa kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat mengakibatkan teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan yang tidak dikehendaki. Kelemahan lainnya dari cara penyulingan ini adalah karena tidak baik digunakan untuk bahan-bahan yang fraksi sabun, bahan yang larut dalam air dan bahan yang sedang disuling dapat hangus jika suhu tidak diawasi. Keuntungan dari penggunaan sistim penyulingan ini adalah karena baik digunakan untuk menyuling bahan yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika kena panas. Metode penyulingan dengan uap (steam distillation) disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri uap panas dengan tekanan tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther 1987). Selain itu, penyulingan dengan metode ini biasa dipakai juga untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman. Sistem penyulingan ini tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsriri yang mudah rusak oleh pemanasan dan air. Minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan, baunya akan sedikit berubah dari bau asli alamiah, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga-bungaan. Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang seri sehingga proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun memerlukan konstruksi ketel

yang lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih baik dan sempurna dan biaya yang diperlukan lebih mahal ( Lutony dan Rahmayati 2000). Penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation) biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan sistem perebusan, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.Cara ini paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan, uap air akan baik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin. Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan. Metode kukus ini terdapat sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Keuntungan lain dengan menggunakan sistim penyulingan ini adalah lama penyulingan relatif lebih singkat dan rendemen minyak lebih besar. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation). Hasil sulingannya adalah minyak atsiri yang belum murni (Guenther 1987). Dari segi komersial penyulingan dengan air dan uap cukup ekonomis. Biaya relatife murah, rendemen cukup memadai dan mutunya dapat diterima dengan baik oleh konsumen (Lutony dan Rahmayati 2000). Penyulingan dengan uap langsung memiliki efisiensi penyulingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyulingan air dan penyulingan air-uap. Hal ini disebabkan waktu penyulingan relatif singkat dan rendemen yang dihasilkan tinggi, namun membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal. Bahan yang digunakan untuk ekstraksi dengan metode penyulingan dengan uap langsung adalah daun jeruk purut. Menurut Sarwono (1986), jeruk purut adalah salah satu anggota suku jerukjerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum dimakan, karena tak enak rasanya. Banyak mengandung asam dan berbau wangi agak keras. Tinggi pohonnya antara 2-12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua, polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun. Daun ini banyak dipakai untuk bumbu masakan. Buah jeruk purut lebih kecil dari kepalan tangan, bentuknya seperti buah pir, tetapi banyak tonjolan dan berbintil. Kulit buahnya tebal dan berwarna hijau. Buah yang matang benar berwarna sedikit kuning. Warna daging buahnya hijau kekuningan, rasanya sangat masam dan agak pahit. Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Jeruk Purut / 100 gram Komponen Kimia Komposisi (%) Kalori Kadar air Lemak Protein Karbohidrat 146,0 57,1 3,1 6,8 29,0

