Anda di halaman 1dari 19

Gerak Refleks

20.39 PAGURUS SP No comments

Gbr. Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme jalannya impuls pada lutut yang dipukul

Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Secara umum, refleks dapat diartikan sebagai respon yang terjadi secara otomatis, tanpa kesadaran. Refleks saraf selalu dimulai dengan adanya stimulus yang mengaktifkan reseptor sensoris. Kunci dari jaras refleks adalah negative feedback. Jalur yang terlibat dalam terjadinya refleks dikenal sebagai lengkung refleks. Tidak seperti gerak biasa yang memiliki banyak variasi respon, respon untuk gerak refleks dapat diprediksikan karena jalurnya selalu sama. Neural refleks bisa diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan divisi efferent sistem saraf yang mengontrol respon Refleks ini melibatkan somatic motor neuron dan otot skeletal yang dikenal sebagai refleks somatik. Refleks yang responnya dikontrol saraf otonom disebut refleks otonom. 2. Berdasarkan lokasi CNS di mana refleks diintegrasikan Refleks spinal diintegrasikan di spinal kord. Refleks ini bisa dimodulasi oleh input yang lebih tinggi dari otak, namun bisa juga tanpa input tersebut. Refleks yang diintegrasikan di otak disebut refleks kranial. 3. Berdasarkan apakah refleks itu dipelajari atau didapat. Refleks patella merupakan refleks yang didapat. Contoh refleks didapat adalah Pavlovs dogs salivating saat mendengar sebuah bel. Refleks ini juga disebut conditioned reflex. Begitu

juga saat seorang pianis memainkan jari-jarinya di atas piano yang merupakan refleks yang dipelajari. 4. Berdasarkan jumlah neuron di jaras refleks Yang paling sederhana adalah monosynaptic reflex, yang merupakan refleks dengan sinapsis tunggal di antara dua neuron di jaras : satu afferen, satu efferen, yang bersinapsis di spinal kord. Sedangkan kebanyakan refleks terdiri dari tiga atau lebih neuron, disebut polysinaptic reflex. Jalur divergen memungkinkan stimulus tunggal mempengaruhi banyak target sedangkan konvergen mengintegrasikan input untuk memodulasi sebuah respon. a. Refleks otonom Refleks ini disebut juga refleks visceral karena sering melibatkan organ internal tubuh. Beberapa refleks visceral, seperti urinasi dan defekasi, merupakan refleks spinal yang bisa terjadi tanpa input dari otak. Meskipun begitu, refleks spinal juga sering dimodulasi oleh excitatory atau inhibitory signal dari otak yang dibawa oleh jaras descending dari pusat otak yang lebih tinggi. Misal, urinasi dapat diinisiasi secara sadar dengan kesadaran atau bisa juga dihambat oleh stress dan emosi, seperti dengan adanya orang lain (sindrom bashful bladder). Refleks otonom lain diintegrasikan di otak , khususnya di hipotalamus, thalamus dan batang otak. Daerah ini berisi pusat koordinasi yang dibutuhkan untuk menjaga homeostatis seperti detak jantung, tekanan darah, nafas, makan, keseimbangan air dan menjaga temperatur. Di sini juga ada pusat refleks seperti salivating, muntah, bersin, batuk, menelan, dan tersendak. Salah satu tipe reflex otonom yang menarik adalah konversi stimulus emosional ke respon visceral. Sistem Limbic, yang merupakan tempat operasi primitif seperti sex, takut, marah, agresif dan lapar, disebut sebagai visceral brain karena pengaruhnya dalam refleks emosional. Contoh lain adalah folikel rambut yang tertarik saat seseorang merasa takut. Refleks otonom merupakan polysinaptic dengan sedikitnya satu sinapsis di CNS di antara neuron sensorik dan preganglion saraf otonom serta sinaps tambahan di ganglion, antara neuron preganglionic dan postganglionic. b. Refleks Otot Skeletal Eksitasi somatic motor neuron selalu menyebabkan kontraksi di otot rangka. Tidak ada inhibitory neuron yang bersinapsis di otot skeletal untuk membuatnya rileks. Relaksasi merupakan akibat dari tidak adanya eksitatory input. Refleks otot skeletal memiliki komponen sebagai berikut : 1. Reseptor sensorik Dikenal sebagai proprioceptor yang terletak di otot skeletal, kapsul sendi, dan ligament. Reseptor ini memonitor posisi tungkai, pergerakan dan upaya yang kita gunakan saat mengangkat benda. 2. Neuron sensorik yang membawa sinyal dari proprioceptor ke CNS 3. CNS, yang menintegrasikan sinyal masuk menggunakan jalur eksitatori dan inhibitori interneuron. Pada refleks, informasi sensorik diintegrasikan dan dilakukan secara bawah sadar. Meskipun begitu, informasi sensorik mungkin diintegrasikan di cerebral korteks dan menjadi persepsi serta beberapa refleks bisa dimodulasi sebagai sebagai input sadar.

