Anda di halaman 1dari 6

Abses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus.

Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan. Abses pada rongga mulut dapat terjadi akibat infeksi dentoalveolar yang terdapat pada gigi dan jaringan sekitarnya (jaringan periodonsium) yang menghasilkan pus. Infeksi sendiri merupakan masuknya kuman patogen atau toksin ke dalam tubuh manusia serta menimbulkan gejala sakit. Selain infeksi dentoalveolar, etiologi timbulnya abses pada rongga mulut juga dapat disebabkan oleh infeksi odontogen yang merupakan infeksi yang bersumber dari kerusakan jaringan keras gigi atau jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh bakteri yang merupakan flora normal rongga mulut yang berubah menjadi patogen. Penyebaran infeksi odontogen ke dalam jaringan lunak dapat berupa abses. Abses merupakan suatu rongga yang berisi kumpulan pus terlokalisir akibat proses supurasi pada suatu jaringan yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Abses yang sering terjadi pada jaringan mulut adalah abses yang berasal dari regio periapikal. Daerah supurasi terutama tersusun dari suatu area sentral berupa polimorfonuklear leukosit yang hancur dikelilingi oleh leukosist hidup dan kadang-kadang terdapat limfosit. Abses juga merupakan tahap akhir dari suatu infeksi jaringan yang dimulai dari suatu proses yang disebut inflamasi (Aryati, 2006). Abses ini merupakan suatu lesi yang bagi tubuh sulit ditangani, karena kecenderungannya untuk meluas ke banyak jaringan dan sulitnya agenagen terapeutik masuk ke dalam abses melalui pembuluh darah (Sabiston, 1994). Pada regio anterior terkadang sulit untuk menentukan fokus infeksi gigi penyebab abses. Hal ini dikarenakan regio anterior yang terbatas. Namun, melalui penegakan diagnosis dengan mengetahui lokasi anatomi masing-masing abses maka rencana perawatan dapat ditentukan dengan yang tepat. Oleh karena itu, proses penyebaran abses akibat infeksi odontogen dari satu fokus ke organ lain perlu untuk dipelajari, terutama pada regio anterior. 2.1.3.1 Abses Gigi (dental abscess) yang utama dapat diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan lokasinya yaitu abses periapikal dan abses periodontal. a. Abses Periapikal Abses periapikal adalah

kumpulan pus yang terlokalisir yang dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan

Gambar 1. Gambaran radiolusen berbatas difus di periapikal pada abses periapikal

atau periodontal. Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Gambaran radiologis pada abses periapikal berupa gambaran radiolusen berbatas difus di periapikal. Abses periapikal dapat terjadi pada daerah apeks gigi di sekitar akar gigi. Penanganan dari periapikal abses adalah dengan mendrainase pus melalui insisi pada jaringan gingiva di daerah akar gigi atau dengan cara melakukan trepanasi pada gigi dapat juga dengan melakukan perawatan endodonti (terapi saluran akar). Insisi gingiva dilakukan di daerah akar gigi sampai tempat pus. Sebelum melakukan insisi diperlukan foto rontgen untuk menentukan apakah pus pada periapikal abses belum menembus tulang atau telah menembus tulang dan mengumpul pada subgingiva. Jika pus telah menembus tulang dan mengumpul pada subgingiva maka insisi dilakukan pada gingiva saja. Jika belum menembus tulang maka selain insisi gingiva juga dilakukan pelubangan pada tulang rahang menuju tempat akar gigi dimana pus berada. Terapi saluran akar juga sebaiknya dilakukan karena pada umumnya perapikal abses berasal dari daerah pulpa gigi. Terapi saluran akar merupakan tindakan melubangi gigi sampai menembus pulpa kemudian dilakukan

pulpektomi yaitu pembuangan jaringan pulpa pada korona (2/3 bagian pulpa) dan meninggalkan jaringan pulpa pada daerah akar. Ini dilakukan jika infeksi hanya sebatas pada pulpa bagian atas dan juga dapat dilakukan pulpotomi yaitu pembuangan seluruh jaringan pulpa. Yang dilakukan pada kasus abses periapikal adalah pulpotomi karena seluruh pulpa telah rusak. Pulpotomi juga merupakan saluran drainase. Ekstraksi gigi pada beberapa kasus juga dianjurkan, terutama jika gigi tersebut mengalami fraktur sampai pada daerah bifurkasi dan perbaikan gigi tidak dapat dilakukan lagi.

b. Abses Periodontal Prinsip terapi pada abses periodontal yaitu menstabilkan

drainase inflamasi. Drainase pada abses periodontal lebih mudah dikeluarkan, dapat menggunakan

