Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL DISKUSI PEMICU 1 BLOK 9 (ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK 5)

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 8 AMIRUL IHLAS HIROSHI (0606028792) AJENG TRI A (0606066550) ATIK R (0606066664) EMERITA DIAN N (0606066752) INEZ HANIDA (0606066840) LOVIAMANDA (0606066935) PATRICIA R S (0606067055) RIEZKY ANNISA P (0606067105) SARAH ANDINI (0606067156)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS INDONESIA 2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan hasil diskusi kelompok 8 pada pemicu 1 blok 8 ini. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik melalui laporan ini. Namun, sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentu masih banyak kesalahan yang terdapat dalam laporan ini. Laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari staf pengajar, teman-teman, dan siapapun yang membaca laporan ini. Ucapan terima kasih kami ucapkan pada fasilitator kelompok 8, drg.Fadli Jazaldi, Sp.Ort, seluruh staf pengajar blok 9, seluruh anggota kelompok 8 yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyusunan laporan ini, dan pihak-pihak lain yang telah turut membantu dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata kami mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, September 2008 Penyusun

Kelompok 8

DAFTAR ISI Kata Pengantar............................................................................................................................2 Daftar Isi.....................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4 A. Latar Belakang.......................................................................................................4 B. Rumusan Masalah..................................................................................................4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A...........................................................................................................Orthodonsia B........................................................................................................Prosthodonsia C............................................................................................Sistem Stomatognatik D....................................................................................................................Oklusi E.......................................................................Etika dan Hukum Kedokteran Gigi BAB III PEMBAHASAN KASUS...........................................................................................14 DAFTAR REFERENSI............................................................................................................15 5 6 7 9 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyusunan laporan ini berdasarkan kasus berikut: Siska seorang mahasiswa FKG UI, usia 20 tahun, ingin memahami dan mengetahui perawatan-perawatan yang dapat dilakukan terhadap teman seangkatannya yang mempunyai keluhan gigi-geliginya berjejal dan gigi 4.6 hilang akibat dicabut pada saat kelas 6 SD. Untuk dapat melakukan perawatan, ia juga ingin mengetahui kewenangan dan kewajibannya sebagai operator. Agar dapat menentukan rencana perawatan ia memeriksa keadaan intra oral temannya, ternyata keadaan gigi atas yang berantagonis dengan gigi yang hilang menjadi ekstrud, pada gerak artikulasi ke kanan dan ke kiri terdapat hubungan canine protected, dan Siska ingin agar gigi geliginya menjadi rapih. B. Rumusan Masalah a. b. c. d. e. Sejarah dan perkembangan ilmu ortodonti dan prostodonsia. Prinsip-prinsip dasar dan filosofi ilmu ortodonti dan prostodonsia. Sistem Stomatognatik Oklusi Etika dan Hukum Kedokteran Gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orthodonsia a. Sejarah Filusuf Yunani Hipocrates dan Celcus telah mengungkapkan konsep dasar dari orthodonsia. Selain itu, Peralatan sederhana yang didesain untuk mengatur gigi geligi telah ditemukan oleh para arkeolog di makam-makam kuno bangsa Mesir, Yunani, dan Suku Maya di Meksiko. b. Definisi Arti harafiah orthodonti sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu orthos yang berarti lurus dan dons yang berarti gigi. ilmu Orthodonti atau Orthodonsia, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan struktur jaringan pendukung gigi (kraniofasial), perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil dan estetik yang menyenangkan.(Dewanto H,1993)
c. Tujuan Perawatan Orthodonsia

Maksud dan tujuan dari perawatan orthodonti sendiri ada beberapa macam yaitu:
1. Menciptakan dan mempertahankan kondisi rongga mulut yang sehat 2. Memperbaiki cacat muka, susunan gigi geligi yang tidak rata, dan fungsi alat-alat

pengunyah agar diperoleh bentuk wajah yang seimbang dan penelanan yang baik
3. Memperbaiki cacat waktu bicara, waktu bernafas, pendengaran, dan mengembalikan

rasa percaya diri seseorang


4. Menghilangkan rasa sakit pada sendi rahang akibat gigitan yang tidak normal 5. Menghilangkan kebiasaan buruk, seperti; menghisap ibu jari, menggigit-gigit bibir,

menonjolkan lidah, bernafas melalui mulut d. Jenis-Jenis Perawatan Orthodonsi 1. Preventif orthodontik 2. Interseptif orthodontik 3. Korektif orthodontik 4. Bedah Orthodontik B. Prosthodonsia
5