4. Motor neuron somatik yang membawa sinyal output. Motor neuron somatik yang mempersarafi kontraktil otot disebut alpha motor neuron. 5. Efektor, yang merupakan serat kontraktil otot skeletal, juga dikenal sebagai muscle fiber ekstrafusal. Potensial aksi di alpha motor neuron akan menyebabkan serat ekstrafusal berkontraksi. Ada tiga buah propioceptor ditemukan di tubuh: muscle spindel, organ golgi tendon, dan reseptor sendi. 1. Muscle spindel merespon peregangan otot Muscle spindel merupakan reseptor peregangan yang mengirim informasi ke spinal kord dan otak mengenai panjang otot dan perubahan panjang otot. Kecuali pada rahang, semua otot skeletal tubuh memiliki banyak muscle spindel. Masing-masing musle spindel terdiri dari kapsul jaringan ikat yang membentuk sekelompok serat saraf kecil yang dikenal sebagai serat intrafusal. Serat ini dimodifikasi sehingga ujungnya kontraktil, tetapi bagian tengahnya kekurangan miofibril. Ujung kontraktil ini mendapatkan persarafan sendiri dari gamma motor neuron. Bagian tengah yang nonkontraktil dibungkus oleh ujung saraf sensoris langsung dengan alpha motor neuron yang mempersarafi otot di mana spindel berada. Saat sebuah otot beristirahat, daerah central dari masing-masing musle spindel akan cukup tertarik untuk mengaktifkan serat sensoris. Hasilnya, neuron dari spindel aktif secara tonik, mengirimkan arus stabil potensial aksi ke CNS. Karena itu, meski dalam posisi istirahat, otot tetap memiliki ketegangan tertentu yang dikenal sebagai musle tone. Muscle spindel dilabuhkan secara paralel ke serat otot ekstrafusal. Pergerakan yang menyebabkan pemanjangan otot juga meregangkan muscle spindel dan menyebabkan serat sensorisnya fire dengan cepat. Hal ini menyebabkan refleks kontraksi otot yang akan mencegah otot melakukan over stretching. Jaras reflex yang mana regangan otot menyebabkan respon kontraksi dikenal sebagai stretch reflex. 2. Golgi tendon berespon pada ketegangan otot Reseptor ini ditemukan di persimpangan tendon dan serat otot. Organ golgi tendon, berespon secara primer ke tension otot yang berkembang selama kontraksi isometrik dan menyebabkan reflek relaksasi. Respon ini berlawanan dengan reflek kontraksi yang disebabkan muscle spindel. Organ golgi tendon disusun oleh tiga ujung saraf bebas yang membelit serat kolagen di dalam kapsul jaringan ikat. Saat sebuah otot berkontraksi, tendonnya akan menjadi sebuah komponen elastis fase isometrik kontraksi. Kontraksi akan menarik serat didalam tendon golgi dengan kuat, menjepit ujung sensoris saraf afferen dan menyebabkan mereka fire. Input afferent dari aktivasi organ golgi tendon mengeksitasi inhibitory interneurons di spinal kord. Interneuron menghambat alpha motor neuron yang mempersarafi otot, dan kontraksi otot akan turun. Dalam kebanyakan keadaan, reflek ini memperpelan kontraksi otot saat