8,2 4,0 1,672 20,0 3,8 1,185 0,20 0,35 1,0 20,0 Sumber : Sarwono (1986) Daun jeruk purut yang biasanya digunakan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri ini mengandung tanin 1,8%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri 1-1,5% v/b. Kulit buah mengandung saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri yang mengandung sitrat 22,5% v/b. Minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan daun jeruk lime ( Citrus hystrix) dan dalam perdagangan disebut kaffir lime oil. Daun jeruk purut sehari-hari diperdagangkan dan digunakan sebagai bumbu atau penyedap dalam berbagai masakan. Bila dilihat dari aspek kimia, komponen utama dari minyak ini adalah senyawa sitral, menyerupai minyak sereh dapur atau lemon grass oil. Flavor minyak daun jeruk purut agak berbeda dari flavor minyak sereh dapur. Minyak daun jeruk purut lebih segar dan lebih lembut, sehingga banyak digunakan dalam pengolahan makanan, sementara minyak sereh dapur banyak digunakan dalam formula parfum. Penyulingan minyak daun jeruk purut belum banyak dilakukan, namun dengan berkembang-nya industri makanan, minuman dan flavor, minyak daun jeruk purut merupakan salah satu alternatif yang potensial. Hasil penyulingan yang dilakukan di Balitro, rendemen minyak daun jeruk purut berkisar antara 1,0-1,5% (Sarwono, 1986). Menurut Sastrohamidjojo (2004), jika daun jeruk purut disuling, dihasilkan minyak asiri yang berwarna dari tidak berwarna (bening) sampai kehijauan (tergantung cara ekstraksi), berbau harum mirip bau daun (jeruk purut). Minyak asiri hasil destilasi (penyulingan) menggunakan uap mengandung 57 jenis komponen kimia. Yang utama dan terpenting adalah sitronelal dengan jumlah 81, 49 persen, sitronelol 8,22 persen, linalol 3,69 persen dan geraniol 0,31 persen. Komponen lainnya ada dalam jumlah yang sedikit dan rendemen yang diperoleh dari destilasi uap 2,77 persen. Rendemen yang dihasilkan dari proses penyulingan dengan uap langsung adalah 0,93 % (b/b). Hasil yang didapat ini telah mendekati nilai 1% yang berarti telah mendekati hasil yang sangat baik, karena nilai rendemen yang baik untuk semua bahan yang mengalami pengolahan lanjut adalah sebesar 1%. Rendemen minyak atsiri yang seharusnya memiliki nilai mendekati 1% telah didapatkan dalam proses penyulingan ini. Hal tersebut baik karena kebutuhan sampel akan proses penyulingan selanjutnya dapat diprediksi terlebih dahulu agar semua sampel dapat digunakan. Pada praktikum ini, setelah didapatkan minyak jeruk purut yang dibuat dengan cara penyulingan dengan uap langsung (steam distillation), selanjutnya dilakukan pengujian terhadap minyak tersebut. Pengujiannya terdiri dari pengujian kadar air dan kadar minyak yang terkandung di dalam minyak jeruk purut yang dihasilkan sebelumnya. Kadar air dari minyak atsiri adalah kandungan air yang terkandung di dalam minyak atsiri dalam hal ini adalah minyak jeruk purut. Pengujian kadar air ini bermanfaat untuk pendahuluan bagi pengujian atau pengolahan selanjutnya. Dengan mengetahui kadar air yang terkandung di dalam minyak atsiri maka sebagai praktikan dapat lebih memahami perlakuan dan pengolahan mana yang tepat untuk minyak atsiri tersebut.

Fiber Kadar abu Ca(mg) P(mg) Fe(mg) Karoten Vitamin : Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niacin (mg) Asam Askorbat (mg)