Gambar 2. Perawatan abses periapikal dengan drainase dan ekstraksi gigi yang menjadi etiologi abses periapikal

sonde tumpul. Sonde tumpul dimasukkan perlahan pada ruang periodontal gigi sampai ke tempat abses. Pada saat memasukkan sonde tumpul dibutuhkan anestesi untuk menghilangkan rasa sakit selama

menjalani prosedur tersebut. Tindakan bedah dapat dilakukan dengan menginsisi gingiva pada daerah periodontal untuk mempermudah drainase. Tindakan bedah ini harus dilakukan hati-hati dan menghindari kerusakan dari jaringan periodontal yang lain. Hal ini harus diperhatikan karena jaringan periodontal berfungsi sebagai penahan agar gigi tetap tertanam pada tulang alveolar. Insisi pada daerah periodontal harus dilakukan secara seksama. Pada beberapa
Gambar 3. Abses periodontal pada daerah gingiva

kasus, misalnya abses periodontal yang telah menjalar, penggunaan antibiotik diperlukan pada abses periodontal maupun periapikal terutama pada yang bersifat akut. Tipe antibiotik yang biasa diberikan meliputi: Penicillin VK, dengan dosis awal 1000 mg, dilanjutkan dengan 500 mg diminum 4 kali sehari selama tujuh hari, Amoxicillin (Augmentin): 250 mg diminum 3 kali sehari untuk sepuluh hari, Erythromycin: 1000 mg sebagai dosis awal dilanjutkan dengan 500 mg diminum 4 kali sehari selama 7 hari (diberikan pada pasien yang alergi terhadap penicillin). Untuk yang bersifat kronis atau infeksi dengan respon kecil terhadap penicillin, klindamisin dapat diberikan (300 mg sehari untuk 7 hari). Pada kedua kasus tersebut (periapikal dan periodontal) dapat dilakukan debridement dengan larutan NaCl hangat terhadap jaringan gingiva untuk membantu penyembuhan dan dapat diberikan asetaminophen (mengurang panas dan nyeri) dan obat antiinflamasi seperti ibuprofen.

2.1.3.2 Abses Gingiva

Abses

gingiva

adalah

suatu rongga yang terlokalisir yang berisi pus yang terdapat pada gusi (gingiva). Etiologi terjadi karena faktor iritasi,

seperti plak, kalkulus, invasi bakteri, impaksi makanan atau trauma jaringan. Terkadang pula akibat gigi yang akan erupsi. Patofisiologi adalah abses gingival daripada
Gambar 4. Abses gingiva pada daerah marginal gingiva

komplikasi

karies gigi. Dapat juga disebabkan oleh trauma pada gigi. Email yang terekspos menyebabkan masuknya bakteri yang akan menginfeksi bagian pulpa gigi. Infeksi ini menjalar hingga ke akar gigi dan tulang pendukung gigi dan dapat menyebabkan terjadinya pengumpulan pus (terdiri dari jaringan tubuh yang nekrosis, bakteri yang telah mati atau masih hidup dan sel darah putih) dan pembengkakkan jaringan dalam gigi. Jika struktur akar gigi nekrosis, sakit gigi mungkin hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain. Etiologi abses gingiva terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu bakteri coccus aerob gram positif, dan coccus anaerob gram seperti fusobacteria, Streptococcus sp. dan bakteri lainnya. Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-gakteri tersebut dapat menyebabkan karies dentin, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam melalui pulpa nekrosis dan poket periodontal yang dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen. Abses gingival ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, aureus, karies dentis, invasi bakteri

(Staphylococcus

Streptococcus,

Haemophilis

influenzae), impaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat menyebabkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi menjadi mobiliti. Manifestasi klinis abses gingiva adalah nyeri pada gigi yang

terinfeksi, yang dapat berdenyut dan keras. Pada umumnya nyeri dengan tiba-tiba, dan secara berangsur-angsur bertambah buruk dalam beberapa jam dan beberapa hari. Dapat juga ditemukan nyeri menjalar sampai ke telinga, turun ke rahang dan leher pada sisi gigi yang sakit. Pembentukan abses ini melalui beberapa stadium dengan masingmasing stadium mempunyai gejala-gejala tersendiri, yaitu: 1. Stadium subperiostal dan periostal. Pembengkakan belum terlihat jelas, warna mukosa masih normal, perkusi gigi yang terlibat terasa sakit yang sangat, dan palpasi sakit dengan konsistensi keras. 2. Stadium serosa. Abses sudah menembus periosteum dan masuk kedalam tinika serosa dari tulang dan pembengkakan sudah ada, mukosa mengalami hiperemi dan merasa, rasa sakit yang mendalam dan palpasi sakit dan konsistensi keras, belum ada fluktuasi. 3. Stadium sub mukous. Pembengkakan jelas tampak, rasa sakit mulai berkurang, mukosa merah dan kadang-kadang terlihat terlihat pucat, perkusi pada gigi yang terlibat terasa sakit, palpasi sedikit sakit dan konsistensi lunak, sudah ada fluktuasi. 4. Stadium subkutan. Pembengkakan sudah sampai kebawah kulit, warna kulit ditepi pembengkakan merah, tapi tengahnya pucat, konsistensi sangat lunak seperti bisul yang mau pecah, turgor kencang, berkilat dan berfluktuasi tidak nyata. Gejala-gejala umum dari abses gingiva adalah gigi terasa sensitif terhadap air dingin atau panas, rasa pahit di dalam mulut, halitosis, kelenjar leher bengkak, bagian rahang bengkak, suhu badan meningkat, takikardi, malaise, trismus, sukar tidur, dan pada pemeriksaan laboratorium terlihat adanya leukositosis. Penatalaksanaan. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gingiva adalah mengikuti perawatan gigi. Dokter gigi akan mengobati abses dengan menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam beberapa kasus, pembedahan, atau kedua-duanya.

Anda mungkin juga menyukai