kekuatan otot meningkat. Dengan kata lain, organ golgi tendon akan mencegah kontraksi berlebihan yang mungkin melukai otot. 3. Stretch refleks dan Inhibisi resiprok mengontol pergerakan di sekeliling sendi Pergerakan di sekeliling sendi paling flexible dikontrol oleh sekelompok otot sinergis dan antagonis yang terkoordinasi. Kumpulan pathway yang mengontrol suatu sendi dikenal sebagai unit myotatic. Refleks paling sederhana pada unit myotatic adalah monosynaptic stretch reflex, yang hanya melibatkan dua neuron, neuron sensorik dari muscle spindle dan neuron somatic motor neuron ke otot. Reflek hentakan lutut adalah contoh monosynaptic stretch reflex. Saat tendon pattelar di bawah tempurung lutut di ketuk dengan palu kecil, ketukan akan meregangkan otot quadriceps. Ini akan mengaktifkan muscle spindles dan mengirim potensial aksi melalui serat sensoris ke spinal kord. Neuron sensoris bersinaps secara langsung ke motor neuron yang mengontrol kontraksi otot quadriceps. Eksitasi dari motor neuron menyebabkan unit motorik di quadriceps berkontraksi dan kaki bagian bawah akan maju ke depan. 4. Refleks fleksi menarik tungkai dari stimulus nyeri Refleks fleksi merupakan polysinaptic reflex pathway yang menyebabkan tangan atau kaki tertarik saat ada rangsang nyeri, misalnya terkena peniti atau kompor panas. Refleks ini terjadi dengan jalur divergen. Saat kaki kontak dengan titik paku, nocireseptor di kaki mengirim sensor informasi ke spinal kord. Disini sinyal akan berdivergen mengaktifkan multiple eksitatori interneurons. Beberapa neuron ini akan mengeksitasi alpha motor neuron menyebabkan kontraksi otot fleksi tungkai yang terstimulus. Beberapa interneuron secara simultan mengaktivasi inhibitory interneurons yang menyebabkan relaksasi sekelompok otot antagonis. Karena inhibisi resiprok inilah, tungkai akan fleksi, menarik dari stimulus nyeri. Tipe refleks ini membutuhkan waktu lebih banyak dari pada stretch reflex karena lebih polysinaptic. Saat lengkung refleks untuk menghindari stimulus nyeri diinisiasi di sebuah kaki, kaki yang berlawanan juga akan mempersiapkan diri sehingga orang tersebut tidak kehilangan keseimbangan. Tidak semua aktivitas refleks melibatkan lengkung refleks yang jelas, meskipun begitu prinsip dasar refleks tetap ada. Ada jenis refleks yang dimediasi baik oleh neuron atau hormon maupun keduanya, ada pula yang tidak melibatkan keduanya.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa. Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.(1) B. Tujuan 1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan refleks fisiologis pada manusia. 2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Refleks Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya denyut jantung, pernapasan, aktivitas

pencernaan, dan pengaturan suhu, serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli nyeri atau sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.(2 : 193) B. Lengkung Refleks Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponenkomponen yang dilalui refleks adalah sebagai berikut : (2 : 193) 1. Reseptor rangsangan sensoris : ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit. 2. Neuron aferen (sensoris) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medula spinalis yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat. 3. Neuron eferen (motorik) : melintas sepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor yang akan merespon impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer sehingga menghasilkan aksi yang khas. 4. Alat efektor : dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos kelenjar yang merespons, merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar. C. Sifat Umum Refleks Sifat umum refleks yaitu : a) Rangsangan Adekuat Rangsangan yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi). Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut. Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan raba linier multipel, yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang terangsang. b) Jalur Bersama Akhir Neuron motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan bagian eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang memengaruhi kontraksi otot

pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir (final common path). c) Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral Penyebaran ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan eksitasi. Efek inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat menyebar. Efek ini umumnya bersifat sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan keadaan berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya. d) Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks Keadaan bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.(3 : 141) D. Neuron Neuron berfungsi sebagai unit anatomis dan fisiologis dasar dari sistem saraf. Ini terdiri dari perikaryon atau sel-sel tubuh dan memiliki struktur seperti nukleus, tubuh nissl, neurofibrils, lisosom, mitokondria, dan aparat Golgi. Sebuah neuron dewasa tidak berisi alat mitosis. Tubuh Nissl adalah massa dari reticula endoplasma kasar dan terlibat dalam sintesis protein. Neurofibrils adalah mikrotubulus berongga yang terlibat dalam konduksi impuls saraf, dukungan untuk sel, dan transportasi makanan. Neuron dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah proses yang membentang dari perikaryon atau mereka dapat diklasifikasikan fungsional berdasarkan arah impuls saraf dilakukan. Ketiga jenis neuron struktural adalah: nurons multipolar, neuron bipolar, dan neuron unipolar. Multipolar neuron memiliki banyak dendrit dan satu akson utama. neuron bipolar akan hanya memiliki satu akson dan hanya satu dendrit. unipolar neuron terdiri dari sel-sel tubuh dan satu proses yang biasanya disebut sebagai akson, meskipun sebagian dorongan terhadap pelaksanaan perikaryon ini kadang-kadang disebut suatu dendrit.