Kadar air dari minyak jeruk purut ini dilakukan dengan cara distilasi dengan menggunakan pelarut toluenal dan xilene. Pengujian kadar air pada minyak jeruk purut ini menggunakan kedua pelarut tersebut karena titik didihnya lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih air dan berat jenisnya pun lebih rendah dibandingkan dengan berat jenis air sehingga pada tabung posisi air berada di bawah minyak atsiri dan mempermudah dalam melakukan distilasi. Pengujian ini menggunakan tabung lavenger karena sifat dari minyak atsiri yang volatil sehingga dapat menahan minyak atsiri yang menguap. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar air minyak jeruk purut sebesar 54,37 % (b/v). Menurut Wijaya et.al. (2000), kadar air minyak atsiri jeruk purut sekitar 60-70%. Hasil yang didapatkan berdasarkan pengujian yang dilakukan kurang sedikit dari kadar air minyak atsiri yang sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan proses distilasi yang dilakukan praktikan kemungkinan terdapat kesalahan atau ketidaktepatan dalam tahapan prosedur yang ada. Kadar minyak dari minyak atsiri adalah kandungan minyak yang terkandung di dalam minyak atsiri, dalam hal ini adalah minyak jeruk purut. Pengujian kadar minyak ini bermanfaat untuk pendahuluan untuk mengetahui rendemen minyak yang seharusnya mendekati 1% agar kebutuhan sampel pada proses penyulingan selanjutnya dapat diprediksi berapa banyak yang akan digunakan. Pengujian kadar minyak ini dilakukan dengan cara distilasi dengan menggunakan akuades. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar minyak jeruk purut sebesar 1,82 % (b/v). Menurut Wijaya et.al. (2000), kadar minyak atsiri sekitar 0,82%. Hasil yang didapat melampaui kadar minyak atsiri yang seharusnya. Hal ini disebabkan penggunaan sampel segar atau yang telah dikeringanginkan sebelum proses destilasi akan mempengaruhi hasil destilasi, demikian pula dengan proses perajangan sampel. Dinding sel tanaman bersifat tidak permeabel terhadap minyak atsiri. Untuk bahan-bahan minyak atsiri yang tidak tahan terhadap panas ataupun tekanan, proses ekstraksi dilakukan dengan ekstraksi pelarut mudah menguap atau dengan ekstraksi lemak padat. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap menggunakan prinsip kelarutan senyawa-senyawa minyak atsiri terhadap beberapa jenis pelarut. Terdapat beberapa jenis pelarut yang dapat melarutkan minyak atsiri, sebagian besar pelarut tersebut bersifat semi polar atao non polar. Sedangkan ekstraksi dengan lemak padat menggunakan prinsip penyerapan senyawa minyak atsiri dengan lemak (Ketaren 1985). Prinsip ekstraksi dengan pelarut mudah menguap adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu wadah yang disebut ekstraktor. Bunga yang ingin diekstrak dimasukkan kedalam ekstraktor dan kemudian pelarut menguap diumpankan ke dalam ekstraktor. Pelarut yang biasa digunakan adalah petroleum ether, carbon tetra clorida, chloroform dan pelarut lainnya yang bertitik didih rendah. Pelarut organik akan berpenetrasi ke dalam jaringan bunga dan akan melarutkan minyak serta bahan non volatil yang berupa resin, lilin dan pigmen. Hasil ekstraksi merupakan campuran dari pelarut dan minyak atsiri yang disebut dengan concrete. Jika concrete dilarutkan dalam alkohol maka minyak atsiri akan larut sempurna namun zat lilin akan terpisah (Ketaren 1985). Menurut Atawia (1988), pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi minyak bunga adalah heksan, karena jumlah dan kualitas concrete yang dihasilkan paling baik. Mutu minyak yang diproduksi dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut menguap dipengaruhi oleh mutu bahan baku bunga, varietas, tingkat kemekaran, teknik pemrosesan, waktu ekstraksi, lama ekstraksi, dan bulan panen. Jika dilihat dari minyak atsiri yang dihasilkan, ekstraksi dengan pelarut memberi minyak atsiri yang memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan dengan minyak atsiri hasil proses penyulingan (Ketaren 1985). Pada proses ekstraksi pelarut mudah menguap perlu diperhatikan beberapa tahapan. Pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan merupakan tahap awal dalam ekstraksi ini. Karakteristik masing-masing pelarut berbeda-beda sehingga zat-zat yang dilarutkan juga berbeda. Karakteristik

yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah harus dapat melarutkan zat wangi secara sempurna, memiliki titik didih cukup rendah sehingga mudah diuapkan, pelarut tidak larut air dan pelarut tidak boleh bereaksi dengan bahan. Beberapa jenis pelarut yang dianggap baik untuk ekstraksi adalah petroleum ether dan benzena. Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan rendemen dan mutu minyak yang cukup baik dibandingkan dengan pelarut murni. Hasil dari ekstraksi berupa campuran minyak dengan pelarut yang kemudian memasuki tahap pemekatan. Pemekatan dilakukan dengan menguapkan pelarut sehingga yang tersisa hanya fraksi terlarutnya. Minyak atsiri yang diperoleh dari hasil pemekatan kemudian dimurnikan untuk menghilangkan senyawa lain seperti lilin, pigmen dan resin (Ketaren 1985). Enfleurasi adalah proses ekstraksi minyak atsiri dengan menggunakan lemak padat pada suhu rendah yang pada dasarnya menggunakan prisnsip absorbsi. Metode ini digunakan untuk mengekstrak minyak bunga-bungaan seperti melati, sedap malam dan jenis lainnya. Minyak dari bungan-bungan sangat cocok diekstrak dengan metode enfluerasi karena sifat bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologisnya dan menghasilkan minyak yang menguap dengan waktu singkat walaupun sudah dipetik. Selain itu, kegiatan bunga akan terhenti dan mati bila terkena panas atau terendam dalam pelarut organik, sehingga metode ekstraksi pada suhu tinggi atau yang menggunakan pelarut akan menghasilkan rendemen yang rendah bila diterapkan sebagai metode ektraksi minyak dari bunga-bungaan (Ketaren 1985). Syarat-syatat lemak yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis lemak untuk metode ini diantaranya adalah :1) Lemak tidak berbau, karena bila berbau akan mencemari bau minyak atsiri yang dihasilkan. Bila yang ada hanya lemak yang berbau maka terlebih dahulu harus dilakukan proses deodorisasi terhadap lemak tersebut; 2) Konsistensi lemak yang sesuai, karena lemak yang terlalu keras akan memiliki daya absorbsi yang rendah, sedangkan bila terlalu lunak, maka lemak akan banyak melekat pada bunga dan susah untuk dipisahkan. Pengaturan konsistensi lemak ini bisa dilakukan dengan mencampur beberapa jenis lemak bisa lemak nabati maupun hewani; 3) Lemak harus halal karena dibeberapa negara masalah kehalalan sangat diperhatikan; 4) Harga lemak yang akan digunakan, bila minyak yang dihasilkan terletak pada kelas mutu yang sama maka tentunya harga lemak yang murah tentu jadi pilihan (Ketaren 1985). Prinsip kerja proses enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu setelah dipetik masih meneruskan aktivitas fisiologinya, sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi. Lemak mempunyai daya absorpsi yang tinggi. Bila lemak dicampur dan melakukan kontak dengan bunga yang berbau wangi, maka lemak akan mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga tersebut (Guenther 1987). Dalam melakukan ekstraksi lemak padat dibutuhkan peralatan berupa pelat gelas berbentuk kotak (chassis) dengan ukuran panjang 75 cm, lebar 60 cm dan tebal 5 cm. Pelat gelas tersebut dipolesi dengan lemak dan bunga disebarkan dalam ruangan di antara 2 susunan pelat gelas. Dengan cara ini minyak yang menguap dari bunga akan diabsorb oleh lemak. Bunga yang telah diekstrak diganti dengan bunga segar setelah 24-36 jam dan umumnya 0,5 kg lemak dapat menyerap minyak atsiri dari bunga dengan berat 1,25 1,50 kg. Hasil ekstraksi berupa campuran minyak atsiri dengan lemak yang disebut dengan pomade. Kemudian minyak bunga tersebut diekstraksi dari lemak dengan menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan dengan cara evaporasi (Guenther 1987). Pada praktikum, dilakukan proses ekstraksi bunga dengan metode ektraksi dengan pelarut menguap dan enfleurasi, bunga yang digunakan adalah bunga melati dan sedap malam. Pada proses ekstraksi dengan pelarut menguap, digunakan pelarut berupa hexane yang prosesnya dilakukan selama 24 jam. Sedangkan pada proses enfleurasi digunakan mentega putih yang prosesnya juga dilakukan selama 24 jam. Mentega putih (Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang mempunyai sifat