a. Definisi Ilmu Gigi Tiruan (prostodonti)= bagian dari ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara-cara penggantian gigi yang hilang beserta jaringan di sekitarnya dengan suatu gigi tiruan (protesa) b. Klasifikasi Berdasarkan banyaknya gigi yang hilang: 1. menjadi: 2. Ilmu Gigi tiruan Sebagian Lepas Ilmu Gigi tiruan Sebagian Cekat / Ilmu Tiruan Cekat Ilmu Gigi Tiruan Lengkap Ilmu Gigi tiruan Sebagian Berdasarkan sifat perlekatan gigi tiruan di dalam mulut, cabang ilmu ini dibagi

Atas dasar pembagian di atas, maka ilmu gigi tiruan mempunya 3 cabang ilmu: 1. Ilmu Gigi tiruan Cekat 2. Ilmu Gigi tiruan Sebagian 3. Ilmu Gigi tiruan Lengkap c. Ilmu Gigi Tiruan Cekat 1. Definisi Ilmu yang mempelajari perawatan untuk menggantikan sebagian/seluruh gigi asli yang rusak/hilang dengan suatu restorasi berupa mahkota tiruan atau gigi tiruan jembatan yang dilekatkan secara permanen didalam mulut. 2. Tujuan Berdasarkan prinsip perawatan dalam bidang prostodonsia, yaitu rehabilitasi sistem stomatognatik, maka tujuan perawatan dengan gigi tiruan cekat adalah memperbaiki: 1. Fungsi Pengunyahan 2. Fungsi estetika 3. Fungsi bicara 4. Keadaan lokal (dalam mulut) dan kesehatan umum 5. Rasa nyaman (comfort) 6. Rasa percaya diri

3. Jenis-Jenis
a) Mahkota tiruan (Artificial Crown) b) Gigi tiruan Jembatan (Bridge Work)

4. Faktor-Faktor yang Harus Diperhatikan a) Keadaaan Umum i. Kesehatan umum ii. Usia iii. Jenis Kelamin iv. Keadaan Mental/Psikologis v. Keadaan Sosial Ekonomi b) Keadaan Lokal i.
ii.

Ekstra Oral:Otot-otot pengunyahan, sendi rahang, bibir, profil, dan bentuk muka Intra Oral: Kebersihan mulut, Gigi Geligi, Residual Ridge(daerah tidak bergigi yang akan dibuatkan gigi tiruan), bentuk lengkung rahang, tekanan kunyah, dan oklusi

5. Urutan Perawatan a) Perawatan simptom - Kondisi akut yang menyebabkan ketidaknyamanan - Merupakan prioritas pertama
b)

Stabilisasi kondisi buruk: Karies, Penyakit Periodontal Terapi Definitif: Bedah Mulut, bedah perio Endodontik Orthodontik Perawatan Orthodontik harus selalu dipertimbangkan ketika rencana perawatan

c) d) e)

di susun, khususnya jika terdapat gigi yang hilang dan menyebabkan pergeseran gigi lainnya C. Sistem Stomatognatik Stomatognati adalah suatu pendekatan yang harus dipertimbangkan oleh dokter gigi. Sistem ini terkait satu dengan yang lain dalam hal bentuk dan fungsi dari gigi-geligi, hubungan rahang, artikulasi, sendi rahang (TMJ), craniofacial conformation, dan oklusi. Sistem stomatognati termasuk di dalamnya adalah gigi-geligi dan jaringan pendukungnya, maksila dan mandibula, otot-oto kepala, sendi rahang, lidah, syaraf-syaraf, pembuluh darah, dan komponen-komponen lain yang terkait. Beberapa hal penting mengenai sistem stomatognatik antara lain:
7

a.

Fungsi Otot Postur kepala. Disokong oleh keseimbangan sepasang otot. Otot postcervical