Ketiga jenis neuron fungsional adalah: sensoris (aferen) neuron, motor (eferen) neuron, dan konektor (asosiasi) neuron. Neuron sensorik melakukan impuls ke saraf tulang belakang atau otak. Neuron motorik melakukan impuls dari saraf tulang belakang atau otak ke efektor (otot dan kelenjar). Konektor neuron hanya ditemukan dalam sistem saraf pusat dan berfungsi untuk menghubungkan sensorik dan neuron motorik dan satu sama lain.(4 :152) E. Pembagian Sistem Saraf Sistem saraf terbagi atas 2 kelompok besar yaitu : 1. Sistem saraf sadar Sistem saraf sadar adalah system saraf yang mengatur atau mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain. Saraf sadar pun terbagi menjadi dua : a. Saraf pusat terdiri dari : 1) Otak Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak. 2) Sumsum tulang belakang Sumsum tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak, serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua dan dalam sumsum ini terdapat simpul simpul gerak refleks. b. Saraf Tepi Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada di luar system saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. 2. Susunan saraf tak sadar a) Susunan saraf simpatis b) Susunan saraf parasimpatis

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik , interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut. Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.(5) F. Refleks-Refleks Otonom pada Medula Spinalis

Dalam medula spinalis terintegrasi banyak macam refleks otonom segmental. Singkatnya, refleks-refleks ini meliputi :(6 : 683) a) Perubahan tegangan pembuluh darah akibat perubahan panas kulit setempat. b) Berkeringat, yang disebabkan oleh panas setempat pada permukaan tubuh. c) Refleks intestino-intestinal yang mengatur beberapa fungsi motorik usus. d) Refleks peritoneointestinal yang menghambat gerakan lambung sebagai respons terhadap iritasi peritoneum. e) Refleks evakuasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kolon. G. Susunan Saraf Dalam sistem saraf somatik, memperpanjang serabut saraf ke dan dari otot-otot tulang, kulit dan organ rasa. Mereka biasanya memancarkan impuls tanggapan terhadap rangsangan dari lingkungan luar, seperti dalam penarikan refleks. Banyak aktivitas saraf somatik terjadi secara sadar dan terkendali sukarela. Sebaliknya, sistem saraf otonom (SSO) adalah terutama terkait dengan Peraturan sirkulasi dan internal organ. Ini merespon perubahan luar kondisi dengan memicu ortostatik tanggapan, reaksi mulai bekerja, dll. Untuk mengatur lingkungan internal tubuh. Sesuai namanya, sebagian besar kegiatan SSO tidak tunduk pada kontrol sukarela. Untuk sebagian besar, yang otonom dan somatik sistem saraf secara anatomi dan fungsional terpisah di periferal, namun terkait erat di sistem saraf pusat (SSP). SSO perifer eferen, tetapi sebagian besar berisi saraf SSO serat terus juga neuron aferen. Ini disebut serabut aferen viseral karena mereka sinyal berasal dari organ visceral, seperti kerongkongan, gastrointestinal (GI) saluran, hati, paru-paru, jantung, arteri, dan kandung kemih.(7 : 78) H. Pemeriksaan Refleks