plastis dan kestabilan tertentu dan umumnya berwarna putih (Winarno,1991). Pada umumnya sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah dan lain-lain. Mentega putih mengandung 80% lemak dan 17% air (Wahyuni dan Made, 1998). Tanaman melati (Jasminum sp.) termasuk dalam famili Oleaceace adalah tanaman pengahsil minyak atsiri yang dikenal dengan jasmine oil. Species tanaman melati yang digunakan sebagai sumber minyak melati antara lain: Jasminum grandiflorum, J. officinale (di Perancis), J. grandiflorum L (di Italia) serta J. grandiflorum L, J. auriculatum, J. sambac, J. augustifolium, J. officinale , dan J. pubescens di India. Bunga melati yang paling baik dan paling banyak dimanfaatkan adalah melati gambir (Jasmine officinale) karena minyak atsiri yang dihasilkan memiliki aroma yang sangat memikat dan tidak mudah menguap. Minyak melati banyak digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik, parfume, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selain itu, minyak melati dapat pula digunakan sebagai pengganti bunga segar pada pembuatan teh melati. Concrete yang dihasilkan berwarna cokelat karena adanya pigmen bunga yang ikut terekstrak, berbentuk lilin karena lapisan lilin pada bunga ikut larut dan memiliki aroma khas melati. aAbsolute minyak melati (jamine oil) bersifat lenggket, jernih, kuning sedikit cokelat dengan aroma yang harum. Secara umum, rendemen absolut minyak melati yang dihasilkan dengan proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah 0,15%-0,19% b/b. Menurut Suyanti (2001), dengan metode enfleurasi, rendemen minyak yang dihasikan bisa mencapai 0,562%-1,151% (b/b). Tabel 2. Komposisi minyak melati Komponen Jumlah (%) Benzil asetat 65 D linalool 15,5 Linalool asetat 7,5 Benzil alkohol 6,0 Jasmone 3,0 Indole 2,5 Metil anthramilate 0,5 Phenol Sedikit sekali Sumber : Ketaren, 1985 Bunga sedap malam (Polyantes tuberosa L) termasuk famili Amaryllidaceae yang berasal dari Meksiko. Tanaman bunga berumbi ini mempunyai batang beruas-ruas dengan rangkaian bunga berwarna putih, susunan bunga majemuk, berbunga terus menerus sepanjang tahun dan beraroma harum sepanjang malam. Bunga sedap malam merupakan salah satu jenis bunga penghasi minyak atsir yang digunakan sebagai bahan kosmetik dan sabun. Minyak sedap malam yang diekstrak dengan metode pelarut menguap, menghasikan rendemen absolute sebesar 0,02%-0,14% (b/b), sedangkan apabila menggunakan metode enfleurasi rendemen absolut yang dihasilkan dapat mencapai 0,52%0,72% (b/b) (Sailah, 2000). Tabel 3. Komposisi kimia minyak sedap malam hasil ekstraksi pelarut menguap selama 24 jam. Komponen Kandungan komponen (%) Nerol Benzil alkohol Mekar 25-50% 0 0,51 Mekar 75% 0,25 0,20

Geraniol Eugenol Metil antranilat Asam fenil acetat Fernesol Benzil benzoat Indol Total Komponen

0,23 1 2,46 0,79 0,80 1,24 1,63 7,66

1,65 0 2,30 2,29 2,98 2,65 0 12,32

Tabel 4. Komponen kimia bunga sedap malam hasil enfleurasi dengan sortening snow white Komponen Kandungan komponen (%) Asam butirat 0,01 Nerol 1,34 Geraniol 0,10 Benzil alkohol 0,30 Eugenol 0,15 Metil salisilat 1,38 Farnesol 0,93 Metil antranilat 0,11 Total komponen 4,32 Berdasarkan praktikum yang dilakukan, absolut minyak melati yang dihasilkan dengan metode pelarut menguap adalah 0,15% (b/b), dengan bobot minyak 0,16 gram dari 100,6 gram bahan segar. Hasil rendemen yang didapatkan ini sesuai dengan literatur yaitu antara 0,15%-0,19%. Aroma melati yang didapat lebih tercium dalam hexan dari pada dalam alkohol, hal ini disebabkan karena adanya proses penguapan pada proses pemisahan hexane dan minyak yang menyebabkan beberapa kandungan minyak ikut terangkat, sehingga pada saat dicampur alkohol aromanya berkurang. Hasil rendemen sebesar 0,15% menunjukkan bahwa proses yang dilakukan selama praktikum sudah melalui metode yang benar. Melati yang digunakan mekar 50-75%, yang merupakan fase terbaik untuk dilakukan ekstraksi karena minayak atsiri sudah banyak terbentuk dan baru sedikit yang menguap. Hasil dari metode enfleurasi menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan berwarna kuning jernih dan kental, hal ini sesuai denga literatur yang didapat yang menandakan bahwa minyak yang dihasilkan dari metode enfleurasi adalah minyak yang sudah murni tanpa adanya campuran dari pigmen dan lapisan lilin. Minyak sedap malam yang dihasilkan dengan metode pelarut menguap adalah 7,2% (b/b), dengan bobot minyak 7,21 gram dari 100,02 gram bahan segar. Hasil yang didadapat ini jauh lebih dari persentase literatur yang didapat yaitu 0,02%-0,14% (b/b). Hasil yang didapat dengan metode pelarut ini justru sesuai dengan literatur hasil yang didapat dengan metode enfleurasi yaitu 0,52%0,72% (b/b). Hal ini dapat disebabkan karena pada saat praktikum, pelarut yang digunakan tidak menguap secara sempurna sehingga masih banyak yang tertinggal. Selain itu, tingginya rendemen yang dihasilkan dapat disebabkan karena bunga sedap malam yang digunakan mekar 50-100%, sehingga jumlah minyak atsiri yang didapat maksimal. Hasil dari metode enfleurasi menunjukkan minyak yang dihasilkan berwarna kuning cerah, jernih, dan kental. Dari rendemen yang dihasilkan, dapat terlihat bahwa bunga sedap malam memiliki rendemen minyak atsiri yang lebih tinggi dari pada bunga melati, namum penampakan minyak atsiri yang dihasilkan hampir sama, yaitu kuning jernih dan kental.

