Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT,atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Penyertaan dan Pembantuan”yang
mungkin dapat dijadikan acuan untuk lebih memahami tantang Penyertaan dan
Pembantuan.
Saya sadar banyak kekurangan dari penyajian makalah ini,sekiranya saya akan
menerima kritikan,saran untuk menyempurnakannya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca,serta dengan harapan akan
menjadi setitik sumbangan keilmuan di antara limpahan ilmu pengetahuan yang beragam.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar isi 2
Bab I Pendahuluan 3
A.Latar Belakang 3
B.Tujuan penulisan 4
Bab II Pembahasan 5
C.Bentuk-bentuk penyertaan 7
Pembantuan 9
Kesimpulan 10
Daftar pusaka 11
2
Bab I
Pendahuluan
3
B.Tujuan Penulisan.
Mahasiswa Fakultas Hukum tentu harus memahami apa itu pidana dan apa itu
perbuatan melanggar pidana,salah satunya yang saya bahas dalam makalah saya yaitu:
Penyertaan atau dalam Bahasa Belanda disebut Deelneming,dan pembantuan.
Untuk itu sekiranya saya perlu membahas Penyertaan dan Pembantuan agar kita
sebagai calon aparat penegak hukum khususnya yang ingin berkecimpung dalam masalah
pidana bisa mengerti apa yang dimaksud dengan Penyertaan atau deelneming dan
Pembntuan.
4
Bab II
Pembahasan
5
B. Pemebanan Tanggung Jawab Pidana
Persoalan pokok dalam ajaran penyertaan :
1. mengenai diri orangnya,ialah orang yang mewujudkan perbuatan yang
bagaimanakah dan yang bersikap batin bagaimana yang dapat
dipertimbangkan dan ditaentukan sebagai terlibat atau bersangkut paut
dengan tindak pidana yang di wujudkan oeleh kerjasama lebih dari satu
orang,sehingga ia patut dibebani tanggung jawab pidana dan di pidana.
2. mengenai tanggung jawab pidana yang dibebannya masing-masing ialah
persoalan mengenai; apakah mereka para peserta yang terlibat itu akan
dipertanggung jawabkan yang sama ataukah akan dipertanggung jawabkan
secara bebeda sesuai dengan kuat tidaknya keterlibatan atau andil dari
perbuatan yang mereka lakukan terhadap terwujudnya tindak pidana.
Syarat Penyertaan;
1. dari sudut subjektif;
a.adanya hubungan batin (kesengajaan) dengan tindak pidana yang
hendak diwujudkan,artinya kesengajaan dalam berbuat diarahkan pada
terwujudnya tindak pidana,Di sini sidikit atau banyak ada kepentingan
untuk terwujudnya tindak pidana.
b.adanya hubungan batin (kesengajaan,seperti mengetahui) antara
dirinya dengan peserta lainnya,dan bahkan dengan apa yang di perbuat
peserta lainnya.
2. Dari sudut obektif ; ialah bahwa perbuatan orang itu ada
hubungannya dengan terwujudnya tindak pidana .
6
2 Sistim pembebanan pertanggung jawaban pidana;
1. yang mengatakan bahwa setiap orang yang terlibat bersama-sama ke dalam
suatu tindak pidana dipandang dan dipertanggungjawabkan secara sama dengan orang
yang sendirian (dader) melakukan tindak pidana,tanpa dibeda-bedakan baik atas
perbuatan yang dilakukannya maupun apa yang ada dalam sikap batinnya.
2. masing-masing orang yang bersama-sama terlibat ke dalam suatu tindak pidana
dipandang dan dipertanggungjawabkan berbeda-beda,yang berat ringannya sesuai dengan
bentuk dan luasnya wujud perbuatan masing-masing orang dalam mewujudkan tindak
pidana.Dalam pelaksanaannya di Indonesia di terapkan sisti yang pertama.
C. Bentuk-bentuk Penyertaan
Pasal 56
Dipidana sebagai pembantu kejahatan:
7
1. mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan:
2. mereka yang sengaja memberi kesempatan,sarana atau keterangan untuk
melakukan kejahatan.
Berdasarkan rumusan pasal 55 dan 56 KUHP maka terdapat lima peranan pelaku
yaitu:
1. orang yang melakukan (dader)
2. orang yang menyuruh melakukan (doenpleger)
3. orang yang turut melakuakan (mededader)
4. orang yang sengaja membujuk (uitlokker)
5. orang yang membantu melakukan (medeplichtige)
Orang yang melakukan (dader)
Orang yang memenuhi semua unsur delik sebagaimana di rumuskan oleh undang-
undang,baik unsur subjektif maupun objektif,Umumnya pelaku dapat diketahui dari jenis
delik yakni delik formil dan delik materil.
8
Menurut doktrin ,orang yang menggerakkan orang lain di sebut actor intelectualis
atau intelektual dader,atau provocateur,atau uitlokker.
Pembantuan (MEDEPLICHTIGHEID)
Mengenai pembantuan diatur dalam tiga pasal,ialah pasal 56,57,dan 60
Pasal 56 merumuskan tentang unsure subjektif dan unsure objektif,pasal 57 memuat
tentang batas luasnya pertanggung jawaban bagi pembuat pembantu,sedangkan pasal 60
mengenai penegasan pertanggungjawaban pembantuan itu hanyalah pada pembantuan
dalam hal kejahatan tidak dalam hal pelanggaran.
A. Pasal 56 KUHP
Dipidana sebagai pembantu kejahatan :
1. mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan
dilakukan.
2. mereka yang sengaja memberi kesempatan,sarana atau keterangan untuk
melakukan kejahatan.
Menurut pasal 56,bentuk pembantuan atau pembuat pembantu dibedakan antara:
1. pemberi bantuan sebelum dilaksanakannya kejahatan;dan
2. pemberi bantuan pada saat berlangsungnya pelaksanaan kejahatan.
Syarat Pembantuan ada dua;
1. Subjektif.
2. Objectif
B. Pasal 57 KUHP
Dalam pasal ini memuat tentang sejauh mana luasnya tanggung jawab
bagi pembuat pembantu, yang rumusannya sebagai berikut;
1. Dalam hal pembantuan,maksimum diancam dengan pidana pokok terhadap
kejahatan dikurangi sepertiga.
2. Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup,di jatuh kan pidana paliang lama 15 Tahun.
3. Pidan tambahan bagi pembantuan sama dengan kejahatannya sendiri.
9
4. Dalam memnentukan pidana bagi pembantu,yang diperhitungkan hanya
perbuatan yang sengaja dipermudah atau di perlancar olehnya,beserta
akibatnaya.
Kesimpulan
1. Penyertaan adalalah perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh lebih dari satu
orang yang saling terkait dan secara sadar menegetahuai apa yang
dilakukan,tetapi ada juga yang dikarenakan unsure paksaan,penyertaan diatur
dalam pasal 55 dan 56 KUHPidana,sedangkan Pembantuan diatur dalam pasal
56,57 dan 60 KUHPidana.
2. Menurut Pasal 55 KUHPidana ada 4 pelaku penyertaan:
1. orang yang melakukan (dader)
2. orang yang menyuruh melakukan (doenpleger)
3. orang yang turut melakuakan (mededader)
4. orang yang sengaja membujuk (uitlokker)
10
Daftar Pustaka
11