Biasanya refleks yang dapat diuji mencakup refleks bideps, brakhioradialis, triceps, patela, dan pergelangan kaki (Archilles). Temuan yang diperoleh bergantung pada beberapa faktor yaitu menggunakan palu refleks yang tepat, posisi ekstremitas yang tepat, dan keadaan rileks pasien. Derajat refleks, hilangnya refleks adalah sangat berarti, walaupun sentakan pergelangan kaki (refleks Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia. Respons refleks sering dikelaskan dengan nilai 0 samapai 4+. a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus b) 3+ : hiperaktif c) 2+ : normal d) 1+ : hipoaktif e) 0 : tidak ada refleks Jenis-jenis pemeriksaan refleks adalah sebagai berikut : (8 : 2094) 1. Refleks Biseps. Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada siku dan kontraksi biseps. 2. Refleks Triseps. Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan di depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku. 3. Refleks Brakhioradialis. Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, penguji meletakkan tangan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi. 4. Refleks Patella. Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang. Jika pasien terlentang, pengkajian menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons normal.

5. Refleks Ankle. Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon Achilles. Respon yang terjadi adalah fleksi plantar. 6. Refleks Kontraksi Abdominal. Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat adalah kontraksi yang tidak disadari otot abdomen, dan selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik. 7. Respons Babinski. Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan. I. Refleks Patologis dan Fisiologis pada Tubuh Manusia Refleks Patologis adalah sebagai berikut :(9) 1. Reflek Hoffman Tromer Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, positif bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya. 2. Reflek Jaw Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervous trigeminus, denganmengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, hasil positif bila mulut terkatup. 3. Reflek regresi Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral. 4. Reflek Glabella Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila membuat kedua mata klien tertutup. 5. Reflek Snout Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya tercucur saliva. 6. Reflek sucking Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap jari tersebut. 7. Reflek Grasp Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya. 8. Reflek Palmomental Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot dagu kontraksi. 9. Reflek rosolimo Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi. 10. Reflek Mendel Bechterew Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan, positif bila jari kaki ventrofleksi.

Sedangkan refleks fisiologis adalah sebagai berikut : 1. Reflek kornea Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII ) 2. Reflek faring Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X ) 3. Reflek Abdominal Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot. 4. Reflek Kremaster Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 ) 5. Reflek Anal Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 ) 6. Reflek Bulbo Cavernosus Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal ) 7. Reflek Bisep ( C 5-6 ) 8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 ) 9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 ) 10. Reflek Patela ( L 2-3-4 ) 11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2) 12. Reflek Moro Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan 13. Reflek Babinski Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi ) 14. Sucking reflek Reflek menghisap pada bayi 15. Grasping reflek Reflek memegang pada bayi 16. Rooting reflek Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Nama Percobaan

Nama dari percobaan ini adalah pemeriksaan refleks fisologis. B. Alat dan Bahan a) Palu perkusi b) Lampu senter c) Kapas d) Jarum e) Baki alat C. Prosedur Kerja a) Refleks Kulit Perut Orang coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut. b) Refleks periost Radialis Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respon berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan. c) Refleks periost Ulnaris Lengan bawah setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada periost presessus stilodeus. Respon berupa pronasi tangan. d) Knee Pess Reflex (KPR) Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan hummer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. e) Achilles Pess Reflex (APR) Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketuklah tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius. f) Refleks Biseps Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps akan menyebabkan fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps. g) Refleks Triseps

Lengan bawah difleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. h) Withdrawl Reflex Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah sampai orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit tangan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respon berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus. D. Hasil Percobaan Pemeriksa Orang Coba Umur : Tn. HR : Tn. FI : 19 Tahun

a) Refleks Kulit Perut Respon yang didapatkan adalah kontrasi dinding perut (normal). b) Refleks Periost Radialis Respon yang didapatkan adalah fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan (normal). c) Refleks Periost Ulnaris Respon yang didapatkan adalah pronasi tangan (normal). d) Knee Pess Reflex (KPR) Respon yang didapatkan adalah ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps (normal). e) Achilles Pess Reflex (APR) Respon yang didapatkan adalah plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius (normal). f) Refleks Biseps Respon yang didapatkan adalah fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps (normal). g) Refleks Triseps Respon yang didapatkan adalah ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. h) Withdrawl Reflex