IV. A.

PENUTUP

Kesimpulan Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan empat macam metode, yaitu penyulingan (distillation), pengepresan (expression), ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction) dan enfleurasi. Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dimana secara umum terdapat tiga metode yang biasa digunakan yaitu proses penyulingan dengan air (water destilation), penyulingan dengan uap (steam destilation), serta penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation). Untuk bahan-bahan minyak atsiri yang tidak tahan terhadap panas ataupun tekanan, proses ekstraksi dilakukan dengan ekstraksi pelarut mudah menguap atau dengan ekstraksi lemak padat. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap menggunakan prinsip kelarutan senyawa-senyawa minyak atsiri terhadap beberapa jenis pelarut, sedangkan ekstraksi dengan lemak padat menggunakan prinsip penyerapan senyawa minyak atsiri dengan lemak. Kadar air dari minyak atsiri adalah kandungan air yang terkandung di dalam minyak atsiri dalam hal ini adalah minyak jeruk purut. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar air minyak jeruk purut sebesar 54,37 % (b/v). Hasil yang didapatkan berdasarkan pengujian yang dilakukan kurang sedikit dari kadar air minyak atsiri yang sesuai dengan literatur (60-70%). Hal ini disebabkan proses distilasi yang dilakukan praktikan kemungkinan terdapat kesalahan atau ketidaktepatan dalam tahapan prosedur yang ada. Kadar minyak dari minyak atsiri adalah kandungan minyak yang terkandung di dalam minyak atsiri. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar minyak jeruk purut sebesar 1,82 % (b/v). Hasil yang didapat melampaui kadar minyak atsiri yang disebutkan di literatur (0,82%). Hal ini disebabkan penggunaan sampel segar atau yang telah dikeringanginkan sebelum proses destilasi akan mempengaruhi hasil destilasi, demikian pula dengan proses perajangan sampel. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, absolut minyak melati yang dihasilkan dengan metode pelarut menguap adalah 0,15% (b/b). Hasil rendemen yang didapatkan ini sesuai dengan literatur yaitu antara 0,15%-0,19%. Hasil rendemen sebesar 0,15% menunjukkan bahwa proses yang dilakukan selama praktikum sudah melalui metode yang benar. Sedangkan hasil dari metode enfleurasi menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan berwarna kuning jernih dan kental, hal ini sesuai denga literatur yang didapat yang menandakan bahwa minyak yang dihasilkan dari metode enfleurasi adalah minyak yang sudah murni tanpa adanya campuran dari pigmen dan lapisan lilin. Minyak sedap malam yang dihasilkan dengan metode pelarut menguap adalah 7,2% (b/b). Hasil yang didadapat ini jauh lebih dari persentase literatur yang didapat yaitu 0,02%-0,14% (b/b). Hasil yang didapat dengan metode pelarut ini justru sesuai dengan literatur hasil yang didapat dengan metode enfleurasi yaitu 0,52%-0,72% (b/b). Hal ini dapat disebabkan karena pada saat praktikum, pelarut yang digunakan tidak menguap secara sempurna sehingga masih banyak yang tertinggal. Selain itu, tingginya rendemen yang dihasilkan dapat disebabkan karena bunga sedap malam yang digunakan mekar 50-100%, sehingga jumlah minyak atsiri yang didapat maksimal. Hasil dari metode enfleurasi menunjukkan minyak yang dihasilkan berwarna kuning cerah, jernih, dan kental. Dari rendemen yang dihasilkan, dapat terlihat bahwa bunga sedap malam memiliki rendemen minyak atsiri yang lebih tinggi dari pada bunga melati, namum penampakan minyak atsiri yang dihasilkan hampir sama, yaitu kuning jernih dan kental.