mendorong kepala ke arah bawah dan belakang; otot mastikasi akan mendorong atau memberikan tekanan agar mandibula tertutup. Otot suprahyoids, infrahyoids, dan platysma menjaga poisi kepala. Variasi fungsi otot. Setiap pergerakan otot, waktu pergerakan, arah pergerakan dan intensitas pergerakan otot diatur oleh nervous system, yang juga turut membantu pola fosiologis penguyahan. Keseimbangan otot. Merupakan salah satu faktor dalam menjaga stabilitas bentuk wajah dan dental occlusion setelah perawatan orthodontic. b. Teori Trajektori Teori trajectorial adalah garis orientasi dari tulang trabekula yang sinkron dengan jalur (pathway) tekanan maksimal dan tensi serta tulang trabekula akan menjadi lebih tebal ketika tekanan tersebut meningkat (Koch, 1981). Teori ini menjelaskan bahwa pada tulang sponge, pola tulang trabekula mengikuti garis dan memiliki kesamaan dengan trajectorial lines pada struktur mekanis. Hal-hal yang mempengaruhi biomechanical behaviour of bones adalah nutrisi, umur, status nutrisi, dan statis-dinamisnya tulang. Garis tekanan natural pada tulang tengkorak didapatkan dengan menembus lubanglubang kecil pada tulang tersebut (spongy bone). Garis ini diasumsikan sejajar dengan arah tulang trabekula. Inilah yang disebut dengan Benninghoffs line / trajectories yang mengindikasikan arah dari tekanan fungsional. c. Area Toleransi Fungsional Sejak gigi dan tulang rahang merupakan bagian dari salah satu functional system, posisi mereka tidak dapat diubah secara permanen dengan perawatan orthodontics, dalam artian adanya limit area dengan functional system tersebut (adanya daerah toleransi). Pergerakan gigi akan menjaga kestabilannya karena adanya tekanan trajectorial, sehingga pergerakan gigi yang berada pada area toleransi akan dapat kembali relapse atau recrowding.
d.

Basal Arches Merupakan area di maksila dan mandibula yang menerima, berkonsentrasi, dan

mentransmisikan tekanan inter-jaw Salzmann. Disebut juga tulang basal. Di mandibula, bagian basal yang terberat ada di bagian badan mandibula. Di maksila, batasnya menyambung dengan inner dan outer cortical plates dan bersebelahan dengan prosesus alveolar di level yang sama dengan palatum keras. D. Oklusi
8

a.

Definisi
Menurut Angle oklusi adalah relasi /hubungan yang normal dari occlusal inclines

planes gigi2 ketika rahang tertutup. Aspek oklusi :


1.

Statis merujuk pada bentuk, susunan, dan artikulasi dari gigi dalam dan Dinamis merujuk pada fungsi stomatognatik yang terdiri dari gigi, struktur

antara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi terhadap struktur penyokongnya.
2.

penyokong, TMJ, neuromuskular, serta sistem nutritif. Andrews Six Keys to Normal Occlusion Hubungan molar antar rahang, Angulasi mesio-distal mahkota, Inklinasi labio-lingual mahkota, Tidak adanya rotasi, Curve of Spee, Kontak yang rapat antara gigi yang bersebelahan b. Struktur Anatomis Pendukung Oklusi
1. Temporomandibular Joint (TMJ)

Komponen utama TMJ :


1) Basis kranial Glenoid Fossa 2) Mandibula Kondil Mandibula

3) Otot-otot mastikasi 4) Inervasi otot mastikasi 5) Vaskularisasi otot mastikasi 6) Diskus Artikularis / Meniskus Definisi Struktur yang memisahkan fossa mandibularis dan tuberkel tulang temporal dari prosesus kondilaris mandibula Meniscus membagi TMJ menjadi 2 bagian, yaitu atas dan bawah. Pergerakan meluncur terjadi pada bagian atas, sedangkan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Pada pergerakan kecil mandibula, meniscus berada pada mandibular fossa, pergerakan besar akan mengikuti kondil. Fungsi meniscus adalah untuk mendistribusikan tekanan, menstabilkan bagian posterior mandibula, dan meningkatkan efisiensi dari TMJ. Pelapis : jaringan fibrosa avaskuler Komponen : jaringan ikat padat avaskuler & saraf di lokasi artikulasi normal Batas-batas
9

a.)

Posterior jaringan ikat longgar tervaskularisasi & zona Medial & lateral prosesus kondilaris Anterior kapsul & otot Pterygoid lateral superior Superior & inferior rongga sinovial superior & inferior

bilaminar
b.) c.) d.)

berisi cairan sinovial 2. Ligamen Mandibula 3. Otot Yakni otot-otot mastikasi dan otot-otot suprahyoid 4. Gigi Geligi c. Prinsip Oklusi berada pada fossa glenoid antagonisnya dengan kondilus berada sepanjang slope anterior articular eminence.
Centric occlusion (inter-cuspal position atau convenience occlusion): Posisi kondil

Centric Relation (CR):Posisi mandibula optimal dimana diskus kondilaris bilateral tepat

mandibular ketika gigi2 berada pada maximum intercuspation. d.