Respon yang didapatkan adalah fleksi lengan dan menjauhi stilmulus. E. Analisis Hasil Percobaan a) Pada pemeriksaan refleks kulit perut didapatkan hasil yaitu terjadi kontraksi otot dinding perut. Berarti orang coba tersebut normal. Apabila pada pemeriksaan tidak terjadi kontraksi otot dinding perut maka orang coba abnormal dan ini biasanya ditemukan pada ibu hamil atau ibu menyusui. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (goresan kulit abdomen) Impuls reseptor s.sensorik/afferent medulla spinalis ( perut bagian bawah: T11-T12&L, perut bagian tengah: T9-T11, perut bagian atas: T7T9 ) n.asosiasi/perantara s.motorik efektor (kontraksi otot dinding perut). b) Pada pemeriksaan refleks periost radialis didapatkan hasil berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan berarti orang coba tersebut dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan periousteum os. radialis) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Radialis) medulla spinalis/C5&T1 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Radialis) efektor (otot-otot supinator dan flexor). c) Pada pemeriksaan refleks periost ulnaris didapatkan hasil berupa pronasi tangan hal ini berarti orang coba dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan pada perious prosessus stilodeus) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Ulnaris) medulla spinalis/C7&T1 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Ulnaris) efektor (otot-otot pronasi). d) Pada pemeriksaan knee pess refleks didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps berarti orang coba normal. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Femoris) medulla spinalis/L3-L4 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Femoris) efektor (N. Quadratus femoris).

e) Pada pemeriksaan achilles pess reflex didapatkan hasil yaitu terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius. Perjalanan Impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Tibialis) medulla spinalis/L5&S2 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Tibialis) efektor (M. gastocnemius). f) Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Musculocutaneus) medulla spinalis/C5-C6 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Musculocutaneus) efektor (M. Biceps Brachii). g) Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps. Perjalanan impulsnya yaitu : Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) Impuls reseptor s.sensorik/afferent (N. Radialis) medulla spinalis/C5-C7 (pusat) n.asosiasi/perantara s.motorik (N. Radialis) efektor (M. Triceps Brachii). h) Pada pemeriksaan withdrawl reflex didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan menjauhi stimulus. Perjalanan impuls yaitu rangsangan (tusukan kulit tangan) Impuls reseptor s.sensorik/afferent medulla spinalis n.asosiasi/perantara s.motorik efektor (fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus).

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1) Cara-cara pemeriksaan fisiologis pada manusia yaitu :

a) Refleks kulit perut b) Refleks periost radialis c) Refleks periost ulnaris d) Knee pess reflex (KPR) e) Achilles pess reflex (APR) f) Refleks biseps g) Refleks triseps h) Withdrawl reflex 2) Dari hasil percobaan yang dilakukan tidak didapatkan adanya gangguan impuls pada sistem saraf. B. Saran Diharapkan pada saat praktikum agar orang coba merasa rileks agar hasil yang didapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebaiknya alat-alat yang digunakan ditambah agar proses praktikum berjalan lancar, serta ruangan sebaiknya dipasangkan penyejuk ruangan agar para mahasiswa yang melakukan praktikum tidak kepanasan. Sebaiknya ruangan praktikum diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan. Serta waktu praktikum diefisienkan, serta tidak ada penundaan pada praktikum agar lebih banyak waktu untuk mengerjakan laporan. DAFTAR PUSTAKA 1. Pratama, Tomi.2008.Gerak Reflek pada Manusia.in www.thetom022. wordpress. com.Last Update 6 Juli 2010. 2. Syaifuddin.2009.Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 2.Jakarta:Salemba Medika 3. Ganong, William F.2008.Fisiologi Kedokteran.Edisi 22.Jakarta:EGC. 4. Bauman, Robert.2001.Human Anatomy and Physiology Laboratory Text Book. Amerika:Whitties Publications.

5. Taslim, Faisal.2010.Refleks-Refleks Fisiologi.in www.faisal-taslim.blogspot.com. Last Update 6 Juli 2010. 6. Guyton, Arthur.2006.Text Book of Medical Physiology.Edisi 11.Cina:Elsevier Saunders. 7. Despopoulos, Agamemnon.2003.Color Atlas of Physiology.Edisi 5.Jerman: Georg Thieme Verlag. 8. Smeltzer, Suzane C.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.Jakarta:EGC. 9. Hatake, Adisa.2010.Refleks Patologis dan Fisiologis pada Manusia.in www.adisazone.blogspot.com.Last Update 6 Juli 2010.

Anda mungkin juga menyukai