B.

Saran Mohon praktikumnya dilaksanakan tepat waktu dan kondisi sewaktu praktikum dikondusifkan, sehingga praktikum lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA Atawia, B.A., S.A.S.Halabo and M.K. Morsi.1988. Effect of tipe of solvent on quantity and quality of jasmine concrete and absolute. Egyptian: J. Food. Sci.16(1 2): 213 224. Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Ketaren, S.1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka. Lutony, TL dan Rahmayati, Y. 2000. Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya. Sailah, I., Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti. 2000. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Sedap malam. Bogor: laporan hasil penelitian kerja sama Penelitian IPB. Sarwono, B. 1986. Jeruk dan Kerabatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Satyadiwiria, Y, 1979. Pembuatan Minyak Atsiri. Medan : Dinas Pertanian. Suyanti, S. Prabawati, D.A. Endang, dan Sjaifulah. 2001. Pengaruh jenis absorbent dan frekuensi penggantian bunga terhadap mutu minyak melati. J. Hort. 11(1):51-57. Wahyuni dan Made. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna . Jakarta : Cv Akademika Pressindo. Wijaya, C. Hanny, S. Sudirman, F. K. Hidayat. 2000. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut pada Skala Pilot Plan. Bogor : Insititut Pertanian Bogor Press. Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN

Minyak Jeruk Purut

1. Rendemen minyak jeruk purut


Bobot awal Bobot minyak : 2.500 gr : 23,25 gr

presentase rendemen minyak = 0,93 % (b/b)

2. Kadar air daun jeruk purut


bobot awal volume air kadar air = 54,37 % (b/v) : 10,3 gr : 5,6 ml

3. Kadar minyak atsiri daun jeruk purut


bobot awal volume minyak atsiri kadar minyak atsiri : 43,84 gr : 0,8 ml = = 1,82 % (b/v) Metode Enfleurasi Komoditas

Bobot Awal

Hasil Enfleurasi

Bunga Melati

232,38 gram

Bunga Sedap Malam

289,02 gram

Metode Ekstraksi Pelrut Bobot awal Bobot minyak atsiri Kadar minyak Aroma minyak (dalam hexan) Aroma minyak (dalam alkohol) Bunga Melati 100,6 gram 0,16 gram 0,15 % (b/b) +++ + Bunga Sedap Malam 100,02 gram 7,21 gram 7,2 % (b/b) ++ +

Laporan Praktikum Teknologi Minyak Atsiri, Rempah Dan Fitofarmaka

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Februari 2013 Golongan/Kelompok : P2/3 Dosen Asisten : Dwi Setyaningsih : (F34090063) (F34090082)

1. Arnis Sinta W 2. Anik Setianingsih

TEKNOLOGI ISOLASI MINYAK ATSIRI

Rhama Rakhmatullah Tri Wahyuni Puspa D. Hafizd Adityo Utomo Fleni Ayu Kenia H. Kiki Amelia Lubis

(F34100057) (F34100062) (F34100063) (F34100065) (F34100071)

DEPARTEMEN TEKONOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

Anda mungkin juga menyukai