oleh Anif Putramijaya, Professional Photographer Indonesia Fotografi adalah dua kata yang berarti Photos dan Graphos, dimana arti secara harfiahnya adalah Melukis dengan Cahaya. Didalam kategori dunia fotografi kita akan menemui salah satunya adalah fotografi makro. Yang mana pada saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan sangat menarik untuk di pelajari serta di dalami. Mengapa Makro? Jawabannya mungkin banyak sekali, dan bahkan tidak akan mencukupi bila disebutkan semuanya disini. Secara garis besarnya fotografi makro diperlukan antara lain: Untuk bahan scientific, identifikasi species (satwa/tumbuh-tumbuhan dll). Untuk engineering, metallurgy, manufacture. Untuk tujuan promosi/marketing suatu benda/hewan/tumbuh-tumbuhan. Untuk keindahan, bahwa di dunia ini ada makhluk lain ciptaan Tuhan yang tidak bisa kita melihat keindahannya dengan mata biasa. Dan masih banyak lainnya. Detail suatu benda/object, komposisi dan bentuk suatu benda yang kecil, pastilah kita akan selalu luput memperhatikannya, maka dengan makro fotografi kita akan bisa melihat dengan jelas secara detail, baik warna maupun bentuknya. Jadi melalui fotografi makro kita dapat melihat dengan jelas detail mata/facet sebuah lalat (yang mungkin kita akan jijik ketika melihat lalatnya) akan menjadi indah bentuk dan warnanya, proses penyerbukan putik pada bunga oleh lebah, kupu-kupu yang sedang menghisap madu, lekuk detail ukiran sebuah koin, bahkan membekukan sebuah lebah yang sedang terbang. Seiring dengan bertambah majunya era digitalisasi saat ini, mempelajari fotografi makro adalah hal yang tidak sulit, tidak seperti di era fotografi saat masih menggunakan kamera analog plus negative film. Oleh sebab itu, pada saat era digital, fotografi makro dapat dilakukan oleh siapa saja, tua maupun muda, lelaki atau perempuan, bahkan untuk fotogafer pemula dan kamera yang bukan pro, asal saja dilakukan dengan sungguhsungguh.
Fotografi Makro
Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil ke dalam dunia Micro.
Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan object dengan kamera, atau pun dari jarak tertentu dengan menggunakan lensa tele dan harus tetap mengusung konsep foto yang berbicara dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan keseimbangan. Benda-benda yang dapat di makro adalah: Benda mati/diam Seperti: sendok/garpu, perhiasan, uang koin, perangko, bunga, miniatur mobilmobilan, souvenir dll. Makhluk hidup Seperti: serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba-laba, dll.
Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda bunga tulip (bisa untuk foto makro) Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter. Untuk lebih jelasnya maka lensa-lensa di bawah ini adalah yang biasa di pergunakan untuk fotografi makro: Lensa Makro Normal: 50mm Lensa Makro Mid tele: 90-105mm Lensa Makro Tele: 150-180mm
Ekstrem
Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan tambahan sebuah adapter khusus. Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa. Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup, Raynox, Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan didepan lensa.
Panjang Lensa: makin panjang lensa makin tipis DOF yang akan dihasilkan. Jarak focus: Makin dekat jarak focus suatu object dari lensa, makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
3
Diafragma: Makin besar bukaan lensa (f/2.8) makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb. Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relative sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape). Fokus # Auto fokus # Manual fokus Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan. Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini. Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokuc yang baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus. Komposisi Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah Rule Of Third sangatlah sulit, karena object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya. Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas. Lokasi # Indoor Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash, atau bahkan lampu studio. # Outdoor Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore. Tripod atau handheld Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOF-nya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur.
documentfromhttp://blog.poetrafoto.com dokumeninidiperbolehkanuntukdiperbanyak,dicopy,danataudisebarluaskanuntukkepentinganpembelajaranbersama,dengantetap menyebutkanNamaPenulisdanalamatwebhttp://www.poetrafoto.comataulinksumberaslinya.
Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar/object moment yang akan kita abadikan tidak menjadi blur. Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat cuaca/matahari tidak sedang terik. Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga. Mood dan kesabaran Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas elektronik tersebut saat mengabadikannya. Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu-kupu/lebah yang sedang sibuk menghisap madu di bunga. Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya. Moment dan keberuntungan Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu, kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar. Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan objectnya. Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya. Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha semaksimal mungkin.
Hindari Angin Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia-sia, karena kita akan mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup sehingga akan membuat goyangan pada objectnya.
Sabar menunggu momen yang tepat Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga segala tidak menarik perhatian serangga tsb. Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita. Dan apabila memotret serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah moment yang sangat bagus untuk diabadikan.
Tahan napas saat menekan shutter kamera Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa menghindari hasil foto yang blur/shake.
Tambahan cahaya Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya. Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau gunakan tekhnik bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object. Tulisan ini adalah sharing saya dari berbagai pengalaman yang saya dapatkan sejak 10 Juni 2006, saat dimana saya bergabung dengan situs fotografi tercinta www.fotografer.net. Intinya saya dapatkan dari berbagai workshop, buku, dan juga pengalaman dari rekan-rekan lain yang sudah lebih dahulu menguasai ilmu fotografi makro. Tiada maksud ingin menggurui rekan-rekan semua, karena masih banyak kekurangan yang saya miliki dibandingkan dengan para senior yang sudah lama berkecimpung di dunia fotografi makro.
Semua contoh-contoh foto yang ada di artikel ini adalah hasil dari sejak saya bergabung di situs www.fotografer.net. Semoga bisa bermanfaat bagi rekan-rekan sesama pecinta fotografi khususnya di dunia makro. Akhir kata, terima kasih saya ucapkan atas kesediaanya untuk membaca artikel ini dan saya mohon maaf apabila artikel ini masih jauh dari sempurna.
Anif Putramijaya, Cibinong 16 Maret 2009 Artikel ini diambil dari http://www.fotografer.net/isi/artikel/lihat.php?id=1161