1.

Pergerakan Mandibula Komponen utama pergerakan mandibula : Translasi semua titik pada suatu benda mengalami pergerakan Rotasi suatu benda mengalami perputaran pada sumbunya Klasifikasi Oklusi Normal 1. Bilaterally balanced articulation Definisi : adanya sejumlah maksimal gigi yang berkontak secara interkuspasi Efek maksimal dan semua posisi penyimpangannya identik
2.

e.

Jika berhasil menjaga stabilitas gigi geligi karena kontak pada daerah non-kerja dapat mencegah kelebihan beban pada gigi Jika gagal peningkatan pemakaian oklusal, kerusakan periodontal, dan gangguan neuromuskular, berkembangnya konsep group function 2. Unilaterally balanced articulation (group function)
10

Definisi : kontak terjadi hanya pada gigi posterior dengan gigi antagonisnya

pada daerah kerja. Pada daerah non-kerja, tidak terdapat kontak sampai mandibula mencapai centric relation (CR)

Efek : beban terdistribusi di antara jaringan periodontal gigi posterior pada Long centric : konsep yang diajukan pada kondisi group function yang

daerah kerja

dicapai dengan adanya pembebasan pergerakan ke arah anteroposterior syarat : adanya dimensi vertikal 0.5-1.5 mm & adanya rongga horizontal yang lebih besar di antara gigi anterior RA dan RB yang memungkinkan pergerakan horizontal sebelum disocclusion posterior 3. Mutually protected occlusion (canine-guided)

Definisi : jenis oklusi yang paling optimal dimana centric relation terjadi

bersamaan dengan posisi interkuspasi maksimal 6 gigi anterior RA & RB memandu pergerakan mandibula dan tidak ada kontak oklusal pada gigi posterior selama pergerakan ke lateral/protrusif Pengaruh : bermanfaat bagi fisiologi neuromuscular perangkat mastikasi Kriteria a) b) vertikal c) d) e) harmonis Syarat a) b) c) d) Elemen gigi geligi lengkap Jaringan penyangga sehat Tidak ada cross bite Oklusi Angle kelas I CR bersamaan dengan interkuspasi maksimal Tidak adanya kontak pada gigi posterior saat gerak ke lateral/protrusif Kontak gigi anterior dan pergerakan fungsional rahang berjalan Berkontaknya semua gigi pada lengkung rahang saat prosesus Kontak stabil pada gigi posterior dengan tekanan yang terarah ke kondilaris mandibula berada pada posisi paling superior.

f.

Klasifikasi Maloklusi
11

Ada beberapa jenis klasifikasi maloklusi, namun yang akan disebutkan disini hanya tiga, yakni: 1. Angle Klasifikasi Angle didasarkan oleh relasi mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang dengan kunci oklusi relasi M1 RA & RB

Kelas I : relasi molar RA & RB normal cusp mesiobuccal M1 RA Kelas II : cusp distobuccal M1 RA beroklusi di buccal groove M1 RB
a)

beroklusi pada buccal groove M1 RB

Divisi 1 proklinasi insisiv RA menyebabkan overjet berlebih, Divisi 2 I1 RA berinklinasi ke lingual, I2 RA ke labial & overlap Subdivisi relasi molar kelas II pada satu sisi dan kelas I pada sisi

aktivitas otot abnormal


b)

I1, deepbite anterior


c)

lainnya Kelas III : cusp mesiobuccal M1 RA beroklusi di interdental antara M1 &


a) b)

M2 RB True faktor genetik Pseudo/postural/habitual pergerakan RB ke depan saat menutup Subdivisi relasi molar kelas III pada satu sisi dan kelas I pada sisi

mulut
c)

lainnya 2. Dewey (Modifikasi Angle) Modifikasi Angles kelas I Tipe 1 : crowding di gigi anterior Tipe 2 : insisiv RA protrusif Tipe 3 : anterior crossbite Tipe 4 : posterior crossbite Tipe 5 : M1 drfiting ke mesial akibat ekstraksi dm2 Modifikasi Angles kelas III Tipe 1 : saat oklusi hubungan insisiv edge to edge Tipe 2 : insisiv RB crowding & berada di lingual insisiv RA Tipe 3 : insisiv RA crowding & crossbite dengan gigi anterior RB

12

3. Lischer (Modifikasi Angle) Neutrocclusion = Angles ion = = Angles on Angles n on Linguocclusion Supraocclusion n E. Etika dan Hukum Kedokteran Gigi Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran merupakan perangkat landasan hukum bagi praktik dokter dan dokter gigi. Pada UU tersebut diatur mengenai penataan kelembagaan praktik dalam bentuk konsil kedokteran dan kedokteran gigi maupun penataan pelaksanaan praktik berdasarkan standar pelayanan medis. Konsil merupakan lembaga yang otonom yang berfungsi untuk menata standar kompetensi maupun registrasi para dokter dan dokter gigi. Diatur pula mengenai ijin praktik maupun kewajiban menambah dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran/kedokteran gigi. Kemudian dalam menjalankan praktik kedokteran, wajib mengikuti standar pelayanan medis sebagai pedoman yang harus diikuti. Bila ketentuan ini dipenuhi diharapkan tidak akan terjadi malpraktik. Terhadap kasus malpraktik dapat digunakan pasal-pasal pada KUHP (Kitab UndangUndang Hukum Pidana) antara lain pasal 359-361 tentang kesalahan (kealpaan) yang menyebabkan orang mati, atau luka hingga timbul penyakit atau halangan melakukan pekerjaan, pasal 204 mengenai perbuatan menjual, menyerahkan, atau membagikan, barang yang membahayakan nyawa atau kesehatan orang. Tuntutan ganti rugi karena mengalami malpraktik dapat menggunakan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (burgerlijk wetboek) pasal 1365-1366 mengenai pengantian kerugian oleh pihak yang melakukan perbuatan melanggar hukum, pasal 1370 mengenai ganti rugi karena kurang hati-hati menyebabkan kematian, pasal 1371 mengenai ganti rugi karena kurang hati-hati menyebabkan cacat badan, serta pasal 1243-1289 mengenai pelanggaran janji (wanprestasi), sedangkan tuntutan pengantian kerugian karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungan seorang dokter seperti perawat dsb dapat menggunakan pasal 1367.
13

Infraocclus Mesioversi Distoversio Transversi Axiversion Torsiversio

kelas I Distocclusion kelas II Mesiocclusion kelas III Buccocclusion

BAB III PEMBAHASAN KASUS Terdapat dua masalah besar yang terjadi pada gigi geligi Teman Siska, yaitu : 1. 2. Gigi geligi yang berjejal, dan Gigi 4.6 yang hilang sehingga menyebabkan gigi antagonisnya ekstrud

Maka rencana perawatan yang akan dilakukan terhadap Siska adalah : 1. 2. untuk kasus gigi berjejal, dilakukan perawatan orthodonsi, berupa pemasangan alat untuk kasus gigi 4.6 yang hilang sehingga menyebabkan gigi antagonisnya ekstrud, jika gigi 4.5 mengalami mesioversion, maka dibutuhkan perawatan othodonsi

ortho cekat, sedangkan dilihat dulu bagaimana kondisi gigi 4.5 terlebih dahulu, yaitu dengan pemasangan alat ortho cekat agar dapat menggeser gigi 4.5 ke arah distal, sehingga diperoleh cukup ruang untuk selanjutnya dilakukan perawatan prosthodonthi, yaitu dengan pemasangan gigi tiruan jembatan atau dikenal sebagai bridge. Jika gigi 4.5 tidak mengalami mesioversion, maka perawatan prosthodonthi berupa pemasangan gigi tiruan jembatan (bridge) dapat langsung diaplikasikan. Segala jenis perawatan yang dilakukan harus tetap memperhatikan setiap langkah dari tahap pemeriksaan hingga perawatan selesai tanpa mengabaikan sistem stomatognatik pasien agar tidak terjadi kesalahan prosedur perawatan sehingga pasien dapat merasa puas tanpa merasa dirugikan oleh dokter gigi. Segala tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi harus disesuaikan oleh kompetensi dokter gigi tersebut.

14

DAFTAR REFERENSI Bhalajhi, S. I. 2006. Orthodontics The Art and Science. 3rd Ed. New Delhi : Arya (Medi) Publishing House. Hanafiah MJ, Amir A. 1999.Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. http://one.indoskripsi.com/node/1682 http://www.fkg.ugm.ac.id/index.php?pModule=academic&pSub=prostodonsia&pAct=view Profitt, et al. Contemporary Orthodontics 1st Ed. St. Louis : CV Mosby Co. : 1986 Rosenstiel, Land, Fujimoto. 2001. Contemporary Fixed Prosthodontics. St. Louis : Mosby Inc.

15

Anda mungkin juga menyukai